DISUSUN OLEH :
TARULI D NAINGGOLAN
1420121165
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi tuntutan adalah pelayanan yang bermutu dan tidak cukup hanya
profesional yang tinggi. Rumah sakit tidak hanya berfungsi untuk kegiatan
meningkat pula.
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
16,6% pada rumah sakit diberbagai negara, antara lain Amerika, Inggris,
2,2-7% kejadian pasien jatuh/ 1000 tempat tidur per hari diruang perawatan
akut per tahun, 29-48% pasien mengalami luka, dan 7,5% dengan luka-luka
serius (Nadzam, 2009). Pada Kongres XII PERSI (2012) dilaporkan bahwa
insiden keamanan buruk yang paling umum terjadilah adalah terkait dengan
pada tahun 2014 melaporkan angka KTD pada rumah sakit di Amerika
Serikat yaitu 1,5 juta pasien terjadi luka pertahunnya dari kesalahan
2015).
perhatian yaitu keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
salah satu dari sasaran keselamatan pasien karena kejadian pasien jatuh perlu
tidak diharapkan namun masih saja terjadi. Kejadian pasien jatuh tidak hanya
juga biaya perawatan pasien. Dampak cedera fisik yang dimaksud mencakup
luka lecet, luka robek, luka memar, bahkan kasus berat dapat mengakibatkan
(3,7%) pasien yang mengalami luka berat akibat jatuh, namun, risiko jatuh
yang lebih parah meningkat 2,4 kali dengan kurangnya penilaian risiko.
perawat dalam memberikan asuhan kepada pasien agar pasien aman dan tidak
orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang dimilikinya dalam batas-batas
assesmen ulang risiko jatuh. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian
pasien yaitu melalui proses identifikasi bahaya yang mungkin terjadi selama
monitoring pasien secara ketat yang dinilai memiliki risiko tinggi jatuh,
resiko jatuh.
dengan kepatuhan pelaksanaan patient safety antara lain adalah usia, jenis
saat penerimaan pasien baru setiap hari dari perawat ruangan di Rumah Sakit
“A” Bandung pada 1 Juni sampai dengan 30 Juni 2010 adalah 66.48 %
dengan kriteria baik, 8.11% dengan kriteria cukup dan 25.41% dengan kriteria
komprehensif.
Dari hasil data yang di peroleh dari bagian mutu Di RS Primaya PGI
Cikini sendiri ditemukan lima angka kejadian jatuh dalam rentang waktu
operasional resiko jatuh di ruang rawat inap RS Primaya PGI Cikini, sehingga
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Cikini.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perawat
dengan ruang lingkup yang sama ataupun merubah variabel dan tempat
penelitian.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Jatuh
1. Definisi Jatuh
cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun
Jatuh adalah kejadian tiba tiba, tidak terkontrol, tidak terduga yang
yang diharapkan. Pasien berisiko jatuh adalah pasien yang memiliki risiko
terhadap terjadinya jatuh. Jatuh adalah suatu kajadian dengan hasil seorang
berbaring secara tidak sengaja di tanah atau lantai atau permukaan yang
terduduk atau tertidur di tanah, lantai atau di tingkat yang lebih rendah
dirinya.
2. Klasifikasi Jatuh
a. Accidental falls
berasal dari fasilitas sarana dan prasarana rumah sakit yang berupa
kamar mandi tidak bersih dan licin, tidak ada alat bantu jalan bagi
tempat tidur terlalu tinggi dan tidak ada siderail sebagai pembatas agar
kejadian
alat bantu untuk berjalan karena terlalu lama berbaring sehingga otot
kaki menjadi lemah, setelah operasi, maupun karena cedera pada kaki.
jatuhnya pasien pada tipe ini tidak dapat diprediksi, sehingga sulit
dapat berulang.
jatuh yaitu :
a. Faktor Intrinsik
Faktor yang berasal dari dalam tubuh, seperti factor usia, fungsi
a. Usia
c. Riwayat penyakit
sesak nafas, sehingga membuat lansia merasa cepat lelah dan akan
b. Faktor Ekstrinsik
mulai rapuh, lantai yang licin, dan alat bantu yang tidak kuat.
Ashar, 2016).
yang tinggi, kamar mandi yang licin, tangga yang tidak ada
jatuh
rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah
yang kurang, tangga tanpa pagar, serta tempat tidur yang terlalu
rendah.
1) Usia
prediktor
2) Jenis Kelamin
dengan angka kematian akibat jatuh, pada pria lebih memiliki resiko
mereka.
3) Penggunaan Obat
hipertensi
4. Dampak Jatuh
a. Dampak Fisiologis
secara fisik pada pasien. Dampak fisiologis yang sering terlihat adalah
adanya luka lecet, memar, luka sobek, fraktur, cidera kepala, bahkan
b. Dampak Psikologis
dampak
c. Dampak finansial
instrumen
alat ukur jarak (meteran), dan penanda untuk membuat garis batas.
berjalan kegaris yang sudah ditandai (berjarak 3 meter dari kursi), dan
setelah tiba di garis tersebut maka pasien akan berbalik dan berjalan
diartikan sebagai risiko tinggi, tetapi jika waktu < 12 detik berarti
Prevention, 2017).
b. Morse Fall Scale (MFS)
pasien yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh dan biasanya
1) Riwayat jatuh
2) Diagnosa sekunder
4) Terpasang infus
5) Gaya berjalan
6) Status mental.
MFS
Tabel 2.1 Instrumen Morse Fall Scale / Assesmen Risiko Jatuh Pasien
Dewasa (Usia >18 s/d 60 tahun) Berdasarkan Skala Morse
Tingkat Risiko :
1) Tidak berisiko bila skor 0-24 : Lakukan intervensi jatuh standar (lanjutkan
3) Berisiko tinggi bila skor >50 : lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
c. Sydney Scoring
Menurut (Hodgen et al., 2017), Sydney Scoring merupakan nama
mengkaji risiko jatuh pada pasien usia lanjut (lansia) yang mengkaji
dari kursi roda ke tempat tidur, dan juga skor mobilitas. Kategori risiko
jatuh berdasarkan total pengkajian yaitu skor 0-5 untuk risiko rendah, 6-
Tabel 2.2 Sydney Scoring/ Assesmen Risiko Jatuh Pasien Usia Lanjut
(Usia >60 tahun) berdasarkan Skoring Sydney
Jenis
Parameter Skrining Nilai
Kriteria
Apakah pasien datang ke
Ya/Tidak
RS karena jatuh? Salah satu
Riwayat Jatuh Jika tidak, apakah pasien jawabannya
mengalami jatuh dalam Ya/Tidak Ya= 6
dua bulan terakhir?
Apakah pasien delirium?
(tidak dapat membuat
keputusan, pola piker Ya/Tidak
tidak terorganisir,
gangguan daya ingat)
Apakah pasien Salah satu
Status Mental disorientasi? (salah jawabannya
Ya/Tidak
menyebutkan waktu, Ya= 14
tempat atau orang)
Apakah pasien
mengalami agitasi?
Ya/Tidak
(ketakukatan, gelisah dan
cemas)
Penglihatan Apakah pasien memakai Salah satu
Ya/Tidak
kacamata? jawabannya
Apakah pasien mengeluh Ya/Tidak Ya= 1
adanya penglihatan
buram?
Apakah pasien
mempunyai glaucoma,
Ya/Tidak
katarak atau degenerasi
makula?
Apakah terdapat
perubahan perilaku Salah satu
Kebiasaan
berkemih? (frekuensi, Ya/Tidak jawabannya
Berkemih
urgensi, inkontinensia, Ya= 2
nocturia)
Mandiri (boleh memakai
0
alat bantu jalan) Jumlah nilai
Memerlukan sedikit transfer dan
bantuan (satu orang atau 1 mobilitas
Transfer dalam pengawasan)
Memerlukan bantuan Jika nilai
2
yang nyata (2 orang) total 0-3,
Tidak dapat duduk maka skor =
3
dengan seimbang 0
Mandiri (boleh memakai
0
alat bantu jalan) Jika nilai
Berjalan dengan bantuan total 4-6,
Mobilitas 1
satu orang (verbal/fisik) maka skor=
Menggunakan kursi roda 2 7
Imobilisasi 3
Rumah Sakit PGI Cikini, 2018
untuk mengkaji risiko jatuh pasien yaitu rentang usia anak, jenis
Tabel 2.3 Humpty Dumpty Scale/ Assesment Risiko Jatuh Pada Anak
menggunakan Skoring Humpty Dumpty
tidur, menurunkan tinggi tempat tidur, mengkunci roda tempat tidur, dan
Morse Fall Scale (MFS). Hasil dari penilaian Morse Fall Scale (MFS)
5) Bed alarm diaktifkan pada semua pasien saat pasien tidur (selain
berjalan
9) Kunjungi pasien lebih sering (setiap jam) dan nilai keamanan dan
kenyamanan pasien
tidur khusus dengan tambahan tikar atau matras pada sisi tempat
sebagai berikut:
1. Persiapan Alat
d. Sydney Scale
bel dan telepon, biarkan pintu terbuka, gunakan lampu malam hari
f. Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin.
c. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti
seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis terbaru
f. Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur : alat bantu jalan dll.
g. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip / tidak licin, serta anjuran
toilet.
a. Orientasi ruangan
d. Mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan
e. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat
berjalan.
pasien jatuh.
pasien.
l. Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada
pengasuh / penjaga.
h. Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur : alat bantu jalan dll.
i. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin serta anjuran
bel dan telepon, biarkan pintu terbuka, gunakan lampu malam hari
toilet.
m. Konsul ke :
C. Konsep Perawat
1. Definisi Perawat
a. Peran Perawat
dan sistem, hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dari:
keperawatan
atas privasi.
kebutuhan pasien.
5) Peran sebagai kolaborator.
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan
b. Fungsi Perawat
2015).
1) Independen
2) Dependen
ke perawat pelaksana.
3) Interdependen
dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
3. Kinerja Perawat
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
dipengaruhi oleh umur, motivasi, status perawat dan imbalan atau gaji.
jabatan.
(PPNI, 2013).
pasien serta
rekan sejawat; dapat menyelesaikan konflik dengan pendekatan
manajemen keperawatan.
melakukan
4. Kompetensi Perawat
pengetahuan metodologi saja, tetapi juga sikap dan keyakinan akan nilai-
nilai perawat yang baik dan berpenampilan menarik. Standar kompetensi
dasar dan tujuan praktik keperawatan yang terukur sesuai standar yang
ada. Tujuan dari adanya kompetensi perawat adalah untuk tetap menjaga
secara akurat;
l. Melakukan perawatan luka;
pasien secara berulang hingga pasien tersebut aman. Hal ini tidak menutup
Sakit
harus menyadari peran penting ini dan wajib berpartisipasi aktif dalam
jatuh. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai tingkat yang optimal jika
tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen Rumah