Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektifnya interaksi antara
sendi yang normal dengan unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya.
Elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan stres mekanik ke
jaringan sekitar sendi. Otot, tendon, ligamen, rawan sendi, dan tulang saling
bekerja sama agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna (Lukman,
2012)
Fraktur Radius merupakan suatu fraktur yang mengenai lengan bawah yaitu
pada tulang radius dimana tulang tersebut mengalami perpatahan. Dibagi atas
tiga bagian perpatahan yaitu bagian proksimal, medial, serta distal dari corpus
tulang tersebut (Budiman, 2013).
Penatalaksanaan fraktur dengan tepat merupakan hal yang penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi dari fraktur itu sendiri. Jika penanganan fraktur
Radius dengan terapi non-operatif tidak berhasil mereposisi dengan baik, maka
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti adanya gangguan aktivitas atau
hilangnya fungsi dari anggota badan itu sendiri yang dapat menimbulkan
pergerakan sendi tangan menjadi terbatas, kekakuan sendi, arthritis, penekanan
saraf, syok, sindrom emboli lemak, dan lain-lain. Oleh karena itu, pada fraktur
Radius diperlukan penanganan yang segera dan terperinci untuk mengembalikan
fungsi dari lengan bawah seperti semula (Budiman, 2013).
Data WHO tahun 2011 mencatat bahwa terdapat lebih dari 5,6 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup
tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas, sekitar 60% dari insiden kecelakaan yang
terjadi (Depkes RI, 2011 dalam Intan, 2014).
Kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia, 79,8%
akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah fraktur. Hasil
penelitian didapatkan data bahwa angka kejadian fraktur terbanyak pertama pada
kecelakaan lalu lintas adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari

Poltekkes Kemenkes Palembang


1
2

300 kasus. Angka kejadian fraktur terbanyak kedua pada kecelakaan lalu lintas
adalah fraktur cruris dengan angka kejadian 44 kasus dari 300 kasus. Yang ketiga
adalah fraktur Radius dengan angka kejadian 25 kasus dari 300 kasus kecelakaan
yang mengakibatkan fraktur (Rahmawati, 2012).
Terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/ tumpul. Dari 45.987 peristiwa
terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang(3,8%), dari 20.829 kasus
kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%),
dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236
orang (1,7%) (RISKESDAS, 2007 dalam Mandriani, 2008)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007
didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita
mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami
kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap
adanya kejadian fraktur. (Dinkes Pemprov Sumsel, 2008 dalam Mandriani,
2008).
Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didapatkan data bahwa pada
tahun 2012, jumlah pasien dengan Fraktur Radius terdapat 25 orang dengan
jumlah laki laki 17 orang dan perempuan 8 orang. Terjadi peningkatan pada
tahun 2013, kejadian Fraktur Radius terdapat 39 orang dengan jumlah laki-laki
29 orang dan perempuan 10 orang. Sedangkan pada Tahun 2014, kejadian
Fraktur Radius sebanyak 29 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 22 orang
dan perempuan 7 orang (Medical Record RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang).
Fenomena yang ada di Rumah Sakit menunjukkan bahwa pasien di Rumah
Sakit mengalami berbagai masalah keperawatan, diantaranya resiko tinggi
trauma, nyeri, gangguan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit, cemas, bahkan
kurangnya perawatan diri. Masalah tersebut harus di antisipasi dan di atasi agar
tidak terjadi komplikasi, perawat berperan dalam pemberian asuhan keperawatan
diantaranya dengan usaha promotif, yaitu memberikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan diri. Usaha preventif,
perawat menjelaskan cara pencegahan infeksi lanjut yang ditimbulkan oleh

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

tindakan pembedahan. Upaya kuratif, perawat dapat berkolaborasi dengan dokter


dalam pemberian terapi obat dan pembedahan. Upaya rehabilitatif, perawat
menganjurkan pada pasien untuk sesegera mungkin melakukan mobilisasi secara
bertahap (Sodikin, 2009).
Sehubungan dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Studi Kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Fraktur
Ekstremitas Terbuka di Ruang Rawat Inap Kenanga E RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2015.

1.2 Ruang Lingkup


Laporan Tugas Akhir (LTA) ini mengambil lingkup Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) khususnya pada Sistem Muskuloskeletal, yaitu pada Pasien
dengan Fraktur Radius 1/3 Distal Terbuka di Ruang Kenanga E RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015. Penulis mengangkat kasus ini
karena masih tingginya kejadian Fraktur di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang setiap tahunnya.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada Pasien dengan
Fraktur Radius 1/3 Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C
(Kenanga E) RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada Pasien dengan Fraktur Radius 1/3
Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C (Kenanga E) RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.
b. Dapat merumuskan diagnosa pada Pasien dengan Fraktur Radius 1/3
Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C (Kenanga E) RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.
c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada Pasien dengan
Fraktur Radius 1/3 Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C
(Kenanga E) RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

d. Dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan pada Pasien dengan


Fraktur Radius 1/3 Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C
(Kenanga E) RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.
e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Pasien dengan
Fraktur Radius 1/3 Distal Terbuka di Ruang Rawat Inap Irna C
(Kenanga E) RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan masukan dalam proses belajar mengajar, khususnya pada
mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah, serta untuk perkembangan
ilmu pengetahuan di Institusi Pendidikan.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Bagi Mahasiswa
Untuk mendapatkan pengalaman dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Fraktur Ekstremitas Atas.
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada
tenaga kesehatan di dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Fraktur Ekstremitas Atas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pengembangan mutu
dalam pengkajian lebih lanjut dan sebagai umpan balik terhadap
teori yang telah diberikan kepada mahasiswa, serta untuk
meningkatkan pendidikan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

1.5 Metode Penelitian


1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara/Anamnese
Dengan melakukan tanya jawab langsung pada pasien, keluarga
pasien, dan petugas kesehatan tentang penyakitnya guna
mendapatkan data yang valid dan akurat.
2. Observasi
Metode ini digunakan untuk kelengkapan data dengan cara melihat
dan mengamati secara langsung dengan sistematis terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan secara sistematis dan menyeluruh dengan
menggunakan alat atau tidak, untuk mengetahui ada atau tidaknya
kelainan pada pasien dengan cara; inspeksi, auskultasi, perkusi, dan
palpasi.
4. Penelusuran Data Sekunder
Melakukan pengambilan data di bagian Rekam Medik Rumah Sakit
untuk mengetahui tinggi rendahnya permasalahan yang terjadi agar
dapat dibandingkan dengan tingkat kejadian di tahun sebelumnya.
1.5.2 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang masalah, batasan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode pengumpulan
data dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini, penulis membagi dua bagian. Bagian
pertama merupakan konsep dasar yang meliputi; anatomi
kerangka ekstremitas atas manusia, definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan
diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan, dan pencegahan.
Bagian kedua merupakan Konsep Asuhan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


6

yang meliputi; pengkajian, perencanaan, implementasi, dan


evaluasi pada penderita secara teoritis.
BAB III Tinjauan Kasus
Merupakan laporan dari hasil kegiatan yang dilakukan
meliputi pengkajian pada pasien, diagnosa keperawatan,
perencanaan asuhan keperawatan, perencanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan asuahan keperawatan, dan
evaluasi dari hasil asuhan keperawatan.
BAB IV Pembahasan
Merupakan bagian pembahasan mengenai perbandingan
teori yang telah didapat dengan pelaksanaan di lapangan,
serta usaha yang dilakukan dalam pemecahan masalah
tersebut.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bagian ini merupakan intisari dari bab pembahasan,
sedangkan saran disusun untuk menanggapi kesimpulan dan
cara pemecahan masalah yang alternatif.

Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai