PENDAHULUAN
Tabel 1. Contoh kategori kemungkinan terjadinya risiko (likehood) secara kualitatif (Ramli, 2010)
4. Pengendalian Risiko
a. Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya.
b. Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, system
atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.
c. Pengendalian teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di
lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan
pada desain, penambahan peralatan, dan pemasangan peralatan pengamanan.
d. Pengendalian administrative
Pengendalian bahaya dapat dilakukan secara administrative misalnya dengan mengatur
jadwal kerja, istirahat, cara kerja, atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi, atau
pemeriksaan kesehatan.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung
diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator atau
masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Hal ini disebabkan karena alat
pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likehood) namun hanya
sekadar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).
Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar :
a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriteria :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait dengan keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
2. Pimpin dan dukung staff anda, bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di rumah sakit anda.
a. Untuk rumah sakit
- Pastikan ada anggota direksi atau pimpinan yagn bertanggung jawab atas keselamatan
pasien
- Identifikasi ditiap bagian rumah sakit, orang – orang yang dapat diandalkan untuk
menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien
- Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/pimpinan maupun rapat –
rapat manajemen rumah sakit
- Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff rumah sakit anda dan
pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
b. Untuk unit/tim
- Nominasikan penggerakan dalam tim anda sendiri untuk memimpin gerakan
keselamatan pasien
- Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerakan keselamatan pasien
- Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Kembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi
assesmen hal yang potensial masalah.
Langkah penerapan :
a. Untuk rumah sakit
- Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan
nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan
pasien dan staff
- Kembangkan indikator – indikator kinerja bagi system pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit
- Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system pelaporan insiden
dan assemen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap
pasien
b. Untuk unit/tim
- Bentuk forum – forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu – isu keselamatan
pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait
- Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses assemen risiko rumah
sakit
- Lakukan proses assesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap
risiko dan ambilah langkah – langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut
- Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses assesmen dan
pencatatan risiko rumah sakit
b. Untuk unit/TIM
- Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari analisa insiden
- Identifikasi unit atau bagian yang lain yang mungkin terkena dampak dimasa depan dan
bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas
b. Untuk unit/TIM
- Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien
menjadi lebih baik dan lebih aman
- Telaah kembali perubahan – perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya
- Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan
Sekretariar KKP-RS : kantor PERSI : jl. Boulevard Artha Gading Blok A-7 No. 28.
Kelapa Gading-Jakarta Utara 14240. Telp. (021) 45845303/304
Setelah nilai dampak dan probabilitas dikatahui, dimasukan dalam table matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
c. Skor Risiko
SKOR RISIKO = Dampak X Probability
d. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: biru,
hijau, kuning dan merah. Warna Bands akan menentukan investigasi yang akan
dilakukan : tabel 3.
Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif/ RCA
Goal Identify Patient 1. Patient are identified Identifikasi pasien adalah proses
1 Correctly using two patient pencatatan data pasien yang benar
identifiers, not sehingga dapat menetapkan dan
including the use of the mempersamakan data tersebut
patient's room number dengan individu yang
or location bersangkutan. Identifikasi
dilakukan mulai pendaftaran
hingga keluar rumah sakit.
Identifikasi dilakukan dengan min.
2 cara identifikasi, yaitu nama
lengkap dan tanggal lahir pasien
atau nomor rekam medis. Nomor
kamar dan nama ruangan tidak
boleh dipakai. Untuk pasien yang
tidak sadar melalui gelang tangan.
Goal Improve the 1. Policies and /or Adanya SOP sebagai kebijakan
3 Safety of High- procedures are dan /atau prosedur yang
Alert developed to address dikembangkan untuk identifikasi
Medications identification, alamat, lokasi, pelabelan, dan
location, labeling, and penyimpanan obat resiko tinggi
storage of high-alert
medications.
5) Evaluasi
Pernyataan:
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan gawat
darurat mengacu pada kriteria hasil.
Rasional:
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan gawat
darurat.
Kriteria Struktur:
a) Ada tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
b) Adanya catatan perkembangan pasien dari tiap masalah/ diagnosa keperawatan
Kriteria Proses:
a) Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan
(evaluasi proses).
b) Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil)
c) Melakukan re-evaluasi dan menentukan tindak lanjut
d) Mendokumentasikan respon klien terhadap intervensi yang diberikan.
Kriteria Hasil:
Ada dokumen hasil evaluasi menggunakan pendekatan SOAP pada tiap masalah/
diagnosa keperawatan
BAB III
KAJIAN SITUASI TATA KELOLA KEPERAWATAN
3.2.1. Visi Dan Misi IGD RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Visi IGD RSHS adalah menjadikan instalasi gawat darurat yang unggul dalam
pelayanan, prima dalam pelatihan dan pendidikan dalam kegawatdaruratan dan tangkas dalam
penanganan bencana.
Misi IGD RSHS adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan gawat darurat yang cepat, tepat dan teliti untuk semua kasus.
2. Meningkatkan kualitas tenaga pelayanan IGD dalam profesi dan komunikasi.
3. Meningkatkan kerja sama dengan bagian dan instalasi-instalasi di TRSHS untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di IGD.
4. Menyiapkan dan melatih SDM yang terampil dan tangkas dalam pelayanan gawat darurat
baik internal maupun eksternal RSHS.
5. Berpartisipasi dalam melakukan penelitian di bidang gawat darurat.
6. Meningkatkan kesiapan dan kualitas tim tanggap bencana yang siap untuk dikirim
kemanapun.
7. Berpartisipasi dalam pelayanan VVIP dan pelayanan khusus yang berkaitan dengan acara
kenegaraan di Jawa Barat.
3.2.3. Hasil Kajian Situasi di IGD RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 12-15 Desember 2013 didapatkan data sebagai
berikut:
1. Manajemen Risiko dan Patient Safety
Konteks yang diunggulkan di IGD RSHS dalam pelaksanaan manajemen resiko adalah
sebagai berikut:
- IGD RSHS telah melakukan pemisahan limbah yang terdiri dari:
Limbah medis infeksius: bekas balutan, sarung tangan bekas, botol bekas obat, potongan
tubuh, sediaan darah, specimen tubuh. Limbah medis ini dibuang ke tempat sampah
medis yang dilapisi kantong plastic kuning.
Limbah medis tajam: jarum suntik bekas, jarum infus, pisau bedah. Limbah tersebut
dibuang ke kontainer khusus yang tidak dapat tembus (puncture proof) dan tidak dapat
digunakan ulang.
Limbah non medis: kertas, sisa makanan, daun-daunan dibuang ke tempat sampah
dengan kantong plastik warna hitam.
Tabel 8. Angka kematian di IGD RSHS selama bulan September s.d Nopember 2013
Tabel 9. Jumlah Perawat IGD berdasarkan status kepegawaian dan tingkat pendidikan
LANTAI PNS NON PNS SEDANG TOTAL
PENDIDIKAN
D1 D3 D3 D4 S1 S2 D3 D3 S1
Bidan Kep Keb Keb Kep Keb
LT 1 33 7 1 13 8 62
LT 2 1 9 7 2 1 1 8 4 2 35
LT 3 1 1 2
SW 6 1 2 3 12
1 49 7 2 1 1 23 4 13 111
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat dilihat jenis kelamin responden sebagian besar
adalah perempuan (78.6%), pendidikan responden sebagian besar adalah D3 Keperawatan
(83.3%), lama kerja sebagian besar adalah > 10 tahun (56.1%), jam kerja sebagian besar
adalah antara 40-59 jam (92.9%), mengikuti pelatihan patient safety sebagian besar ≤2 kali
(71.4%), dan keikutsertaan perawat terhadap sosialisasi terkait mutu rumah sakit sebagian
besar pernah mengikuti (78.6%).
Berdasarkan data diatas dapat dilihat pengetahuan perawat IGD lantai 1 tentang IPSG
sebagian besar tinggi (54.76%).
c. Motivasi Perawat
Berdasarkan data diatas dapat dilihat motivasi perawat untuk bertindak berdasarkan
IPSG sebagian besar tinggi (66.67%).
d. Supervisi
e. Pengaruh Organisasi
Berdasarkan data diatas dapat dilihat pendapat perawat tentang pengaruh tempat
bekerja perawat adalah sebagian besar rendah (52.38%).
Berdasarkan data diatas dapat dilihat penilaian perawat mengenai perilaku penerapan
IPSG pada diri perawat sebagian besar perilaku penerapan IPSG adalah rendah (88.10%).
Goal Nilai
1. Ketepatan identifikasi pasien 72.29
Berdasarkan hasil observasi terhadap 10 orang perawat pada tanggal 12-14 Desember
2013 di IGD lantai 1 mengenai perilaku penerapan IPSG didapatkan hasil sebanyak 3 orang
perawat (30%) memiliki perilaku penerapan IPSG yang tinggi, sedangkan sebanyak 7 orang
perawat (70%) memiliki perilaku penerapan IPSG yang rendah.
BAB IV
ANALISA DATA, PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1.ANALISIS SWOT
Strengthness (kekuatan) Weakness (kelemahan)
1. Memiliki visi dan misi yang jelas. 1. Komunikasi dengan tim kesehatan belum
2. Lokasi RSHS dan IGD di pusat kota dan optimal/masih terkotak-kotak.
pusat rujukan di Jawa Barat 2. Belum adanya area dekontaminasi.
3. Sebagai RS pendidikan dan memiliki MOU 3. Dari 79 brankard yang dimiliki IGD hanya
dengan institusi pendidikan kedoteran dan 22 yang memiliki kunci
keperawatan. 4. Decision time > 2 jam pada bulan Agustus
4. SDM (perawat, medis, penunjang) cukup mencapai 86% dan bulan Oktober
sudah sesuai kebutuhan mencapai 87%
5. Memiliki SDM S2 Kep 1 orang, S1 Kep 7 5. Tidak semua ruangan memiliki SOP cuci
orang, D3 46 orang (di lantai 1) tangan di dekat tempat cuci tangan
6. Memiliki program pengembangan SDM 6. Berdasarkan hasil kuesioner dari 42
perawat didapatkan hanya 12 (28.6%) yang
sudah mendapatkan pelatihan mengenai
yang jelas. Program pendidikan patient safety lebih dari 2 kali dalam 5
berkelanjutan sudah dibuat dengan rencana tahun terakhir
menyekolahkan ke jenjang S1 5 orang per 7. Berdasarkan hasil kuesioner dari 42
tahun perawat didapatkan 22 (52.4%) menyatakan
7. Kualifikasi pendidikan minimal D3 dengan pengaruh organisasi rendah
sertifikasi pelatihan PPGD basic II dan 8. Berdasarkan hasil kuesioner dari 42
BHD perawat didapatkan mayoritas perilaku
8. Memiliki struktur organisasi keperawatan penerapan IPSG rendah sebanyak 37
dengan uraian tugas yang jelas perawat (88.1%)
9. Memiliki standar asuhan keperawatan 9. Berdasarkan hasil observasi terhadap 10
kegawatdaruratan. orang perawat didapatkan 7 orang perawat
10. Memiliki SOP tindakan keperawatan (70%) memiliki penerapan perilaku IPSG
11. Memiliki alur pelayanan yang jelas. rendah.
12. Angka respon time < 5 menit 100% 10.Belum maksimalnya penggunaan gelang
13. Briefing dilakukan setiap pagi kuning sebagai salah satu bentuk identitas
14. Pengisian resiko jatuh pada format pada pasien yang beresiko jatuh.
pengkajian 100% terisi
15. Berdasarkan penghitungan ketenagaan
dengan menggunakan rumus Depkes
(2005), jumlah tenaga perawat di IGD
sudah mencukupi yaitu 111 orang
16. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan
dari 42 perawat, yang memiliki motivasi
tinggi sejumlah 28 (66.67%)
17. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan
dari 42 perawat 33 (78.6%) sudah
mendapatkan sosialisasi mengenai patient
safety
Opportunities (peluang) Threats (Ancaman)
1. Kebijakan RSHS tentang peningkatan 1. Masyarakat semakin kritis terhadap
jenjang pendidikan. pelayanan yang diberikan.
2. Kebijakan RSHS menjadi BLU (Badan 2. Kesadaran hukum masyarakat yang makin
Layanan Umum). meningkat
3. Kebijakan pemerintah (KeMenKes) 3. Banyaknya mahasiswa praktikan dengan
mengenai penerapan patient safety sirkulasi yang tinggi (1-2 minggu).
4. Kebijakan pemerintah mengenai Indonesia 4. Tingginya kunjungan pasien IGD yang
sehat 2015 mencapai ± 133 orang/hari
5. Kebijakan RSHS mengenai penerapan 5. Belum adanya kebijakan tentang rujukan
IPSG dari JCI balik ke rumah sakit pengirim.
6. IGD RSHS menjadi target untuk lahan 6. Masih banyak pasien kasus false
praktek mahasiswa keperawatan dan emergency yang masuk IGD sebesar 68%
kedokteran 7. Masih ada sistem rujukan dari RS daerah
yang tidak tepat ke IGD.
4.2.MATRIKS EVALUASI
a. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Bobot
Faktor-faktor strategi Internal Bobot Rating X
Rating
Strenghts (kekuatan)
1. Terdapat visi dan misi IGD yang jelas 1,0 4 4
2. Lokasi RSHS dan IGD di pusat kota dan pusat
rujukan di Jawa Barat 1,0 4 4
3. Sebagai RS pendidikan dan memiliki MOU dengan
institusi pendidikan kedoteran dan keperawatan.
0,5 4 2
4. Memiliki program pengembangan SDM yang jelas.
0.8 4 3,2
5. SDM (perawat, medis, penunjang) cukup sudah
sesuai kebutuhan
0.7 3 2.1
6. Kualifikasipendidikan minimal D3 dengan sertifikasi
pelatihan PPGD.
0.8 4 3,2
Bobot
Faktor-faktor strategi Internal Bobot Rating X
Rating
7 Memiliki SDM S2 Kep 1 orang, S1 Kep 7 orang, D3
46 orang
0.7 3 2.1
8. Memiliki struktur organisasi keperawatan dengan
uraian tugas yang jelas
0.6 4 2,4
9. Memiliki standar asuhan keperawatan
kegawatdaruratan.
1 3 3
10. Memiliki SOP tindakan keperawatan
1 3 3
11. Memiliki alur pelayanan yang jelas.
1 4 4
12. Angka respon time < 5 menit sebanyak 100%
1 4 4
13. Adanya briefing yang terprogram setiap pagi
(pertukaran shift malam ke pagi) yang dihadiri oleh
semua bagian baik penyelia ruang IGD, kepala
ruangan, wakil, dan perawat pelaksana, maupun
pekarya dan TU. 1 3 3
14.Pengisian resiko jatuh pada format pengkajian 100%
terisi 1 4 4
15.Berdasarkan penghitungan ketenagaan dengan
menggunakan rumus Depkes (2005), jumlah tenaga
perawat di IGD sudah mencukupi yaitu 111 orang
0.5 3 1.5
16.Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan dari 42
perawat, yang memiliki motivasi tinggi sejumlah 28
(66.67%) 0,7 3 2,1
17. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan dari 42
perawat 33 (78.6%) sudah mendapatkan sosialisasi
mengenai patient safety 0,5 3 1,5
TOTAL 49.1
Bobot
Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating X
Rating
Opportunities (peluang)
1. Kebijakan RSHS tentang peningkatan jenjang
1,0 4 4
pendidikan staf.
2. Kebijakan RS menggunakan Ruang IGD
sebagai tempat praktik mahasiswa kedokteran 0,7 4 2,8
dan keperawatan.
3. Kebijakan pemerintah (KeMenKes) mengenai 0,5 4 2,0
Bobot
Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating X
Rating
penerapan patient safety
4. Kebijakan RSHS menjadi BLU (Badan
Layanan Umum). 0,2 3 0,6
TOTAL 14.1
Threats (Ancaman)
1. Masyarakat semakin kritis terhadap pelayanan
yang diberikan. 1 3 3
2. Tingginya tuntutan hukum yang ditujukan
0,8 3 2,4
kepada rumah sakit dan petugas kesehatan.
3. Banyaknya mahasiswa praktikan dengan
0,5 3 1,5
sirkulasi yang tinggi (1-2 minggu).
4. Tingginya kunjungan pasien IGD mencapai ±
0,7 2 1,4
133 orang per hari
5. Masih banyak pasien kasus false emergency
0.7 3 2,1
yang masuk IGD sebesar 68%
6. Belum adanya kebijakan tentang rujukan balik
0,5 2 1,0
ke rumah sakit pengirim
7. Masih ada sistem rujukan dari RS daerah yang
0.5 2 1.0
tidak tepat ke IGD
TOTAL 12.4
Keterangan:
Justifikasi bobot berdasarkan kepentingan data dengan skala:
0,0 1,0
Tidak penting Sangat penting
14.1
KUADRAN 1
26 49.1
13.4
KETERANGAN:
Berdasarkan diagram diatas maka posisi IRD RSHS berada pada kuadran I. Maka
strategi yang dapat digunakan agar IGD tetap eksis adalah dengan strategi agresif. Dimana
IGD dapat mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang yang ada.
Namun dalam menerapkan strategi yang agresif, IGD juga harus berhati-hati karena IGD
memiliki kelemahan yang cukup besar pula yaitu dengan skor 26. Sehingga dengan
kekuatan internal yang ada diharapkan dapat menutupi kelemahan yang ada dalam
menghadapi ancaman yang timbul dari luar.
4.3.PLAN OF ACTION (POA)
NO MASALAH TUJUAN KEGIATAN SUMBER
DAYA
1 Penerapan IPSG Tujuan Jangka 1. Menempatkan SPO Penyelia
Rendah: Panjang berupa gambar hand Kepala Ruangan
- Tidak semua Semua perawat hygine di masing- Ketua Tim
ruangan mampu masing tempat cuci Perawat
mempunyai menerapkan IPSG tangan Pelaksana
petunjuk/gambar dengan seksama 2. Melakukan pengkajian
hand hygine faktor-faktor
- Decision time > 2 Tujuan Jangka penerapan IPSG pada
jam pada bulan Pendek perawat
Agustus 86% dan Setelah 3. Melakukan
bulan Oktober implementasi identifikasi terhadap
2013 mencapai program: faktor-faktor yang
87% - Terdapat SPO berpengaruh pada
- Berdasarkan hasil berupa gambar penerapan IPSG yang
kuesioner yang jelas tentang rendah
sebanyak 37 hand hygine 4. Mendokumentasikan
perawat dari 42 disetiap tempat frekuensi pelatihan
(88.1%) dan hasil cuci tangan perawat tentang
observasi - Terdapat patient safety
sebanyak 7 dari 10 dokumentasi 5. Mengusulkan sistem
perawat memiliki yang jelas tentang reward dan
perilaku penerapan keikutsertaan punishment dalam
IPSG yang rendah pelatihan patient penerapan IPSG
- Hasil kuesioner, safety 6. Mengusulkan
hanya 12 dari 42 - Terdapat follow pembuatan ganjalan
perawat (28.6%) up mengenai brankard dengan
yang sudah pengaruh menggunakan bahan
mendapatkan organisasi yang tersedia
pelatihan patient terhadap perilaku 7. Melakukan recalling
safety sebanyak penerapan patient tentang penerapan
lebih dari 2 kali safety IPSG
dalam 5 tahun - Terdapat proses 8. Merumuskan resolusi
- Berdasarkan hasil recalling yang jelas tentang
kuesioner dari 42 mengenai organisasi dan
perawat pentingnya IPSG komunikasi yang
didapatkan 22 - Terdapat resolusi tertata di UGD
(52.4%) yang jelas tentang 9. Pembuatan draft
menyatakan fungsi organisasi petunjuk pelaksanaan
pengaruh di IGD (juklak) dan petunjuk
organisasi rendah - Setiap perawat teknis (juknis)
- Dari 79 brankard memiliki pengisian decision
yang dimiliki IGD pengetahuan dan time
hanya 22 yang pemahaman yang
memiliki kunci sama tentang
decision time
5.1. SIMPULAN
Pelaksanaan tata kelola keperawatan di Ruang IGD lantai 1 RSUP Dr. Hasan
Sadikin dilakukan dari tanggal 10-20 Desember 2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ruang IGD telah melakukan pelayanan medis dan bencana dengan dukungan sumber
daya manusia yang professional yaitu dokter spesialis, perawat yang sudah terlatih dan
bersertifikat pada Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD), Emergensi Nursing
(EN), Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) dan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS).
2. Ruang IGD melakukan pelayanan administrasi, pelayanan ambulan dengan personil
yang terampil.
3. Ruang IGD telah melaksanakan program pengembangan staf khususnya staf
keperawatan.
4. Ruang IGD telah melakukan pendekatan interdisiplin dan kolaborasi yaitu perawat dan
perawat telah melakukan briefing setiap pagi hari (antar shift) agar pelaksanaan
asuhan keperawatan berkesinambungan, perawat dan dokter telah melakukan
kolaborasi langsung disetiap bagian perawatan, kolaborasi antar perawat ataupun
dokter kepada pasien/keluarga telah terlaksana dengan cara menyampaikan hasil
pemeriksaan dan rencana tindakan.
5. Dari hasil kuesioner didaptkan sebagian besar perawat memiliki pengetahuan yang
tinggi tentang patient safety.
6. Dari hasil kajian situasi dengan kuesioner dan observasi didapatkan sebagian besar
perawat memiliki perilaku penerapan IPSG yang rendah.
5.2. SARAN
1. Perlunya perencanaan yang terprogram dan nyata tentang pemenuhan sumber daya
manusia dan pemenuhan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan
pelayanan di ruang IGD.
2. Perlunya peningkatan motivasi diri bagi petugas kesehatan khususnya perawat dalam
menerapkan perilaku manajemen resiko dan patient safety
3. Perlunya peningkatan dukungan pelaksanaan manajemen resiko dan patient safety
baik berupa sarana dan kebijakan.
4. Perlunya dilaksanakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
penerapan patient safety pada perawat di ruang IGD.
5. Perlunya pelatihan tentang patient safety yang berkesinambungan dan diikuti oleh
semua perawat secara bergiliran dan adanya sosialisasi/sharing setelah pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
A Guide for RCA Team Patient Safety Centre Queensland Health (2009).
Agency for Healthcare Research and Quality. (2004). AHRQ’S Patient Safety
Initiative:Building Foundations, Reducing Risk an Interim Report to the United
State Committee on Appropriations (No.4-RG005).
Care Quality Comission. (2009). National Study : The right information, in the
right place, at the right time (A study of how healthcare organisations manage
personal date). Diakses tanggal 25 Juni 2013. Tersedia di
archive.cqc.org.uk/_db/_documents/Info_governance_FINAL_PDF.pdf.
Dee. A.G. (1996), Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi 2, Alih
Bahasa : Dika Coopey, M., Nix, Mp. 2006. Quality.Vol. 21, No. 3, pp. 195–202.
Lippincott Williams & Wilkins, Inc Translating Research Into Evidence-based
Nursing Practice and Evaluating Effectiveness. Journal Nursing Care.
Kiarie, P. (2011). Patient Safety in Intensive Care Unit-A Literature Review. Turku
Uviversity of Applied Sciences.
Mulyati, L. dan Sufyan. A. (2008). Pengembangan Budaya Patient Safety dalam Praktik
Keperawatan. http://www.stikku.ac.id. (Diakses Tanggal 01 Oktober 2013).
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Dian
Rakyat.