Anda di halaman 1dari 21

Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Tindakan dengan Length of Stay

Patients Admission di IGD RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang

Maria Fatimah W.A.F¹ , Titin Andri Wihastuti² , Dewi Kartikawati Ningsih³


¹ Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya,
² Pengajar Program Studi Magister Keperawatan, FKUB
³ Pengajar Program Studi Magister Keperawatan, FKUB
Email: capestranochristian0709@gmail.com

ABSTRAK
Kepadatan pasien (overcrowding) merupakan masalah krisis bagi rumah sakit saat ini dan
berperan penting sebagai garis depan baik atau buruknya kualitas pelayanan. Length of Stay (LOS)
patients admission merupakan indikator pengukuran terhadap proses pelayanan dan penanda
kepadatan pasien. Waktu tunggu memiliki esensi penting dalam mengidentifikasi penyebab
keterlambatan tindakan dan LOS yang memanjang. LOS IGD dipengaruhi oleh input dan troughput
factor. Input faktor: usia, waktu tiba, keluhan utama dan komorbiditas. Troughput faktor: triage level,
door to doctor, kecepatan pemeriksaan laboratorium, kecepatan konsultasi spesialis dan transfer
pasien ke ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor penyebab
keterlambatan tindakan dengan LOS patients admission di IGD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
dengan quota sampling yang berjumlah 200 pasien dan perawat serta dokter. Instrumen
data:lembar observasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
komorbiditas dengan LOS patients admission (p value = 0,001 dan r = - 0,227), antara kecepatan
konsultasi spesialis dengan LOS patients admission (p value = 0,001 dan r = 0,238) dan antara
transfer pasien ke ruangan dengan LOS patients admission (p value = 0,000 dan r = 0,699).
Berdasarkan hasil uji regresi linear disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan adalah transfer
pasien ke ruangan (p value < 0,001, koefisien regresi 0,015 dan koefisien korelasi 0,774).
Kesimpulan: komorbiditas, konsultasi spesialis dan transfer pasien ke ruangan merupakan prediktor
LOS patients admission. Pengembangan centralized bed control dan transporter dapat
mengurangi kepadatan pasien dan mengurangi LOS di IGD
Kata kunci: keterlambatan tindakan, Leng th of stay , patients admis s ion

ABSTRACT
Overcrowding patients is a crisis problem in hospital and plays a significant role as a front line in
hospital which performing good and bad quality of care. Length of Stay (LOS) patients admission
measurement indicator toward service process and patients density marker. Length of stay has
important essence in reviewing process because helping to identify the cause of action delay and
elongated LOS. EDLOS is influenced by input and trough put factor. Input factor: age, coming time,
main complaint and co-morbidity. Trough put factor: triage level, door to doctor, the quickness in
laboratory check, the quickness in specialist consultation and patients transfer to nursing room,
staffing. This study is aimed to analyze the correlation of causing factor on action delay with LOS
patients admission in Prof. Dr. W. Z. Johannes Public Hospital Kupang. This study uses cross
sectional approach and quota sampling by the number of 200 patients and nurses also doctors. Data
was collected by observation sheet. Result of this study shows that there are significant correlation
between co-morbidity with LOS patients admission (p value = 0,001 and r = - 0,227), between the
quickness of specialist consultation with LOS patients admission (p value = 0,001 and r = 0,238) and
between patients transfer to nursing room LOS patients admission (p value = 0,000 and r = 0,699).
Based on the result of linear regression test, it is concluded that factor that has very close correlation
with LOS patients admission patients transfer to nursing room (p value < 0,001, regression coefficient
0,015 and correlation coefficient 0,774). Conclusion: co-morbidity, specialist consultation and patients
transfer to nursing room is LOS patients admission predictor. Developing centralized bed control
dan transporter is mandatory for decrease overcrowding and LOS patients admission in emergency
department.
Keywords:Delay treatment time, Length of stay, patients admission
PENDAHULUAN fasilitas pelayanan/terapi sebelumnya.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Troughput faktor: triage level, door to
merupakan suatu organisasi pelayanan doctor, kecepatan pemeriksaan
kegawatdaruratan pertama selama 24 jam laboratorium, kecepatan konsultasi
pada pasien dengan ancaman kematian spesialis dan transfer pasien ke ruangan,
dan kecacatan. Peningkatan akses regulasi staf dan sistem informasi dan
masyarakat memanfaatkan fasilitas IGD komunikasi. Ketiga komponen tersebut
berbanding lurus dengan peningkatan berhubungan dengan peningkatan LOS
jumlah kunjungan mengakibatkan patients admission di IGD. Penelitian
timbulnya fenomena yang disebut serupa oleh Yoon et al., (2004)
overcrowding /kepadatan pasien dengan menyatakan bahwa adanya faktor internal
segala konsekuensi negatifnya sekaligus dan eksternal seperti karakteristik klinis
menjadi masalah krisis nasional dan pasien, regulasi staf, akses cepat brankar
internasional (Jhonson & Winkelman, oleh health care provider, waktu
2011; Ningsih, 2015). Di Amerika Serikat kedatangan pasien, manajemen praktis,
jumlah kunjungan tahun 2003 diperkirakan dan berbagai jenis pemeriksaan dan
meningkat sebanyak 114 juta atau tindakan berkontribusi terhadap
sebesar 26% dari dekade sebelumnya peningkatan LOS pasien di IGD.
(Barbe et al., 2010). Indonesia Penelitian lainnya yang dilakukan
diperkirakan mencapai 4.402.205 (13,3%) oleh Karaca et al., (2012) menyatakan
dari total kunjungan di rumah sakit umum, bahwa lamanya pasien dirawat di IGD

12%
umummerupakan rujukan
yang tersebar dari rumah
di 1.319 rumah sakit
sakit dapat
terutamadipengaruhi oleh berbagai
waktu kedatangan pasienfaktor
yakni
di Indonesia (Kemenkes, 2009). Total jam 8 pagi sampai jam 10 malam, hari
kunjungan pasien IGD RSUD Prof.Dr.W. senin dan minggu, peningkatan volume
Z.Johannes Kupang tahun 2015 sebanyak pasien, karakteristik pasien, karakteristik
23.445 pasien dengan rata-rata kunjungan rumah sakit dan lokasi IGD rumah sakit.
1953,75 pasien/bulan. Januari– Mei 2016 Handel et al., (2013) juga menyatakan
tercatat 9991. Rata-rata jumlah pasien bahwa karakteristik IGD seperti tipe IGD
yang berkunjung berkisar 60 – 80 setiap rumah sakit, jumlah kunjungan pasien
hari. Dari jumlah tersebut pasien yang yang dirawat, rujukan dan dipulangkan
memenuhi syarat rawat inap sekitar 400 dan karakteristik rumah sakit seperti
orang setiap bulannya. (Profil IGD, 2015 - status rumah sakit, kapasitas tempat tidur
2016) rawat inap dan letak rumah sakit
Length of Stay (LOS) patients berhubungan dengan LOS pasien. Hasil
admission merupakan lamanya pasien penelitian ini menunjukkkan bahwa
dirawat mulai kedatangan sampai semakin tinggi BOR pasien rawat inap
dipindahkan ke ruangan atau unit lain, semakin tinggi pula LOS pasien yang
sebagai indikator pengukuran terhadap dirawat. Semakin tinggi persentase pasien
proses pelayanan dan penanda yang rawat inap semakin tinggi pula LOS
kepadatan pasien. Waktu tunggu memiliki pasien di IGD. Sedangkan Veen et al
esensi penting dalam mengkaji proses (2016) menyatakan bahwa proses
perawatan di IGD karena membantu konsultasi yang dilakukan dapat
mengidentifikasi penyebab keterlambatan meningkatkan LOS sebesar 55% dengan
tindakan dan LOS yang memanjang(Yoon kekuatan hubungan sebesar (OR) 5.6
et al, 2004; McCarty et al., 2009; Karaca (4.0-7.8), terutama pada pasien yang
et al., 2012; Brick et al., 2014). Asplin et akan dirawat dan dilakukan follow up di
al., (2003) mengenalkan sebuah konsep rumah sakit lain.
model overcrowding yang dibaginya Standar baku LOS IGD belum ada
dalam tiga komponen yakni input, namun Canadian Association of
troughput dan output. Input faktor Emergency Physician (CAEP)
merupakan gambaran kondisi pasien merekomendasikan target nasional yang
sebelum tiba di IGD: usia, waktu tiba dan dapat digunakan untuk mengurangi
cara tiba, status kesehatan:keluhan utama dampak negatif dari overcrowding yakni
dan komorbiditas, asuransi kesehatan dan pada median 8 - 12 jam (Affleck et al.,
2013). Di Indonesia, standar pelayanan dengan Length of Stay patients
IGD diatur dalam Kepmenkes No.856 admission di IGD RSUD Prof. Dr. W.Z
tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Johannes Kupang
Minimal bahwa pelayanan IGD dilakukan
selama 24 jam penuh, 7 hari terhadap METODE
kasus gawat darurat, resusitasi dan Desain penelitian yang digunakan
stabilisasi (life saving). Waktu tunggu cross sectional. Pengumpulan data pada
pasien saat kedatangan pasien < 5 menit. bualn Mei 2016 dilanjutkan dengan
Pada kondisi kepadatan pasien penelitian di IGD RSUD Prof. Dr. W. Z.
manajemen IGD dapat menerapkan lama Johannes Kupang pada tanggal 25 Juni
rawat < 6-8 jam (Depkes, 2011). sampai 9 Juli 2016. Teknik pengambilan
Keberhasilan pencapaian target sangat sampel dengan quota sampling,
tergantung dari manajemen leadership berjumlah 200 pasien dan perawat serta
lingkup IGD dan rumah sakit (Ningsih, dokter Instrumen yang digunakan adalah
2015). Hasil ini didukung oleh penelitian lembar observasi.
sebelumnya yang dilakukan oleh
Bernstein et al.,(2008) bahwa padatnya HASIL PENELITIAN
pasien di ruangan perawatan disertai
jumlah staf dokter dan perawat yang Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
terbatas berpotensi menimbulkan Berdasarkan, Jenis kelamin,
keterlambatan tindakan dan pengobatan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan

tidak adekuat
kebutuhan akibat Regulasi
perawatan. peningkatan
staf Responden
W.Z. Johannes di RSUD
KupangProf Dr.
bulan
dokter dan perawat penting sebagai Juni - Juli 2016 (n=200)
elemen kunci dalam proses perawatan Variabel Klasifikasi f (%)
pasien di IGD (Zarea et al., 2009). Jenis 1. Laki-laki 115 57,5
Menurut Schneider et al., (2007) kelamin
menjelaskan bahwa rasio perawat/pasien 2.Perempuan 85 42,5
1:4. Sedangkan dokter 1:10. Depkes Tingkat 1. SD 43 21,5
(2011) menyebutkan perhitungan rasio pendidika
perawat dan pasien dilakukan n
berdasarkan jumlah dan kebutuhan 2. SLTP 44 22
pasien. Rekomendasi untuk kebutuhan 3. SLTA 61 30,5
tenaga berbeda antara level IGD. Rasio 4. PT 52 26
perawat /pasien untuk kategori IGD level Pekerjaan 1. PNS 87 43,5

III 1:7. 2. Non


PNS 113 56,5
Hasil studi pendahuluan didapatkan
gambaran umum Rumah Sakit Umum Berdasarkan tabel di atas
Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang didapatkan bahwa responden terbanyak
termasuk rumah sakit tipe B pendidikan adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak
dan pusat rujukan untuk seluruh rumah 115 orang (57,5%). Tingkat pendidikan
sakit umum daerah di Nusa Tenggara paling banyak SLTA sebanyak 61 orang
Timur. Berdasarkan data profil RS (30,5%), dan Jenis Pekerjaan paling
didapatkan BOR sebesar 73%. Hal ini banyak Non PNS sebanyak 113 orang (
menunjukkan bahwa pemanfaatan 56, 5 %)
pelayanan kesehatan oleh masyarakat
lebih dari standar nasional yaitu 60%
(Profil RS, Maret 2016). Hasil observasi
dan diskusi dengan kepala perawat IGD
menyatakan masih terjadi boarding pasien
sekitar 5 – 10 orang setiap shift, sehingga
pasien menunggu 2 - 3 hari.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti tentang: analisis
faktor penyebab keterlambatan tindakan
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Tabel 4.Distribusi Frekuensi Responden
Responden Berdasarkan Usia di Dokter Jaga Berdasarkan, Jenis
RSUD Prof Dr. W.Z. Johannes kelamin, Lama Kerja, Pelatihan di RSUD
Kupang bulan Juni - Juli 2016 ProDr.W.Z.Johannes Kupang bulan Juni-
(n=200) Juli 2016(n=30)
Variabel Median Min Max 95% CI Variabel Klasifikasi f (%)
Usia 53.50 18 94 50,83 – Jenis 1. Laki-laki 6 54,5
responden 56,16 kelamin
(tahun) 2. Perempuan 5 45,5
Lama 1. < 2 tahun 4 36,4
Berdasarkan tabel di atas didapatkan kerja
bahwa median usia responden adalah 2. > 2 tahun 7 63,6
54,50 tahun, artinya 50% responden Pelatihan 1. Pernah 11 100
berumur < 53,50 tahun dan 50% 2. Tidak pernah 0 0
responden lainnya berusia > 53,50 tahun. Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan
Usia termuda 18 tahun, tertua 94 tahun. bahwa jenis kelamin Dokter jaga yang
Dari hasil estimasi interval dapat bertugas di IGD paling banyak adalah
disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa laki-laki sebanyak 6 orang (54%) dengan
rata-rata usia responden adalah diantara lama kerja paling banyak sebanyak 7
50,83 sampai dengan 56,16 tahun. orang (63,6 %) dan seluruh Dokter jaga
IGD telah mengikuti pelatihan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden kegawatdaruratan sebanyak 35 orang
Perawat Berdasarkan, Jenis (100%).
kelamin, Tingkat Pendidikan,
Pelatihan di RSUD Prof Dr. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik
W.Z. Johannes Kupang bulan Klinis Responden di RSUD Prof Dr. W.Z.
Juni - Juli 2016 (n= 30) Johannes Kupang bulan Juni-Juli 2016
Variabel Klasifikasi f % (n=200)
Karakteristik klinis f %
Jenis 1. Laki-laki 8 23 responden
kelamin Triage level
2. Perempuan 27 77 - Tepat 195 97,5
Tingkat 1. D III 27 77 - Tidak tepat 5 2,5
pendidikan Komorbiditas

2.
3. D IV
Sarjana.Kep 3
5 9
14 -- Ya
Tidak 114
86 57
43
1. Pernah 35 100 Keluhan utama:
Pelatihan 2. Tidak 0 0 - Gangguan sirkulasi 24 12
pernah - Gangguan pencernaan 53 26.5
- Hematologi & imunitas 6 3
Berdasarkan tabel di atas dapat - Respiratory 28 14
dijelaskan bahwa jenis kelamin perawat - Infeksi dan parasit 2 1
yang bertugas di IGD sebagian besar - Metabolik endokrin 8 4
adalah perempuan sebanyak 27 orang (77 - Saraf 23 11.5
%) dengan tingkat pendidikan paling - Genitourinaria 13 6.5
banyak adalah D III Keperawatan - Injury dan keracunan 2 1
sebanyak 27 orang (77%) dan seluruh - Psikiatri 2 1
perawat IGD telah mengikuti pelatihan - Muskuloskeletal 20 10
kegawatdaruratan sebanyak 35 orang -- Neoplasma
Lain-lain 1
18 0,5
9
(100%)
Waktu Tiba
- Pagi 77 38,5
- Siang 58 29
- Malam 65 32,5
Berdasarkan tabel di atas didapatkan (95% CI: 55,8754 – 73,1346) dengan
97,5 % perawat dapat melakukan triage median 55 menit. Hasil analisis jumlah
level dengan tepat sesuai dengan tingkat dokter dalam setiap shift mean dan
keparahannya menggunakan Singapura median 3 orang (95% CI: 2,9604-2,9996).
Patient Acuity Cathegory (SPAC). Sedangkan jumlah perawat dalam setiap
Sedangkan 2,5 % tidak tepat. Responden shift rata-rata 6 (95% CI: 6,6191-6,7909)
dengan median 7 perawat, paling sedikit 5
Variabel Mean Med Min Max 95%CI
orang, paling banyak 7 orang setiap shift.
door to doctor * 8,8700 10,00 2,00 57,00 7,9959-
9,74441 Hasil analisis terhadap LOS patient
Pem. lab * 64,5050 55,00 5 675,0 55,8754- admission didapatkan rata-rata 11,4550
0 73,1346
Konsul 64,7450 15,00 4,00 1140, 46,9121- jam (95 % CI : 10-2385 – 12,6715)
spesialis* 0 82,5779 dengan median 9 jam yang berarti 50%
Transfer pasien 367,2650 235,00 5,0 4380 305,0467- LOS patients admission < 9 jam dan 50 %
ke ruangan* 429,4833
Jumlah dokter 2,9800 3,00 2,0 3,00 2,9604- lainnya > 9 jam. Paling cepat 1 jam,
setiap shift* 2,9996 paling lama 77 jam. Dari hasil estimasi
Jumlah perawat 6,7050 7,00 5,0 7,0 6,6191- interval dapat disimpulkan bahwa 95 %
setiap shif 6,7909
LOS ** 11,4550 9,00 1,00 77,00 10,2385- diyakini rata-rata LOS patients admission
12,6715 di IGD RSUD Prof. Dr W. Z. Johannes
yang memiliki komorbiditas sebanyak 114 Kupang adalah diantara 10,2385 jam
(57%). Alasan pasien berkunjung ke IGD sampai dengan 12,6715 jam
paling banyak karena gangguan
pencernaan
respiratory sebanyak 53
sebanyak 28 (26,5
(14 %),
%), Tabel 7.Hubungan
dengan LOSantara faktor admission
patients penyebab
gangguan sirkulasi sebanyak 24 (12 %), di IGD RSUD Prof.Dr W.Z.
gangguan saraf sebanyak 23 (11,5 %), Johannes Kupang
sedangkan faktor lain hampir sama Variabel independen Variabel Dependen:
jumlahnya. Selain itu, hasil analisis waktu LOS Patient
kedatangan pasien paling banyak shif admission
pagi 77 (38 %) dan malam yakni 65 (32,5 Usia r = - 0,086
%). p = 0,228
n = 200
Triag e level r = -0,109
p = 0,123
Tabel 6. Distribusi karakteristik interval n = 200
waktu treatment time, staffing Komorbiditas r = - 0,227
p = 0,001
dan LOS patient admission n = 200
yang diteliti (n=200) di Keluhan utama r = 0,034
RSUD Prof Dr. W.Z. Johannes p = 0,634
Kupang bulan Juni-Juli 2016 n = 200
Waktu tiba r = 0,039
Ket: dalam menit (*), dalam jam (**)
p = 0,586
n = 200
Berdasarkan tabel di atas didapatkan Door to doctor r = -0,011
rata-rata lamanya transfer pasien dari IGD p = 0,873
ke ruangan yakni 367,2650 menit n = 200
Pemeriksaan lab r = 0,057
(95%CI:305,0467-429,4833) menit dan p = 0,419
mediannya 55 menit. Paling cepat 5,0 n = 200
menit dan paling lama 4380 menit (73 Konsul spesialis r = 0,238
jam / 3 hari). Kecepatan konsultasi p = 0,001
n = 200
spesialis didapatkan mean 64,7450 menit
Transfer pasien r = 0,699
(95% CI: 46,9121 – 82,5779) dan median p = 0,00
15 menit. Paling cepat 4 menit, paling n = 200
lama 1140 menit. Kecepatan door to Jumlah dokter r = - 0,042
doctor rata-rata 8 menit dengan median p = 0,551
n = 200
10 menit. Kecepatan pemeriksaan
laboratorium rutin di IGD Prof. Dr. W. Z. Jumlah perawat r = - 0,051
p = 0,471
Johannes Kupang adalah 64,7450 menit n = 200
Berdasarkan tabel di atas konsultasi spesialis– 1,405 (komorbiditas)
didapatkan tiga faktor yang berhubungan
dengan LOS patient admission dengan uji Dengan model persamaan ini dapat
Spearman p< 0,05 yakni faktor diperkirakan LOS patients admission
komorbiditas (r= - 0,227/lemah), menggunakan variabel transfer pasien ke
konsultasi spesialis(r=0,238/lemah) dan ruangan, kecepatan konsultasi spesialis
transfer pasien ke ruangan memiliki dan komorbiditas.
kekuatan korelasi yang kuat dengan nilai
r = 0,699. Faktor triage level, keluhan PEMBAHASAN
utama, waktu tiba, door to doctor, 1. LOS patients admission
kecepatan pemeriksaan lab, jumlah dokter Rata-rata LOS patients admission di
dan perawat dalam setiap shif didapatkan RSUD Prof. Dr W.Z Johannes Kupang
nilai p value > 0,05 artinya tidak ada adalah 11.4550 jam dan median sebesar
korelasi antara kedua variabel yang diuji 9 jam. Paling cepat 1 jam, paling lama 77
jam. Terdapat perbedaan rata-rata LOS
Tabel 8 Hasil Uji Regresi linear patients admission yang diperoleh
Koefisien A djus ted dengan standar yang direkomedasikan
Langkah Variabel Koefisien p
korelasi R S quare
Langkah 1 Usia psien -0,016 -0,035 0,395 oleh Depkes (2011) yakni < 8 jam.
Komorbiditas -1,209 -0,069 0,110 Dengan demikian LOS patients
Triage level -2,420 -0,043 0,285
Konsul 0,013 0,184 0,000 admission IGD Prof Dr.W.Z Johannes
spesialis Kupang memanjang 3 jam dari standar
Transfer 0,015 0,772 0,000
pasien ke yang direkomendasikan oleh Depkes.
ruangan Hasil uji Spearman didapatkan faktor
Langkah 2 Komorbiditas - 1,359 -0,077 0,065 komorbiditas, konsultasi spesialis dan
Triage level -2,403 -0,043 0,228
Konsul 0,013 0,186 0,000 transfer pasien ke ruangan memiliki
spesialis hubungan dengan LOS patients
Transfer 0,015 0,771 0,000
pasien ke admission. Kekuatan hubungan
ruangan bervariasi antara variabel. Penelitian
Langkah 3 Komorbiditas -1,405 -0,080 0.050
Konsul 0,013 0,186 0,000
serupa oleh Buchary et all., (2014)
spesialis menyebutkan bahwa 23 % pasien yang
Transfer 0,015 0,774 0,000 0,676
pasien ke
tiba di IGD mengalami keterlambatan 4
ruangan jam sebelum ditranfer ke ruang
Berdasarkan tabel di atas perawatan. Menurut Lucas et all, 2009;
didapatkan variabel independen untuk Ningsih, 2015 menyatakan keterlambatan
memprediksi LOS patients admission transfer pasien ke ruangan dan
adalah variabel komorbiditas, konsultasi peningkatan LOS patient admisision
spesialis dan transfer pasien ke ruangan. berhubungan dengan keterbatasan
Faktor yang paling dominan dan kuat fasilitas tempat tidur di IGD dan Instalasi
hubungannya dengan LOS patient rawat inap. Oleh karena itu, faktor rumah
admission adalah transfer pasien ke sakit dapat dipertimbangkan sebagai
ruangan dengan p value 0,000 dan salah satu prediktornya.
koefisien korelasi 0,776 (kuat). Nilai Adanya peningkatan LOS patients
Adjusted R square sebesar 0,676 (67,6 admission yakni > 8 jam kemungkinan
%) artinya bahwa persamaan yang disebabkan oleh beberapa faktor dimana
diperoleh mampu menjelaskan LOS staf medis/perawat harus menjelaskan
patient admission di IGD RSUD Prof.Dr prosedur kepada pasien dan keluarga
W.Z. Johannes Kupang sebesar 67,6 %. tentang tindakan yang akan dijalani,
Sisanya 32,4 % dijelaskan oleh variabel persiapan berkas-berkas pasien untuk
lain yang tidak diteliti. Persamaan regresi perawatan, menunggu giliran untuk
linear yang diperoleh adalah: pemeriksaan dan pembacaan hasil
Y = Konstanta + a1X1 + a2 X2 + diagnosti : CT Scan, foto rontgent dan
a3X3…… ai Xi administrasi lain yang berhubungan
Y = 5,878 + 0,015 (kecepatan transfer dengan perawatan pasien di ruangan.
pasien ke ruangan) + 0,013 (kecepatan Selain itu koordinasi yang berulang oleh
perawat IGD dengan perawat ruangan
tentang ketersediaan tempat tidur. al., (2003) yang menyatakan bahwa
Konsultasi dengan konsultan spesialis kelompok usia tersebut sebagai salah
penyakit dalam dan sub spesialis yang satu determinan akses blok pasien di IGD
dilakukan oleh dokter jaga secara dan hal ini beresiko menimbulkan LOS
berulang mengakibatkan keterlambatan patient admission yang memanjang. Hasil
beberapa keputusan tindakan dan penelitian sebelumnya juga yang
pemeriksaan yang berdampak pada dilakukan oleh Casalino et al., (2014)
delay pemindahan pasien ke ruangan. dalam studi prospektifnya menyatakan
Namun keterbatasan tempat tidur di bahwa tidak hubungan antara usia
ruangan yang paling dominan terhadap dengan peningkatan LOS di IGD.
lama waktu transfer pasien ke ruangan. Berdasarkan hasil penelitian yang
Dengan demikian untuk mengurangi dilakukan oleh Broun et al., (2015) dalam
peningkatan LOS pasien yang dirawat uji kohort retrospektif terhadap kelompok
IGD dapat disusun strategi khusus untuk lansia (> 65 tahun) sebanyak 1782
mengidentifikasi masalah-masalah terkait responden dan kelompok usia muda (< 65
LOS patients admission yang memanjang tahun) didapatkan hasil yang berbeda
dengan membuat protocol/SOP yang dengan peneliti dimana dalam penelitian
efektif guna memperpendek antara waktu mereka didapatkan ada hubungan secara
tiba sampai pasien dipindahkan dari IGD statistik antara usia dengan LOS yakni
ke ruangan. Selain itu diperlukan median pada lansia 172 menit lebih lama
perencanaan jangka pendek tentang dibanding usia muda yakni 147 menit

pusat
antara sistem komunikasi
IGD dengan unit dan informasi
terkait untuk sedangkan persentase LOS
mengalami peningkatan lansia sebesar
yang
meminimalkan waktu koordinasi berulang. 27,1% ( > 208 menit) lebih besar dari usia
muda yakni 20,3% dengan (p = 0,003).
1. Hubungan Usia dengan LOS Hal ini terjadi karena lansia memiliki
patients admis s ion kompleksitas masalah akibat
Hasil uji univariat didapatkan usia penurunanan fungsi fisiologi akibat
rata-rata 53,50 tahun dengan usia peningkatan usia sehingga memiliki
termuda 18 tahun dan tertua 94 tahun. Hal progresivitas menjadi kritis lebih tinggi
ini menunjukkan bahwa sebagian besar dan membutuhakan perawatan yang
pasien yang berkunjung ke IGD dengan lama, membutuhkan multiple pemeriksaan
indikasi rawat inap berada pada kelompok dan konsultasi. Keseluruhan poses ini
usia produktif. Hasil penelitian ini serupa sebagai penyumbang peningkatan LOS
dengan penelitian yang dilakukan oleh patients admission di IGD (Salvi et al.,
Tashkandy et all, (2008) terhadap 355 2007).
pasien yang berkunjung ke IGD, Adanya perbedaan hasil analisis
didapatkan usia 51 s.d 70 tahun sebanyak secara statistik kemungkinan disebabkan
50 responden (21%) yang memiliki oleh jumlah sampel yang sedikit dengan
indikasi rawat di IGD RS Al Noor, Saudi data outlier yang tinggi sehingga
Arabia. didapatkan hasil tidak ada hubungan yang
Hasil uji bivariat dalam penelitian ini singnifikan antara usia dengan LOS
didapatkan bahwa faktor karakteristik usia patient admission di IGD RSUD Prof.
pasien tidak memiliki hubungan yang Dr.W.Z. Johannes Kupang. Namun
signifikan dengan lama rawat pasien di kenyataan bahwa 50% responden > 53
IGD. Hasil ini sesuai dengan penelitian tahun lebih lama dalam perawatan karena
yang dilakukan oleh Nippak et al., (2014) multiple pemeriksaan dan konsultasi
menyatakan bahwa LOS patients mengakibatkan akses blok. Hal ini dapat
admission usia 19-35 tahun lebih pendek dipertimbangkan sebagai penyumbang
dari usia 70-104 tahun dengan p < 0,001. keterlambatan tindakan yang
Sedangkan usia >53 tahun secara statistik mengakibatkan peningkatan LOS patient
tidak ada hubungan yang signifikan antara admission di IGD.
usia dengan LOS namun mereka juga
memiliki LOS yang memanjang. Hasil ini 2. Hubungan Waktu Tiba dengan
didukung oleh Ricardson (2002); Liew et LOS patients admis s ion
Hasil analisis univariat menunjukkan menjaga selama perawatan, biaya
bahwa rata-rata responden tiba di IGD perawatan dan kebutuhan logistik selama
paling banyak pada shift pagi yakni perawatan di rumah sakit. Sedangkan
sebanyak 77 (38,5%), dan paling rendah peningkatan jumlah kunjungan pada
adalah shift siang sebanyak 58 malam hari kemungkinan disebabkan oleh
responden (29%). Dari data ini waktu shift malam yang lebih panjang dari
menunjukkan bahwa jumlah pasien yang shift lainnya. Selain itu, dapat disebabkan
berkunjung ke IGD dengan indikasi rawat oleh karena pasien rujukan dari
inap tergolong banyak dengan kondisi kabupaten baru tiba di IGD pada waktu
klinis yang bervariasi sehingga menjelang pagi hari.
membutuhkan penanganan yang cepat
dan tepat guna meningkatkan kualitas
perawatan. Hasil ini sesuai dengan 3. Hubungan Keluhan Utama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Karacaet LOS patients admis s ion
al., (2012) yang menyatakan bahwa Hasil analisis univariat terhadap faktor
peningkatan kunjungan pasien terjadi keluhan utama atau alasan pasien
pada pukul 08.00 – 14.00 dan akan berkunjung ke IGD paling banyak karena
menurun pada shift siang namun pada gangguan pencernaan sebanyak 53 (26,5
shifmalam jumlah menurun secara %). Hasil ini sesuai dengan penelitian
perlahan mulai pukul 20.00 sampai pukul yang dilakukan oleh Nooraniet al., (2014);
4.00 dan meningkat tajam pada pukul 05. Graff et al., 2001 didapatkan jumlah

00 s.d pukul
Hasil 07.00. bivariat menunjukkan
analsis responden dengan dapat
pain paling banyak, keluhan abdominal
mencapai 8%
tidak ada hubungan yang signifikan dari 100 juta kunjungan pasien ke
secara statistik (p = 0,586) antara waktu IGD/tahun. Dan jumlah yang banyak ini
tiba dengan LOS patients admission. Hasil bukan merupakan urgen care. Selain itu
penelitian ini berbeda dengan penelitian keluhan utama gangguan respiratory 28
yang dilakukan oleh Karaca et al., (2012) (14 %), gangguan sirkulasi 24 (12 %),
yang menyatakan bahwa ada huungan gangguan saraf 23 (11,5 %) merupakan
antara peningkatan jumlah kunjungan hasil penelitian ini pada kelompok
dengan waktu tunggu yang memanjang diagnosis yang memiliki kecenderungan
yang berdampak pada penigkatan LOS menjadi kritis bila terjadi keterlambatan
patients admission. Peningkatan volume tindakan. Diagnosis penyakit dengan time
kunjungan paling banyak terjadi pagi hari sensitivity treatment seperti IMA STEMI
mulai dari pukul 08.00 – 12.00 membutuhkan door to needle time untuk
Selanjutnya menurun sampai tengah tindakan reperfusi fibrinolitik dalam waktu
malam dengan rata-rata lamanya waktu 30 menit segera setelah tiba di IGD,
tunggu 195,7 menit (3 jam). Lamanya pneumonia harus mendapat antibiotik
waktu pasien dirawat di IGD memiliki dalam 4 jam dan golden periode pasien
kontribusi peningkatan LOS patient stroke mendapat terapi trombolitik dalam
admission. waktu 3 jam dari onset gejala.
Adanya perbedaan hasil analisis ini Keterlambatan diagnosis dan tindakan
kemungkinan disebabkan oleh respon awal, berpotensi memperluas kerusakan
time perawat dan dokter yang cepat organ target dan memperburuk kondisi
setelah pasien tiba < 5 menit. Kecepatan pasien sehingga dapat menyebabkan
merespon pasien saat tiba dapat kematian (Fee et al., 2007; Sun et al.,
memperpendek keterlambatan tindakan 2011).
pada pasien sampai pasien dipindahkan
dari IGD ke ruangan. Selain itu dapat
dipertimbangkan adanya faktor sosial Hasil analisis bivariat didapatkan tidak
ekonomi dan budaya setempat tentang
ada hubungan yang signifikan secara
pengambilan keputusan perawatan
statistik (p > 0,05 ) antara keluhan utama
anggota keluarga dilakukan dengan cara
dengan LOS patients admission. Hasil ini
berdiskusi terlebih dahulu dengan anggota
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
keluarga terdekat termasuk siapa yang
oleh Asaro, et al (2006); Afilalo et al (Chalfin et al., 2007; Sun et al., 2013;
(2004) yang menyatakan bahwa dengan Parker & Marco, 2014). Adanya
faktor individu (usia,jenis kelamin, perbedaan hasil ini kemungkinan
keadaan kedatangan pasien, status disebabkan oleh lokasi penelitian dengan
kesehatan: komorbiditas dan keluhan jumlah sampel yang berbeda dengan
utama/diagnosis penyakit) berhubungan penelitian sebelumnya. Karakteristik
dengan proses perawatan pasien di IGD sampel dengan cara pengukuran nyang
dan rumah sakit secara keseluruhan. berbeda sehingga tidak didapatkan hasil
Hasil ini serupa dengan penelitian yang yang berhubungan naamun secara
dilakukan oleh Noorani et al(2014) yang substansi ada hubungan antara kedua
mengemukakan bahwa peningkatan variabel tersebut.
jumlah kunjungan pasien non urgen
seperti abdominal pain menjadi salah satu
penyebab peningkatan LOS patient 4. Hubungan Komorbiditas dengan
admission. Penelitian lainnya oleh Schull LOS patients admis s ion
et al., (2007) menyebutkan jumlah Hasil analisis univariat terhadap
kunjungan dan waktu tunggu pasien komorbiditas menunjukkan bahwa
bervariasi antara high, medium dan low hanya 39 % responden memiliki
complexity. Jumlah pasien high komorbiditas. Sedangkan 61 %
complexity 12,5% dari total kunjungan responden memiliki penyakit tunggal.
sebanyak 4,1 juta orang dengan median Komorbiditas merupakan variabel
yang penting untuk mengukur
LOS 2,2 jam. Sedangkan
low complexity jumlah dengan
sebanyak 50,9% pasien pengaruh komorbiditas atau dampak
medial LOS 6,3 jam dan waktu “door to sekunder lainnya terhadap suatu
doctor” hampir sama untuk semua penyakit.
kategori yakni 1(satu) jam. Hasil ini juga
Hasil analisis uji bivariat
menjelaskan bahwa setiap kedatangan 10
didapatkan ada hubungan yang
pasien dengan low complexity dalam 8
signifikan secara statistik (p = 0,007)
jam berpotensi menambah 5,4 menit
antara komorbiditas dengan LOS
terhadap mean LOS dan 1,2 menit pada
patient admission dengan kekuatan
door to doctor time.
lemah (r = 0,125). Hasil ini didukung
Peningkatan jumlah pasien low oleh penelitian yang dilakukan oleh
complexity atau pasien non urgent CIHI (2007) yang mulai mengenalkan
melebihi kapasitas sumber daya yang faktor komorbiditas dalam metodologi
riset. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
tersedia mengakibatkan
waktu rawat peningkatan
dan keterlambatan lama
“door to komorbiditas menjadi prediktor yang
doctor time” oleh pasien lain (Hoot & kuat terhadap LOS. Artinya
Aroonsky, 2008). Penelitian serupa oleh peningkatan komorbiditas
Gentil et al., (2010) alasan meningkatnya berhubungan dengan peningkatan
jumlah pasien non urgent di IGD meliputi: LOS (Formiga et al., 2008 ; Nippak et
kesulitan membuat janji dengan general al., 2014). Hasil penelitian serupa oleh
practisioner (22,3%), keluhan nyeri Wibulpolprasert et al., (2014)
abdomen dan ketidaknyamanan (68, 5%), menyatakan bahwa komorbiditas
pemeriksaan darah, tes diagnostik, terapi pasien tinggi pada kelompok usia
obat (37,6%) dan adanya luka (43,5%). lansia > 67 tahun dibanding usia muda
Selain itu tidak tersedianya pelayanan > 42 tahun pada total responden
oleh general practisioner pada malam sebanyak 267. Responden yang
hari, liburan dan weekend. Fenomena ini memiliki indikasi rawat di rumah sakit

terjadi di seluruh dunia dan berdampak 28,30


(19,85 %
%)vsmemiliki
10,28 %, 53 tunggu
waktu responden
> 8
negatif terhadap penurunan kualitas
perawatan pasien (waktu memanjang, jam. Selain itu didapatkan proporsi
delay diagnosis dan early intervention tinggi dengan 2 komorbiditas yakni
pada pasien kritis), peningkatan length of sebanyak 49,06% pada lansia
stay, biaya perawatan dan ketidakpuasan
dibanding usia > 42 tahun yakni hanya (2012) pada tahun 2010/2011
18, 22 %. menyebutkan bahwa persentase
pasien yang dirawat 8 % dengan High
Adanya hubungan ini Acuity 1% sedangkan pasien yang
kemungkinan disebabkan oleh karena dipulangkan didapatkan 47% dengan
terdapat beberapa responden dengan High acuity 20%, dengan waktu tunggu
multiple komplikasi termasuk lansia. pasien yang dirawat lebih lama
Oleh karena itu, perawat dan dokter dibanding pasien yang dipulangkan.
penting melakukan pengakajian yang Hal ini terjadi akibat kondisi klinis
cepat dan tepat saat pasien tiba pasien yang berat, butuh pemeriksaan
terutama pada pasien terindikasi dan multiple konsultasi dan pengobatan
multiple komplikasi. Hal ini penting di area treatment. Penelitian serupa
sebagai dasar keputusan pemberian dilakukan oleh Shcull et al (2006)
terapi dan tindakan definitif serta menyebutkan total pasien yang
pemanfaatan sumber daya IGD yang berkunjung 4,1 juta didapatkan Low
perlu bagi perawatan juga prognosis Complexity sebanyak 12%, high
pasien (Huang et al., 2010; Liew et al., complexity 50,9%. Median LOS 6,3
2003). Dengan demikian diperlukan jam. Jadi bila setiap 10 pasien low
pengembangan strategi dalam hal ini complexity tiba dalam 8 jam dapat
teknik skrining yang lebih sensitif menambah waktu LOS sebesar 5,4
untuk mengukur kondisi komorbiditas menit di IGD. Peningkatan LOS juga
secara tepat guna identifikasi terapi
dan tindakan yang sesuai kondisi klinis terjadi
pertama pada
denganwaktu
dokterpasien kontak
yakni sebesar
pasien terutama saat di IGD (Nippak 2,1 menit pada pasienhigh complexity.
et al., 2014) Penelitian serupa dilakukan oleh
Yoon et al (2003) menyebutkan
5. Hubungan Triage Level dengan
dampak overcrowding terhadap waktu
LOS patients admis s ion tunggu pasien memanjang pada
Hasil uji univariat didapatkan 95 %
pasien kategori II karena kondisi klinis
perawat dapat melakukan triage level
pasien yang perlu dilakukan observasi,
dengan tepat sesuai dengan tingkat
pemeriksaan lab dan treatment
keparahannya menggunakan
sebelum dipulangkan atau atau dirawat
Singapura Patient Acuity Cathegory
di rumah sakit. Hal ini berhubungan
(SPAC). Sedangkan 5 % tidak tepat.
erat dengan peningkatan LOS.
Ketepatan triage level dapat membantu
Penelitian lainnya yang sesuai oleh
meminimalkan terjadinya overcrowding
di IGD, membantu mempercepat Buchari et al (2014) menyebutkan
bahwa jumlah pasien yang berkunjung
tindakan teutama pada pasien dengan
7604, didapatkan median LOS 3 jam 2
time sensitivity treatment seperti IMA,
menit untuk keseluruhan proses di
pneumonia dan stroke iskemik untuk
ruang perawatan. Peningkatan LOS
mendapat perawatan di ICU/CVCU.
terjadi di ruang observasi dan trauma
Selain itu dapat memilah kunjungan
dengan waktu tunggu untuk
pasien non urgent yang tidak
pemeriksasan laboratorium lebih
membutuhkan tindakan emergency
panjang (5,8 jam) dari pemeriksaan
guna mengurangi peningkatan volume
radiologi (4,7 jam) dan konsultasi (4,9
pasien di IGD. Keakuratan perawat
jam).
triage memprioritaskan tingkat
Adanya perbedaan hasil ini
keparahan pasien saat tiba dalam
kemungkinan disebabkan oleh belum
waktu 10-15 menit ( Ningsih, 2015)
diterapkannya alur triage secara tepat
tidakHasil
adaanalisis
hubunganbivariat menunjukkan
yang signifikan terutama pada shift pagi dan malam.
Perawat triage kurang menempati
secara statistik (p = 0,484) antara triage
ruang triage karena harus membantu
level dengan LOS patients admission.
mengerjakan tugas tim di area tindakan
Hasil ini berbeda dengan hasil
dan observasi. Selain itu perawat triage
peneltian yang dilakukan oleh CAEP
juga membantu mengirim atau
transport pasien untuk pemeriksaan target (benchmarking) nasional tentang
diagnostik dan pemindahan ke median “door to doctor time “ adalah
ruangan. Penempatan pasien P2 dan 1 jam dan 3 jam pada 90th percentile.
P3 baik yang datang sendiri maupun Standar respon time ini lebih panjang
rujukan, trauma dan non trauma dari standar internasional. Target
dilakukan pada satu tempat kecuali tersebut menggambarkan respon time
pasien isolasi. Hal ini menimbulkan dokter terhadap pasien yang
kondisi kepadatan/penumpukan. Hal ini berkunjung ke IGD (Mohamad et al.,
terjadi kemungkinan disebabkana oleh 2015)
karena keterbatasan tempat tidur Hasil analisis bivariat didapatkan
rawat inap sehingga pasien menunggu. tidak ada hubungan yang bermakna
Jumlahnya berkisar 5 – 10 pasien secara statistik (p = 0,873) antara door
setiap shift. Selain itu, pembacaan hasil to doctor dengan LOS patient
diagnostik dan konsultasi spesialis. admission. Hasil ini berbeda dengan
Hasil analisis ini juga didapatkan yang dikemukakan oleh Boyle et al.,
sebanyak 5 % responden yang tidak (2012) bahwa keterlambatan “door to
tepat melakukan triage karena belum doctor time” didefenisikan sebagai
menerapakan alur triage dengan tepat waktu tunggu pasien emergency > 30
mengakibatkan pasien non urgent lebih menit untuk kontak pertama dengan
banyak menempati ruang treatment. dokter. Dalam penelitian ini dijelaskan
Hal ini dapat meningkatkan Kepadatan bahwa “door to doctor time” termasuk

pasien dan waktu tunggu


yang mengakibatkan memanjang
peningkatan LOS. komponen throughput
model framework acutefactor
care dalam
yang
Kondisi ini sebagai salah satu dikenalkan oleh Asplin, et al (2006).
penyumbang keterlambatan. Oleh Dalam sebuah analisa waktu tunggu
karena itu penting dilakukan pasien di IGD dengan cara mengukur
pemberdayaan perawat triage dengan interval waktu dari setiap proses
kualifikasi yang sesuai sehingga dapat didapatkan 51- 63% dari total pasien
membantu mengurangi overcrowding yang berkunjung. Salah satu komponen
dan memperpendek LOS patients yang paling banyak menimbulkan
admission di IGD Prof. Dr. waktu tunggu memanjang adalah
W.Z.Johannes Kupang. menunggu pemeriksaan dari dokter
Perbedaan hasil ini kemungkinan
6. Hubungan Kecepatan door to disebabkan oleh karena respon time
doctor dengan LOS patients dokter dan perawat pada umumnya
admission <10 menit. Hasil ini sesuai dengan
Hasil analisis univariat terhadap SPM rumah sakit dengan respon time
door to doctor rata-rata 8,8700 menit sehingga tidak berdampak secara
(95% CI: 7,9959 – 9,74441) dengan bermakna terhadap LOS Patients
standar deviasi 6,26894 menit. Door admission di IGD Prof. Dr.
to door dilakukan paling cepat 2,00 W.Z.Johannes Kupang.
menit dan paling lama 57 menit. Hasil
ini sesuai dengan target waktu 7. Hubungan Kecepatan
diharapkan < 30 menit (paling baik 10 pemeriksaan laboratorium
menit). Hasil ini sesuai dengan dengan LO S patients admis s ion
penelitian oleh Afflec et al., (2013) Hasil analisis univariat terhadap
menggunakan term time to physician kecepatan pemeriksaan laboratorium
initial assessment (PIA) yakni total menunjukan rata-rata 64,5050 menit,
waktu mulai pasien tiba, median 55 menit (95%CI: 55, 8754 –
registrasi/triage sampai kontak pertama 73, 1346) dengan standar deviasi
kali dengan dokter untuk pengkajian 61,8882 menit. Paling cepat 5 menit
awal. Selanjutnya dijelaskan bahwa dan paling lama 675 menit. Semua
belum ada ketentuan yang baku pasien yang dirawat wajib dilakukan
tentang proses time interval di IGD. pemerikasaan laboratorium rutin. Hal
Namun CAEP merekomendasikan ini sesuai dengan hasil penelitian oleh
Gill et al., (2012) yang menyatakan terhadap strategi Point Of Care Test
bahwa pemeriksaan laboratorium (POCT), Stat Lab. Pusat laboratorium
dilakukan pada > 50% pasien yang di tempatkan dalam IGD, staf analis
berkunjung ke IGD dan dirawat berasal dari laboratorium yang
dirumah sakit termasuk yang melakukan semua proses pengambilan
dipulangkan. Benchmarking darah, pemeriksaan sampai
Turnaround Time (TAT Laboratory mendapatkan hasil kemudian
adalah periode waktu dari order dokter diserahkan kepada dokter sebagai
untuk pemeriksaan darah sampai hasil penunjang diagnosa dan terapi pasien
tiba di IGD, dengan target waktu < 60 serta keputusan tindak lanjut
menit (Hawkins, 2012; Dey, 2013; perawatan pasien.. Pemanfaatan
Noorani et al., 2014). komputer dengan software untuk
Hasil analisis bivariat menunjukkan proses analisa sampel dan pencatatan
tidak hubungan yang bermakna secara akan sangat mudah dan cepat. Hal ini
statistic (p = 0,419) anatara kecepatan sangat baik dan dapat memfasilitasi
pemeriksaan laboratorium dengan LOS berkurangnya jumlah pasien di IGD dan
Patient admission. Namun hasil ini berdampak langsung terhadap kualitas
berbeda dengan hasil penelitian yang perawatan pasien dan kepuasan
dilakukan oleh Jalili et al., (2012) pasien dan staf (Lee et al., 2003;
mengatakan bahwa pemeriksaan Hawkins, 2013; Rooneyet al., 2014)
haemoglobin, protrombin time dan

potassium
yang positifdidapatkan
antara TATada hubungan
dengan LOS 8. Hubungan
Spesialis kecepatan
denganLOS konsultasi
patients
pasien di IGD dengan median TAT 170 admission
menit menjadi 132 menit pada Hasil analisis univariat terhadap
hemoglobin test, 225 menit menjadi konsultasi spesialis menunjukan rata-
172 menit pada potassium test dan rata waktu konsultasi spesialis yang
195,5 menit menjadi 128 menit pada paling lama yakni 64,7450 menit
protrombin time test. (95%CI: 46,9121 – 82,5779) dengan
Perbedaan hasil ini kemungkinan standar deviasi 127,8917 menit.
karena jenis pemeriksan laboratorium Paling cepat 4,00 menit dan paling
rutin sudah dilakukan secara automatic lama 1140 menit. Hasil ini lebih lama
digital namun keseluruhan proses dari rekomendasi Depkes (2008) yakni
analisisi dan pembacaan hasil dalam waktu 15 - 30 menit. Konsultasi
dilakukan di pusat lab rumah sakit sebagai salah satu parameter
kecuali proses pengambilan sampel pengambilan keputusan disposisi
darah dilakukan oleh perawat IGD. pasien yang dirawat di IGD (Bricket al.,
Selain itu respon time dokter, perawat 2014). Waktu konsultasi (Consultation
dan keluarga baik sehingga tidak time) diukur dengan menghitung
menimbulkan keterlambatan dalam interval waktu dari pertama kali dokter
pemeriksaan laboratorium. Waktu IGD melakukan konsultasi sampai
tunggu paling lama yakni 675 menit waktu keputusan disposisi pasien.
terjadi pada beberapa kondisi dimana Hasil uji bivariat terhadap
pasien dilakukan pemeriksaan dan kecepatan konsultasi dengan LOS
pembacaan hasil diagnostik seperti foto patient admission bermakna secara
rontgen, CT Scan harus menunggu statististik (p = 0,001). Hasil ini sesuai
antrian dengan pasien rawat jalan baik dengan penelitian yang dilakukan Brick
dari poli dan IGD sendiri serta pasien et al., (2014) menyebutkan delay
rujukan. Hal ini merupakan salah satu konsultasi berhubungan dengan LOS
penyumbang LOS patients admission yang memanjang di IGD. Hasil yang
di IGD RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes didapatkan dari 1180 pasien yang
Kupang. Salah satu strategi yang dapat berkunjung, 170 (20%) pasien
dipertimbangkan adalah yakni mengalami delay konsultasi. Alasan
perencanaan jangka panjang oleh utama delay adalah “ busy service”
manajemen IGD dan staf laboratorium sebanyak 47 pasien (27,6%), 92 orang
membutuhkan konsultasi tambahan diagnostik. Hal ini mengakibatkan delay
dan 13 (14%) pasien mengalamidelay disposisi sehingga pasien akan
pada proses konsultasi. Umumnya menumpuk di ruangan, penundaan
pasien yang mengalami delay waktu transfer sehingga berdampak
konsultasi pada pasien level I,II karena terhadap beban kerja dan biaya
kondisi sakit yang berat sehingga perawatan dan peningkatan LOS
membutuhkan pemeriksaan yang patient admission.
banyak dan multiple konsultasi.
Sedangkan median LOS memanjang 9. Hubungan Kecepatan transfer
pada pasien yang dirawat dari pada pasien ke ruangan dengan Leng th
yang dipulangkan (14,4 jam vs 9,5 of s tay patients admis s ion
jam;p<0,001) artinya ada hubungan Hasil analisis univariat terhadap
yang signifikan antara delay konsultasi transfer pasien dari IGD ke ruangan
dengan peningkatan LOS di IGD. menunjukan rata-rata waktu transfer
Penelitian serupa dilakukan oleh pasien dari IGD ke ruangan paling lama
Van der Veen et al., (2016) yakni 367,2650 menit atau 6 jam 12
menyebutkan jumlah kunjungan yang menit (95%CI: 305,0467-429,4833)
memenuhi kriteria inklusi sebanyak dengan standar deviasi 446,20624
1434, namun 344 (24%) dilakukan menit. Transfer pasien ke ruangan
konsultasi spesialis oleh dokter IGD. paling cepat 5,0 menit dan paling lama
Konsultasi paling banyak oleh dokter 4380 menit (73 jam / 3 hari). Normalnya

IGD,
kelayakandilakukan sesuaiyangdengan
dan alasan tepat tidak
kasuslebih dari 100
trauma menit untuk
ataupun semua
non trauma
(84%), 55% dapat meningkatkan LOS pada semua tingkat keparahan pasien.
dengan OR 5.6 (4.0- 7.8), paling Hasil uji bivariat didapatkan ada
banyak pada pasien yang dirawat dan hubungan yang signifikan secara
pasien yang akan follow up ke rumah statistik (p=0,000) antara faktor
sakit lain. Konsekuensi multiple kecepatan transfer pasien ke ruangan
konsultasi adalah keterlambatan dengan LOS patients admission
transfer pasien ke ruangan yang dengan korelasi yang kuat dan berpola
mengakibatkan peningkatan LOS positif artinya semakin lama waktu
patient admission. transfer pasien ke ruangan semakin
Berdasarkan hasil analisis memanjang LOS pasien yang dirawat
multivariat didapatkan nilai koefesien di IGD. Keterlambatan memindahkan
sebesar 0,012 dan koefisien korelasi pasien ke ruangan umumnya terjadi
sebesar 0,180. Hasil ini menunjukkan pada pasien yang akan dirawat. Jika
bahwa jika terjadi keterlambatan pasien harus dipindahkan namun
melakukan konsultasi spesialis dalam fasilitas tempat tidur terbatas di ruang
satu jam maka LOS Patient admission rawat inap terjadi boarding di IGD.
akan bertambah sebanyak 12 menit Boarding berhubungan dengan LOS
dengan kekuatan korelasi tergolong jika pasien sudah > 2 jam atau lebih
lemah. Adanya hubungan yang diputuskan untuk dirawat namun pasien
signifikan ini kemungkinan karena masih belum ditransfer. Dampak yang
jumlah dokter spesialis dengan sub – sangat mungkin adalah bertambah
sub spesialis yang masih kurang buruknya pasien terutama pasien
sehingga proses konsultasi dilakukan dalam kondisi kritis dan dapat
oleh dokter jaga dengan konsultan menyebabkan kematian (Singer et al.,
spesalis melalui telpon atau on call. 2011). Penelitian serupa yang
Proses ini kadang delay karena dokter dilakukan oleh Sayet et al., (2011)
spesialis tersebut masih melakukan menyebutkan dari 41256 pasien yang
visite di ruang perawatan dan alasan dirawat di IGD saat overcrowding akan
lain yang tidak didentifikasi peneliti. menimbulkan kematian berbanding
Keterlambatan umumnya pada pasien lurus dengan boarding time, didapatkan
dengan multiple komplikasi dan 2,5% pada pasien dengan boarding
membutuhkan banyak pemeriksaan time > 2 jam s.d 4,5% pada pasien
boarding > 12 jam; p<0,001. Selain itu Adanya hubungan yang
mean LOS rumah sakit akan meningkat bermakna dari hasil ini kemungkinan
seiring bertambah waktunya boarding disebabkan oleh keterbatasan
yakni menjadi 5,6 hari pada LOS < ketersediaan tempat tidur ruangan,
2jam. 8,7 hari pada LOS > 24 jam konsultasi spesialis yang lama, tidak
dengan mempertimbangkan juga faktor adanya transporter atau petugas untuk
komorbiditas pasien. Dampakboarding transport pasien sesuai dengan kriteria
dan peningkatan kunjungan pasien pemindahan pasien dan pada saat
baru mengakibatkan akses blok yang yang bersamaam juga perawat harus
berdampak pada peningkatan menerima pasien baru. Peningkatan
kebutuhan perawatan. Perawat dan kebutuhan perawatan di ruang
dokter dituntut memberikan pelayanan observasi dan pasien boarding
di area treatment dan ruang observasi mengakibatkan beban kerja perawat.
secara bersamaan, berpotensi Pengurusan surat-surat untuk MRS,
menimbulkan delay care akibat waktu Keterbatasan brankard, menunggu
tunggu yang lama. Hal ini memperberat keputusaan keluarga, keputusan dokter
kondisi pasien terutama pasien spesialis adalah kondisi yang dapat
kritis,sehingga beresiko menimbulkan dipertimbangkan sebagai penyumbang
kematian dan peningkatkan LOS adanya keterlambatan tindakan yang
pasien mencapai 2-3 hari perawatan di berdampak pada LOS patients
IGD. Dampak penumpukan pasien di admission yang memanjang. Lama

IGD/akses blok
menimbulkan keterlambatan berpotensi
tindakan waktu transfer keini ruangan/ICU/ICCU
pada penelitian terkait kesiapan
yang mengakibatkan lama rawat di IGD pasien untuk ditranfer ke ruangan <
memanjang (Noorani et al., 2014). 100 menit. Pada pasien dengan IMA
Keadaan tersebut masih jauh dari STEMI memerlukan kecepatan untuk
target yang direkomendasikan oleh transfer ke ICCU lebih cepat < 30 menit
Depkes (2011) bahwa lama rawat untuk door to needle menurut American
pasien di IGD tidak lebih dari 6 -8 jam. Heart Association (AHA, 2010).
Sedangkan standar yang Namun proses ini membutuhkan
direkomendasikan oleh Joint persiapan dan keputusan dari tim
Commission International (JCI), 2013 medis IGD dan keluarga. Keterbatasan
merekomendasikan lama rawat pasien tempat tidur di ruang ICCU/ICU juga
yang memenuhi syarat rawat inap < 4 sebagai penyumbang terjadi
jam. Menurut Singer et al., (2011) keterlambatan transfer pasien yang
meyatakan bahwa boarding berdampak pada lamanya LOS pasien
merupakan kondisi dimana pasien di IGD. Hal ini sesuai dengan penelitian
memiliki LOS di IGD lebih dari 2 jam yang dilakukan oleh Mc Carty et al.,
setelah pasien dinyatakan rawat inap (2009); Ningsih, 2015 yang
atau pasien yang tidak mendapat menyatakan bahwa faktor penting yang
akses untuk mendapatkan tempat tidur berhubungan dengan LOS patients
yang sesuai dengan batas waktu yang admissionadalah adalah kesiapan
wajar, yakni tidak lebih dari 8 jam proses transfer pasien ke ruangan
setelah diputuskan untuk rawat inap ( untuk tindakan reperfusi atau terapi
Forero et al., 2011). Penelitian serupa lainnya.
menyatakan bahwa LOS digunakan
untuk menilai tingkat kepadatan dan 10. Hubungan jumlah dokter dalam
kinerja klinis. Pengukuran LOS setiap satu periode shift dengan LOS
pasien diukur dari awal kedatangan patients admis s ion
pasien sampai dengan dipindahkan ke Hasil uji univariat menunjukkan
unit lain. Jadi LOS merupakan indikator bahwa rata-rata jumlah dokter setiap
kunci terhadap penilaian efisiensi shif 2,9800 atau 3 orang. Frekuensi
peningkatan kinerja operasional dan shift 3 (tiga) kali sehari dengan jumlah
klinis ( Niels, et al., 2012 kunjungan rata-rata 80-90 orang /hari.
Jumlah dokter ini sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh oleh ACEP yang direkomendasikan oleh Depkes
(2012) bahwa ratio dokter dengan (2011) yakni ratio perawat dan pasien
pasien 1:10. Hasil penelitian serupa rumah sakit tipe B adalah 1: 7. Dengan
oleh Sharon (2014) juga menegaskan jumlah kunjungan 80-90 pasien/hari
bahwa rasio dokter dengan pasien maka jumlah perawat pada setiap shift
yang paling aman adalah 1:10. dapat memfasilitasi sistem pelayanan
Standar penilaian ketenagaan rumah kegawatdaruratan di IGD. Hasil ini
sakit dengan pasien di Indonesia berbeda dengan penelitian yang
disusun berdasarkan Permenkes RI dilakukan oleh Needleman et al.,
Nomor 262/Menkes/Per/VII/1979 (2002) yang menjelaskan bahwa
dijelaskan bahwa rasio dokter/pasien perhitungan rasio perawat dan pasien
dan perawat/pasien dihitung dengan di Amerika menggunakan formula
cara membandingkan dengan jumlah sebagai berikut; perawatan akut: 1:4
tempat tidur dan tipe rumah sakit. untuk emergency umum, ruang trauma
Hasil uji bivariat menunjukkan dan triage 1:1, ruang kritis 1:2,
tidak ada hubungan yang signifian pertimbangkan legislasi perawat.
secara statistik (p = 0,551) antara Emergency Nursing Association(ENA),
jumlah dokter setiap shift dengan LOS 2003 mengembangkan guideline untuk
patients admission. Hasil ini berbeda perhitungan kebutuhan perawat
dengan hasil yang dikemukakan oleh berdasarkan level keseriusan/acuity,
ACEP (2012) yang menjelaskan bahwa LOS. Penelitian serupa menyebutukan

masalah
dua aspek efisiensi
yakni IGD
50 dipengaruhi oleh
% berhubungan perlu
beban mempertimbangkan
kerja perawat, burn peningkatan
out dan
dengan sistem, 50 % berhubungan ketidakpuasan kerja (Keana et al.,
dengan dokter. Komponen masalah 2007; Daniel,2012).
sistem yakni jumlah dan kualifikasi Hasil penelitian bivariat didapatkan
perawat dan staf administrasi, tidak ada korelasi yang signifikan
laboratorium dan foto rontgen TAT, secara statistic (p = 0,471) antara
sistem pencatatan dan pelaporan, jumlah perawat dalam satu shift
respon time dan acuity pasien. dengan LOS patient admission. Hasil
Keputusan disposisi pasien atau ini berbeda dengan penelitian
perawatan pasien di IGD sangat sebelumnya yang dilakukan oleh Zarea
tergantung pada kompetensi dokter et al., (2009) di Iran menyebutkan
melakukan pemeriksaan klinis, bahwa 78,2% perawat tidak puas
menentukan pemeriksaan penunjang dengan kinerja manajemen IGD oleh
yang sesuai terutama pada saat karena beberapa hal diantaranya
volume kunjungan meningkat. keamanan kerja(63,5%), salary
Fenomena kekurangan tenaga dokter (77,3%), dan kebijakan swasta yang
belum teratasi terutama di negara - tidak memihak jasa pelayanan yang
negara berkembang. Hasil penelitian diberikan perawat. Kekurangan staf
serupa oleh Hoot & Aronsky (2008) perawat (shortage nurse) dalam suatu
menyebutkan bahwa kekurangan staf lingkup pelayanan kegawatdaruratan
dokter dan perawat berkontribusi merupakan fenomena yang
terhadap kejadian overcrowding membutuhkan perhatian dari semua
sehingga waktu tunggu memanjang pihak atau yang berkontribusi dalam
dan berakibat pada LOS patient sistem pelayanan kesehatan.
admission yang memanjang. Pengaturan staf berhubungan erat
dengan overcrowding dan LOS pasien
11. Hubungan jumlah perawat di IGD. Keterbatasan tenaga perawat
dalam satu periode shift dengan berdampak negatif terhadap perawatan
Leng th of stay patients admis s ion pasien di IGD. Berdasarkan studi
Hasil analisis univariat sistematika review yang dibuat oleh
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah Thungjaroenkul et al., (2007) dalam
perawat dalam satu kali shift 6,7050 Jhonson, 2011 menyebutkan ada
atau 7 orang. Hasil ini sesuai dengan pengaruh staffing perawat dengan cost
dan LOS pasien di IGD. Studi ini juga
menyebutkan bahwa jika rasio perawat 13. KETERBATASAN
dengan pasien yang dirawat sesuai Keterbatasan dalam penelitian ini
maka cost dan LOS akan menurun. adalah jumlah saapel yang dibutuhkan
adalah yang terindikasi di rawat
12. Faktor penyebab keterlambatan sedangkan banyak pasien yang indikasi
tindakan yang paling dominan dirawat tetapi akhirnya dipulangkan.
peng aruhnya terhadap Leng th of Dengan metode observasi membutuhkan
s tay patients admis s ion waktu yang lama guna mendapat jumlah
sampel yang representative. Selain itu
Berdasarkan hasil uji regresi linear peneliti hanya melihat kecepatan sistem
didapatkan bahwa variabel yang dapat pelayanana rumah sakit sampai di
digunakan untuk memperediksi LOS pindahkan ke ruangan/ICU/ICCU. Peneliti
patients admission di IGD RSUD Prof. tidak mempertimbangkan terjadinya lama
dr. W.Z. Johannes Kupang adalah waktu transfer terkait faktor petugas,
kecepatan konsultasi spesialis dan keluarga dalam pengambilan keputusan
transfer pasien ke ruangan. Dari kedua dan ketersedian tempat tidur, komunikasi
faktor tersebut yang paling antara ruangan, yang mana hal tersebut
berpengaruh adalah keterlambaatan juga berperan dalam LOS patients
transfer pasien ke ruangan dengan p admission.
value 0,000. Nilai koefisien sebesar

0,015
0,792. dan koefisien
Adapun korelasi sebesar
persamaan regresi 14. IMPLIKASI
Dari hasilHASIL PENELITIAN
penelitian ini didapatkan
yang didapatkan adalah LOS patients gambaran tentang faktor penyebab
admission = 4,972 + 0,015 (transfer keterlambatan tindakan baik di prehospital
pasien ke ruangan) + 0, 012 maupun intrahospital yang berhubungan
(kecepatan konsultasi spesialis) dengan LOS patients admission di IGD
Berdasarkan hasil uji ANOVA RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang.
didapatkan p value < 0,05 sehingga Manfaat yang didapatkan dari hasil
persamaan tersebut diatas dapat penelitian ini adalah bahwa dengan
digunakan memprediksi LOS patient teridentifikasinya faktor-faktor yang
admission di IGD RSUD Prof. dr. W.Z. berhubungan dengan LOS patients
Johannes Kupang. Selain itu berdasarkan admission khususnya faktor kecepatan
model summary didapatkan nilai adjusted transfer pasien ke ruangan dan konsultasi
R Square sebesar 0,672 atau 67,2 % spesialis dan komorbiditas sebagai
artinya persamaan yang diperoleh mampu prediktor LOS patients admission di IGD,
menjelaskan LOS patient admission maka hasil penelitian ini dapat menjadi
sebesar 67,2%. Sisanya sebesar 32,8% masukan atau sebagai salah satu dasar
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak pertimbangan bagi manajemen rumah
diteliti. Hal ini menjelaskan bahwa faktor sakit pada umumnya dan IGD pada
keterlambatan transfer pasien ke ruangan khususnya untuk menyusun protokol dan
memiliki kontribusi yang tinggi terhadap kebijakan tentang pengembangan
LOS patients admission. Hal ini terjadi centralized bed control dan transporter
kemungkinan disebabkan oleh untuk mengurangi kepadatan pasien dan
manajemen bangsal atau ruangan yang mengurangi LOS di IGD. strategi ini dapat
belum maksimal dengan BOR yang tinggi. mengurangi beban kerja perawat dan biaya
Tingkat kepadatan pasien yang tinggi di perawatan. Hal ini penting untuk
IGD pada umumnya disebabkan oleh meningkatkan kepuasan dan kualitas
keterbatasan tempat tidur di ruangan pelayanan kegawatdaruratan di IGD
rawat inap mengakibatkan retensi pasien RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang.
di IGD. Keterlambatan transfer pasien ini
memiliki dampak serius terhadap pasien
yakni delay care, kepuasan pada pasien,
dan staf dan peningkatan biaya perawatan
(Jhonson et al., 2011; Ningsih, 2015)
15. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Faktor -faktor yang memiliki
hubungan yang signifikan secara statistik ACEP Task Force Report on Boarding:
(p value < 0,05 ) dengan LOS patients Emergency Department Crowding:
admission yakni komorbiditas, kecepatan High-impact Solutions. American
konsultasi spesialis dan transfer pasien ke College of Emergency Physicians.
ruangan. Sedangkan faktor waktu 2008.
tiba,keluhan utama, triage level, door to
doctor, kecepatan pemeriksaan Affleck, A., Parks, P., Drummond, A.,
laboratorium, jumlah dokter dan perawat Rowe, B. H., & Ovens, H. J. 2013.
dalam setiap shift tidak memiliki Emergency department overcrowding
hubungan yang signifikan secara statistik and access block. Cjem, 15 (06):
(p value < 0,005) dengan LOS patient 359-370.
admission
Asplin, B. R. 2006. Measuring crowding:
Faktor – faktor penyebab time for a paradigm shift. Academic
keterlambatan yang paling dominan Emergency Medicine, 13 ( 4): 459-
berhubungan dengan LOS patients 461.
admission adalah keterlambatan transfer
pasien ke ruangan. Hal ini paling banyak Asaro, P. V., Lewis, L. M., & Boxerman, S.
disebabkan oleh keterbatasan B. 2007. The impact of input and
ketersediann tempat tidur di ruangan
sehingga pasien tidak dapat ditranfer ke output factors
department on
throughput. emergency
Academic
ruangan dengan segera setelah Emergency Medicine, 14 (3): 235-
keputusan untuk disposisi pasien ke 242.
ruangan.
Barbee, G., Berry-Cabán, C., Daymude,
16. SARAN
M., Oliver, J. and Gay, S., 2010. The
Bagi pelayanan rumah sakit effect of provider level triage in a
diharapkan dengan teridentifikasinya military treatment facility emergency
faktor-faktor yang berhubungan dengan department. Australasian Journal of
LOS pasien di IGD khususnya faktor Paramedicine, 8 (4).
kecepatan transfer pasien ke ruangan dan
konsultasi spesialis dan komorbiditas Bernstein, S. L., Aronsky, D., Duseja, R.,
sebagai prediktor LOS patients admission Epstein, S., Handel, D., Hwang, U., ...
di IGD, maka hasil penelitian ini dapat & Schafermeyer, R. 2009. The effect
menjadi masukan atau sebagai salah satu of emergency department crowding
dasar pertimbangan bagi manajemen on clinically oriented outcomes.
rumah sakit pada umumnya dan IGD pada Academic Emergency Medicine, 16
khususnya untuk menyusun protocol dan (1): 1-10.
kebijakan tentang pengembangan
centralized bed control dan transporter Boyle, A., Beniuk, K., Higginson, I., &
untuk mengurangi kepadatan pasien dan Atkinson, P. 2012. Emergency
mengurangi LOS di IGD sekaligus department crowding: time for
mengurangi beban kerja perawat dan interventions and policy evaluations.
biaya perawatan. Sedangkan bagi Emergency medicine international,
penelitian selanjutnya diharapkan hasil 2012.
yang diperoleh dalam penelitian ini dapat
dijadikan dasar penelitian dengan melihat Brick, C., Lowes, J., Lovstrom, L.,
faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi Kokotilo, A., Villa-Roel, C., Lee, P., ...
berhubungan dengan LOS patients & Rowe, B. H. 2014. The impact of
admission di IGD consultation on length of stay in
tertiary care emergency departments.
Emergency Medicine Journal, 31 (2):
134-138
. prevent misuse. BMC health services
Brouns, S.H., Stassen, P.M., Lambooij, research, 10 (1): 1.
S.L., Dieleman, J., Vanderfeesten,
I.T. and Haak, H.R., 2015. Gill, D., Galvin, S., Ponsford, M., Bruce,
Organisational Factors Induce D., Reicher, J., Preston, L., &
Prolonged Emergency Department Stoneham, S. 2012. Laboratory
Length of Stay in Elderly Patients–A sample turnaround times: do they
Retrospective Cohort Study. PloS cause delays in the ED?. Journal of
one, 10(8), p.e0135066. evaluation in clinical practice, 18 (1):
121-127.
Buchari, H., Albazli, K., Almaslmani, S.,
Attiah, A., Bukhary, E., Najjar, F., & Guttmann, A., Schull, M. J., Vermeulen,
Al-Maghrabi, H. 2014. Analysis of M. J., & Stukel, T. A. 2011.
Waiting Time in Emergency Association between waiting times
Department of Al-Noor Specialist and short term mortality and hospital
Hospital, Makkah, Saudi Arabia. admission after departure from
Open Journal of Emergency emergency department: population
Medicine, 2 (04): 67. based cohort study from Ontario,
Canada. Bmj, 342, d2983.
CDC. (2010). National health statistics
reports number 26.Accessed Handel, D. A., Hilton, J. A., Ward, M. J.,

November 2, 2010 from


http://www.cdc.gov/nchs/data/nhsr/nh Rabin, E., Zwemer
J. M. 2010. Jr, F. L.,
Emergency & Pines,
department
sr026. throughput, crowding, and financial
outcomes for hospitals. Academic
Chalfin, D. B., Trzeciak, S., Likourezos, Emergency Medicine, 17 (8): 840-
A., Baumann, B. M., Dellinger, R. P., 847.
& delay ED study group. 2007.
Impact of delayed transfer of critically Hoot, N. R., & Aronsky, D. 2008.
ill patients from the emergency Systematic review of emergency
department to the intensive care department crowding: causes,
unit*. Critical care medicine, 35 (6): effects, and solutions. Annals of
1477-1483. emergency medicine, 52 (2): 126-
136.
Depkes RI, K.K., 2011. Standar
Pelayanan Keperawatan GAwat Huang, Q., Thind, A., Dreyer, J.F. and
Darurat di Rumah Sakit.Jakarta: Zaric, G.S., 2010. The impact of
Perpustakaan Depkes RI delays to admission from the
emergency department on inpatient
Dormann, H., Diesch, K., Ganslandt, T., & outcomes. BMC emergency
Hahn, E. G. 2010. Numerical medicine, 10(1), p.1.
parameters and quality indicators in a
medical emergency department. Hawkins, R. C. 2007. Laboratory
Dtsch Arztebl Int, 107 (15): 261-267. turnaround time. Clinical Biochemist
Reviews, 28 (4): 179.
Fee, C., Burstin, H., Maselli, J. H., & Hsia,
R. Y. 2012. Association of emergency Jalili, M., Shalileh, K., Mojtahed, A.,
department length of stay with safety- Mojtahed, M., & Moradi-Lakeh, M.
net status. JAMA, 307 (5: 476-482. 2012. Identifying causes of laboratory
turnaround time delay in the
Gentile, S., Vignally, P., Durand, A. C., emergency department. Archives of
Gainotti, S., Sambuc, R., & Iranian medicine, 15 (12): 759.
Gerbeaux, P. 2010. Nonurgent
patients in the emergency Johnson, K. D. 2011. Patients vital signs
department? A French formula to and the length of time between the
monitoring of vital signs during times McCarthy, M. L., Zeger, S. L., Ding, R.,
of emergency department crowding. Levin, S. R., Desmond, J. S., Lee, J.,
(Doctoral dissertation, Case Western & Aronsky, D. 2009. Crowding delays
Reserve University). treatment and lengthens emergency
department length of stay, even
Joint Commission, 2013. The “Patient among high-acuity patients.Annals of
Flow Standard” and the 4-hour emergency medicine, 54 (4): 492-
recommendation. Joint Commission 503.
Perspectives, 33 (6): pp.1-4.
Mason, S., Weber, E. J., Coster, J.,
Freeman, J., & Locker, T. 2012. Time
Karaca, Z., Wong, H. S., & Mutter, R. L. patients spend in the emergency
2012. Duration of patients’ visits to department: England's 4-hour rule—a
the hospital emergency department. case of hitting the target but missing
BMC emergency medicine, 12 (1): 1. the point?. Annals of emergency
medicine, 59 (5): 341-349.
Kondo, Y., Toyoshima, H., Yatsuya, H.,
Hirose, K., Morikawa, Y., Ikedo, N., Nash, K., Zachariah, B., Nitschmann, J.,
Masui, T. and Tamakoshi, K., 2007. &Psencik, B. (2007).Evaluation of
Risk factors for first acute the fast track unit of a university
myocardial infarction attack emergency department. Journal of

assessed by in
registry data cardiovascular disease
Aichi Prefecture. Emergency Nursing, 33(1), 14-20.
Nagoya journal of medical science, Needleman, J., Buerhaus, P., Mattke, S.,
69(3-4), pp.139-147. Stewart, M., & Zelevinsky, K. 2002.
Nurse-staffing levels and the quality
Krall, S.P., Cornelius, A.P. and Addison, of care in hospitals. New England
J.B., 2014. Hospital factors impact Journal of Medicine, 346 (22): 1715-
variation in emergency department 1722.
length of stay more than physician
factors. Western Journal of Ningsih, D. K. 2015. Overcrowding patient
Emergency Medicine, 15 (2): p.158. and improving emergency patient
flow in emergency department: a
Lee, R. S., Woods, R., Bullard, M., literature review. Jurnal Ilmu
Holroyd, B. R., & Rowe, B. H. 2008. Keperawatan, 3 (2):150.
Consultations in the emergency
department: a systematic review of Nippak, P. M., Isaac, W. W., Ikeda-
the literature. Emergency Medicine Douglas, C. J., Marion, A. M., &
Journal, 25 (1): 4-9. Vanden-Broek, M. 2014. Is there a
relation between emergency
Liew D, Liew D, Kennedy MP. Emergency department and inpatient lengths of
department length of stay stay?. Can J Rural Med, 19 (1).
independently predicts excess
inpatient length of stay. Med J Aust Noorani, M.M., Khaliq, M.F., Shoaib, M.,
2003; 179:524-526. Sheikh, A., Moazzum, W. and Ali,
S.A., 2014. Time intervals and
Lucas, R., Farley, H., Twanmoh, J., associated factors of emergency
Urumov, A., Olsen, N., Evans, B., & treatment: first insight into Pakistani
Kabiri, H. 2009. Emergency system. International archives of
department patient flow: the influence medicine, 7 (1): p.1.
of hospital census variables on
emergency department length of stay. Parker, B. T., & Marco, C. 2014.
Academic Emergency Medicine, 16 Emergency department length of
(7): 597-602. stay: accuracy of patient estimates.
Western Journal of Emergency Schull, M.J., Kiss, A. and Szalai, J.P.,
Medicine, 15 (2) 2007. The effect of low-complexity
patients on emergency department
Qureshi, N.A., 2010. Triage systems: a waiting times. Annals of emergency
review of the literature with reference medicine, 49 (3): pp.257-264.
to Saudi Arabia/Systèmes de triage:
revue de la littérature et référence à Singer, A. J., Thode Jr, H. C., Viccellio, P.,
l'Arabie saoudite. Eastern & Pines, J. M. 2011. The association
Mediterranean Health Journal, 16 (6): between length of emergency
p.690. department boarding and mortality.
Academic Emergency Medicine, 18
Rathlev, N. K., Chessare, J., Olshaker, J., (12): 1324-1329.
Obendorfer, D., Mehta, S. D., Singer, Adam J., et al.2008. "Introduction
Rothenhaus, T., ... & Lewis, K. 2007. of a stat laboratory reduces
Time series analysis of variables emergency department length of
associated with daily mean stay." Academic Emergency Medicine
emergency department length of stay. 15 (4): 324-328.
Annals of emergency medicine, 49
(3): 265-271. Sun, Y., Heng, B. H., Tay, S. Y., & Seow,
E. 2011. Predicting hospital
Raj, K., Baker, K., Brierley, S., & Murray, admissions at emergency department

D. (2006). Overcrowding
Department National Emergency
Study tool triage using routine
data. Academic administrative
Emergency Medicine,
is not useful in an Australian 18 (8): 844-850.
emergency department. Emergency
Medicine Australasia, 18(3), 282-288. Tashkandy, M. A., Gazzaz, Z. J., Farooq,
Reiter, M. 2015. Door to doctor times (in M. U., & Dhafar, K. O. 2008. Reasons
menute): 11 Benchmarks That for delay in inpatient admission at an
Should Matter to EPs.Monthly. emergency department. J Ayub Med
Telemedisine magazine. Coll Abbottabad, 20 (1): 38-42.
http://epmonthly.com/article/11-
benchmarks-that-should-matter-to- Trzeciak, S., & Rivers, E. P. 200).
eps/ diakses tgl 5 Mei 2016 Emergency department overcrowding
Richardson, D. B. 2006. Increase in in the United States: an emerging
patient mortality at 10 days threat to patient safety and public
associated with emergency health. Emergency medicine journal,
department overcrowding. Medical 20 (5): 402-405.
journal of Australia, 184 (5): 213.
Twigg, D., Duffield, C., Bremner, A.,
Rooney, K. D., & Schilling, U. M. 2014. Rapley, P., & Finn, J. 2012. Impact of
Point-of-care testing in the skill mix variations on patient
overcrowded emergency outcomes following implementation of
department–can it make a nursing hours per patient day staffing:
difference?. Critical Care, 18(6): 1-7. a retrospective study. Journal of
advanced nursing, 68 (12): 2710-
Schneider, S., F. Zwemer, A. Doniger, R. 2718.
Dick, T. Czapranski and E. Davis.
2001. “Rochester, New York: A van der Veen, D., Heringhaus, C., & de
Decade of Emergency Department Groot, B. 2016. Appropriateness,
Overcrowding.” Academic Reasons and Independent Predictors
Emergency Medicine 8(11): 1044– of Consultations in the Emergency
50. Department (ED) of a Dutch Tertiary
Care Center: A Prospective Cohort
Study. PloS one, 11 (2): e0149079.
Wibulpolprasert, A., Sittichanbuncha, Y., Academic Emergency Medicine, 18
Sricharoen, P., Borwornsrisuk, S. and (5): pp.539-544.
Sawanyawisuth, K., 2014. Factors
Associated with Overcrowded Woods, R. A., Lee, R., Ospina, M. B.,
Emergency Rooms in Thailand: A Blitz, S., Lari, H., Bullard, M. J., &
Medical School Setting. Emergency Rowe, B. H. 2008. Consultation
medicine international, 2014.. outcomes in the emergency
department: exploring rates and
Welch, S. J., Asplin, B. R., Stone-Griffith, complexity. Cjem, 10(01), 25-31.
S., Davidson, S. J., Augustine, J.,
Schuur, J., & Alliance, E. D. B. 2011. Yoon, P., Steiner, I., & Reinhardt, G.
Emergency department operational 2003. Analysis of factors influencing
metrics, measures and definitions: length of stay in the emergency
results of the second performance department. Cjem, 5 (03): 155-161.
measures and benchmarking summit.
Annals of emergency medicine, 58
(1): 33-40. Zarea, K., Negarandeh, R.,
Dehghan‐Nayeri, N., &
Welch, S.J., Stone‐Griffith, S., Asplin, B., Rezaei‐Adaryani, M. 2009. Nursing
Davidson, S.J., Augustine, J. and staff shortages and job satisfaction in
Schuur, J.D., 2011. Emergency Iran: Issues and challenges. Nursing
& health sciences, 11 (3): 326-331.
department
results of theoperations dictionary:
second performance
measures and benchmarking summit.

Anda mungkin juga menyukai