Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PROPOSAL MINI CEX PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

PADA PASIEN Tn. ....

DI RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG

Oleh :

Dini Novita Sari

Tuti Anggraini

Mimi Afnita Sari

Silvika Sari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ST-elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan bagian dari Sindrom

Koroner Akut (SKA) yang pada umumnya diakibatkan oleh rupturnya plak

aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi total pada arteri koroner dan disertai

dengan tanda dan gejala klinis iskemi miokard seperti munculnya nyeri dada,

adanya J point yang persistent, adanya elevasi segmen ST serta meningkatnya

biomarker kematian sel miokardium yaitu troponin (cTn) (Baliga et al, 2014)

STEMI merupakan penyakit kardiovaskuler penyebab kecacatan dan

kematian terbesar di seluruh dunia. STEMI menyebabkan kematian 6%-14% dari

jumlah total kematian pasien yang disebabkan oleh SKA (Widimsky et al. 2012).

Data WHO ( 2015) menunjukkan sebanyak 17 juta orang meningal setiap

tahunnya karena penyakit jantung dan pembuluh darah diseluruhdunia. Studi yang

dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 38% pasien SKA merupakan

pasien STEMI (Mozaffarian et al. 2015). Sedangkan berdasarkan Jakarta Acute

Coronary Syndrome (JAC) Registry pada tahun 2013 jumlah pasien STEMI di

Jakarta mencapai 1.110 orang (Dharma et al. 2015). Menurut Depkes RI (2015)

prevalensi STEMI di Indonesia meningkat dari 25% menjadi 40% berdasarkan

presentasi infark miokard.

Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit jantung

tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi Tengah (16,9%),
Aceh (16,6%) dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al., 2009). Berdasarkan hasil

penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat pada tahun 2011-2012,

menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah STEMI dengan persentase

sebesar 52% dari keseluruhan SKA (Zahara et al., 2013). Penelitian di RSUP Dr.

M. Djamil Padang pada pasien STEMI yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan

bahwa laki-laki lebih banyak yang menderita STEMI (87,5%) dibandingkan

perempuan dan usia terbanyak yaitu rentang 54,65±7,77 (Ilhami YR et al., 2015).

Hasil penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2012 juga

menunjukkan bahwa STEMI merupakan kejadian SKA yang terbanyak dari

keseluruhan kejadian SKAyang memiliki gula darah tidak normal, yaitu sebesar

40% (Valerian et al., 2015). Penelitian lain di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada

pasien STEMI yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan bahwa laki-laki lebih

banyak yang menderita STEMI (87,5%) dibandingkan perempuan dan usia

terbanyak yaitu rentang 54,65±7,77 (Ilhami YR et al., 2015). Menurut

Ramrakhadan Hill(2006), pada infark miokard dengan elevasi segmen ST, dapat

diklasifikasikan berdasarkan lokasi infark yang ditentukan dari perubahan EKG.

Bagian anterior merupakan lokasi yang sering ditemukan STEMI.

Berdasarkan hasil penelitian,ditemukan sekitar 53.01% infark miokard

yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah arteri

koronaria kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian

anterior jantung yang mengalami penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner

dalam waktu yang lama (Wagyu et al., 2013).Pasien STEMI juga dapat dibedakan

berdasarkan ada atau tidak adanya distorsi QRS saat dilakukan pemeriksaan EKG.

Berdasarkan penelitian, pasien STEMI yang mengalami distorsi sebesar 43.1%,


sedangkan pasien STEMI tanpa distorsi QRS sebesar 56.9%. Pasien dengan

distorsi cenderung memiliki infark yang lebih besar seperti yang dinilai

berdasarkanKilip Class II. Angka mortalitas pasien STEMI dengan distorsi QRS

lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa distorsi QRS (Mulay dan Mukhedkar,

2013).Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami

fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu

trombogenesissehingga trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan

oklusi arteri koroner. Gambaran patologis pada STEMI terdiri dari fibrin rich

redtrombussehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik

(Antman dan Braunwald, 2010).Trombolitik merupakan salah satu strategi

reperfusi untuk tatalaksana STEMI. Tatalaksana STEMI ditujukan untuk reperfusi

arteri koroneryang tersumbat dan harus segera ditatalaksana sehingga dapat

mengurangi kematian sel miokard (Sukhum, 2011).Trombolitik bekerja dengan

melarutkan bekuan darah atau trombus yang terbentuk sehingga dapat

mengembalikan fungsi daerah yang bermasalah.

Dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di ruangan CVCU

RSUP Dr. Mdjamil Padang didapatkan bahwa dari 8 orang pasien, didapatkan 4

pasien diantaranya menderita STEMI (ST Elevasi Miokard Infark )

B. Tujuan Penulisan

Mengetahui cara pengakajian nyeri pada pasien ST elevasi miocard

infark?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DADA

Sebelum mempelajari keterampilan pemeriksaan fisik jantung, perlu

diketahui anatomi dinding dada bagian anterior dan posterior.

Suprasternal notch
Manubrium sterni
Angulus sterni
Corpus sterni
Kosta II

Sela iga II

Kartilago kosta II
Processus xyphoideus
Cardiac notch paru kiri

Costochondral junction

Angulus kosta

Gambar 1. Anatomi Dinding Dada Bagian Anterior


1. Dinding dada bagian anterior (Gambar 1)
 Mengidentifikasi urutan iga dan sela iga
Identifikasi urutan iga dan sela iga dimulai dengan menempatkan
ujung jari di suprasternal notch, kemudian jari digerakkan ke bawah 
5 cm sampai Angulus sterni yang merupakan tempat sambungan antara
manubrium sterni dan korpus sterni. Jari digerakkan ke lateral, iga/
kosta yang teraba adalah kosta II. Sela iga di bawahnya adalah sela iga
II. Sela iga (spatium intercostale) diberi nomor sesuai nomor iga di
atasnya. Selanjutnya menggunakan 2 jari ditelusuri ke bawah secara
oblik, berurutan adalah kosta III, sela iga III dst.
2. Dinding dada bagian posterior (Gambar 2)
Di bagian posterior terdapat 3 titik anatomi untuk mulai mengidentifikasi
kosta dan sela iga, yaitu :

 Mulai dengan kosta XII yang paling bawah, kemudian jari digerakkan makin
ke atas. Secara berurutan diidentifikasi sela iga XI, kosta XI dst.
 Kosta atau sela iga setinggi tepi bawah skapula (angulus inferior skapula),
biasanya adalah kosta VII atau sela iga VII.

Processus spinosus VC7 Processus spinosus VTh1

Angulus inferior skapula

Kosta VII

Sela iga VII

Gambar 2. Dinding Dada Bagian Posterior


 Bila leher difleksikan ke anterior, processus spinosus vertebra yang
paling menonjol biasanya adalah vertebra cervical VII. Bila terdapat 2
processus spinosus yang menonjol biasanya adalah processus
spinosusvertebra cervical VII (VC7) danvertebra thorakal I (Vth1).

Untuk melokalisasi kelainan yang ditemukan dalam pemeriksaan dada,


digunakan beberapa linea (garis imajiner) di sekeliling dinding dada, yaitu :

 Di dinding dada bagian anterior terdapat linea midsternalis, linea


midklavikularis dan linea aksilaris anterior (Gambar 3).

Linea Midsternalis
(dari suprasternal notch
ke arah bawah)l

Linea Midklavikularis
(dari tengah klavikula ke
arah bawah)

Linea Aksilaris Anterior (dari


lipatan aksila anterior ke arah
bawah)

Gambar 3. Linea di Dinding Dada Anterior

 Didinding dada bagian samping terdapat linea midaksila (dari apeks aksila
ke bawah) dan linea aksilaris posterior (dari lipatan aksila posterior ke
bawah).
 Di dinding dada posterior terdapat linea midskapularis dan linea vertebralis
(gambar 4).
Linea Midskapularis

Linea Vertebralis
(sepanjang prosesus
spinosus vertebra)

Gambar 4. Linea di Dinding Dada Posterior

Memahami anatomi dan fisiologi jantung sangat penting dalam


pemeriksaan sistem kardiovaskuler. Lokasi di dinding dada di mana kita
mendengar bunyi jantung dan bising membantu mengidentifikasi asal bunyi
tersebut dan lokalisasi kelainan jantung.

Ventrikel dekstra menempati sebagian besar dari luas permukaan anterior


jantung. Ventrikel dekstra dan arteria pulmonalis berada tepat di belakang dan kiri
atas sternum. Batas inferior ventrikel dekstra terletak di bawah sambungan
sternum dan processus xyphoideus. Ventrikel kanan menyempit ke arah superior,
berujung pada arteri pulmonalis setinggi sela iga II di belakang sternum.
Vena Kava Superior Aorta
Arteria Pulmonalis
Arteria Pulmonalis Dekstra Arteria Pulmonalis Sinistra

Atrium Dekstra Ventrikel Sinistra

Ventrikel Dekstra Iktus Kordis

Gambar 5. Proyeksi Jantung dan Pembuluh Darah Besar di Dinding Dada Anterior

Ventrikel kiri, terletak di belakang ventrikel kanan, membentuk batas


lateral kiri dari jantung. Bagian paling bawah dari ventrikel kiri disebut ”apeks”,
mempunyai arti klinis penting karena di apekslah terletak punctum maksimum
atau iktus kordis, yaitu area dinding dada anterior di mana terlihat/teraba impuls
jantung yang paling jelas. Iktus kordis merupakan proyeksi denyut ventrikel kiri
di dinding dada anterior, terletak di sela iga V, 7-9 cm di lateral linea midsternalis,
dengan diameter kurang lebih 1-2.5 cm. Batas jantung sebelah kanan dibentuk
oleh atrium dekstra, biasanya tidak teridentifikasi pada pemeriksaan fisik,
demikian juga atrium sinistra yang terletak paling belakang.

 Selama melakukan pemeriksaan jantung, penting untuk mengidentifikasi


lokasi anatomis berdasar kelainan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
serta menghubungkan kelainan hasil pemeriksaan dengan waktu terjadinya
pada siklus jantung.
 Lokasi anatomis dinyatakan dengan ”...ditemukan di sela iga ke-...” atau
jaraknya (...sentimeter dari linea...) dari linea di sekeliling dinding dada
(linea midsternal, midklavikular atau aksilaris).
 Beberapa istilah yang harus difahami misalnya :
- Stroke Volume : volume darah yang diejeksikan dalam 1 kali kontraksi
ventrikel
- Heart Rate : frekuensi denyut jantung per menit
- Cardiac Output : volume darah yang dipancarkan keluar dari ventrikel
dalam 1 menit (cardiac output = stroke volume x heart rate)
- Preload : volume darah yang meregangkan otot ventrikel sebelum
kontraksi. Volume darah dalam ventrikel kanan pada akhir diastole
merupakan volume preload untuk kontraksi berikutnya. Volume preload
ventrikel kanan meningkat bila venous return ke dalam atrium kanan
meningkat, misalnya pada inspirasi dan pada aktifitas fisik berat.
Peningkatan volume darah dalam ventrikel yang mengalami dilatasi
pada gagal jantung kongestif juga menyebabkan peningkatan preload.
Penurunan preload ventrikel kanan disebabkan oleh ekspirasi,
penurunan output ventrikel kiri dan pooling darah dalam sistem kapiler
dan venosa.
- Afterload : menggambarkan resistensi vaskuler terhadap kontraksi
ventrikel. Penyebab resistensi terhadap kontraksi ventrikel kiri adalah
peningkatan tonus aorta, arteri besar, arteri kecil dan arteriole.
Peningkatan preloaddanafterload patologis mengakibatkan perubahan
fungsi ventrikel yang akan terdeteksi secara klinis.

B. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

 Inspeksi

a. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure

Cardiac” terdapat penonjolan setempat yang lebar di daerah precordium, di

antara sternum dan apeks codis. Kadang-kadang memperlihatkan pulsasi

jantung . Adanya Voussure Cardiaque, menunjukkan adanya kelainan

jantung organis, kelainan jantung yang berlangsung sudah lama/terjadi

sebelum penulangan sempurna, hipertrofi atau dilatasi ventrikel. Benjolan

ini dapat dipastikan dengan perabaan.

b. Ictus Cordis

Pada orang dewasa normal yang agak kurus, seringkali tampak dengan

mudah pulsasi yang disebut ictus cordis pada intercostal V, linea

medioclavicularis kiri. Pulsasi ini letaknya sesuai dengan apeks jantung.

Diameter pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-

tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktu sistolis ventrikel. Bila

ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinan adanya

pembesaran ventrikel kiri. Pada pericarditis adhesive, ictus keluar terjadi

pada waktu diastolis, dan pada waktu sistolis terjadi retraksi ke dalam.

Keadaan ini disebut ictus kordis negatif. Pulsasi yang kuat pada sela iga III

kiri disebabkan oleh dilatasi arteri pulmonalis. Pulsasi pada supra sternal

mungkin akibat kuatnya denyutan aorta. Pada hipertrofi ventrikel kanan,

pulsasi tampak pada sela iga IV di linea sternalis atau daerah epigastrium.

Perhatikan apakah ada pulsasi arteri intercostalis yang dapat dilihat pada

punggung. Keadaan ini didapatkan pada stenosis mitralis. Pulsasi pada

leher bagian bawah dekat scapula ditemukan pada coarctatio aorta.

 Palpasi
Impuls apical terkadang dapat pula dipalpasi. Normlanya terasa sebagai

denyutan ringan, dengan diameter 1 sampai 2 cm. Telapak tangan mula-mula

digunakan untuk mengetahui ukuran dan kualitasnya. Bila impuls apical lebar dan

kuat, dinamakan sembulan (heave) atau daya angkat ventrikel kiri. Dinamakan

demikian karena seolah “mengangkat” tangan dari dinding dada selama

palpasi. PMI abnormal. Bila PMI terletak dibawah ruang interkostal V atau

disebelah lateral garis medioklavikularis, penyebabnya adalah pembesaran

ventrikel kiri karena gagal jantung kiri. Secara normal, PMI hanya teraba pada

satu ruang interkostal. Bila PMI dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan

gerakan denyutannya paradoksal (tidak bersamaan), harus dicurigai adanya

aneurisma ventrikel. Disamping adanya pulsasi perhatikan adanya getaran ”thrill”

yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung. Getaran ini

sesuai dengan bising jantung (murmur) yang kuat pada waktu auskultasi sehingga

dapat di palpasi. Thrill juga dapat dipalpasi diatas pembuluh darah bila ada

obstruksi aliran darah yang bermakna, dan akan terjadi di atas arteri karotis bila

ada penyempitan (stenosis) katup aorta. Tentukan pada fase apa getaran itu terasa,

demikian pula lokasinya.

 Perkusi

Kegunaan perkusi adalah menentukan batas-batas jantung. Pada penderita

emfisema paru terdapat kesukaran perkusi batas-batas jantung. Selain perkusi

batas-batas jantung, juga harus diperkusi pembuluh darah besar di bagian basal

jantung. Pada keadaan normal antara linea sternalis kiri dan kanan pada daerah

manubrium sterni terdapat pekak yang merupakan daerah aorta. Bila daerah ini

melebar, kemungkinan akibat aneurisma aorta.Untuk menentukan batas kiri


jantung lakukan perkusi dari arah lateral ke medial. Batas jantung kiri memanjang

dari garis medioklavikularis di ruang interkostal III sampai V. Perubahan antara

bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita tetapkan sebagai batas jantung

kiri.

Batas kanan terletak di bawah batas kanan sternum dan tidak dapat dideteksi.

Pembesaran jantung baik ke kiri maupun ke kanan biasanya akan terlihat. Pada

beberapa orang yang dadanya sangat tebal atau obes atau menderita emfisema,

jantung terletak jauh dibawah permukaan dada sehingga bahkan batas kiri pun

tidak jelas kecuali bila membesar.

 Auskultasi Jantung

Pemeriksaan auskultasi jantung meliputi pemeriksaan bunyi jantung, bising

jantung dan gesekan pericard.

c. Bunyi Jantung

Untuk mendengar bunyi jantung, perhatikan lokalisasi dan asal bunyi

jantung, tentukan bunyi jantung S1 dan S2, intensitas bunyi dan

kualitasnya, ada tidaknya bunyi jantung S3 dan bunyi jantung S4, irama

dan frekuensi bunyi jantung, dan bunyi jantung lain yang menyertai bunyi

jantung.

 Lokalisasi dan asal bunyi jantung

Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai

berikut :
 Ictus cordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup

mitral

 Intercostal II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

katup pulmonal.

 Intercostal III kanan untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari

aorta

 Intercostal IV dan V di tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum

untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup trikuspidal.

Tempat-tempat auskultasi di atas adalah tidak sesuai dengan tempat dan

letak anatomis dari katup-katup yang bersangkutan. Hal ini akibat penghantaran

bunyi jantung ke dinding dada.

 Menentukan bunyi jantung I dan II

Pada orang sehat dapat didengar 2 macam bunyi jantung :

Bunyi jantung I (S1), ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan

trikuspidal. Bunyi ini adalah tanda mulainya fase sistole ventrikel. Bunyi jantung I

di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri carotis.

Bunyi jantung II (S2), ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan

pulmonal dan tanda dimulainya fase diastole ventrikel.

 Intesitas dan Kualitas Bunyi

Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh tebalnya dinding dada

dan adanya cairan dalam rongga pericard.


Intensitas dari bunyi jantung harus ditentukan menurut pelannya atau

kerasnya bunyi yang terdengar. Bunyi jantung I pada umumnya lebih

keras dari bunyi jantung II di daerah apeks jantung, sedangkan di bagian

basal bunyi jantung II lebih besar daripada bunyi jantung I.

 Perhatikan pula kualitas bunyi jantung

Pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung

I pecah akibat penutupan katup mitral dan trikuspid tidak bersamaan. Hal

ini mungkin ditemukan pada keadaan normal. Bunyi jantung ke 2 yang

pecah, dalam keadaan normal ditemukan pada waktu inspitasi di mana P 2

lebih lambat dari A 2. Pada keadaan dimana splitting bunyi jantung tidak

menghilang pada respirasi (fixed splitting), maka keadaan ini biasanya

patologis dan ditemukan pada ASD dan Right Bundle branch Block

(RBBB).

 Ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV

Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar

pada akhir pengisian cepat ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada

daerah apeks jantung. Dalam keadaan normal ditemukan pada anak-anak

dan dewasa muda. Dalam keadaan patologis ditemukan pada kelainan

jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi jantung

1, 2 dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda, disebut sebagai

protodiastolik gallop.

Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan

akibat kontraksi atrium, paling jelas terdengar di apeks cordis, normal


pada anak-anak dan pada orang dewasa didapatkan dalam keadaan

patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik. Irama yang

terjadi oleh jantung ke 4 disebut presistolik gallop.

 Irama dan frekuensi bunyi jantung

Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan

frekuensi nadi. Normal irama jantung adalah teratur dan bila tidak teratur

disebut arrhythmia cordis.

Frekuensi bunyi jantung harus ditentukan dalam semenit, kemudian

dibandingkan dengan frekuensi nadi. Bila frekuensi nadi dan bunyi

jantung masing-masing lebih dari 100 kali per menit disebut tachycardi

dan bila frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradycardia.

Kadang-kadang irama jantung berubah menurut respirasi. Pada waktu

ekspirasi lebih lambat, keadaan ini disebut sinus arrhytmia. Hal ini

disebabkan perubahan rangsang susunan saraf otonom pada S – A node

sebagai pacu jantung. Jika irama jantung sama sekali tidak teratur disebut

fibrilasi. Adakalanya irama jantung normal sekali-kali diselingi oleh suatu

denyut jantung yang timbul lebih cepat disebut extrasystole, yang disusul

oleh fase diastole yang lebih panjang (compensatoir pause). Opening snap,

disebabkan oleh pembukaan katup mitral pada stenosa aorta, atau stenosa

pulmonal.

C. SOP PENGKAJIAN SISTEM CARDIOVASKULAR

1. Persiapan alat

 Stetoskop
 Spignomanometer

 Alat tulis

 Penggaris

 Catatan klien

 Selimut

 Sampiran

 Jam tangan

2. Persiapan klien

 Atur posisi klien ( berbaring telentang ) dengan badan bagian atas

sedikit terangkat

 Minta klien untuk tidak bicara selama pemeriksaan

 Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan

3. pemeriksaan fisik

 Cuci tangan

 Jelaskan prosedur

Inspeksi

 Lihat warna kuku, bentuk kuku dan telapak tangan

 Periksa warna kulit dalam tubuh, anggota tubuh dan membrane mukosa

 Inspeksi mata terhadap palpebra xantoma/bintik kuning lunak/plague

kelopak mata

 Tentukan tekanan vena jugularis (JVP), ukur tinggi antara sudut strnum

dan tempat palpasi yang tertinggi pada vena jugularis internal dengan

menggunakan penggaris
 Periksa prekordium untuk : palpasi yang terlihat, daya angkat, gelombang

50% dewasa akan memperlihatkan pada area PMI, impuls apical lebih

rendah diduga pembesaran ventrikel

 Inspeksi adanya edema pada daerah sekitar scapula, abdomen, sacrum,

pergelangan tangan dan kaki.

4. Palpasi

 Palpasi keseluruhan dada terhadap : Impuls apical, getaran, gelombang

dan nyeri tekan. Impuls dapat dipalpasi pada area inter kosta (AIK) ke5

mid klavikula

 Palpasi nadi : Bandingkan satu sisi dengan yang lainnya, perhatikan

palpasi pada area carotid, radialis, femoralis, politeal, tibialis posterior dan

dorsalis pedis

0 = Tidak ada

+ 1 = Menurun, lemah, halus

+ 2 = Normal

+ 3 = Penuh, meloncat

 Palpasi terhadap edema perifer, edema dinilai pada skala empat :

+ 1 = 0 – ¼ inci

+ 2 = ¼ - ½ inci

+ 3 = ½ - 1 inci

+ 4 = lebih dari satu inci


5. Perkusi

 Perkusi batas jantung kiri secara berurutan antara rongga inter kosta ke 5,

ke 4 dan ke 3, mengindikasikan dimana perkusi memperlihatkan

perubahan kepekaan

6. Auskultasi

 Hilangkan kebisingan ruangan

 Bila memerlukan beberapa detik untuk mendegarkan bunyi jantung,

jelaskan pada klien untuk mengurangi kecemasan

 Angkat payudara klien untuk mendengar diatas dinding dada dengan lebih

baik

 Auskultasi untuk mendengarkan nada tinggi. Ambil waktu untuk

mendengarkan tiap bunyi

 Mulai dengan area aortic atau PMI, kemudian gerakan stetoskop perlahan

secara sistematik, sepanjang 5 area jantung

 Pastikan untuk mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-tiap lokasi

 Ulangi rangkaian pengkajian tersebut dengan menempatkan sisi bel

stetoskop kedada

 Bila diperlukan minta klien untuk melakukan tiga posisi yang berbeda

selama pengkajian (duduk tegak dan badan agak kedepan, berbaring

terlentang, posisi rekmben lateral kiri)

 Periksa frekuensi jantung :

 Setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti ‘ lupdup ‘ hitung setiap

kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyutan jantung dan hitung selama

satu menit
 Bila tidak teratur, bandingkan frekuensi apical dan radial. Deficit denyut

terjadi bila denyut radial lebih sedikit disbanding apical

 Gunakan sisi bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi-bunyi ekstra

bernada rendah (S3 dan S4) S3 (galop ventricular) timbul setelah S2 dan

S4 (gallop atrial) timbul setelah S1

 Auskultasi untuk mendengar bunyi murmur, perhatikan waktu, lokasi dan

sebagainya

 Auskultasi tekanan darah

Catat kelainan dan hasil yang didapat dalam catatan keperawatan klien
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Jenis tindakan Tgl Pengkajian: 26 feb 2019

Pemeriksaan fisik jantung No.Rm : 00.61.32.65

B. Identitas

Nama : Tn. A

Umur : 65 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

Alamat : Sawahlunto

Diagnose : STEMI

C. Prosedur Tindakan

 Mengucapkan salam

 Memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan dan kontrak waktu

 Lanjut pemeriksaan

Inspeksi

 Melaporkan adanya kelainan pada dinding dada (lesi, massa,

deformitas)

 Melihat iktus kordis

Palpasi
 Melakukan palpasi iktus kordis (posisi supinasi, jika tidak teraba

maka diperiksa denganleft lateral decubitus, posisi duduk sedikit

membungkuk ke depan)

Perkusi

 Memeriksa dan melaporkan hasil pemeriksaan batas jantung


 Batas kiri redam jantung
 Batas kanan redam jantung
Auskultasi

 Melakukan teknik auskultasi jantung dengan benar (posisi

pasien : supinasi, left lateral decubitus, posisi duduk sedikit

membungkuk ke depan).

 Melaporkan bunyi jantung (BJ1 dan BJ2, intensitas, adanya

splitting)

D. Interpretasi hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Jantung (Cor)

E. Pasien bernama Tn.A yang berusia 65 tahun,agama yang dianut pasien yaitu

agama Islam dengan diagnosa medis STEMI (ST Elevasi Miokard Infark).

Tn.A seorang petani. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah sesak

nafas, nyeri pada dada bagian tengah, ada mual namun tidak muntah, dan

berkeringat dingin. Riwayat kesehatan sekarang pada tanggal 26 Februari

2019 sekitar jam 10.30 WII3, pasien merasa sesak nafas dan nyeri dada

menjalar ke punggung hingga leher, dada terasa berat, napas semakin sesak ,

badan lemas, mudah lelah saat beraktifitas. Pasien tampak menggunakan

otot bantu pemafasan, pemafasan cepat dan dangkal, keadaan umum lemah.
Hasil pemeriksaan vital sign TD: 123/66 mmHg, N: 103 x/m, RR 24x/m, S:

36,7°c.

Pada pemeriksaan didapatkan :

I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba

P : Batas jantung ICS II sinistra, batas jantung kanan ICS IV parasternal

dextra, kiri ICS V linea aksilaris anterior sinistra ,

Kesan bronkovasikuler zat +/+

A : SN Bronkovesikuler S1-S2 Reguler Jantung terkompensasi, murmur (-)

,gallop (-).

Inspeksi

Ictus Cordis (IC) Kesan

Tidak tampak  Jantung terkompensasi (Cor compensated)

 Gizi kurang
Tampak
 Kardiomegali (pembesaran jantung)
Palpasi

 Letak IC
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di
sebelah medial linea midklavikularis sinistra.

Letak IC Kesan

Tidak bergeser  Jantung terkompensasi

Bergeser  Kardiomegali
 Right ventricle enlargement (RVE)
 Ke lateral  Left ventricle enlargment (LVE)
 Ke kaudolateral

 Kekuatan IC

Kekuatan IC Kesan

Tidak kuat angkat  Jantung terkompensasi

 Gizi kurang
Kuat angkat
 Kardiomegali
Perkusi

 Batas jantung normal pada orang dewasa


 Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
 Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
 Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
 Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
 Kesan perkusi batas jantung

Batas Jantung Kesan

Kesan tidak melebar  Jantung terkompensasi

Kesan melebar
 Kardiomegali
 RVE
 Ke lateral
 LVE
 Ke kaudolateral
Auskultasi

 Bunyi jantung (BJ) I-II


 Interval
 Normal
 Jantung terkompensasi
 Tidak normal
 Atrial fibrillation (AF)[1]
 Keteraturan
 Reguler
 Jantung terkompensasi
 Ireguler
 AF
 Bising
 Pansistolik
 Kelainan katup
 Mitral stenosis (MS)
 Mitral regurgitasi (MR)
 Diagnosis banding
 Hipertension heart disease (HHD)
 Penyakit jantung rematik (PJR)
DAFTAR PUSTAKA

Jonathan, Gleadle, (2007), Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta : Erlangga.

Mandriwati, G.A, (2007), Penuntun Belajar Asuhan Keperawatan Ibu Hamil,

Jakarta : EGC.)

Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental

Keperawatan,Edisi 4, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Varney Helen, Kriebs, Jan M., dkk, (2007), Buku Ajar Asuhan Keperawatan,

Edisi 4, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai