Anda di halaman 1dari 17

BAB II

ANALISA SITUASI RUANGAN

A. Windshield Survey
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa rumah sakit

pendidikan Universitas Andalas berdiri pada tahun 2017. Rumah Sakit

Pendidikan Universitas Andalas merupakan Rumah sakit Perguruan tinggi

Negeri (RSPTN) yang berada dibawah pengelolaan Universitas Andalas.

Melalui berbagai proses dan tahapan, peletakan batu pertama rumah sakit

dilakukan 29 Maret 2014 oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr.Ir.

Musliar Kasim, MS yang juga mantan Rektor Universitas Andalas dengan

kapasitas 200 tempat tidur serta difasilitasi dengan sarana dan prasana yang

cukup lengkap yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. RSP Universitas Andalas berada di bawah pimpinan Dr.dr. Yevri

Zulfiqar, Sp.B, Sp.U memiliki fasilitas yang sangat lengkap, dengan program

unggulan pada penyakit keganasan dan gastrointestinal. Pelayanan meliputi

pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan kamar operasi,

pelayanan IGD, instalasi farmasi, pelayanan pasien rujukan, pelayanan ICU,

ambulance, pelayanan penunjang (radiologi, laboratorium dan gizi) serta

dilengkapi fasilitas radioterapi yang sangat modern. Rumah Sakit Pendidikan

Universitas Andalas telah terdaftar sebagai Rumah Sakit Terakreditasi

Paripurna berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS)

pada tahun 2019.

Berdasarkan pengamatan situasi observasi di ruang rawat inap Eboni

RSP Universitas Andalas Padang yang terdiri dari 10 ruang yang terdiri dari

12
44 tempat tidur, 6 ruangan untuk kamar rawat inap, 3 ruangan isolasi dan 1

ruangan HCU. Jumlah tenaga keperawatan seluruhnya ada 8 orang, dengan

tingkat pendidikan sarjana profesi ners keperawatan 6 orang dan 2 orang

berpendidikan D3 Keperawatan. Ruang Rawat ini dipimpin oleh 1 orang

kepala ruangan yang berlatar pendidikan sarjana profesi ners keperawatan.

Model penyelenggaraan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Marwa

yaitu metode MPKP kombinasi dengan metode fungsional. Pertanggung

jawaban perawat pelaksana dibagi berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.

Tugas dibagi dan di manajemen oleh kepala ruangan dalam pembagiannya.

Kepala ruangan hanya memanajemen staf medis keperawatan. Staf non medis

dimanejemenkan kepala masing-masing.


Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap Eboni pada

tanggal 06 dan 08 Juli 2019, kelompok menemukan ada beberapa masalah di

Ruang Rawat Inap Eboni, yaitu :

1. Daftar Masalah

a) Ketidaksesuaian Pengkajian Assesment Awal Resiko Jatuh dengan

Standar Prosedur Operasional

Keselamatan pasien (patient safety) adalah pasien bebas dari

cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang

potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis,

cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/

Menkes/ Per/ VIII/ 2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah

suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman

13
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan

mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di

Rumah Sakit. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna

penyebab cedera pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi

resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko

cedera jika sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala

resiko jatuh. Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko

jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada

pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang

buruk, perubahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan

gaya berjalan pada pasien usia tua dengan gaya jalan berayun/tidak

aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak; pasien bingung

atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat

tidur yang dipasang; pada pasien dengan diare atau inkontinensia.

Berdasarkan hasil observasi kelompok terhadap pelaksanaan

keselamatan pasien di Ruang Eboni pada tanggal 6 dan 8 di RS Unand,

masih ada beberapa poin yang belum terlaksanakan. Pada SKP VI

ditemukan yaitu ada beberapa label penanda digelang pasien seperti

14
resiko jatuh yang belum terpasang dan kurangnya pengontrolan

pemasangan side rail tempat tidur. Data ditemukan dengan

pendokumentasian pada pasien dan observasi pada pasien. Dari data

observasi, masih kurangnya kebiasaan perawat untuk memastikan

pasien selalu menaikan side rail saat berada diatas tempat tidur agar

tidak terjadi resiko jatuh pada pasien.

Berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruangan Eboni pada 09

Juli 2019 didapatkan fakta bahwa seharusnya pada pasien resiko jatuh

tinggi diberikan edukasi sesuai standar prosedur operasional kepada

keluarga untuk pencegahan resiko jatuh pada pasien. Namun setelah

dicocokan dengan lembar edukasi yang ada di rekam medis ditemukan

perawat memberikan edukasi tidak sesuai dengan standar prosedur

operasional yang ada.

b. Tidak adanya pelaksanaan konferensi

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas,

sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.

Konferense sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat

mengurangi gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari 2 macam, yaitu

pre conference dan post conference.

Pre conference merupakan komunikasi kepala tim dan perawat

pelaksana setelah selesai overan untuk rencana kegiatan pada shift

tersebut yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Jika

yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang, maka pre conference

15
ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap perawat (rencana

harian) dan tambahan rencana dari kepala tim dan penanggung jawab

tim (Modul MPKP,2006). Sedangkan post conference merupakan

komunikasi kepala tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan

sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya isinya

adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk

operan(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh kepala tim atau

penanggung jawab tim. (Modul MPKP, 2006).

Dari hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 6 Juli 2019

sampai 9 Juli 2019 didapatkan bahwa karu, katim, dan perawat

pelaksana tidak ada melakukan pre conference dan post conference.

Dari hasil wawancara kepada karu dan beberapa perawat, mereka

mengatakan tidak pernah melakukan pre conference dan post

conference dikarekan sumber daya manusia mereka yang sangat

sedikit. Karu juga mengatakan bahwa tidak memiliki standar

operasioanl untuk pelaksanaan pre conference dan post conference.

c. Tidak sesuainya pelaksanaan overan dengan standar prosedur

operasional yang ada

Overan sering disebut dengan timbang terima atau over hand.

Overan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu

laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Overan adalah transfer

tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat)

selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup

peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

16
Nursalam (2008) menyatakan timbang terima adalah suatu cara

menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien.

Dari hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 6 Juli 2019 sampai 9 Juli 2019

didapatkan hasil bahwa pelaksanaan overan tidak sesuai dengan standar operasional

rumah sakit seperti perawat shift sebelumnya tidak memperkenalkan nama perawat

shift berikutnya kepada pasien, memberikan penjelasan kepada pasien tentang

penangungjawab serta perawatan selanjutnya, melakukan pelaporan inventaris, atau

fasilitas lainnya serta karu tidak ada merangkum informasi overan yang dilakukan.

2. Validasi data
Lembar
Kuesioner Observasi Wawancara
No Masalah Observasi
Karu Katim PA Karu Katim PA Karu Katim PA PA
1 Belum optimalnya - - - √ √ √ √ √ √ √
kesadaran peningkatan
pencegahan resiko jatuh
di ruang marwa
2 Belum optimalnya √ √ √ √ √ √ √ - √ -
keakuratan evaluasi
keperawatan
keperawatan di ruang
rawat marwa
3 Belum optimalnya - - - √ √ √ √ - - √
pemilahan sampah medis
infeksius dan non
infeksius yang sesuai
standar prosedur
operasional di ruang
rawat marwa

17
3. Hasil Validasi Data
a. Data Demografi Perawat
Data Tingkat Usia Perawat Diruangan Marwa RSI Ibnu Sina
Padang

Dari 11 Responden, sebanyak 64 % (9 perawat) berumur 21-30

tahun, 29% (4 perawat) berumur 31-40 tahun, dan sebanyak 7% (1

perawat) berumur >40 tahun.

Data Jenis Kelamin Perawat Diruangan Marwa RSI Ibnu Sina


Padang

Dari 14 Responden, sebanyak 14% (2 perawat) berjenis kelamin

laki-laki, 86% (12 perawat) berjenis kelamin perempuan.

Data Tingkat Pendidikan Terakhir Perawat Diruangan Marwa RSI


Ibnu Sina Padang

18
Dari 14 Responden, sebanyak 7% (1 perawat) SPK, 64% (9

perawat) D/III, dan 29% (4 perawat) S1 Ners.

Data Status Kepegawaian Diruangan Marwa RSI Ibnu Sina Padang

Dari 14 Responden, sebanyak 93% (13 perawat) pegawai tetap, dan

7% (1 perawat) pegawai kontrak.

Data Lama Bekerja Perawat di RSI Ibnu Sina

19
Dari 14 Responden, sebanyak 43% (6 perawat) lama bekerja di RSI

Ibnu Sina Padang selama 0-5 tahun, dan 57% (8 perawat) selama 6-10

tahun.

Data Tingkat Lama Bekerja Perawat di Ruang Marwa RSI Ibnu


Sina Padang

Dari 14 Responden, sebanyak 100% (14 perawat) bekerja di ruang

marwa selama 0-5 tahun, dan tidak ada perawat yang bekerja di ruang

marwa selama 6-10 tahun.

Data Perawat yang Mengikuti Pelatihan NANDA NOC NIC

20
Dari 14 Responden, sebanyak 93% (1 perawat) ada mengikuti

pelatihan NANDA NOC NIC, dan 7% (1 perawat) belum pernag

mengikuti pelatihan NANDA NOC NIC.

d. Pengkajian Assesment Awal Resiko Jatuh Dengan Standar


Prosedur Operasional

Data Total Assessment Awal Resiko Jatuh

Dari 20 responden pasien, sebanyak 80% (16 pasien) memiliki

assessment awal yang tidak sesuai SOP, dan 20% (4 pasien) yang

memiliki assessment awal yang sesuai SOP.

21
Data Tindakan Pengetahuan Umum Resiko Jatuh

Dari 20 responden pasien, sebanyak 50% (10 pasien) memiliki

tindakan pengetahuan umum resiko jatuh yang tidak sesuai SOP, dan

50% (10 pasien) yang memiliki tindakan pengetahuan umum resiko jatuh

yang sesuai SOP.

Data Pengetahuan Perawat tentang Asuhan Keperawatan

Dari 20 responden pasien, sebanyak 80% (16 pasien) memiliki

intervensi resiko jatuh yang tidak sesuai SOP, dan 20% (4 pasien) yang

intervensi resiko jatuh yang sesuai SOP.

e. Pengetahuan Perawat Tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan

22
Data Pengetahuan Perawat tentang Asuhan Keperawatan

Dari 11 Responden, sebanyak 73% (8 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi, 18% (2 perawat) memiliki pengetahuan yang

sedang, dan 9% (1 perawat) yang memiliki pengetahuan yang rendah.

Data Ketepatan Pendokumentasian Evaluasi Keperawatan

Dari 120 asuhan keperawatan yang terdokumentasi dari 12 orang

pasien, sebanyak 80% (84 SOAP) ditemukan kurang tepat dalam

pendokumentasian pada asuhan keperawatan, dan 20% (36 SOAP)

ditemukan tepat dalam pendokumentasian pada asuhan keperawatan.

23
Data Pengetahuan Perawat tentang Konsep Dokumentasi

Dari 11 Responden, sebanyak 27% (3 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi, 55% (6 perawat) memiliki pengetahuan yang

sedang, dan 18% (2 perawat) yang memiliki pengetahuan yang rendah.

Data Pengetahuan Perawat tentang Diagnosa Keperawatan

Dari 11 Responden, sebanyak 82% (9 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi, 18% (2 perawat) memiliki pengetahuan yang

rendah, dan tidak ada perawat yang memiliki pengetahuan yang sedang.

