Anda di halaman 1dari 17

RONDE KEPERAWATAN

PELAKSANAAN MOBILISASI PROGRESIF LEVEL 1 PADA PASIEN


PENURUNAN KESADARAN DIRUANG ICU RSUP DR.M.Djamil Padang

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

OLEH

PUTRI ANNISA, S.KEP


IKE SINTIA SUCI, S.KEP
WINNI SITTA RAMANDA, S.KEP

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Yuldanita, S.Kep ) (Ns. Emil Huriani, S.Kp, MN)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf
dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit,
trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. (Musliha, 2010).Pasien dengan
fase kritis dengan satu atau lebih gangguan fungsi sistem organ vital manusia
yang dapat mengancam kehidupan serta memiliki morbiditas dan mortalitas
tinggi, sehingga membutuhkan suatu penanganan khusus dan pemantauan secara
intensif (Kemenkes RI, 2011). Pasien kritis memiliki kerentanan yang berbeda.
Kerentanan itu meliputi ketidakberdayaan, kelemahan dan ketergantungan
terhadap alat pembantu (Sunatrio, 2010).
Hasil studi di Amerika melaporkan prevalensi pasien kritis selama 2004-2009
terdapat 3.235.741 pasien yang mendapat perawatan ICU dan 246.151 (7,6%)
merupakan pasien kritis kronis. Pasien kritis kronis dengan sepsis (63,7%) dan
yang lainnya seperti stroke, luka parah, cidera kepala dan tracheostomy (Kahn et
al,2015).
Perawat merupakan salah satu bagian dari team ICU, yang mempunyai ruang
lingkup luas, karakteristik unik serta peran yang penting dalam pemberian asuhan
keperawatan kritis di ICU (Sri dkk, 2012). Salah satu intervensi yang diberikan
berupa perubahan posisi pasien dilakukan tiap 2 jam.Pasien yang dirawat di
ruang ICU dengan gangguan status mental misalnya oleh karena stroke, injuri
kepala atau penurunan kesadaran tidak mampu untuk merasakan atau
mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan atau pasien merasakan adanya tekanan
namun mereka tidak bisa mengatakan kepada orang lain untuk membantu mereka
mengubah posisi. Bahkan ada yang tidak mampu merasakan adanya nyeri atau
tekanan akibat menurunnya persepsi sensori(Batticaca, 2008).
Pemantauan hemodinamika perlu diperhatikan, pemantauan tersebut
merupakan suatu teknik pengkajian pada pasien kritis, mengetahui kondisi
perkembangan pasien, serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk
(Burchell, L. & Powers, A., 2011). Dasar dari pemantauan hemodinamika adalah
perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen
dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan
elektrokimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa
gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat
akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel.Perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan dalam merawat pasien-pasien kritis mempunyai tanggung jawab yang
besar dalam memonitor keadaan hemodinamika. Monitoring hemodinamika
merupakan suatu pengkajian fisiologis yang penting dalam perawatan pasien
pasien kritis (Hery dkk, 2015).
American Association of Critical Care Nurses (AACN) memperkenalkan
intervensi mobilisasi progresif yang terdiri dari beberapatahapan:Head of Bed
(HOB), latihan Range of Motion (ROM)pasif dan aktif, terapi lanjutan rotasi
lateral, posisi tengkurap, pergerakan melawan gravitasi, posisi duduk, posisi kaki
menggantung, berdiri dan berjalan.Mobilisasi progresif yang diberikan kepada
pasien diharapkan menimbulkan respon hemodinamik yang baik. Pada posisi
duduk tegak kinerja paru paru baik dalam proses distribusi ventilasi serta perfusi
akan membaik selama diberikan mobilisasi. Proses sirkulasi darah juga
dipengaruhi oleh posisi tubuh dan perubahan gravitasi tubuh. Sehingga perfusi,
difusi, distribusi aliran darah dan oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh
(Vollman, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Olviani (2015) tentang
mobilisasi progressif level I terhadap nilai monitoring hemodinamik non invasif
pada pasien cerebral injury di ruang ICU pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
setelah diberikan intervensi terdapat perubahan pada parameter tekanan darah
dan respiratory rate dibandingkan pada awal pengukuran (p value = 0.020).
Penelitian lainyang dilakukan oleh Zakiyyah tentang pengaruh mobilisasi
progresif level I terhadap resiko dekubitus dan saturasi oksigen pada pasien kritis
terpasang ventilator didapat mobilisasi progresif level I secara signifikan dapat
mencegah dekubitus (p= 0,000) dan meningkatkan saturasi oksigen (p= 0,000).
Berdasarkan data dan fakta yang ada, kelompok tertarik mengangkat ronde
keperawatan mengenai mobilisasi progresif level 1 pada pasien penurunan
kesadaran di ruang ICU RSUP DR.M.DJAMIL PADANG.

B. Tujuan`
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti ronde diharapkan perawat dan keluarga/pasien dapat
mengetahui pengertian , indikasi, manfaat dan pelaksanaan mobilisasi
progresif level 1.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti ronde diharapkan keluarga mampu:
a) Menyebutkan pengertian Mobilisasi progresif level 1
b) Menyebutkan manfaat mobilisasi progresif 1
c) Menyebutkan indikasi mobilisasi progresif level 1
d) Menyebutkan cara/ langkah-langkah mobilisasi progresif level 1
e) Memperagakan cara/langkah-langkah melakukan mobilisasi progresif
level 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP RONDE KEPERAWATAN


1. PENGERTIAN
Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan
keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya
pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.
Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah
dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu
implementasi dari Relationship Based Care. Ronde keperawatan memungkinkan
perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan
sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu
mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi
pasien (Woolley et. al., 2012).
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak
perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan komunikasi di antara
anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al., 2010). Kozier et al.
(2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah salah satu prosedur dua atau
lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawataannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien. Laporan dari
Studer

2. TUJUAN
Clement (2011) menyebutkan ada dua tujuan dilaksanakannya ronde keperawatan
yaitu bagi perawat dan bagi pasien.
1) Bagi Perawat
a) Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien,
b) Mendukung pertumbuhan dan pengembangan professional,
c) Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus,
d) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
keterampilan klinis, membangun kerjasama dan rasa hormat,
e) Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
2) Bagi pasien
a) Mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan dari hari ke hari,
b) Membuat pengamatan khusus dan memberikan laporan ke dokter
c) Memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya,
d) Melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien,
e) Mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien serta memodifikasi
tindakan keperawatan yang diberikan.

3. KARAKTERISTIK
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
2. dilibatkan secara langsung
3. merupakan fokus kegiatan
4. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
5. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
6. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

4. PERAN DALAM RONDE KEPERAWATAN


1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi .
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor


a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

5. LANGKAH-LANGKAH RONDE KEPERAWATAN


1. Persiapan/ Pre Ronde
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada / keluarga.

2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan & rencana tindakan yg akan/telah
dilaksanakan & memilih prioritas yg perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah serta tindakan yg akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.

BAB III
RENCANA KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topic / Judul Kegiatan : Pelaksanaan mobilisasi progresif level 1 pada pasien
penurunan kesadaran di ruang ICU RSUP DR.M.Djamil Padang
2. Sasaran dan Target
a. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien yang di ruang ICU RSUP DR.M.Djamil
Padang.
b. Target
Pasien dan keluarga pasien saat ronde diadakan
3. Metode
Presentasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
4. Media dan Alat
a. Leaflet
b. Lembar balik
5. Waktu dan Tempat
a. Waktu : Kamis, 11 April 2019
b. Pukul : 10.00 WIB s/d 10.30 WIB
c. Tempat : Ruangan ICU RSUP DR.M.Djamil Padang
6. Kegiatan : Ronde tentang pelaksanaan mobilisasi progresif pada pasien
penurunan kesadaran diruang ICU RSUP DR.M.Djamil Padang
7. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : CI Klinik
Kepala Ruangan :
Ketua Tim :
Tim Ronde : Putri Annisa,S.Kep
Ike Sintia Suci, S.kep
Winni Sitta Ramanda, S, S.Kep

8. Setting Tempat

Keterangan :
: Kepala Ruangan : Ketua Tim/ Tim Ronde
: Pembimbing : Keluarga Pasien

: Pasien

B. RANGKAIAN KEGIATAN

No. Kegiatan Ronde Kegiatan Peserta Waktu


1 Pre- Ronde
 Menetapkan kasus minimal 5 menit
1 hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
 Memberikan inform consent  Mennyetujui kontrak
kepada pasien/ keluarga. dan inform consent

2 Pelaksanaan Ronde
 Menjelaskan tentang oleh  Mendengarkan dan 20 menit
perawat primer dalam hal ini memperhatikan
penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan &
rencana tindakan yg
akan/telah dilaksanakan &
memilih prioritas yg perlu
didiskusikan.  Mengemukakan
 Menggali pengetahuan
pendapat
peserta tentang mobilisasi
dan pentingnya mobilisasi
 Mendengarkan
bagi pasien
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan

positif memperhatikan

 Menjelaskan tentang
pengertian dan pentingnya  Mengemukakan

mobilisasi bagi pasien pendapat

penurunan kesadaran.
 Menggali pengetahuan  Mendengarkan

peserta tentang cara  Mendengarkan dan

pelaksanaan mobilisasi memperhatikan

progresif level 1
 Memberi reinforcement  Mengemukakan
positif pendapat
 Menjelaskan tentang cara  Mendengarkan dan
pelaksanaan mobilisasi memperhatikan
progresif level 1
 Moderator memberi
kesempatan peserta untuk
bertanya
 Memberikan reinforcement
pada peserta yang
mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan
3 Penutup
 Penyaji melakukan evaluasi  Menjawab 5 menit
 Penyaji meyimpulkan hasil pertanyaan
diskusi  Bersama moderator
 Penyaji mengucapkan salam menyimpulkan
materi
 Menjawab salam

C. RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evalusi Struktural
 Kegiatan ronde terlaksana dengan baik
 Peserta ronde hadir sesuai rencana
 Tempat dan alat sesuai dengan perencanaan
 Pre-planning telah disetujui
2. Evalusi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
 Peserta ronde berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evalusi Hasil
 Peserta Ronde/ Keluarga mampu menyebutkan pengertian mobilisasi
progresif
 Peserta Ronde/ Keluarga mampu menyebutkan pentingnya mobilisasi
progresif bagi pasien dengan penurunan kesadaran
 Peserta Ronde/ Keluarga mampu menyebutkan cara/langkah
mobilisasi progresif level 1
 Peserta Ronde/ Keluarga mampu melakukan cara/langkah mobilisasi
progresif level 1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ronde keperawatan adalah salah satu prosedur dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien
untuk mendiskusikan masalah keperawataannya serta mengevaluasi pelayanan
keperawatan yang telah diterima pasien. Mobilisasi progresif yaitu serangkaian
rencana yang dibuat untuk mempersiapkan pasien agar mampu bergerak atau
berpindah tempat secara berjenjang dan berkelanjutan. Pasien yang dirawat di
ICU diperlukan mobilisasi untuk meningkatkan status hemodinamik tubuhnya
dan melancarkan sirkulasi serta mengurangi atau mencegah terjadinya luka
tekan, sehingga kelompok mengangkat mobilisasi progresif level 1 sebagai ronde
keperawatan sebagai intervensi efektif yang dapat diberikan dan diterapkan pada
pasien-pasien yang dirawat di ICU.
LAMPIRAN MATERI

