Anda di halaman 1dari 13

PRE PLANNING

PEMBENTUKAN KATCA (KADER TANGGAP BENCANA)


DI RW IV KELURAHAN LUBUK LINTAH
KECAMATAN KURANJI

KELOMPOK J’18

Dini Novita Sari, S.Kep


Tuti Anggraini, S.Kep
Mimi Afnita Sari S.Kep
Silvika Sari, S.Kep
Desy Putri Anggi, Skep
Izzah Farisah, S.Kep
Mistati Novita Sari, S.Kep
Sandra Merza Aranti, S.Kep
Hani Octavia Rahayu, S.Kep
Rifka Aulia Rahmi, S.Kep
Rahmi Aulia Rahmi, S.Kep

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
PRE PLANNING
PEMBENTUKAN KATCA (KADER TANGGAP BENCANA)
DI RW IV KELURAHAN LUBUK LINTAH KECAMATAN KURANJI
PADANG

A. Latar Belakang
Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3
lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Australasia, lempeng Pasifk, lempeng
Eurasia serta Filipina. Hal ini menyebabkan Indonesia rentan secara geologis.
Di samping itu, kurang lebih 5.590 daerah aliran sungai (DAS) yang terdapat
di Indonesia, yang terletak antara Sabang dan Merauke, mengakibatkan
Indonesia menjadi salah satu negara yang berisiko tinggi terhadap ancaman
bencana gempa bumi, tsunami, deretan erupsi gunung api (129 gunung api
aktif), dan gerakan tanah.
Selain itu, iklim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh lokasi dan
karakteristik geografis yang membentang antara Samudra Pasifk dan Samudra
Hindia. Indonesia memiliki 3 pola iklim dasar: monsunal, khatulistiwa, dan
sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang
dramatis. Kondisi tersebut semakin kompleks lantaran tantangan dampak
pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim, seperti kenaikan suhu
temperatur dan permukaan air laut pada wilayah Indonesia yang berada di
garis khatulistiwa. Hal ini cenderung menimbulkan tingginya potensi terjadi
berbagai jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang,
kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan
dan lahan (karhutla).
Selama tahun 2018, terdapat 2.572 kejadian bencana, yang mengakibatkan
4.814 jiwa meninggal dunia dan hilang, 10,239 juta jiwa terdampak dan
mengungsi. Rentetan peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia pada
tahun 2018 cukup menjadi cambuk bagi bangsa ini untuk menyiapkan diri dari
ancaman bencana.
Proses penyadaran tersebut berguna agar setiap orang dapat memahami
risiko, mampu mengelola ancaman dan, pada gilirannya, berkontribusi dalam
mendorong ketangguhan masyarakat dari ancaman bahaya bencana. Di
samping itu, kohesi sosial, gotong royong, dan saling percaya merupakan nilai
perekat modal sosial yang telah teruji dan terus dipupuk, baik kemampuan
perorangan dan masyarakat secara kolektif, untuk mempersiapkan, merespon,
dan bangkit dari keterpurukan akibat bencana.
Selain itu berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh kelompok
ditemukan bahwa 68% responden tidak mengetahui tentang mitigasi bencana,
66% responden tidak mengetahui lokasi titik kumpul saat terjadi bencana,
55% responden tidak mengetahui persiapan saat terjadi bencana, 57%
responden tidak mengetahui jalur evakuasi jika terjadi bencana, 56%
responden tidak mengetahui zona daerah tempat tinggal sekarang, Lebih dari
setengah (62%) tidak pernah mendapatkan informasi tentang mitigasi bencan,
dan belum adanya kader bencana di RW IV kelurahan lubuk lintah kecamatan
kuranji.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah pembentukan kader mitigasi bencana diharapkan kader di RW IV
Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji Padang dapat membantu
penyampaian informasi dalam menyiapkan kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi ancaman bencana.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan kader mampu :
a. Menyebutkan tujuan mitigasi bencana
b. Menyebutkan persiapan prabencana
c. Menyebutkan kegiatan yang dilakukan saat bencana terjadi
d. Menyebutkan kegiatan pasca bencana
e. Mendemonstrasikan mitigasi bencana
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pelatihan kader mitigasi bencana
2. Sasaran
Sasaran : pemuda dan pemudi di RW IV Kelurahan Lubuk Lintah
Kecamatan Kuranji Padang
3. Metode
Tanya jawab, Diskusi dan penampilan vidio
4. Media dan Alat
 Infokus
 Laptop
5. Waktu dan Tempat
Hari / tanggal : Minggu/ 15 September 2019
Jam : 10.00 s/d selesai WIB
Tempat: Mesjid Muthatahirin RW IVKelurahan Lubuk Lintah Kecamatan
Kuranji Padang
6. Pengorganisasian
a. Setting Tempat

Keterangan :