Data Pengetahuan Perawat tentang Rencana Keperawatan

24
Dari 11 Responden, sebanyak 46% (5 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi, 36% (4 perawat) memiliki pengetahuan yang

sedang, dan 18% (2 perawat) yang memiliki pengetahuan yang rendah.

Data Pengetahuan Perawat tentang Impelentasi Keperawatan

Dari 11 Responden, sebanyak 100% (11 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi.

Data Pengetahuan Perawat tentang Evaluasi Keperawatan

Dari 11 Responden, sebanyak 91% (10 perawat) memiliki

pengetahuan yang tinggi, 9% (1 perawat) memiliki pengetahuan yang

rendah, dan tidak ada perawat yang memiliki pengetahuan yang sedang.

f. Penerapan Pemilahan Sampah Medis Yang Sesuai Standar


Prosedur Operasional

25
Data Hasil Pengamatan Observasi Pemilahan Sampah Medis

Dari data pengamatan observasi selama 3 hari dari 28-30 Maret

2019, dilakukan 6 kali observasi pada jam 07.00-11.00 WIB dan 11.00-

14.00 WIB ditemukan terjadi peningkatan ketepatan dalam penerapan

SOP dalam pemilahan sampah medis.

Data Ketepatan Pemilahan Sampah Medis

Dari 6 kali hasil observasi pada pemilahan sampah, sebanyak 67%

(4 kali hasil observasi) kurang tepat dalam melakukan pemilahan

sampah, dan 33% (2 kali hasil observasi) sudah tepat dalam melakukan

pemilahan sampah.

B. Rumusan Masalah
No Data Masalah
1 Ketidaksesuaian Pengkajian Assesment Awal Resiko Belum optimalnya pengkajian

26
Jatuh dengan Standar Prosedur Operasional assesment awal resiko jatuh
- Sebagian besar perawat tidak sesuai dalam
dengan standar prosedur
melakukan pengkajian assessment awal resiko
operasional
jatuh pada pasien sebanyak 80%.
- Sama rata antara kesesuaian tindakan resiko
jatuh yang di lakukan perawat sebanyak 50%.
- Sebagian besar perawat tidak sesuai dalam
melakukan intervensi resiko jatuh pada pasien
sebanyak 80%.
2 Ketepatan Pendokumentasian : Evaluasi Belum optimalnya ketepatan
Keperawatan pendokumentasian : evaluasi
- Sebagian besar perawat memiliki pengetahuan keperawatan
yang tinggi tentang konsep asuhan keperawatan
yaitu sebesar 73%.
- Sebagian besar SOAP keperawatan kurang tepat
terdokumentasi oleh perawat yaitu sebanyak
80%.
- Lebih dari separuh perawat memiliki
pengetahuan tentang konsep dokumentasi
keperawatan dengan tingkat pengetahuan sedang
yaitu sebanyak 55%.
- Sebaguan besar perawat memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi tentang diagnosa
keperawatan yaitu sebanyak 82%.
- Sama rata antara tingkat pengetahuan tinggi dan
sedang tentang pengetahuan rencana
keperawatan yaitu sebanyak 36% dan 46%.
- Seluruh perawat memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi tentang pengetahuan implementasi
keperawatan yaitu sebanyak 100%.
- Sebagian besar perawat memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi tentang pengetahuan
evaluasi keperawatan yaitu sebanyak 91%

27
3 Penerapan Pemilihan Sampah yang Sesuai Standar Belum optimalnya penerapan
Prosedur Operasional
pemilahan sampah medis yang
- Ditemukan terjadi peningkatan ketepatan dalam
sesuai standar prosedur
penerapan SOP dalam pemilahan sampah medis
operasional
pada jam 11.00-14.00 WIB dengan peningkatan

fluktuasi diagram batang sebanyak 67%.

- Lebih dari separuh perawat memiliki ketepatan


dari pemilahan sampah medis dari hasil
observasi yaitu sebanyak 67%.

28

Anda mungkin juga menyukai