Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TRIASE DENGAN

TINGKAT KETEPATAN PEMBERIAN LABEL


TRIASE DI UGD RSUD KOTA SURAKARTA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:
Danang Rifaudin
ST 162015

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKES KUSUMA
HUSADA SURAKARTA
2020
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020

Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Triase dengan Tingkat Ketepatan


Pemberian Label Triase di UGD RSUD Kota Surakarta
1) 2) 3)
,
Danang Rifaudin , S.Dwi Sulisetyawati Maria Wisnu Kanita

1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
danangrifa@gmail.com
2),3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Banyaknya pasien yang datang ke UGD membuat perawat harus memilah


pasien dengan cepat dan tepat sesuai dengan prioritas bukan berdasarkan nomor
antrian. Mengutamakan pasien yang lebih diprioritaskan dan memberikan waktu
tunggu untuk pasien dengan kebutuhan perawatan yang kurang mendesak. Di
dalam UGD terdapat teknik triase untuk melakukan tindakan prioritas kepada
pasien mana yang harus terlebih dahulu diberikan tindakan, terlebih saat terdapat
banyak pasien. Pengetahuan perawat dalam memahami triase sangat diperlukan
agar ketepatan prioritas pasien tepat sesuai kegawatdaruratannya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan pengetahuan perawat
tentang triase dengan tingkat ketepatan pemberian label triase di UGD RSUD
Kota Surakarta.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
pada penelitian ini sebanyak 16 responden perawat IGD dengan teknik sampling
total sampling. Analisa penelitian ini menggunakan uji rank spearman. Hasil
penelitian ini menunjukkan nilai p value 0.006 sehingga ada ada hubungan
pengetahuan perawat tentang triase dengan tingkat ketepatan pemberian label
triase di UGD RSUD Kota Surakarta.
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ada hubungan tingkat pengetahuan
perawat dengan ketepatan melakukan triase.

Kata kunci : Pengetahuan, Triase, Perawat, Label


Daftar pustaka : 35 (2008-2018)

2
Correlation between Nurses’ Knowledge about Triage and Triage Labelling Accuracy
Rate at Emergency Unit of Local General Hospital of Surakarta City

Abstract

Many patients admitted to an Emergency Unit of a hospital make nurses sort them
quickly and precisely according to priority not by queue number. The patients with urgent
care need are prioritized than those with less urgent one. At Emergency Unit, there is a
triage technique to perform intervention priority to which patients it must first be
extended especially when there are many patients. Nurses’ knowledge about triage is very
much required so that the intervention priority is accurate according to the emergency
status of patients. The objective of this research is to investigate whether or not there is a
correlation between nurses’ knowledge about triage and triage labelling accuracy rate at
Emergency Unit of Local General Hospital of Surakarta City.
This research used the cross-sectional approach. Total sampling was used to
determine its samples. They consisted of 16 Emergency Unit nurses as respondents. The
data of the research were analyzed by using the Spearman’s Rank Correlation.
The result of the test with the Spearman’s Rank Correlation shows that the p-value
was 0.006 meaning that the nurses’ knowledge about triage had a correlation with the
triage labelling accuracy rate at Emergency Unit of Local General Hospital of Surakarta
City

Keywords : Knowledge, triage, nurses, labelling


References : 35 (2008-2018)

I. PENDAHULUAN tindakan medis segera guna


Unit Gawat Darurat menyelamatkan nyawa dan
(UGD) merupakan salah satu unit kecacatan lebih lanjut
pelayanan di rumah sakit yang Ayuningtyas, 2014).
memberikan pertolongan pertama Data kunjungan masuk
dan sebagai jalan pertama pasien ke UGD di Indonesia tahun
masuknya pasien dengan kondisi 2013 mencapai 4.402.205 pasien
gawat darurat (Hidayati, 2014). (13,3% dari total seluruh
Keadaan gawat darurat adalah kunjungan di rumah sakit umum)
suatu keadaan klinis dimana dengan jumlah kunjungan 12%
pasien membutuhkan pertolongan dari kunjungan UGD berasal dari
medis yang cepat untuk rujukan dengan jumlah Rumah
menyelamatkan nyawa dan Sakit Umum 1.033 unit dari 1.319
kecacatan lebih lanjut (Kemenkes, unit Rumah Sakit yang ada.
2012). Jumlah yang signifikan ini
Unit Gawat Darurat (UGD) kemudian memerlukan perhatian
memiliki peran sebagai gerbang yang cukup besar dengan
utama masuknya penderita gawat pelayanan pasien gawat darurat
darurat. Keadaan gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan,
merupakan suatu keadaan klinis 2014). Pelayanan gawat darurat di
dimana pasien membutuhkan Provinsi Jawa Tengah mengalami

3
peningkatan pada tahun 2011 - lapangan maupun di rumah sakit
2012 dari 98,80% menjadi 100% (Musliha, 2010). Triase juga
dengan berbagai banyak keluhan diartikan sebagai suatu tindakan
pasien yang beranekaragam pengelompokkan penderita
(Profil kesehatan Provinsi Jawa berdasarkan pada beratnya cidera
Tengah, 2013). yang di prioritaskan ada tidaknya
RSUD Kota Surakarta gangguan Airway (A), breathing
merupakan rumah sakit rujukan (B), dan circulation (C) dengan
daerah milik pemerintah Kota mempertimbangkan sarana,
Surakarta yang salah satu misinya sumber daya manusia, dan
adalah menyelenggarakan probabilitas hidup penderita,
kesehatan yang bermutu, prima ruang triase tersebut berada di
dan memuaskan. Di UGD RSUD dalam ruang UGD sehingga ruang
Kota Surakarta terdapat beberapa UGD tersebut menjadi sangat
jenis pelayanan pasien yang penting karena merupakan bagian
pertama ruang periksa meliputi utama penerimaan pasien di
penanganan triase, pemeriksaan, Rumah Sakit. Triase di UGD
observasi dan tindakan. Data yang Rumah Sakit harus selesai
tercatat pasien masuk UGD pada dilakukan dalam 15-20 detik oleh
bulan Agustus – November 2017 staf medis atau paramedis
sebanyak 5.045 pasien (Rekam (melalui training) sesegera
medik RSUD Kota Surakarta, mungkin setelah pasien datang
2017). begitu tanda kegawatdaruratan
Banyaknya pasien yang teridentifikasi, penatalaksanaan
datang ke UGD membuat perawat dapat segera diberikan untuk
harus memilah dan memilih menstabilkan kondisi pasien.
pasien dengan cepat dan tepat Dimana triasedilakukan
sesuai dengan prioritas bukan berdasarkan pada ABCDE,
berdasarkan nomor antrian. beratnya cedera, jumlah pasien
Mengutamakan pasien yang lebih yang datang, sarana kesehatan
diprioritaskan dan memberikan yang tersedia serta kemungkinan
waktu tunggu untuk pasien hidup pasien (Pusponegoro,
dengan kebutuhan perawatan yang 2010).
kurang mendesak (Hidayati, Sistem triase yang
2014). Di dalam UGD terdapat digunakan di UGD RSUD Kota
teknik triase untuk melakukan Surakarta adalah mengacu dari
tindakan prioritas kepada pasien sistem ESI (Emergency Security
mana yang harus terlebih dahulu Index) yang diberlakukan sejak
diberikan tindakan, terlebih saat tanggal 12 Oktober 2017. ESI
terdapat banyak pasien. Triase merupakan konsep baru triase
sebagai suatu proses yang menggunakan lima skala
penggolongan pasien berdasarkan dalam pengklasifikasian pasien di
tipe dan tingkat kegawatan emergency department. ESI terus
kondisinya (Kemenkes, 2012). dikembangkan dalam beberapa
Triase berlaku untuk versi dan penggunaan terakhir
pemilahan penderita baik di adalah ESI versi 4 yang telah

4
disertai dengan algoritma. Dalam mempunyai tujuan untuk memilih
mengaplikasikannya, saat perawat atau menggolongkan semua
bertemu dengan pasien pertama pasien yang memerlukan
kali, harus dapat segera pertolongan dan menetapkan
melakukan penilaian kondisi prioritas penanganannya
pasien dan memberikan keputusan (Musliha, 2010). Triase dilakukan
akhir perawatan/observasi, dengan cara memberikan label
pemulangan atau pemindahan ke pada pasien sesuai dengan tingkat
ruang perawatan (Gilboy et al, kegawatdaruratanya. Label pada
2012). triase yaitu merah untuk pasien
Keuntungan penggunaan gawat darurat, kuning untuk
ESI adalah mengidentifikasi pasien gawat tapi tidak darurat
dengan cepat pasien yang dan hijau untuk pasie tidak gawat
membutuhkan perawatan segera dan tidak darurat (Sumarno,
dengan fokus memberikan respon Ismanto & Bataha, 2017).
cepat setelah penentuan level dari Penelitian yang dilakukan
pengkajian. Triase ESI merupakan Santosa, dkk (2016) yang
pemilahan secara cepat dengan menjelaskan bahwa ada hubungan
membagi ke dalam lima yang kuat antara pengetahuan dan
kelompok dengan karakteristik tindakan perawat berdasarkan
klinik yang berbeda pada sumber label triase di UGD. Demikian
kebutuhan paien dan kebutuhan juga penelitian yang dilakukan
operasional atau oleh Sumarno, dkk (2017)
penatalaksanaanya (Datusanantyo, menjelaskan pula bahwa ada
2013). Dalam hal ini penting hubungan yang bermakna antara
sekali bagaimana pengetahuan ketepatan pelaksanaan triase
seorang perawat tersebut terhadap dengan tingkat kepuasan keluarga
triase. Seorang perawat harus bisa pasien di Instalasi Gawat Darurat
melakukan triase untuk rumah sakit. Pengetahuan perawat
menentukan pasien mana yang terkait ilmu yang mandasari
harus mendapatkan pertolongan tindakan dalam menangani pasien
dahulu dan mana yang bisa gawat darurat sangat penting,
menunggu sesuai dengan label karena tindakan yang cepat dan
triase pada pasien tersebut. akurat tergantung dari ilmu yang
Perawat di UGD harus dikuasi oleh petugas kesehatan di
bisa melakukan triase dengan UGD (Laoh & Rako, 2014)
baik. Akan tetapi banyak faktor Pada saat studi
yang mempengaruhi proses pendahuluan yang peneliti
pelabelan triase diantaraanya lakukan pada tanggal 5 Februari
banyak pasien yang datang, 2018 diketahui bahwa jumlah
jumlah perawat yang terbatas, perawat yang berdinas di UGD
belum terbiasanya dengan suatu RSUD Kota Surakarta berjumlah
sistem triase yang baru dan 16 orang dengan tingkat
kurangnya pengetahuan atau pendidikan S1 sebanyak 3 orang,
pengalaman seorang perawat D3 sebanyak 13 orang. Dari
tersebut mengenai triase. Triase observasi yang dilakukan pada

5
saat penanganan pasien yang assesment awal saja tanpa
dilakukan 3 perawat di UGD memeriksa tanda-tanda vital
RSUD Kota Surakarta rata-rata terlebih dahulu untuk dimasukkan
pelabelan triase perawat yaitu ke dalam lembar triase. Hal ini
lebih banyak melakukan pelabelan dipengaruhi oleh pendidikan dan
warna kuning pada studi masa kerja yang dimiliki oleh
pendahuluan. Berdasarkan hasil perawat tersebut. Perawat di UGD
observasi dan wawancara yang RSUD Kota Surakarta memiliki
dilakukan pada 3 perawat di UGD latar belakang dengan tingkat
RSUD Kota Surakarta dengan pendidikan dan pengalaman kerja
kategori triase kuning (urgent), yang berbeda karena itu bisa
setelah dilakukan pengecekan dari menjadi salah satu faktor
lembar triase yang sesuai dengan ketidaktepatan dalam mengisi
pedoman ternyata 3 dari 9 triase label triase tersebut.
kuning tersebut seharusnya Berdasarkan observasi
berwarna hijau karena kondisi yang dilakukan pada saat studi
pasien tersebut hanya pendahuluan di Ruang UGD
membutuhkan satu tindakan RSUD Kota Surakarta dan juga
medis saja dan tidak gawat atau didukung dengan penelitian-
darurat sedangkan ada 1 triase penelitian terkait tersebut di atas,
yang seharusnya masuk kategori peneliti tertarik untuk meneliti
triase merah karena pasien “Hubungan Pengetahuan Perawat
mengalami hipoglikemia dan tentang Triase dengan Tingkat
adanya penurunan kesadaran. Saat Ketepatan Pemberian Label Triase
dilakukan wawancara, salah satu di UGD RSUD Kota Surakarta”.
faktor yang mempengaruhi
kesalahan terhadap pelabelan II. METODOLOGI
triase tersebut yaitu pada saat Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan analitik
dilakukan penjelasan tentang correlation dengan pendekatan cross
penggunaan triase yang baru sectional. Populasi dalam penelitian
tersebut bersamaan dengan Rakor ini adalah seluruh perawat yang
(Rapat Koordinasi) UGD ada di Ruang Unit Gawat Darurat
sehingga masih ada beberapa (UGD) RSUD Kota Surakarta
perawat yang kurang mengetahui sebanyak 16 orang Teknik
dengan jelas langkah triase pengambilan sampel pada penelitian ini
tersebut karena adanya mengunakan total sampling. Uji analisis
penambahan label biru dan putih. pada penelitian ini menggunakan uji rank
Perawat tidak mengetahui dengan spearman karena memiliki skala data
baik tentang triase serta belum ada ordinal.
sosialisasi yang baik tentang triase
kepada perawat.
Faktor yang lain yaitu
ketika ada pasien datang
terkadang pemeriksaan triase
kurang sesuai dengan SOP Triase,
mereka hanya mengamati dari

6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN secepat laki-laki (Gurning,
1. Karakteristik responden Karim & Misrawati, 2014)
Tabel 1 Karakteristik responden Tabel 2 Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin berdasarkan umur
Jenis (f) (%) Umur Nilai
kelamin Min 24
Laki-laki 6 37,5 Max 36
Perempuan 10 62,5 Mean 29,19
Jumlah 16 100,0 SD 2,786
Karakteristik responden Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin yang berdasarkan umur memiliki
paling banyak adalah rata-rata 29,19 tahun dengan
perempuan sebanyak 10 orang nilai standar deviasi 2,786.
(62,5%). Hasil penelitian ini Hasil penelitian ini sesuai
sesuai dengan penelitian Ganida dengan hasil penelitian Gustia
(2018) yang menunjukkan & Manurung (2018) yang
mayoritas responden berjenis menunjukkan bahwa
kelamin perempuan sebanyak mayoritas responden memiliki
15 orang (60%). umur rata-rata 29 tahunan
Menurut Fathoni (2014), sebanyak 9 orang (52,9%).
menyatakan bahwa petugas Hasil penelitian ini didukung
kesehatan IGD berjenis kelamin oleh penelitian Hajirin, Adi &
laki-laki secara fisik lebih kuat Windyastuti (2017) yang
dibandingkan perempuan tetapi menunjukkan mayoritas
dalam hal ketanggapan memilah resnponden berumur 30 tahun
pasien tidak ada perbedaan sebanyak 9 orang (36%).
dengan petugas kesehatan yang Untuk usia > 30 tahun
berjenis kelamin perempuan. merupakan usia yang lebih
Sunaryo (2010), bahwa salah matang dalam dunia kerja
satu faktor yang dapat keperawatan dalam melakukan
memengaruhi perilaku tindakan triase, bahwa usia
seseorang adalah jenis kelamin. akan memengaruhi jiwa
Sebagai contohnya adalah seseorang yang menerima
perbedaan perilaku antara pria untuk mengolah kembali
dan wanita dapat dilihat dari pengertian-pengertian atau
cara berpakaian atau cara tanggapan, sehingga dapat
melakukan pekerjaannya sehari- dilihat bahwa semakin tinggi
hari. Siagian (2014) yang usia seseorang, maka proses
menyatakan bahwa petugas pemikirannya untuk bekerja
kesehatan IGD berjenis kelamin melakukan tindakan di rumah
laki-laki secara fisik lebih kuat sakit lebih matang (Hajirin,
serta memiliki ketanggapan Adi & Windyastuti, 2017).
memilah pasien dengan cepat. Menurut Notoatmodjo (2010),
Perempuan jika memiliki menunjukkan bahwa usia
ketanggapan dalam melakukan seseorang akan memengaruhi
pemilhan pasien walaupun tidak daya tangkap dan pola pikir

7
seseorang terhadap informasi dimilikinya. Petugas kesehatan
yang diberikan. Semakin IGD yang dapat melakukan
bertambah usia maka daya tindakan tindakan triase
tangkap dan pola pikir minimal berpendidikan D3
seseorang semakin (Gurning, Karim & Misrawati,
berkembang. Usia cukup 2014). Menurut Wawan &
terhadap tingkat kematangan Dewi (2011), pendidikan
dan kekuatan seseorang akan berarti bimbingan yang
lebih matang dalam berfikir diberikan seseorang terhadap
dan bekerja (Wawan & Dewi perkembangan orang lain yang
2011). menentukan manusia untuk
Tabel 3 Karakteristik responden berbuat dan mengisi
berdasarkan pendidikan. kehidupan. Pada umumnya
Pendidikan (f) (%) makin tinggi pendidikan
D3 13 81,3
seseorang makin mudah
S1 3 18,8
menerima informasi. Lulusan
Jumlah 16 100,0
diploma 3 memiliki
Karakteristik responden
kemampuan yang cukup untuk
berdasarkan pendidikan yang
dapat melakukan pengambilan
paling banyak adalah
keputusan dalam menentukan
pendidikan D3 sebanyak 13
hasil triase pasien di ruang
orang (81,3%). Hasil
IGD (Gurning, Karim &
penelitian ini Gurning, Karim
Misrawati, 2014).
& Misrawati (2014) yang
Menurut Mubarak
menunjukkan mayoritas
(2011), meskipun untuk
pendidikan responden adalah
lulusan Program Diploma III
D3 sebanyak 18 orang
disebut juga sebagai perawat
(59,4%). Hasil penelitian ini
profesional pemula yang
sama dengan penelitian
sudah memiliki sikap
Hajirin, Adi & Windyastuti
profesional yang cukup untuk
(2017) yang menunjukkan
menguasai ilmu keperawatan
mayoritas memiliki
dan keterampilan professional
pendidikan D3 sebanyak 22
yang mencakup keterampilan
orang (88%).
teknis, intelektual, dan
Menurut Notoatmodjo
interpersonal dan diharapkan
(2010), mengatakan bahwa
mampu melaksanakan asuhan
tingkat pendidikan seseorang
keperawatan professional
akan memengaruhi
berdasarkan standar asuhan
pengetahuannya. Petugas
keperawatan dan etik
kesehatan IGD yang dapat
keperawatan, namun
melakukan tindakan triase
pendidikan keperawatan harus
minimal berpendidikan D3
dikembangkan pada
keperawatan. Semakin tinggi
pendidikan tinggi sehingga
pendidikan seseorang semakin
dapat menghasilkan lulusan
mudah pula mereka menerima
yang memiliki sikap,
informasi dan makin banyak
pengetahuan dan keterampilan
pula pengetahuan yang

8
profesional agar dapat semakin meningkat
melaksanakan peran dan pengalamannya, sebaliknya
fungsinya sebagai perawat semakin singkat orang bekerja
professional. maka semakin sedikit kasus
Tabel 3 Karakteristik responden yang ditanganinya. Masa kerja
berdasarkan lama kerja perawat berpengaruh pada
Pekerjaan (f) (%) pengetahuan dan keterampilan
< 5 tahun 6 37,5
yang yang dimiliki. Proses
5-10 tahun 9 56,3
>10 tahun 1 6,2
belajar dapat memberikan
Jumlah 16 100,0 keterampilan, apabila
Karakteristik responden keterampilan tersebut
berdasarkan lama kerja yang dipraktikkan, akan semakin
paling banyak adalah 5-10 tinggi tingkat
Tahun sebanyak 9 orang ( keterampilannya, hal ini
56,3%). Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh masa kerja
sesuai dengan hasil penelitian seseorang yang bekerja dalam
Santosa, Bakar & Wahyuni suatu badan/instansi. Semakin
(2015) yang menunjukkan lama seseorang bekerja, maka
mayoritas responden memiliki keterampilan dan
lama bekerja 5-10 tahun pengalamannya juga semakin
sebanyak 8 orang (66,7%). meningkat (Robbins & Judge
Berdasarkan rentang 2018).
lama masa kerja responden
diatas menunjukkan mayoritas 2. Pengetahuan perawat tentang
> 5 tahun, hal ini tentu saja triase di UGD RSUD Kota
akan memengaruhi Surakarta
Tabel 4 Pengetahuan perawat
pengalaman responden dalam
bekerja maupun tingkat tentang triase di
pengetahuan responden. Hal UGD RSUD Kota
ini sesuai dengan konsep teori Surakarta
Pengetahuan (f) (%)
bahwa tingkat pengetahuan
Ringan 0 0,0
seseorang dipengaruhi juga
Sedang 4 25,0
oleh tingkat pengalaman Tinggi 12 75,0
dalam bekerja (lama masa Jumlah 16 100,0
kerja). Tingkat pendidikan Distribusi tingkat
seeorang yang semakin tinggi pengetahuan perawat triase
maka pengalaman akan yang paling banyak adalah
semakin luas, sedangkan tinggi sebanyak 12 orang
semakin tua umur seseorang, (75%). Hasil penelitian ini
maka pengalaman semakin sesuai dengan hasil penelitian
banyak (Notoadmojo, 2010). Santosa, Bakar & Wahyuni
Menurut Arfianti (2010), (2015) yang menunjukkan
bahwa semakin lama bahwa mayoritas responden
seseorang bekerja semakin memiliki pengetahuan baik
banyak kasus yang sebanyak 9 orang (75%). Hasil
ditanganinya sehingga

9
penelitian ini sama dengan hasil dapat mematuhi setiap tindakan
penelitian Hajirin, Adi & yang dilakukannya.
Windyastuti (2017) yang Menurut Setyo uji (2015)
menunjukkan mayoritas pengetahuan atau kognitif
pengetahuan baik sebanyak 11 merupakan domain yang sangat
orang (44%). penting untuk terbentuknya
Pengetahuan tentang suatu tindakan. Perilaku yang
triase yang dimiliki oleh didasari pengetahuan akan lebih
petugas kesehatan IGD akan langgeng dari pada yang tidak
sangat membantu petugas didasari pengetahuan Semakin
dalam mengenal kasus-kasus rendah pengetahuan seseorang
kegawatan dan selain berguna tentang triase maka tindakan
untuk kualitas pelayanan juga terhadap triase berdasarkan
dapat mencegah kematian dan prioritas juga tidak akan sesuai.
kecacatan lebih lanjut (Gurning,
2012). Pengetahuan 3. Tingkat ketepatan pemberian
merupakan salah satu faktor label triase di UGD RSUD
yang sangat penting yang dapat Kota Surakarta
memengaruhi keterampilan Tabel 5 Tingkat ketepatan
seseorang, apabila petugas pemberian label triase
tersebut memiliki pengetahuan di UGD RSUD Kota
yang baik tentang pekerjaannya, Surakarta
maka dia akan dapat Ketepatan (f) (%)
menyelesaikan pekerjaan Tidak tepat 2 12,5
tersebut dengan baik, dan Tepat 14 87,5
demikian sebaliknya. Demikian Jumlah 16 100,0
juga hasil penelitian yang Distribusi ketepatan
dilakukan oleh Lusiana (2011), pemberian label triase yang
tingkat pengetahuan perawat paling banyak adalah tepat
terhadap tindakan triase dari 32 sebanyak 14 orang (87,5). Hasil
responden menunjukkan penelitian ini sesuai dengan
sebagaian besar mempunyai penelitian Santosa, Bakar &
tingkat pengetahuan yang baik Wahyuni (2015) yang
yaitu sebanyak 17 responden menunjukkan ketepatan
(53,1%). Pengetahuan pemberian label yang banyak
merupakan aspek penting yang adalah tepat sebanyak 5 orang
harus dimiliki seorang petugas (41,7%). Hasil penelitian ini
karena dapat memengaruhi didukung penelitian Gustia &
keterampilan tertang triase. Manurung (2018) yang
Pengetahuan yang tinggi menunjukkan ketepatan
seseorang akan mampu penilaian triase paling banyak
melaksanakan semua tugas tepat sebanyak 14 orang
secara efektif dan efisien, (82,4%).
sehingga kinerja semakin Ketepatan penilaian triase
membaik. Seseorang dengan ini dipengaruhi oleh beberapa
tingkat pengetahuan yang tinggi hal diantaranya adalah tingkat

10
pendidikan perawat yang rata- 4. Hubungan pengetahuan perawat
rata terdiri dari perawat lulusan tentang triase dengan tingkat
diploma, pelatihan ketepatan pemberian label triase
kegawatdaruratan yang di UGD RSUD Kota Surakarta
menunjang BTCLS yang telah Tabel 6 Hubungan
diikuti dan lama kerja perawat pengetahuan perawat
yang melakukan proses triase tentang triase dengan
yaitu diatas lima tahun telah tingkat ketepatan
bekerja di IGD. Hal ini pemberian label triase
didukung dengan hasil di UGD RSUD Kota
penelitian dari Prasetyantoro Surakarta
(2013), tentang ketepatan Variabel P value
penilaian triase dengan tingkat Pengetahuan- 0,006
keberhasilan penanganan pasien ketepatan
yaitu dari 62 responden Hasil uji rank spearman
menunjukkan sebagaian besar didapatkan nilai p value 0,006
tepat dalam menilai triase yaitu sehingga p value < 0,05 yang
50 responden (80,65%). berarti ada hubungan
Demikian juga penelitian pengetahuan perawat tentang
yang dilakukan oleh Nonutu triase dengan tingkat ketepatan
(2015), tentang jumlah pemberian label triase di UGD
kunjungan pasien dengan RSUD Kota Surakarta. Hasil
ketepatan triase yaitu dari 136 penelitian ini sejalan dengan
responden menunjukkan penelitian Santosa, Bakar &
sebagaian besar tepat dalam Wahyuni (2015) yang
menilai triase yaitu 83 menunjukkan adanya hubungan
responden (61%), Sejalan tingkat pengeathuan dan
dengan hasil penelitian yang tindakan labeling triase dengan
dilakukan oleh Sumarno (2017), nilai p value 0,002.
tentang ketepatan pelaksanaan Sesuai dengan teori yang
triase dengan tingkat kepuasan dikemukakan oleh Nasim
keluarga yaitu dari 120 (2011), bahwa pengetahuan
responden menunjukkan yang baik sangat berpengaruh
sebagaian besar tepat dalam pada ketepatan penilaian triase
menilai triase yaitu 114 yang baik pula, pengetahuan
responden (95,0%). Sedangkan baik dimiliki kedalam bentuk
4 responden tidak tepat dalam tindakan dimana perawat harus
melakukan penilaian triase memiliki kemampuan baik
(16%). dilakukan triase oleh dalam komunikasi efektif,
perawat dengan tidak tepat ini objektifitas dan kemampuan
dipengaruhi oleh tingginya dalam membuat keputusan
angka kunjungan pasien yang klinis secara tepat dan agar
datang sehingga mengganggu penilaian triase setiap pasien
fokus tugas perawat dalam menjadi maksimal. Di Instalasi
melakukan penilaian triase. Gawat Darurat (IGD)
pengetahuan dan ketepatan

11
penilaian triase perawat sangat adalah dengan melakukan in
dibutuhkan terutama dalam house training (Purwaningsih,
pengambilan keputusan klinis 2015). Pengetahuan perawat
dimana pengetahuan sangat tentang label triase akan
penting dalam penilaian awal. meningkatkan kemampuan
Perawat harus memprioritaskan dalam melakukan triase
perawatan pasien atas dasar (Santoso, 2015). Demikian juga
pengambilan keputusan yang hasil penelitian yang dilakukan
tepat, untuk mendukung hal oleh Gurning (2012),
tersebut dibutuhkan pengetahuan perawat
pengetahuan dan ketepatan mempunyai hubungan terhadap
dalam melakukan tindakan tindakan triase
keperawatan.Pengetahuan dan
ketepatan penilaian triase IV. SIMPULAN
perawat sangat karena perawat 1. Karakteristik responden
merupakan ujung tombak utama berdasarkan jenis kelamin yang
dalam sebuah pelayanan palling banyak adalah
khususnya pelayanan di ruang perempuan sebanyak 10 orang
gawat darurat (Oman, 2008). (62,5%), umur memiliki rata-
Semakin baik tingkat rata 29,19 tahun, pendidikan
pengetahuan maka akan yang paling banyak adalah
semakin terampil dalam pendidikan D3 sebanyak 13
pelaksanaan triase. Pengetahuan orang (81,3%), lama kerja yang
yang tinggi seseorang akan paling banyak adalah 5-10
mampu melaksanakan semua Tahun sebanyak 9 orang (
tugas secara efektif dan efisien, 56,3%).
sehingga kinerja semakin 2. Distribusi tingkat pengetahuan
membaik. Seseorang dengan perawat triase yang paling
tingkat pengetahuan yang tinggi banyak adalah tinggi sebanyak
dapat mematuhi setiap tindakan 12 orang (75%).
yang dilakukannya (Martanti, 3. Distribusi ketepatan pemberian
2015). In house training label triase yang paling banyak
merupakan kegiatan yang dapat adalah tepat sebanyak 14 orang
mempengaruhi tingkat (87,5).
pengetahuan (Siagian & 4. Ada hubungan pengetahuan
Kristanto, 2019) Dengan perawat tentang triase dengan
dilakukanya inhouse training tingkat ketepatan pemberian
triase untuk perawat dan label triase di UGD RSUD
pelatihan gawat darurat dapat Kota Surakarta dengan nilai p
meningkatkan pengetahuan value 0,006
perawat. Inhouse training V. DAFTAR PUSTAKA
dilakukan bulan Sepetember Ardiyani, V.M., Andri, M.T., dan
2018 sebelum akreditasi rumah Eko, R. 2015. Analisis
sakit. Peningkatan kemampuan
Peran Perawat Triase
perawat dapat dicapai dengan
beberapa cara salah satunya Terhadap Waiting Time

12
dan Length of Stay Pada Dinkes Jateng. (2014). Profil
Ruang Triage di Instalasi kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013.
Gawat Darurat Rumah
Semarang: Dinkes Jateng.
Sakit dr.Saiful Anwar ESI (Emergency Severity Index,
Malang. Jurnal CARE 3 2012). A Triase Tool for
(1): 39-50 Emergency Department
Astuti, E. 2016. Kebijakan Standar Care, Version 4.
Implementation Handbook
Layanan dan Fasilitas IGD.
2012 Edition. AHRQ.
Pelatihan Triase Ganida, Annissa Putri.2018.
Keperawatan Gawat Gambaran Pendidikan,
Darurat di Rumah Sakit. Pelatihan Dan Lama Kerja
Optimalisasi Pelaksanaan Terhadap Pengetahuan
Perawat di IGD RSUD Deli
Triase Keperawatan Gawat
Serdang Tahun 2017.
Darurat Sebagai Upaya http://repositori.usu.ac.id/h
Efisiensi dan Efektifitas andle/123456789/2731
Pelayanan Pasien di IGD Gilboy, N., Tanabe, P., Travers,
Untuk Mendukung D., dan Rosenau, A.M.
Pelayanan yang Berkualitas 2012. Emergency Severity
Serta Menunjang Index (ESI): A Triage
Akreditasi KARS-JCI. 13- Tool for Emergency
15 Mei 2016. Yogyakarta Department.
Ayuningtyas, D. 2014. Kebijakan Implementation Handbook
Kesehatan Prinsip dan .4th ed.AHRQ Publication
Praktik. Edisi 2. Rajawali Gustia, Mila & Manurung,
Pers. Jakarta: 8. Melva.2018. Hubungan
Christ, M., Grossmann, F., Winter, ketepatan penilaian triase
D., Bingisser, R., dan Platz, dengan tingkat
E. 2010. Modern Triage in keberhasilan penanganan
The Emergency pasien cedera kepala di
Department. Dtsch Arztebl IGD Rsu Hkbp Balige
Int 107(50): 892-898 Kabupaten Toba Samosir.
Datusanantyo, R.A. 2013. Jurnal Jumantik Vol. 3
Emergency Severity Index No.2
(ESI): Salah Satu Sistem Gurning, Yanty. (2015). Hubungan
Triase Berbasis Bukti. Tingkat Pengetahuan dan
RAD Journal 10(7):1-3. Sikap Petugas Kesehatan
IGD Terhadap Tindakan
Dahlan, Soifudin. (2011). Metode Triase Berdasarkan
Penelitian Kesehatan. Prioritas. Jurnal Publikasi.
Jakarta: UI Press. Riau : Universitas Riau.
Dewi, Kartikawati. (2013). Buku Handel, D., Epstein, S., Khare, R.,
Ajar Dasar–Dasar
Keperawatan Gawat Abernethy, D., Klauer, K.,
Darurat Jakarta : Salemba Pilgrim, R., Soremekun, O.,
Medika. dan Sayan, O. 2011.

13
Interventions to Improve Kepmenkes. (2014). Standar
the Timeliness of Instalasi Gawat Darurat
Emergency Care. (IGD) Rumah Sakit. Jakarta
Academic Emergency : Menteri Kesehatan
Medicine 18(12): 1295- Republik Indonesia.
1302. Laoh, J. M., & Rako, K. (2014).
Hidayat, A. (2011). Metode Gambaran Pengetahuan
Penelitian Kesehatan Perawat Pelaksana dalam
Paradigma Kuantitatif,
Penanganan Pasien Gaeat
Jakarta: Heath Books.
Hidayati, H. 2014. Standar Darurat di Ruangan IGDM
Pelayanan Kesehatan BLU RSUP. Prof. Dr. R. D.
Pasien IGD di Rumah Sakit Kadou Manado. Juiperdo,
Umum Abdul Wahab 43-51
Sjahranie Samarinda. Leading Practices in emergency
eJournal Administrasi Departement Patient
Negara 3(2): 653-665. Experience. (2010).
Hidayati, A.N., Suryawati, C., Ontario Hospital
Sriatmi, A. 2014. Analisis Asociation.
Hubungan Karakteristik Mahmoodian, F., Eqtesadi, R., dan
Pasien Dengan Kepuasan Ghareghani, A. 2014.
Pelayanan Rawat Jalan Waiting Times in
Semarang Eye Center Emergency Department
(SEC) Rumah Sakit Islam After Using The
Sultan Agung Semarang. Emergency Severity Index
Jurnal Kesehatan Triage Tool. Arch Trauma
Masyarakat (e-Journal) 2 Res 3(4):
(1): 9-14 e19507.http://www.ncbi.nl
Kartikawati, N. Dewi. (2013). m.nih.gov/pmc/arti
Buku Ajar Dasar-dasar cles/PMC4329231/
Keperawatan Gawat Meggy Sukma S. Sumarno,Amatus
Darurat. Salemba Medika: Yudi Ismanto & Yolanda
Jakarta. Bataha.2017. Hubungan
Kemenkes RI. 2012. Pedoman ketepatan pelaksanaan
Teknis Bangunan Rumah triase dengan tingkat
Sakit Ruang Gawat kepuasan keluarga pasien
Darurat. Jakarta:1-8 di instalasi gawat darurat
Kepmenkes. (2012). Pedoman RSUP PROF. DR. R. D.
Teknis Bangunan Rumah Kandou Manado. e-journal
Sakit Ruang Gawat Keperawatan ( e-Kp )
Darurat. Jakarta: Menteri Volume 5 Nomor 1,
Kesehatan Republik Musliha. (2010). Keperawatan
Indonesia. Gawat Darurat plus contoh
askep dengan pendekatan

14
NANDA, NIC, triase di IGD Rumah Sakit
NOC.Yogyakarta: Nuha Petrokimia Gresik. Jurnal
Medika Publikasi. Vol. 2. No. 1.
Nurhasim, S (2015). pengetahuan Siagian, S. 2014. Manajemen
perawat tentang respon sumber daya manusia.
time dalam penanganan
Jakarta: PT Bumi Aksara.
gawat darurat di ruang
triase RSUD karang anyar Sugiyono. (2010). Metode
. Program studi S1 Penelitian Kuantitatif,
keperwatan : Stikes Kualitatif, dan R & D.
kusuma Husada Surakarta. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi. (2010). Prosedur
Pusponegoro, A.(2010). Kasus
Penelitian, Suatu Tinjauan
Trauma adalah “Silent Praktek. Jakarat: Rineka
Disaster”. Bandung: Cipta.
Penerbit Alfabeta. Suhartati, et al. (2011). Standar
Sabriyanti, (2012). Faktor-Faktor Pelayanan Keperawatan
Yang Berhubungan Dengan Gawat Darurat di Rumah
Ketepatan Waktu Tanggap Sakit. Jakarta: Direktorat
Penanganan Kasus Pada Bina Pelayanan
Response Time I Di Keperawatan dan
Instalasi Gawat Darurat Keteknisan Medik
Bedah Dan Non-Bedah Direktorat Jenderal Bina
RSUP DR.Wahidi Upaya Kesehatan
Sudirohusodo, Jurnal Kementerian Kesehatan RI
Universitas Hasanudin, .
Dalam http:// Sumarno, dkk (2017). Hubungan
pasca.unhas.ac.id. Diakses ketapatan pelaksanaann
15 April 2016. triase dengan tingkat
Santosa, dkk (2014). Hubungan kepuasan keluarga pasien
pengetahuan perawat di Instalasi Gawat Darurat
tentang pemberian label RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado
triase dengan tindakan
perawat berdasarkan label

15

Anda mungkin juga menyukai