KELOMPOK J’18
A. Latar Belakang
Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3
lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifk, lempeng
Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan secara geologis.
Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat
di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan
Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman
bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (129 gunung api
aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan
karakteristik geografis yang membentang antara Samudra Pasifk dan Samudra
Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa, dan
sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang
dramatis. Kondisi tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak
pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu
temperatur dan permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di
garis khatulistiwa. Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi
berbagai jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang,
kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan
dan lahan (karhutla).
Selama tahun 2018, terdapat 2.572 kejadian bencana, yang mengakibatkan
4.814 jiwa meninggal dunia dan hilang, 10,239 juta jiwa terdampak dan
mengungsi. Rentetan peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia pada
tahun 2018 cukup menjadi cambuk bagi bangsa ini untuk menyiapkan diri dari
ancaman bencana.
Proses penyadaran tersebut berguna agar setiap orang dapat memahami
risiko, mampu mengelola ancaman dan, pada gilirannya, berkontribusi dalam
mendorong ketangguhan masyarakat dari ancaman bahaya bencana. Di
samping itu, kohesi sosial, gotong royong, dan saling percaya merupakan nilai
perekat modal sosial yang telah teruji dan terus dipupuk, baik kemampuan
perorangan dan masyarakat secara kolektif, untuk mempersiapkan, merespon,
dan bangkit dari keterpurukan akibat bencana.
Selain itu berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh kelompok
ditemukan bahwa 68% responden tidak mengetahui tentang mitigasi bencana,
66% responden tidak mengetahui lokasi titik kumpul saat terjadi bencana,
55% responden tidak mengetahui persiapan saat terjadi bencana, 57%
responden tidak mengetahui jalur evakuasi jika terjadi bencana, 56%
responden tidak mengetahui zona daerah tempat tinggal sekarang, Lebih dari
setengah (62%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang mitigasi bencan,
dan belum adanya kader bencana di RW IV kelurahan lubuk lintah kecamatan
kuranji.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah pembentukan kader mitigasi bencana diharapkan kader di RW IV
Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji Padang dapat membantu
penyampaian informasi dalam menyiapkan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi ancaman bencana.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan kader mampu :
a. Menyebutkan tujuan mitigasi bencana
b. Menyebutkan persiapan prabencana
c. Menyebutkan kegiatan yang dilakukan saat bencana terjadi
d. Menyebutkan kegiatan pasca bencana
e. Mendemonstrasikan mitigasi bencana
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pelatihan kader mitigasi bencana
2. Sasaran
Sasaran : pemuda dan pemudi di RW IV Kelurahan Lubuk Lintah
Kecamatan Kuranji Padang
3. Metode
Tanya jawab, Diskusi dan penampilan vidio
4. Media dan Alat
Infokus
Laptop
5. Waktu dan Tempat
Hari / tanggal : Minggu/ 15 September 2019
Jam : 10.00 s/d selesai WIB
Tempat: Mesjid Muthatahirin RW IVKelurahan Lubuk Lintah Kecamatan
Kuranji Padang
6. Pengorganisasian
a. Setting Tempat
Keterangan :
: pembimbing
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
b. Uraian Tugas
1. Moderator : Mistati Novita Sari S.Kep
Tugas :
Membuka acara
Memperkenalkan anggota kelompok
Membuat kontrak waktu
Menjelaskan tujuan penyuluhan
Menutup acara
2. Presentator : damkar (pemadam kebakaran)
Tugas :
Menjelaskan materi penyuluhan
Memimpin diskusi
3. Fasilitator :
o Dini Novita Sari, S.Kep
Tuti Anggraini, S.Kep
Mimi Afnita Sari S.Kep
Silvika Sari, S.Kep
Desy Putri Anggi, Skep
Izzah Farisah, S.Kep
Sandra Merza Aranti, S.Kep
Rifka Aulia Rahmi, S.Kep
Rahmi Aulia Rahmi, S.Kep
Tugas :
Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama pelatihan
Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama pelatihan
c. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens
Pendahuluan Moderator :
(5 menit) Mengucapkan salam Menjawab salam
Menjelaskan tujuan pelatihan Mendengarkan dan
yang akan dicapai memperhatikan
Menjelaskan kontrak waktu Menyetujui kontrak
waktu
Pelaksanaan Presentator :
(25 menit) Menggali pengetahuan audiens Mengemukakan
tentang mitigasi bencana pendapat
Memberi reinforcement positif
pada audiens atas pendapat
audiens
Pemutaran video mitigasi
bencana Memperhatikan
Menjelaskan materi mitigasi Mendengarkan dan
bencana yang berisi tentang : memperhatikan
- Tujuan mitigasi bencana
- Persiapan prabencana
- Yang dilakukan saat
bencana terjadi
- Yang dilakukan setelah
bencana terjadi
Memberi kesempatan audiens
untuk bertanya
Memberikan reinforcement
positif atas pertanyaan audien
Mendemonstrasikan mitigas
bencana Ikut mendemonstrasikan
mitigasi bencana
Penutup Moderator :
(5 menit) Menyimpulkan materi hasil Mendengarkan dan
pelatihan memperhatikan
Menyimpulkan jalannya hasil
diskusi
Memberi salam penutup Menjawab salam
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
20 pemuda dan pemudi di RW IV Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan
Kuranji Padang dapat mengikuti pelatihan
Tempat, alat dan media tersedia sesuai dengan perencanaan
Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan
80% peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi dengan bertanya,
menjawab dan mengeluarkan pendapat
90% peserta pelatihan tidak meninggalkan ruangan selama acara
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta dapat :
Menyebutkan tujuan mitigasi bencana
Menyebutkan persiapan prabencana
Menyebutkan kegiatan saat bencana terjadi
Menyebutkan kegiatan pasca bencana
Mendemonstrasikan mitigasi bencana
\Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN
4. Pascabencana
Kegiatan pemulihan dapat berlanjut sampai pada masa pascabencana.
Manajemen pemulihan dilaksanakan pengaturan upaya penanggulangan
bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali 7 kelembagaan, prasarana, dan sarana secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana.
Pada tahap pemulihan terdapat dua fase yaitu rehabilitasi dan rekontruksi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Sedangkan rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hokum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Namun demikian, upaya-upaya mitigasi lebih banyak dilakukan pada masa
pascabencana guna untuk mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh. Mitigasi dapat dilakukan baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki empat unsur utama
yaitu penilaian bahaya, peringatan dini dan kesiapsiagaan dan adaptasi. Dalam
kegiatan mitigasi juga perlu dilibatkan kegiatan pemantauan, penyebaran
informasi, sosialisasi dan penyuluhan, serta pelatihan/pendidikan. Langkah
mitigasi pascabencana dapat dilaksanakan melalui inventarisasi data-data
kerusakan akibat bencana dan kekuatan bencana yang terjadi, identifikasi
wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana berdasarkan tingkat
kerusakan, penyusunan rekomendasi dan saran untuk penanggulangan
bencana pada masa depan, pembuatan rencana penataan ulang wilayah,
termasuk rencana tata ruang dan penggunaan lahan, perbaikan fasilitas
pemantauan bencana yang rusak, serta aktivitas pemantauan rutin dan simulasi
tanggap bencana.