Oleh :
Tuti Anggraini
Silvika Sari
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya diakibatkan oleh rupturnya plak
aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi total pada arteri koroner dan disertai
dengan tanda dan gejala klinis iskemi miokard seperti munculnya nyeri dada,
biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (cTn) (Baliga et al, 2014)
jumlah total kematian pasien yang disebabkan oleh SKA (Widimsky et al. 2012).
tahunnya karena penyakit jantung dan pembuluh darah diseluruhdunia. Studi yang
Coronary Syndrome (JAC) Registry pada tahun 2013 jumlah pasien STEMI di
Jakarta mencapai 1.110 orang (Dharma et al. 2015). Menurut Depkes RI (2015)
tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi Tengah (16,9%),
Aceh (16,6%) dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al., 2009). Berdasarkan hasil
sebesar 52% dari keseluruhan SKA (Zahara et al., 2013). Penelitian di RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada pasien STEMI yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan
perempuan dan usia terbanyak yaitu rentang 54,65±7,77 (Ilhami YR et al., 2015).
Hasil penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012 juga
keseluruhan kejadian SKAyang memiliki gula darah tidak normal, yaitu sebesar
40% (Valerian et al., 2015). Penelitian lain di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
pasien STEMI yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan bahwa laki-laki lebih
Ramrakhadan Hill(2006), pada infark miokard dengan elevasi segmen ST, dapat
yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri
koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian
anterior jantung yang mengalami penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner
dalam waktu yang lama (Wagyu et al., 2013).Pasien STEMI juga dapat dibedakan
berdasarkan ada atau tidak adanya distorsi QRS saat dilakukan pemeriksaan EKG.
distorsi cenderung memiliki infark yang lebih besar seperti yang dinilai
berdasarkanKilip Class II. Angka mortalitas pasien STEMI dengan distorsi QRS
lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa distorsi QRS (Mulay dan Mukhedkar,
2013).Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
oklusi arteri koroner. Gambaran patologis pada STEMI terdiri dari fibrin rich
RSUP Dr. Mdjamil Padang didapatkan bahwa dari 8 orang pasien, didapatkan 4
B. Tujuan Penulisan
infark?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DADA
Suprasternal notch
Manubrium sterni
Angulus sterni
Corpus sterni
Kosta II
Sela iga II
Kartilago kosta II
Processus xyphoideus
Cardiac notch paru kiri
Costochondral junction
Angulus kosta
Mulai dengan kosta XII yang paling bawah, kemudian jari digerakkan makin
ke atas. Secara berurutan diidentifikasi sela iga XI, kosta XI dst.
Kosta atau sela iga setinggi tepi bawah skapula (angulus inferior skapula),
biasanya adalah kosta VII atau sela iga VII.
Kosta VII
Linea Midsternalis
(dari suprasternal notch
ke arah bawah)l
Linea Midklavikularis
(dari tengah klavikula ke
arah bawah)
Didinding dada bagian samping terdapat linea midaksila (dari apeks aksila
ke bawah) dan linea aksilaris posterior (dari lipatan aksila posterior ke
bawah).
Di dinding dada posterior terdapat linea midskapularis dan linea vertebralis
(gambar 4).
Linea Midskapularis
Linea Vertebralis
(sepanjang prosesus
spinosus vertebra)
Gambar 5. Proyeksi Jantung dan Pembuluh Darah Besar di Dinding Dada Anterior
Inspeksi
a. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
b. Ictus Cordis
Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan
tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila
pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam.
Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulsasi yang kuat pada sela iga III
kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal
pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium.
Perhatikan apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang dapat dilihat pada
Palpasi
Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya terasa sebagai
digunakan untuk mengetahui ukuran dan kualitasnya. Bila impuls apical lebar dan
kuat, dinamakan sembulan (heave) atau daya angkat ventrikel kiri. Dinamakan
palpasi. PMI abnormal. Bila PMI terletak dibawah ruang interkostal V atau
ventrikel kiri karena gagal jantung kiri. Secara normal, PMI hanya teraba pada
satu ruang interkostal. Bila PMI dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan
yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini
sesuai dengan bising jantung (murmur) yang kuat pada waktu auskultasi sehingga
dapat di palpasi. Thrill juga dapat dipalpasi diatas pembuluh darah bila ada
obstruksi aliran darah yang bermakna, dan akan terjadi di atas arteri karotis bila
ada penyempitan (stenosis) katup aorta. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa,
Perkusi
batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di bagian basal
jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah
manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini
bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batas jantung
kiri.
Batas kanan terletak di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi.
Pembesaran jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada
beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes atau menderita emfisema,
jantung terletak jauh dibawah permukaan dada sehingga bahkan batas kiri pun
Auskultasi Jantung
c. Bunyi Jantung
kualitasnya, ada tidaknya bunyi jantung S3 dan bunyi jantung S4, irama
dan frekuensi bunyi jantung, dan bunyi jantung lain yang menyertai bunyi
jantung.
berikut :
Ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup
mitral
katup pulmonal.
Intercostal III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
aorta
Intercostal IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum
letak anatomis dari katup-katup yang bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran
trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel. Bunyi jantung I
Pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung
I pecah akibat penutupan katup mitral dan trikuspid tidak bersamaan. Hal
lebih lambat dari A 2. Pada keadaan dimana splitting bunyi jantung tidak
patologis dan ditemukan pada ASD dan Right Bundle branch Block
(RBBB).
pada akhir pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada
jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi jantung
protodiastolik gallop.
frekuensi nadi. Normal irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur
jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi
dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.
ekspirasi lebih lambat, keadaan ini disebut sinus arrhytmia. Hal ini
sebagai pacu jantung. Jika irama jantung sama sekali tidak teratur disebut
denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut extrasystole, yang disusul
oleh fase diastole yang lebih panjang (compensatoir pause). Opening snap,
disebabkan oleh pembukaan katup mitral pada stenosa aorta, atau stenosa
pulmonal.
1. Persiapan alat
Stetoskop
Spignomanometer
Alat tulis
Penggaris
Catatan klien
Selimut
Sampiran
Jam tangan
2. Persiapan klien
sedikit terangkat
3. pemeriksaan fisik
Cuci tangan
Jelaskan prosedur
Inspeksi
Periksa warna kulit dalam tubuh, anggota tubuh dan membrane mukosa
kelopak mata
Tentukan tekanan vena jugularis (JVP), ukur tinggi antara sudut strnum
dan tempat palpasi yang tertinggi pada vena jugularis internal dengan
menggunakan penggaris
Periksa prekordium untuk : palpasi yang terlihat, daya angkat, gelombang
50% dewasa akan memperlihatkan pada area PMI, impuls apical lebih
4. Palpasi
dan nyeri tekan. Impuls dapat dipalpasi pada area inter kosta (AIK) ke5
mid klavikula
palpasi pada area carotid, radialis, femoralis, politeal, tibialis posterior dan
dorsalis pedis
0 = Tidak ada
+ 2 = Normal
+ 3 = Penuh, meloncat
+ 1 = 0 – ¼ inci
+ 2 = ¼ - ½ inci
+ 3 = ½ - 1 inci
Perkusi batas jantung kiri secara berurutan antara rongga inter kosta ke 5,
perubahan kepekaan
6. Auskultasi
Angkat payudara klien untuk mendengar diatas dinding dada dengan lebih
baik
Mulai dengan area aortic atau PMI, kemudian gerakan stetoskop perlahan
Pastikan untuk mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-tiap lokasi
stetoskop kedada
Bila diperlukan minta klien untuk melakukan tiga posisi yang berbeda
satu menit
Bila tidak teratur, bandingkan frekuensi apical dan radial. Deficit denyut
bernada rendah (S3 dan S4) S3 (galop ventricular) timbul setelah S2 dan
sebagainya
Catat kelainan dan hasil yang didapat dalam catatan keperawatan klien
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
B. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sawahlunto
Diagnose : STEMI
C. Prosedur Tindakan
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Lanjut pemeriksaan
Inspeksi
deformitas)
Palpasi
Melakukan palpasi iktus kordis (posisi supinasi, jika tidak teraba
membungkuk ke depan)
Perkusi
membungkuk ke depan).
splitting)
E. Pasien bernama Tn.A yang berusia 65 tahun,agama yang dianut pasien yaitu
agama Islam dengan diagnosa medis STEMI (ST Elevasi Miokard Infark).
Tn.A seorang petani. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah sesak
nafas, nyeri pada dada bagian tengah, ada mual namun tidak muntah, dan
2019 sekitar jam 10.30 WII3, pasien merasa sesak nafas dan nyeri dada
menjalar ke punggung hingga leher, dada terasa berat, napas semakin sesak ,
otot bantu pemafasan, pemafasan cepat dan dangkal, keadaan umum lemah.
Hasil pemeriksaan vital sign TD: 123/66 mmHg, N: 103 x/m, RR 24x/m, S:
36,7°c.
,gallop (-).
Inspeksi
Gizi kurang
Tampak
Kardiomegali (pembesaran jantung)
Palpasi
Letak IC
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di
sebelah medial linea midklavikularis sinistra.
Letak IC Kesan
Bergeser Kardiomegali
Right ventricle enlargement (RVE)
Ke lateral Left ventricle enlargment (LVE)
Ke kaudolateral
Kekuatan IC
Kekuatan IC Kesan
Gizi kurang
Kuat angkat
Kardiomegali
Perkusi
Kesan melebar
Kardiomegali
RVE
Ke lateral
LVE
Ke kaudolateral
Auskultasi
Jakarta : EGC.)
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental
Varney Helen, Kriebs, Jan M., dkk, (2007), Buku Ajar Asuhan Keperawatan,