: pembimbing

: Pemateri

: Moderator

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

b. Uraian Tugas
1. Moderator : Mistati Novita Sari S.Kep
Tugas :
 Membuka acara
 Memperkenalkan anggota kelompok
 Membuat kontrak waktu
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Menutup acara
2. Presentator : damkar (pemadam kebakaran)
Tugas :
 Menjelaskan materi penyuluhan
 Memimpin diskusi
3. Fasilitator :
o Dini Novita Sari, S.Kep
 Tuti Anggraini, S.Kep
 Mimi Afnita Sari S.Kep
 Silvika Sari, S.Kep
 Desy Putri Anggi, Skep
 Izzah Farisah, S.Kep
 Sandra Merza Aranti, S.Kep
 Rifka Aulia Rahmi, S.Kep
 Rahmi Aulia Rahmi, S.Kep
Tugas :
 Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama pelatihan
 Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama pelatihan

4. Observer : Hani Octavia Rahayu, S.Kep


Tugas :
 Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan
 Membuat laporan hasil penyuluhan.

c. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audiens
Pendahuluan Moderator :
(5 menit)  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan pelatihan  Mendengarkan dan
yang akan dicapai memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Menyetujui kontrak
waktu
Pelaksanaan Presentator :
(25 menit)  Menggali pengetahuan audiens  Mengemukakan
tentang mitigasi bencana pendapat
 Memberi reinforcement positif
pada audiens atas pendapat
audiens
 Pemutaran video mitigasi
bencana  Memperhatikan
 Menjelaskan materi mitigasi  Mendengarkan dan
bencana yang berisi tentang : memperhatikan
- Tujuan mitigasi bencana
- Persiapan prabencana
- Yang dilakukan saat
bencana terjadi
- Yang dilakukan setelah
bencana terjadi
 Memberi kesempatan audiens
untuk bertanya
 Memberikan reinforcement
positif atas pertanyaan audien
 Mendemonstrasikan mitigas
bencana Ikut mendemonstrasikan
mitigasi bencana
Penutup Moderator :
(5 menit)  Menyimpulkan materi hasil  Mendengarkan dan
pelatihan memperhatikan
 Menyimpulkan jalannya hasil
diskusi
 Memberi salam penutup  Menjawab salam

D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 20 pemuda dan pemudi di RW IV Kelurahan Lubuk Lintah Kecamatan
Kuranji Padang dapat mengikuti pelatihan
 Tempat, alat dan media tersedia sesuai dengan perencanaan
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan rencana
2. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan
 80% peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi dengan bertanya,
menjawab dan mengeluarkan pendapat
 90% peserta pelatihan tidak meninggalkan ruangan selama acara
berlangsung
3. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta dapat :
 Menyebutkan tujuan mitigasi bencana
 Menyebutkan persiapan prabencana
 Menyebutkan kegiatan saat bencana terjadi
 Menyebutkan kegiatan pasca bencana
 Mendemonstrasikan mitigasi bencana

\Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Mitigasi Bencana

Bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU Nomor 24
Tahun 2007).
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 Tahun
2008).
2. Prabencana
Kegiatan manajemen bencana pada saat prabencana dilaksanakan baik
pada situasi tidak terjadi bencana maupun dalam situasi terdapat potensi
bencana. Pada tahap prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan
penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan),
yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh
tahapan/bidang kerja kebencanaan. Sedangkan pada tahap prabencana dalam
situasi terdapat potensi bencana dilakukan penyusunan Rencana
Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas
skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu
rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan). Kesiapsiagaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini, yaitu serangkaian kegiatan
pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang.

TINDAKAN SEBELUM BENCANA


o Perabot (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, dan bergeser saat
terjadi gempa.
o Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah.
o Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa
bumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).
o Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan
o Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak
mudah pecah untuk menghindari kebakaran.
o Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga apabila
terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau
tempat paling aman untuk berlindung.
o Tentukan jalan melarikan diri: pastikan Anda tahu jalan yang paling
aman untuk meninggalkan rumah setelah gempa.
o Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga terpencar,
tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi yang aman
dekat rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar
desa.
o Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti
berlindung di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lain-
lain.
o Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa bumi
terjadi supaya tidak saling mencari satu sama lain.
o Siapkan tas siaga bencana yang berisikan : surat – surat penting, kotak
P3K beserta isinya, senter, jas hujan, radio, pakaian untuk 3 hari, obat-
obatan pribadi, air mineral, makanan ringan yang tahan lama, charger
Hp, dan peralatan mandi.
3. Saat Bencana
Terdapat dua tahap kegiatan penanggulangan pada saat terjadi bencana
yaitu masa tanggap darurat dan pemulihan. Manajemen kedaruratan adalah
pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi
secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya
bencana. Tanggap darurat bencana merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan. Dalam masa tanggap darurat terdapat kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
Pada saat tanggap darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan)
yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau
Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan Pada tahap
pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang
meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca
bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi
kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk/pedoman
mekanisme penanggulangan pascabencana.

TINDAKAN SAAT BENCANA TERJADI


o Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan benda-benda yang tergantung.
o Hati-hati pada runtuhan benda, seperti papan reklame, kaca, dan
dinding bangunan.
o Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga
keseimbangan agar tidak jatuh.
o Jika tengah memasak, selamatkan diri lebih dulu, kemudian matikan
api setelah gempa reda.
o Jika tengah berada di kamar, gunakan bantal atau selimut tebal untuk
melindungi kepala.
o Jika tengah berada di kamar mandi, manfaatkan gayung atau ember
untuk melindungi kepala. Lalu, segeralah pindah ke tempat aman.
o Jangan nyalakan korek api sebab adanya gas alam yang bisa
mengakibatkan ledakan.
o Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.
o Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan
kebakaran atau ledakan.
o Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam
api. Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.
o Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat
bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak.
Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.
o Tinggalkan memo mengenai kondisi diri dan keluarga, serta tempat
evakuasi yang dituju. Jangan lupa mengunci rumah.
o Bawalah tas siaga yang telah disiapkan
o Pergilah menuju tempat pengungsian (shelter) terdekat yang ditentukan
setelah memastikan keadaan memungkinkan.
o Waspadai terjadinya gempa susulan, dengarkan informasi mealui radio
atau media komunikasi lainnya untuk informasi gempa susulan, dan
lainlain.
o Gunakan sandal atau sepatu beralas tebal untuk melindungi kaki dari
serpihan kaca atau benda-benda.
o Segera jauhi pantai dan sungai ke tempat tinggi saat gempa kuat
terjadi.
o Waspada apabila terjadi air surut. Jangan hampiri, tetapi segeralah naik
ke tempat tinggi.
o Ciri-ciri gempa kuat adalah jika goncangan yang menyebabkan kita
sulit berdiri serta mengalami pusing.
o Jika tidak terjadi gempa, namun terdengar suara gemuruh yang keras
seperti kereta api atau pesawat jet segara jauhi pantai, dan pergi ke
tempat yang lebih tinggi atau shelter yang ditentukan.
o Pergi ke tempat evakuasi. Ikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan
menuju tempat aman terdekat.
o Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerah rendah. Biasanya, gelombang berikutnya akan
menerjang.

4. Pascabencana
Kegiatan pemulihan dapat berlanjut sampai pada masa pascabencana.
Manajemen pemulihan dilaksanakan pengaturan upaya penanggulangan
bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan
kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali 7 kelembagaan, prasarana, dan sarana secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana.
Pada tahap pemulihan terdapat dua fase yaitu rehabilitasi dan rekontruksi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Sedangkan rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hokum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Namun demikian, upaya-upaya mitigasi lebih banyak dilakukan pada masa
pascabencana guna untuk mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh. Mitigasi dapat dilakukan baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki empat unsur utama
yaitu penilaian bahaya, peringatan dini dan kesiapsiagaan dan adaptasi. Dalam
kegiatan mitigasi juga perlu dilibatkan kegiatan pemantauan, penyebaran
informasi, sosialisasi dan penyuluhan, serta pelatihan/pendidikan. Langkah
mitigasi pascabencana dapat dilaksanakan melalui inventarisasi data-data
kerusakan akibat bencana dan kekuatan bencana yang terjadi, identifikasi
wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana berdasarkan tingkat
kerusakan, penyusunan rekomendasi dan saran untuk penanggulangan
bencana pada masa depan, pembuatan rencana penataan ulang wilayah,
termasuk rencana tata ruang dan penggunaan lahan, perbaikan fasilitas
pemantauan bencana yang rusak, serta aktivitas pemantauan rutin dan simulasi
tanggap bencana.

TINDAKAN SETELAH BENCANA TERJADI

 Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan


kerusakan kepada PLN.
 Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman. Jauhi
reruntuhan bangunan.
 Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat atau lembaga keagamaan.
 Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama warga
untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya, mengubur jenazah,
mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang
bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk
segera bangkit dan membangun kembali kehidupan.
 Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama warga serta
lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat.
 Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman Anda untuk
memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus
dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
 Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan informasi dan
instruksi. Otoritas lokal akan menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan
situasi terakhir.
 Memeriksa luka-luka. Memberi bantuan P3K untuk diri sendiri dan kemudian
membantu orang lain sampai mendapat bantuan.
 Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus, bayi, orang jompo,
orang disabilitas dan orang lain yang membutuhkan bantuan.
 Melihat kemungkinan kerusakan di rumah. Bencana dapat menyebabkan
kerusakan yang besar karenanya kita harus berhati-hati.
 Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan baterai.
 Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran
 Memeriksa saluran listrik dan gas yang dapat mengakibatkan kebakaran.
 Memeriksa bagian bangunan yang dianggap rawan untuk segera dirobohkan.
 Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi.
 Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan.

Anda mungkin juga menyukai