Mobilisasi Progresif
A. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang
butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi
diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degenerative, dan untuk
aktualisasi diri (Syifa,Zakiya, 2014)
Pada Pasien yang dirawat di ICU diperlukan mobilisasi. Mobilisasi progresif
diperkenalkan pada tahun 2010 oleh American Association of Critical Care
Nurses (AACN) dan dikembangkan disana. Mobilisasi progresif yaitu
serangkaian rencana yang dibuat untuk mempersiapkan pasien agar mampu
bergerak atau berpindah tempat secara berjenjang dan berkelanjutan.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakan mobilisasi progresif pada pasien di ICU adalah mengurangi
resiko dekubitus, menurunkan lama penggunaan ventilator, untuk mengurangi
insiden Ventilated Accute Pneumonia (VAP), mengurangi waktu penggunaan
sedasi, menurunkan delirium, meningkatkan kemampuan pasien untuk berpindah
dan meningkatkan fungsi organ-organ tubuh. Pelaksanaan mobilisasi progresif
dilaksanakan tiap 2 jam sekali dan memiliki waktu jeda atau istirahat untuk
merubah ke posisi lainnya selama kurang lebih 5-10 menit.
C. Jenisnya
Jenis- jenis posisi pada mobilisasi progresif dibagi menjadi beberapa tindakan
dasar, diantaranya:
a. Head Of Bed (HOB)
Memposisikan tempat tidur pasien secara bertahap hingga pasien posisi
tengah duduk. Posisis ini dapat dimulai dari 30 kemudian bertingkat ke posisi
45 tegak. hingga pasien dapat duduk Pada pasien dimulai mobilisasi progresif
dengan level I. Sebelumnya dikaji dulu kemampuan kardiovaskuler dan
pernafasan pasien. Alat untuk mengukur kemiringan head of bed bisa
menggunakan busur ataupun accu angle level. Alat ini dapat ditempelkan di
sisi tempat tidur, karena terdapat magnet dan terdapat petunjuk derajat
kemiringan.

b. ROM (Range Of Motion)


Ketika otot mengalami imobilisasi akan terjadi pengurangan massa otot dan
mengalami kelemahan. Kegiatan ROM dilakukan pada semua pasien kecuali
pada pasien yang mengalami patah tulang dan tingkat ketergantungan yang
tinggi. Kegiatan ROM dilakukan pada ekstremitas atas maupun bawah,
dengan tujuan untuk menguatkan dan melatih otot agar kembali ke fungsi
semula. Kegiatan ROM dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Kegiatan
ROM dilakukan dengan fleksi, ekstensi, rotasi, hiperekstensi lengan , bahu,
maupun kaki. Pasif ROM yang dilakukan pada ekstremitas atas dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali pada setiap gerakan berupa memfleksikan dan
mengekstensikan jari, juga pada pergelangan tangan, deviasi ulnar dan radial,
siku, dan bahu di ekstensi, fleksi, supinasi, pronasi serta rotasi. Pasif ROM
pada ekstremitas bawah dilakukan pengulangan sebanyak lima kali gerakan
berupa memfleksi, ekstensikan jari kaki, dorsofleksi, pergelangan kaki, plantar
fleksi, ekstensi dan fleksikan lutut, fleksi, abduksi, adduksi dan rotasi pada
pinggul.
c. Continous Lateraly Rotation Therapy (CLRT)
CLRT adalah suatu bagian dari mobilisasai progresif, dilakukan untuk
mengurangi komplikasi fungsi pernafasan. CLRT digunakan pada tahun 1970
dalam upaya untuk mengurangi komplikasi paru. Pasien Paru setelah
dilakukan CLRT menunjukan hasil transfer oksigen ke paru-paru meningkat
dengan rasio lebih besar dari 300 atas perhitungan PaO2/FiO2.Terapi ini
dilakukan melalui gerakan kontinue rangka tempat tidur yang memutar pasien
dari sisi ke sisi. CLRT mencapai hasil terbaik saat dilakukan setidaknya 18
jam perhari setiap 2 jam. adapun CLRT yang dilakukan oleh perawat di
Irlandia waktu pemberiannya per 2, 3 dan jam sekali selama 12 jam di malam
hari selama 3 hari, karena rata-rata pasien yang menggunakan ventilator
selama 2-3 hari. Ketika CLRT dilakukan terjadi perubahan saturasi oksigen,
perubahan parameter fisiologis bukan disebakan oleh CLRT, tetapi oleh
penyakit dasar pasien sendiri. Posisi miring (side-lying), klien diistirahatkan
pada sisi dengan sebagian berat badan ditopang pada pinggul dan bahu yang
bergantung. Posisi miring 30 direkomendasikan untuk klien yang beresiko
ulkus tekan.

d. Posisi Prone
Klien dengan posisi prone terlungkup menyebabkan kepala dan dada
menghadap ke bawah. Kepala klien sering dibalikkan ke sisi samping, teteapi
jika bantal diletakkan di bawah kepala, bantal harus tipis untuk mencegah
fleksi servikal atau ekstensi dan mempertahankan kesejajaran lumbar.
Meletakkan bantal di bawah tungkai bawah memungkinkan dorsofleksi
pergelangan kaki dan beberapa fleksi lutut yang mendukung relaksasi. jika
bantal tidak tersedia, pergelangan kaki perlu didorsofleksikan pada ujung
matras. Meskipun posisi terlungkup jarang diberikan, pertimbangan posisi ini
untuk membantu klien terbiasa tidur dengan posisi ini. Posisi prone juga
memberikan manfaat pada klien dengan distress pernfasan akut dan cedera
paru akut. Kaji dan koreksi masalah yang potensial pada sendi klien dengan
posisi terlungkup berikut ini: a) hiperekstensi leher, b) hiperekstensi lumbar,
c) plantar fleski pergelangan kaki, d) tekanan pada sendi tidak dilindungi pada
dagu, siku, pinggul, lutut dan jari kaki.
3. Tahapan Mobilisasi Progresif
Pada kegiatan mobilisasi progresif terdapat lima tahapan atau level dalam
pelaksanaannya yang disebut Richmond Agitation Sedation Scale (RASS)
diantaranya :

Level I

 Dimulai dengan mengkaji pasien dari riwayat penyakitnyang dimilki apakah


terdapat gangguan kardiovaskuler danrespirasi
 PaO2 : FiO2 > 250, nilai PEEP <10, suhu <38, RR 1030x/menit,
 HR 60-120x/menit. MAP 55- 140, tekanan sistolik berkisar 90- 180 mmHg,
saturasi oksigen berkisar > 90%
 Tingkat kesadaran, pasien mulai sadar dengan respon mata baik (RASS-5
sampai -3).
 Pada level I dimulai dengan meninggikan posisi pasien > 30 drjt kemudian
diberikan pasif ROM selama dua kali sehari
 Mobilisasi progresif dilanjutkan dengan continous lateraly rotation therapy
(CLRT) latihan dilakukan setiap dua jam. Bentuk latihan berupa memberikan
posisi miring kanandan miring kiri sesuai dengan kemampuan pasien. (Gehan,
2015)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta :


Depkes RI Jakarta
Gehan A,Yanes,et al. 2015. Effectiveness of Passive Range of Motion Exercises on
Hemodynamic parameters and Behavioral pain Intensity among Adult Mechanically
Ventilated Patients. Journal ofNursing and health Scienc Vol.4 Issue 6.
Olviani Y. (2015).Pengaruh Pelaksanaan Mobilisasi Progressive Level
Iterhadap Nilai Monitoring Hemodinamika Non Invasive pada Pasien Cerebral
Injury di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015. Diakses pada tanggal 4
April 2019.
Rahmati A. (2016). Mobilisasi Progresif terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pasien di Intensive Care Unit (ICU). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Diakses
pada tanggal 4 April 2019.
Syifa Zakkiyah .2014. Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I:Terhadap Risiko
Dekubitus Dan Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis Terpasang Ventilator
Di Ruang Icu Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai