Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

METODOLOGI PENELITIAN

Di Susun Oleh :

AHMAD DALIL

1420120050EX

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN REGULER
YAYASAN PONDOK PESANTREN QAMARUL HUDA
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
2021
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT
DENGAN TINDAKAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TRAUMA KEPALA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MATARAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkankesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang stinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan seumber daya manusia yang
produktif secara social dan ekonomis (UU Kesehatan No. 36 Bab II pasal 3 tahun 2009).
Pelayanan kesehatan perorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
tersebut harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien disbanding
kepentingan lainnya, (UU Kesehatan No 36 Bab II pasal 3 tahun 2009). Profesi
keperawatan dengan jumlah personil dan jangkauan pelayanan yang lebih dekat kepada
klien mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan, (Materi pelatihan ICU Diklat RSUD Dr. Suetomo, 2005).
Pelayanan keperawatan gawat darurat merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk membantu manusia menciptakan kemandirian dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal, (Hudak & Gallo, 2001).
Adapun tujuan dari keperawatan gawat darurat adalah untuk menyelamatkan
nyawa, meminimalisir kecacatan, dan mempersiapkan pasien untuk terapi definitive,
(Barmawi, A. 2006). Pelayanan di unit kegawatdaruratan dari semua rentang umur
dengan tindakan yang tepat dan cepat. Kecepatan dan ketepatan tindakan
kegawatdaruratan yang diberikan akan meningkatkan upaya penyelamatan jiwa pasien,
mengurangi kerusakan lebih parah, dan mengurangi kecacatan sisa yang dapat dialami
pasien, (Direktrat Bina Keperawatan dan Medik, 2007). Namun fenomena yang ada di
lapangan tindakan kegawatdaruratan yang dilakukan sebagai upaya pertolongan pertama
belum memenuhi standar, (www.suaramerdeka.com, 2010).
Menurut buku panduan pelatihan BTCLS standar praktik gawat darurat meliputi
assessment, diagnosis, intervention, implementation, evaluation dan dokumentasi. Dalam
kedaruratan kesehatan bidang garapannya mencakup kebutuhan akan jalan nafas yang
utuh tanpa sumbatan (Airway), kebutuhan untuk bernafas secara normal (breathing),
kebutuhan cairan dan sirkulasi yang adekuat (circulation), kebutuhan akan pergerakan
(disability), dan kebutuhan akan integritas fisik yang utuh (exposure). Untuk standar
penanganan kegawatdaruratan ini diutamakan keselamatan jiwa, misalnya yang terkait
dengan jalan nafas, pernafasan, penghentian perdarahan. Akan tetapi tidak semua teaga
kesehatan memiliki pemikiran yang sama, tidak jarang penanganan tersebut diabaikan,
(www.suaramerdeka.com, 2010). Menurut irawan, staf logistic yayasan ambulan gawat
darurat mengungkapkan bahwa perbedaan persepsi dalam tindakan kegawatdaruratan
oleh tenaga kesehatan disebabkan oeh minimnya pengetahuan dan penanganan tentang
tindakan kegawatdaruratan. (www.suaramerdeka.com, 2010).
Trauma adalah cedera pada tubuh yang cukup berat yang dapat menganam jiwa
dan anggota tubuh, (Barmawi, A.2006). Trauma adalah penyebab utama dari kematian
yang dapat dicegah pada pasien di bawah usia 44 tahun, trauma sering mempunyai
problem yang melibatkan system organ ganda. Pada pasien trauma 50 % meninggal dunia
pada saat kejadaian atau beberapa menit setelah kejadian kareana destruksi otak jantung
dan pembuluh darah lainnya. 35 % meninggal dunia 1-2 jam setelah trauma (the golden
hour), (Barmawi, A.2006). dampak kemajuan ilmu dan teknologi juga sering
menyebabkan situasi kegawatdaruratan seperti kecelakaan, di indonesai tahun 2003
tercatat 24.692 jiwa dengan korban meninggal 9.856 jiwa (39.91%), (profil kesehatan
Indonesia, 2003). Menurut data dari bagian central opname (CO) IGD Rs Bhayangkara
Mataram didapatkan bahwa angka kejadian trauma pada tahun 2010-2011 secara
keseluruhan adalah sebesar 1.030 kasus, 435 orang (40,7%) diantaranya adalah akibat
dari kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan trauma kepala.
Trauma kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, dan otak
(Brunner & Suddarth, 2001, 2010)
Tindakan kegawatdaruratan pada pasien trauma merupakan tindakan kritis yang
harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan
yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang unik pada situasu kritis dan mampu menerapkannya
untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis, (Malang Trauma Service, 2008).
Pengetahuan tentang tindakan kegawatdaruratan pada pasien trauma memegang
porsi besar dalam menentukan keberhasilan pertolongan. Pada banyak kejadian banyak
penderita trauma yang justru meninggal atau mengalami kecacatan yang diakibatkan oleh
kesalahan dalam melakukan pertolongan (kesalahan petugas). Disamping itu dibutuhkan
juga sikap yang bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi obyek,
ide, situasi, dan nilai, mempunyai daya pendorong dan motivasi, relative menetap,
mengandung aspek evaluative dan sikap timbul dari hasil pengalaman.
(http://www.ilmiah-tesis.com/2009).
Berdasarkan studi awal melalui wawancara dengan kepala ruangan dan kepala
shift perawat di instalasi gawat darurat RS Bhayangkara Mataram, dinyatkan bahwa pada
dasarnya pengetahaun perawat IGD tentang kegawatdaruratan trauma cukup baik, karena
banyak nya perawat yang sudah mengikuti pelatihan-pelatihan kegawatdaruratan. Dari 15
perawat IGD terdapat 9 perawat (5,8%) telah mengikuti pelatihan BTCLS dan BCLS.
Waktu tanggap (respon time) dalam menangani pasien trauma ataupun non trauma yang
masuk ke IGD dilakukan cukup cepat oleh perawat-perawat IGD.
Penanganan kasus kegawatdaruratan disesuaikan dengan standar pelayanan
gawat darurat yang ada. Terkadang dalam pelaksanaannya belum maksimal. Dalam
kesempatan itu juga dikatakan bahwa dari 15 perawat yang ada di IGD hampir sebagian
perawat memperhatikan standar atau prosedur tindakan kegawatdaruratan. Sebagai
contoh, kurang memperhatikan keamanan diri perawat atau pasien dan keluarga pasien.
Bedasarkan urian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hubungan penetahuan dan sikap perawat dengan tindakan kegawatdarurata
pada pasien trauma kepala di RS Bhayangkara Mataram.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yatu
“adakah hubungan Antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan tidnakan
kegawatdaruratan pada pasiien trauma kepala di ruang IGD RS Bhayangkara Mataram”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran hubungan Antara tingkat pengetahaun dan sikap perawat
dengan tindakan kegawatdaruratan pada pasien trauma kepala di RS Bhayangkara
Mataram.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang kegawatdaruratan trauma dalam
penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien trauma kepala di RS Bhayangkara
Mataram
b. Mengetahui sikap perawat dalam penanganan kegawtdaruratan pada pasien
trauma kepala di RS Bhayangkara Mataram
c. Mengetahui tindakan kegawtdaruratan pada pasien trauma kepala oleh perawat di
RS Bhayangkara Mataram
d. Menganalisis hubungan Antara tingkat pengetahuan perawat tentang
kegawatdaruratan trauma kepala dengan tindakan kegawatdaruratan pada pasien
trauma kepala di RS Bhayangkara Mataram
e. Menganalisis hubungan Antara sikap perawat dalam penanganan pasien trauma
kepala dengan tindakan kegawatdaruratan pada pasien trauma kepala di RS
Bhayangkara Mataram.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pemahaman tentang hubungan Antara tingkat pengetahuan
dan sikap perawat dengan tindakan kegawatdaruratan pada pasien trauma di
dalam Rumah Sakit serta memahami salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan S1 Keperawatan
2. Bagi obyek yang diteliti (Perawat)
a. Memberikan informasi kepada perawat sehingga perawat dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam tindakan
kegawatdaruratan pada pasien trauma
b. Sebagai evaluasi terhadap kesalahan-kesalahan perawat dalam tindakan
kegawatdaruratan pada pasien trauma di RS Bhayangkara Mataram
sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
kesehatan
3. Bagi instansi tempat penelitian (Rumah sakit)
Memberikan masukan kepada pihak management rumah sakit tentang
pentingnya pentahuan dan sikap perawat dalam melakukan tindakan
kegawatdaruratan pada pasien trauma sehingga diharapkan mampu
memberikan fasilitas dalam pelatihan – pelatihan penanggulangan
kegawatdaruratan bagi perawat.
4. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi dalam proses belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai