Anda di halaman 1dari 7

ANALISA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PANJANG PERAWATAN (LOS)

PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT AR BUNDA


PRABUMULIH TAHUN 2023

PROPOSAL

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh :

Ratna Oktavia

NIM : 211000414201113

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITA PRIMA NUSANTARA

BUKIT TINGGI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instalasi gawat darurat menjadi main door untuk menangani kasus dengan
kegawatdaruratan di rumah sakit (Fakhrizal et al, 2020). Gawat adalah suatu kondisi yang
mengancam jiwa atau nyawa sedangkan darurat yaitu keadaan yang harus diberi tindakakan
segera agar pasien selamat (Akhirul & Fitriana, 2020). Menurut Permenkes RI no.47/2018
mengenai pelayanan kegawatdaruratan dijelaskan bahwa pasien yang masuk keruang IGD di
rumah sakit akan melalui lima tahap dari alur pelayanan kegawatdaruratan. Tahap pertama yaitu
penilaian (triase) sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan yaitu dalam triase hijau, kuning,
merah, atau hitam. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling krusial dan dilakukan secara
singkat dan cepat. Tahapan selanjutnya yaitu melakukan survei primer dan sekunder,
penatalaksanaan definitive, serta dirujuk sesuai kondisi pasien.
Berdasarkan data jumlah pasien yang masuk melalui IGD di seluruh rumah sakit dunia
mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu sebesar +_30 % (Risa Afifah, Hyang Wreksagung,
2022). Pasien yang ke IGD di RS Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan karena
adanya pandemi Covid-19 yaitu jumlah kunjungan mencapai 15.786.974 (Baitu Sholehah, Untun
Irfandi, Yudho Tri Handoko, 2022).
Sebagai ujung tombak rumah sakit, IGD merupakan garis terdepan dan sekaligus pintu
masuk mendapat layanan kesehatan dirumah sakit. Sesuai kebutuhan, pasien gawat darurat dapat
akses ke layanan IGD, pasien harus mendapat layanan secara cepat dan tepat sesuai kebutuhan
medis. Ketika jumlah pasien di IGD meningkat di saat lonjakan kasus tinggi, unit IGD sering
mengalami kekurangan ketersediaan sumber daya termasuk tenaga kesehatan sehingga
berdampak pada waktu tunggu pasien yang lama untuk mendapat layanan (Anang, 2017; Fitri et
al,2022).
Length Of Stay (LOS) pasien di IGD adalah suatu rentang waktu yang dibutuhkan pasien
gawat darurat diukur mulai dari pasien datang sampai ditransfer atau dipindahkan ke unit atau
ruangan lain. Emergency Departtement Length Of Stay (EDLOS) mendefiniskan sebagai lama
waktu pasien mulai dari pendaftaran sampai fisik pasien meninggalkan instalasi gawat darurat
(IGD) (Ardiyani, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Bukhari, (2014) dengan judul Analysis
Of Waiting time In Emergency Department Of AL-Noor Specialist Hospital, Makkah, Saudi
Arabia menjelaskan bahwa untuk 7604 kunjungan yang dianalisa rata-rata EDLOS adalah 3,02
sampai dengan 503 jam bahkan ada beberapa pasien yang menghabiskan waktu sampai 8 jam
sampai pasien dipindahkan keruang rawat inap.
Standar Internasional menetapkan lamanya Length Of Stay (LOS) di unit gawat darurat
(UGD) adalah kurang dari 8 jam (Rose, et al, 2012). Namun di beberapa negara didunia seperti
di Inggris, Australia, Iran, Kanada dan Amerika waktu Length Of Stay (LOS) pasien di unit gawat
darurat (UGD) adalah 4 jam (Pitang, Widjayanto dan Ningsi, 2016). Joint Commission, (2013)
mendefinisikan bahwa LOS sebagai kondisi menahan pasien yang ada di IGD atau unit
penempatan sementara sampai diputuskannya rawat inap atau dipindahkan ke unit lain,
direkomendasikan agar Length Of Stay (LOS) tidak lebih dari 4 jam untuk kepentingan
keselamatam pasien dan kwalitas pelayanan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahab, dkk (2001)
dengan judul Analisa Faktor-faktor yang berhubungan dengan Length Of Stay (LOS) pasien di
IGD RSUD Cibinong menjelaskan bahwa rata-rata lama waktu tunggu pasien (Length Of Stay)
di IGD RSUD Cibinong dengan waktu <6 jam didapatkan berjumlah 49 orang (54,4%), waktu >
5 jam didapatkan 41 orang (45,6%).
Waktu Los pasien di IGD di pengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian pada Al-Noor
Specialist Hospital menyatakan LOS dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengecekkan
laboratorium, waktu pasien masuk ke pengkajian, pasien masuk ke trauma, keputusan akhir
pemeriksaan fisik, respon keputusan akhir, waktu konsultasi, manajemen kritis pearawatan
pasien (Bukhari H, 2014).waktu memanjangnya LOS disebabkan oleh penetapan jenis triage
pasien yang biasanya memanjang pada semi urgent atau non urgent yang membutuhkan
perawatan 61 menit samapai 2 jam (Kartikawatiningsih D, 2016), terbatasnya jumlah tempat
tidur di IRNA sampai pasien ditempatkan di lorong-lorong IGD yang menyebabkan pasien
rujukan mengeluh tidak segera dipindahkan ke bangsal umum (Horwitz et al, 2010, Kolker,
2008: Yen & Gorellick, 2007), menunggu hasil laboratorium (patologi atau radiologo) dimana di
beberapa rumah sakit masih terbelakang dan menyebabkan tertunda pelayanan pasien (Deriret
dan Richards, 2000), dan kurangnya jumlah tenaga kesehatan baik dokter ataupun perawat di
IGD akan berdampak pada keefektifan perawatan dan keamanan pasien (Deriet dan Richards,
2000).
Length Of Stay (LOS) yang memanjang berpotensi menimbulkan kondisi crowding
(penumpukkan pasien) di IGD sehingga dapat meningkatnya kejadian tidak diharapkan (KTD),
(Yarmohammadian , 2017). IGD Crowding adalah suatu kondisi dimana permintaan layanan
darurat melebihi kemampuan IGD dalam memberikan perawatan berkwalitas dalam kerangka
waktu yang tepat. Penyebab terjadinya kondisi crowding di iGD dibagi menjadi 3 faktor yaitu :
faktor input, faktor throughtput dan faktor output (Yarnohammadian, 2017) ketiga faktor akan
sangat berdampak pada layanan pasien (LOS) selama berada di IGD. The Emergency Modelof
Care menetapkan target proses Throughtput dalam 4 jam, dan membagi target Throughtput time
tersebut dalam 3 kerangka waktu yang manageable (The 2:1:1 time frame model). Throughput
pada time frame pertama, dimulai dari kedatangan pasien ke IGD (Registration), kemudian
dilakukan triage pemilahan pasien berdasarkan tingkat Acuity pasien, kemudian dilakukan
assesment IGD (pemeriksaan awal dan diagnosis penunjang) dan rencana pertama karena pada
frame dimulai dari kedatangan pasien (Registration), dilakukan triage pemilahan pasien
berdasarkan tingkat Acuity pasien, dilakukan asessment IGD (pemeriksaan awal diagnostik
penunjang) dan rencana pengolahan klinis.
Faktor input dan output dikaitkan dengan masalah kesehatan yang lebih luas di luar
kewenangan IGD, oleh karena itu faktor througput menjadi fokus utama penanganan crowding di
IGD, dan indikator penting dari proses througput pasien di IGD adalah . Length Of Stay (LOS).
Survey awal yang dilakukan peneliti di IGD RSUD Dr. Sortomo Surabaya, amsih ditemukan
komplain dan data memanjangnya Length Of Stay (LOS) dari target 6 jam yang telah ditetapkan.
Data supervisi IGD bulan Agustus 2017 mencatat sekitar 47,2% menghabiskan waktu lebih dari
6 jam di IGD, dimana dari jumlah tersebut 28,1% nya menunggu lebih dari 12 jam, namun faktor
yang berhubungan dengan througput time atau Length Of Stay (LOS) pasien di IGD RSUD Dr.
Soetomo surabaya belum diketahui.
Penelitian mengenai LOS di salah satu Rumah Sakit di Jakarta menunjukkan faktor yang
mempengaruhi LOS antara lain usia pasien yang semakin tua memperpanjang waktu LOS, tidak
adanya surat rujukan akan memperpanjang waktu LOS dari pada pasien yang ada surat rujukan,
triage pasien untuk pasien dengan status emergensi LOS lebih memanjang dibanding tanpa status
emergensi (Jus E, 2008). LOS di RSUP Dr. Sardjito menyatakan terdapat beberapa faktor yang
diduga menjadi resiko penyebab pasien stagnan yang berdampak pada LOS yang panjang antara
lain adanya pengelompokkan penyakit yang membutuhkan bangsal khusus (cohorting),
menunggu fogging ruang bangsal, kesibukkan perawat dibangsal, keterbatasan tenaga pengantar
yang menjadi penyebab kondisi di IGD menjadi semakin penuh (Singer et al, 2011).
Faktor-faktor yang dikemukakan berdasarkan penelitian diatas akan mempengaruhi
waktu LOS pasien di IGD. Hal ini mengakibatkan timbbulnya ketidaksesuaian (memanjangnya)
waktu LOS di IGD seperti menambah waktu tunggu pasien untuk diperiksa, banyaknya pasien
yang meninggalkan IGD tanpa diperiksa, lamanya pindah ke bangsal atau stagnan 8 jam (Singer
et al, 2011). Memanjangnya LOS mengakibatkan penanganan berdasarkan sitem triage biasanya
memanjang pada pasien semi urgen dan non urgent yang mengakibatkan ketidakpuasan pasien,
ketidakefektifan penanganan dan keselamatan pasien (Kartikawatiningsih D, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa staf di IGD Rumah Sakit AR Bunda
Prabumulih didapat data bahwa terdapat beberapa masalah yang dihadapi dari IGD RS AR
Bunda Prabumulih yang bisa saja mempengaruhi LOS, menurut staf IGD RS AR Bunda
Prabumulih antara lain waktu transfer pasien yang lama ke rawat inap dikarenakan tempat tidur
yang belum tersedia di IRNA. Ketersediaan tenaga kesehatan (dokter atau perawat) di IGD,
dokter berjumlah 9 0rang, perawat berjumlah 18 orang, sedangkan untuk petugas pengantar
pasien berjumlah 10 0rang dan semua petugas tersebut dibagi menjadi 3 shift ditambah beban
perawat yang komples. Pasien dengan pengecekkan laboratorium atau radiologi harus menunggu
hasil laboratorium dan radiologi bisa mencapai 1 jam. Pelayanan obat diruang farmasi terkadang
membutuhkan waktu yang lama karena ruang farmasi untuk penembusan resep dari IGD masih
bercampur dengan pasien dari poli dan rawat inap.
Berdasarkan beberapa masalah yang terjadi di IGD RS AR Bunda Prabumulih seperti
waktu tunggu hasil laboratorium, waktu tunggu pelayanan obat diruang farmasi, waktu tunggu
transfer pasien ke IRNA. Peneliti akan mengidentifikasi tiap faktor tersebut dan hubungan
faktor-faktor waktu tunggu hasil laboratorium, waktu tunggu pelayanan obat diruang farmasi dan
waktu transfer pasien ke IRNA dengan waktu LOS pasien di IGD Rumah Sakit AR Bunda
Prabumulih.

1.2 Rumusan Masalah


Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan waktu Length Of Stay (LOS) pasien di
IGD Rumaah Sakit AR Bunda Prabumulih.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menegetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu Length Of Stay (LOS) pasien
di IGD Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi waktu tunggu hasil laboratorium pasien IGD RS AR Bunda
Prabumulih
2. Mengidentifikasi waktu tunggu pelayanan obat di ruang farmasi bagi pasien IGD RS
AR Bunda Prabumulih
3. Mengidentifikasi waktu tunggu transfer pasien ke IRNA untuk pasien dari IGD yang
akan dipindahkan ke IRNS RS AR Bunda Prabumulih.
4. Mengidentifikasi waktu Length Of Stay (LOS) pasien di IGD RS AR Bunda
Prabumulih.
5. Menganalisa hubungan waktu tunggu hasil alboratorium, waktu tunggu pelayanan
obat diruang farmasi, waktu tunggu tersedianya tempat tidur di IRNA terhadap waktu
Length Of Stay (LOS) pasien di IGD RS AR Bunda Prabumulih.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberi pengetahuan untuk tenaga kesehatan di IGD dan mahasiswa baik yang
akan dan yang sedang praktik di IGD Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih atau Rumah
Sakit lain mengenai standar waktu menurut peraturan pemerintah atau menurut penelitian
ini yang telah ditetapkan untuk masing-masing pelayanan seperti waktu tunggu, hasil
laboratorium, waktu tunggu pelayanan obat diruang farmasi, waktu tunggu transfer
pasien ke IRNA dan waktu Length Of Stay (LOS) pasien di IGD. Sehingga bisa
mengupayakan untuk melakukan pelayanan sesuai standar waktu tersebut agar tidak
berdampak pada memanjangnya LOS pasien di IGD.
1.4.2 Manfaat bagi Igd Rumah Sakit AR Bunda Prabumulih
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi untuk IGD RS AR
Bunda Prabumulih mengenai salah satu penilaian kinerja IGD yaitu kesesuaian waktu
Length Of Stay (LOS) pasien di IGD dengan standar waktu LOS pasien di IGD dalam
penelitian dan mengetahui hubungan antara waktu tunggu hasil laboratorium,waktu
tunggu pelayanan obat di ruang farmasi dan waktu tunggu transfer pasien ke IRNA
terhadap waktu LOS pasien di IGD. Sehingga IGD RS AR Bunda Prabumulih dapat
mempertimbangkan peningkatan kinerja faktor-faktor yang berhubungan agar tidak
mempengaruhi LOS pasien di IGD, yang akan berdampak pada peningkatan pelayanan
pasien di IGD RS AR Bunda Prabumulih.

Anda mungkin juga menyukai