Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan pelayanan kesehatan profesional dengan standar


internasional sangat dibutuhkan saat ini. Standar internasional di Indonesia
mengacu pada Joint Commission Internasional (JCI) (Kemenkes RI, 2011
dalam Maryam, 2015). Fokus Joint Commission Internasional adalah
meningkatkan keselamatan pasien melalui penyediaan jasa akreditasi
internasional (Elizabeth,2018). Salah satu cara peningkatan kualitas yang
dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak pengetahuan mengenai
konsep pengelolaan keperawatan dan langkah konkret pelaksanaannya
secara kondusif. Pengetahuan ini bisa didapat lewat berbagai teori dalam
Manajemen Keperawatan (Nursalam, 2020).

Keselamatan pasien dirumah sakit merupakan sistem pelayanan di


rumah sakit yang dapat memberikan rasa aman kepada pasien dalam
memberikan asuhan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan perioritas
utama yang dilaksanakan terkait hal mutu pelayanan dan citra rumah sakit
(Depkes,2011 dalam Harus, 2015). Menurut Joint Commission
Internasional ada enam indikator keselamatan pasien di rumah sakit dan
salah satunya adalah risiko jatuh pasien (Joint Commission Internasional,
2015). Risiko jatuh pasien adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh
yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011).

Pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena


dapat menyebabkan cedera ringan sampai dengan kematian, serta juga dapat
memperpanjang lama hari rawat (Length of Stay/LOS) di rumah sakit dan
akan menambah biaya perawatan di rumah sakit (Joint Commission
Internasional, 2015). Menurut JCI dalam Sentinel Alert Event tahun 2015
di United States pasien jatuh dirumah sakit menyebabkan cedera 30-50%,

1
peningkatan hari rawat rata-rata 6,3 hari. Dampak lainnya yang ditimbulkan
dari insiden jatuh dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan
seperti luka robek, fraktur, cedera kepala, perdarahan sampai kematian,
menimbulkan trauma psikologis, meningkatkan biaya perawatan pasien
akibat penambahan tindakan pemeriksaan diagnostik yang seharusnya tidak
perlu dilakukan seperti CT-Scan, rontgen atau pemeriksaan diagnostik
lainnya. Dampak bagi rumah sakit sendiri adalah menimbulkan risiko
tuntutan hukum karena dianggap lalai dalam perawatan pasien (Miake-Lye,
2013dalam Nursalam, 2014).

The Joint Commision Internasional (2011), menyatakan bahwa


sebuah rumah sakit memerlukan elemen penilaian untuk mengurangi risiko
jatuh. Elemen penilaian pengurangan risiko jatuh meliputi;

1. rumah sakit menerapkan proses penilaian awal atas pasien terhadap


risiko jatuh dan melakukan penilaian ulang pasien bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan;

2. langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi


pasien yang pada hasil penilaian dianggap berisiko jatuh;

3. langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan


cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan;

4. kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan


pengurangan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan


sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan kedua saling mendukung. Sebagaimana proses
keperawatan, manajemen keperawatan terdiri atas: pengumpulan dan
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Risiko
jatuh pasien adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011). Pasien jatuh di rumah sakit
merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan

2
sampai dengan kematian, serta juga dapat memperpanjang lama hari rawat
(Length of Stay/LOS) di rumah sakit dan akan menambah biaya perawatan
di rumah sakit (Joint Commission Internasional, 2015). Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No129/menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit bahwa kejadian pasien jatuh
yang berakhir dengan kecacatan/kematian diharapkan 100% tidak terjadi di
rumah sakit. Namun, berdasarkan laporan dari kongres XII PERSI
(Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia), tahun 2012 menunjukan bahwa
kejadian pasien jatuh menduduki peringkat kedua setelah medicine error.

Pengkajian risiko jatuh pada pasien dilaksanakan saat pasien


pertama kali masuk ke rumah sakit dan saat pasien mengalami perubahan
status klinis (Boushon, dkk, 2008 dalam Nursalam, 2015). Pengkajian risiko
pasien jatuh merupakan metode pengukuran risiko pasien untuk jatuh yang
dilakukan oleh petugas kesehatan pada semua pasien yang menjalani
rawat inap, bertujuan memberikan perhatian khusus pada pasien yang
berisiko untuk jatuh dibandingkan dengan yang tidak memiliki risiko untuk
jatuh dan meminimalkan atau mencegah jumlah kejadian pasien jatuh dan
cedera (Nursalam, 2014). Berdasarkan penelitian Boushon (2008)
menyebutkan bahwa beberapa jenis kelalaian yang berhubungan dengan
pengkajian pasien berisiko jatuh meliputi:tidak adanya standar prosedur
untuk pengkajian, tidak mampu mengidentifikasi pasien terhadap
peningkatan risiko cedera akibat jatuh, tidak mampu mengelola pengkajian,
terlambat mengelola pengkajian, tidak adanya waktu yang konsisten untuk
menilai kembali perubahan kondisi pasien, gagal mengenali keterbatasan
dari alat skrining risiko jatuh dan gagal mengkaji kembali kondisi pasien
selama dirawat di rumah sakit.

Berbagai upaya dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk mengurangi


atau mencegah kejadian pasien jatuh diantaranya melaksanakan evaluasi
risiko pasien jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko tersebut.
Pencegahan pasien jatuh merupakan masalah yang begitu rumit, melintasi

3
batas – batas etik kesehatan, pelayanan sosial, kesehatan masyarakat dan
pencegahan kecelakaan. Dalam buku “Preventing Falls in Hospitals: A
Toolkit for Improving Quality of Care” (2013), menyatakan bahwa di
Inggris dan Wales, sekitar 152.000 pasien jatuh dilaporkan di rumah sakit
akut setiap tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit kesehatan
mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat.

Beberapa kasus mengakibatkan kematian, luka berat atau sedang


dengan perkiraan biaya sebesar ± 15 juta per tahun (Ganz, 2013). Sedangkan
di Indonesia, menurut KPPRS berdasarkan provinsi tahun 2007 didapatkan
provinsi DKI Jakarta menempati urutan pertama yaitu 37,9% diantara
delapan provinsi lainnya (Jawa Tengah 15,9%, D.I. Yogyakarta 13,8%,
Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%,
Aceh 10,7%, Sulawesi Selatan 0,7%).

Rumah Sakit Islam Ibnu sina Padang mempunyai visi dan misi
menjadi rumah sakit islam terkemuka di Sumatera barat tahun 2025. Secara
umum rumah sakit Ibnu Sina Padang bertujuan untuk mewujudkan/
memberikan pelayanan yang profesional dan islami, mengembangkan sdm
yang berkualitas dan integritas yang tinggi meningkatkan dan
mengembangkan pelayanan kesehatan agar dapat menjangkau semua
lapisan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan
profesional. Ruangan Al marwah di Ibnu Sina merupakan salah satu
ruangan yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Ruang Al
marwah memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari 18 orang perawat, 1
orang karu, 4 kepala tim, dan 13 perawat pelaksana. Ruangan Al marwah
merupakan ruangan rawat inap kelas dengan penyakit dalam yang biasanya
merawat pasien dewasa dan geriatri. Al marwah 9 untuk wanita dan Al
marwah 10 untuk pria, Al marwah 1 sampai dengan 8 untuk pasien kelas 2
penyakit dalam. Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis pada
tanggal 5 maret 2022 dari pengamatan penulis selama berada di ruang Al
marwah belum optimal nya penerapan pencegahan risiko tinggi jatuh oleh

4
perawat di ruangan Al marwah, pelaksanaan penerapan pencegahan risiko
tinggi jatuh ini sangat penting dan menentukan kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan kualitas pelayanan keperawatan. Sebelum dilakukan
obsevasi, wawancara terhadap pasien dan perawat penulis mendapatkan
informasi dari keluarga pasien karena ayah nya terjatuh setelah dari kamar
mandi, dan saat di tanyakan kepada perawat ada 1 kasus 1 orang pasien
geriatri terjatuh setelah dari kamar mandi.

Kualitas pelayanan keperawatan harus menjadi prioritas utama,


sehingga perawat diharuskan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya
dan berubah susuai tuntutan masyarakat. Hal ini perlu menjadi perhatian
untuk ditindak lanjuti. Sehingga peneliti tertarik untuk membahas hal ini
dengan melakukan study kasus tentang pelaksanaan penerapan pencegahan
risiko tinggi jatuh oleh perawat di ruangan Al marwah Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina Padang Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka


perumusan masalah dalam karya ilmiah adalah “Pencegahan pasien risiko
tinggi jatuh oleh perawat di ruangan Al marwah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Padang tahun 2022”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui fungsi penerapan


pencegahan pasien risiko tinggi jatuh oleh perawat di ruangan Al marwah
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tahun 2022.

2. Tujuan khusus

5
a. Mampu mengetahui dan memahami tentang konsep penerapan
pencegahan risiko tinggi jatuh yang dilakukan perawat di ruangan
Al marwah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

b. Mampu melakukan pengkajian tentang fungsi penerapan


pencegahan risiko tinggi jatuh yang dilakukan perawat di ruangan
Al marwah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang.

c. Mampu merumuskan masalah tentang fungsi penerapan pencegahan


risiko jatuh yang dilakukan perawat Al marwah Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina padang.

d. Mampu memberikan intervensi tentang fungsi penerapan


pencegahan risiko jatuh yang dilakukan perawat Al marwah Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina padang.

e. Mampu melakukan implementasi tentang fungsi penerapan


pencegahan risiko jatuh yang dilakukan perawat Al marwah Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina padang.

f. Mampu mengevaluasi tentang fungsi penerapan pencegahan risiko


jatuh yang dilakukan perawat Al marwah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina padang

g. Mampu melakukan pendokumentasian fungsi penerapan

pencegahan risiko jatuh yang dilakukan perawat Al marwah Rumah

Sakit Islam Ibnu Sina padang

D. Manfaat penulisan

1. Teoritis

a. Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


bagi praktek keperawatan dan dapat digunakan sebagai bahan

6
masukan pada perawat dalam intervensi penerapan pencegahan
risiko jatuh yang dilakukan perawat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
padang

b. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai


salah satu dokumentasi di perpustakaan yang terdapat di institusi
pendidikan yarsi Sumatra barat untuk menambah ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa keperawatan tentang penerapan pencegahan risiko
jatuh yang dilakukan perawat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
padang.

Anda mungkin juga menyukai