Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang berhubungan

langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang

aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan

kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit. Pasien

sebagai pengguna pelayanan kesehatan berhak memperoleh keamanan dan

keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit (Undang-

Undang No.44, Tahun 2009).

Menurut Permenkes RI Nomo 4 Tahun 2018, Rumah Sakit adalah salah

satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna melalui pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat. Agar dapat memenangkan persaingan dan pelayanan

tetap berlanjut, maka perlu diupayakan secara terus menerus untuk

peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut. Melalui

Akreditasi Rumah Sakit, mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakam

sesuai dengan standar yang ditetapkan (KARS, 2012).

Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit merupakan hal yang sangat

penting, karena rumah sakit memberikan pelayanan yang paling kritis dan

berbahaya. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi sasaran kegiatan adalah

jiwa manusia, maka semua bentuk pelayanan di rumah sakit harus bermutu

tinggi. Sejak saat itu diperkenalkan berbagai upaya peningkatan mutu seperti

1
2

Quality Assurance, gugus kendali mutu, akreditasi, Isqua, dan lain-lain

kepada Rumah Sakit (Mulyadi, 2001 dalam Medika, 2010).

Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses.

Organisasi (struktur dan budaya), manajemen, sumber daya manusia,

teknologi, peralatan, finansial adalah komponen dari struktur. Proses

pelayanan, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem administrasi, sistem

pengendalian, pedoman merupakan komponen proses. Mutu pelayanan

Rumah Sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis

(pelayanan Dokter, Perawat dan terkait teknis medis), aspek efisiensi dan

efektifitas pelayanan, keselamatan pasien dan kepuasan pasien. Keselamatan

pasien merupakan hasil interaksi antara komponen struktur dan proses.

(Donabedian 1988, dalam Cahyono, 2008).

Keselamatan pasien (Pasien Safety) adalah suatu sistem yang

dilaksanakan di Rumah Sakit untuk membuat asuhan pasien yang lebih aman

(Permenkes No. 1691 Tahun 2011). Keselamatan pasien menjadi salah satu

dimensi dalam mutu pelayanan kesehatan sebagaimana yang dipaparkan oleh

Institute of Medicine (IOM, 2004), sehingga keselamatan pasien perlu

dikelola dengan baik agar Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan yang

berkualitas. Oleh karena itu keselamatan pasien merupakan tanggung jawab

semua pihak yang berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan.

Stakeholder mempunyai tanggung jawab memastikan tidak ada tindakan yang

membahayakan pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga perawat, tenaga


3

kesehatan, peneliti, kalangan professional, lembaga akreditasi rumah sakit

dan pemerintah memiliki tanggung jawab bersama dalam upaya keselamatan

pasien, sebab keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam layanan

kesehatan dan merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas

pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit (Depkes,2008).

Berdasarkan Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011

tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dikatakan Insiden keselamatan

pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah

pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris

Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera

(KPC). Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang

merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien.

Berbagai negara melaporkan angka kejadian keselamatan di Rumah

Sakit pada setiap tahunnya dengan detail angka pada setiap Rumah Sakit.

National Patient Safety Agency 2017 melaporkan dalam rentang waktu

Januari-Desember 2016 angka kejadian Keselamatan pasien yang dilaporkan

dari negara inggris sebanyak 1.879.822 kejadian. Ministry Of Health

Malaysia 2013 melaporkan angka insiden keselamatan pasien dalam rentang

waktu Januari-Desember  sebanyak 2.769 kejadian dan untuk negara

Indonesia dalam rentang waktu 2006 – 2011 KPPRS melaporkan terdapat

877  kejadian keselamatan pasien. Faktor rendahnya pelaporan insiden

keselamatan pasien menurut  hasil penelitan Iskandar et al 2014, Ada


4

beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pelaporan insiden

keselamatan pasien yaitu : (1) takut disalahkan, (2) komitmen kurang dari

manajemen dan unit terkait, (3) tidak ada reward dari rumah sakit jika

melaporkan, (4) tidak tahu batasan mana atau apa yang harus dilaporkan, (5)

sosialisasi insiden keselamatan pasien belum menyeluruh ke semua staf, (6)

belum ikut pelatihan tentang keselamatan pasien untuk semua staf RS dan

menurut penelitian Widodo & Harijanto 2015 yang dilakukan di Rumah Sakit

di Jawa Tengah yang menyebabkan rendahnya pelaporan Insiden, yaitu : (1)

kurangnya pemahaman petugas untuk melaporkan insiden keselamatan

pasien, (2) kurang optimalnya pelaksanaan sistem pelaporan Insiden

keselamatan pasien, (3) ketakutan untuk melapor dan tingginya beban kerja

SDM. Laporan data insiden keselamatan pasien sangat penting karena 

insiden keselamatan pasien yang valid dan akurat akan menentukan evaluasi

program dan pelayanan kesehatan selanjutnya yang berbasis keselamatan

serta mendasari perbaikan sistem pelayanan dan pencegahan terjadinya

insiden keselamatan pasien berulang (Hwang,Lee & Park,2012).

Pada tahun 2000 IOM (Institute of Medicine) di Amerika Serikat

menerbitkan laporan : “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System”

yang memuat 2 penelitian tentang KTD (kejadian tidak diharapkan/Adverse

Event) pada pasien di RS. Ditemukan angka KTD sebesar 2,9% dan 3,7%

dengan angka kematian 6,6% dan 13,6%.Dengan data ini kemudian dihitung

(ekstrapolasi) dari jumlah pasien rawat inap di RS di Amerika Serikat sebesar

33.6 juta pertahun didapat angka kematian pasien rawat inap akibat KTD
5

tersebut di seluruh Amerika Serikat berkisar 44.000 s/d 98.000 per tahun.

Sebagai perbandingan angka kecelakaan lalu lintas pada tahun tersebut

hanyalah 43.458. Kemudian WHO dalam publikasi tahun 2004 menampilkan

angka KTD di RS dari berbagai Negara maju adalah sebesar 3,2% s/d 16,6%

pada pasien rawat inap, berbagai publikasi menemukan angka 10%, dan

sebagian diantaranya dapat meninggal (Depkes RI, 2008).

Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) masih sulit didapatkan (KKP-RS, 2008).

Laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun 2007,

ditemukan provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di

antara delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta

18,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali

1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7% (KKP-RS, 2008). Menurut

Utarini (2011), keselamatan pasien telah menjadi perhatian serius. Dari

penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah sakit dengan 4500

rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0%

hingga 98,2% untuk diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk

medication error.

Salah satu rumah sakit yang berada di Padang Panjang yang kejadian

insiden keselamatan pasiennya cukup tinggi yaitu Rumah Sakit Padang

Panjang. Jumlah data kejadian insiden keselamatan pasien yang diperoleh

dari Bagian Patient Safety Rumah Sakit Padang Panjang yaitu...... Insiden

keselamatan pasien dapat dikurangi atau dicegah kejadiannya dengan


6

mengetahui faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya insiden

keselamatan pasien. Sebelumnya telah dipaparkan bahwa program

keselamatan pasien merupakan program yang dilaksanakan untuk mengurangi

dan mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien. Dalam Panduan

Nasional Keselamatan Pasien Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2006 dipaparkan bahwa tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien

salah satunya adalah untuk menurunkan angka kejadian tidak diinginkan

(KTD) di rumah sakit. Institute of Medicine (1999) juga mengemukakan

bahwa untuk mengurangi insiden keselamatan pasien perlu dilakukan

peningkatan program keselamatan pasien. Program keselamatan pasien akan

membuat petugas sulit melakukan kesalahan dan mudah melakukan yang

benar (IOM, 1999).

WHO mengembangkan empat kategori faktor yang sangat berhubungan

dengan penyebab insiden keselamatan pasien. Kategori faktor individu yang

terdiri atas kewaspadaan situasi, pengambilan keputusan, stres, dan kelelahan.

Kategori faktor kerja tim yang terdiri atas kerja tim dan supervisi. Kategori

faktor organisasi dan manajemen terdiri atas budaya keselamatan,

kepemimpinan manajer, dan komunikasi. Kategori faktor lingkungan terdiri

atas lingkungan kerja dan bahaya. Henriksen (2008) juga menjelaskan bahwa

insiden keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor individu seperti

kemampuan, pengalaman, kelelahan kerja. Faktor sifat dasar pekerjaan seperti

kompleksitas pengobatan, alur pekerjaan, interupsi. Faktor lingkungan fisik


7

meliputi pencahayaan, temperatur. Faktor manajemen seperti budaya

keselamatan, pengembangan karyawan, kepemimpinan.

Selain itu juga faktor eksternal organisasi seperti perkembangan

teknologi, kebijakan pemerintah terkait pelayanan kesehatan juga disebutkan

sebagai faktor yang dapat mempengaruhi insiden keselamatan

pasien.Penerapan program keselamatan pasien lebih efektif dibandingkan

dengan faktor-faktor lain dalam menurunkan angka kejadian insiden

keselamatan pasien. Lima tahun setelah laporan IOM (1999), keselamatan

pasien telah menjadi salah satu prioritas utama pelayanan kesehatan dan

diupayakan secara ekstensif dari tingkat global sampai sistem mikro.

Berdasarkan permasalahan di atas maka maka peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi Peningkatan Mutu (Quality

Improvement) Terhadap Penerapan Patient Safety di RSUD Padang Panjang

Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, maka rumusa penelitian ini yaitu “

Bagaimana Strategi Peningkatan Mutu (Quality Improvement) Terhadap

Penerapan Patient Safety di RSUD Padang Panjang Tahun 2019”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Analisis Strategi

Peningkatan Mutu (Quality Improvement) Terhadap Penerapan Patient

Safety di RSUD Padang Panjang Tahun 2019.


8

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Diketahui Analisis Strategi Peningkatan Mutu (Quality Improvement)

Terhadap Penerapan Patient Safety di RSUD Padang Panjang Tahun

2019.

b. Melakukan Analisis Strategi Peningkatan Mutu (Quality Improvement)

Terhadap Penerapan Patient Safety di RSUD Padang Panjang Tahun

2019.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran dan masukan mengenai

peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSUD Padang Panjang.

Hasil ini berguna sebagai acuan bagi pimpinan rumah sakit dan kepala

bidang keperawatan dalam menetapkan dan menerapkan mutu dan

keselamatan pasien. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

pihak manajemen dalam menetapkan langkah-langkah memujudkan visi

dan misi RS.

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperluas khasanah keilmuan dan

sumber literatur tentang manajemen SDM dan peningkatan mutu RS serta

meningkatkan keselamatn pasien, khususnya terkait peran perawat dalam


9

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk implementasi ilmu

kepemimpinan dan manajemen keperawatan di masa depan.

3. Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan rujukan bagi riset

selanjutnya, baik riset kualitatif maupun eksperimen untuk mengkaji

lebih jauh tentang peran kepala ruang dalam keterlibatan kerja yang akan

berdampak pada kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan

di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai