Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANAJEMEN

KEPERAWATAN
NAMA : REVIA NOVEMI
NIM : 211211968

Rumah Sakit

Rumah Sakit menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia merupakan suatu

bangunan untuk merawat, menyediakan, dan memberi pelayanan kesehatan bagi

orang-orang sakit yang memiliki berbagai keluhan masalah kesehatan (KBBI,

2017). Instansi dari pelayanan kesehatan ini diberdirikan dan diselenggarakan dari

pemerintah pusat atau pun swasta dengan memberikan pelayanan kesehatan utama

bagi masyarakat pada semua bidang dan macam-macam penyakit tertentu yang

mendasarkan disiplin pengetahuan, kelompok usia, organ maupun kekhususan

lainnya.

Tujuan umum rumah sakit adalah melaksanakan upaya penyelenggaraan

kesehatan perorangan bagi masyarakat secara paripurna dengan mempersiapkan

pelayanan rawat inap atau rawat jalan dan unit gawat darurat dalam peningkatan

sumber daya manusia, pelayanan sarana hingga peralatan dan bangunan prasarana

guna untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu (Permenkes Nomor. 56 Tahun

2014).

Sebagai salah satu unit bagian dari sistem pelayanan kesehatan, rumah

sakit secara garis besar dilaksanakan melalui unit rawat jalan, rawat inap atau pun

instalasi unit gawat darurat (IGD). Pelayanan ini bertujuan untuk masyarakat

dengan menyediakan pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis atau penunjang

medis, pelayanan perawatan hingga rehabilitasi medis (Herlambang, 2016).


Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Adapun

sebagaimana yang telah tertuliskan di Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009

mengenai Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya, yakni :

1. Menyelenggarakan balai pengobatan dan proses memulihkan kesehatan

sesuai dari standar layanan yang ditetapka rumah sakit.

2. Memelihara hingga meningkatkan kesehatan secara perorangan melalui

pelayanan kesehatan paripurna ditingkat kedua atau ketiga sesuai

kebutuhan medik.

3. Menyelenggarkan pelatihan SDM untuk meningkatkan kemampuan serta

memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat.

4. Menyelenggarakan pengembangan dan penelitian dengan penapisan

teknologi dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan

kesehatan dengan mengamati secara cermat etika ilmu pengetahuan.

Klasifikasi Rumah Sakit Kelas C

RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat merupakan rumah sakit kelas C,

menurut Permenkes RI Nomor 56 tahun 2014 mengenai Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit yang memiliki fasilitas sarana dan kemampuan dalam pelayanan

medis minimal empat spesialis dasar yang terdiri dari pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, obstetric dan ginekologi dan empat spesialis penunjang

medis. Adapun keseluruhan tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.

Rumah sakit dikelola dengan tujuan supaya menghasilkan pelayanan

kesehatan yang menyentuh kebutuhan dan harapan pasien terkait dengan jenis
pelayanan, harga, mutu (medis dan non medis), hingga prosedur pelayanan

informasi yang diperlukan.

Syarat dan ketentuan rumah sakit kelas C. Adapun hal yang diharuskan

rumah sakit dalam memberi pelayanan kelas C mininal paling sedikit yaitu :

1. Pelayanan Medis . Yang meliputi pelayanan IGD yang harus dilaksanakan

24 (dua puluh empat) jam dalam satu hari. Pada umumnya pelayanan

medis mencakup pelayanan medis gigi dan mulut, pelayanan medik dasar,

pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

2. Pelayanan Farmasi. Kegiatan yang bertujuan dalam pengelolahan alat

kesehatan, pelayanan farmasi klinik, sendian farmasi hingga bahan medik

habis pakai.

3. Pelayanan Kebidanan serta Keperawatan. Pelayanan yang berupa asuhan

kebidanan dan keperawatan di rumah sakit.

4. Pelayanan Penunjang Medis. Pelayanan yang meliputi penunjang

sterilisasi instrumen dan rekam medik, gizi, pelayanan bank darah,

perawatan intensif untuk seluruh kelompok usia hingga bermacam

penyakit.

5. Pelayanan Rawat Inap. Pelayanan rawat inap yang dimaksud meliputi :

a. Perawatan kelas III minimal 30% (tiga puluh pesen) dari seluruh jumlah

tempat tidur untuk Rumah Sakit milik pemerintah.

b. Pada perawatan kelas III seluruh jumlah tempat tidur untuk rumah sakit

miliki swasta paling sedikit minimal 20% (dua puluh persen).

c. Perawatan intensif jumlah dari seluruh tempat tidur sebanyak 5% (lima


persen) untuk rumah sakit milik pemerintah dan milik swasta.

Rumah Sakit Kelas C memiliki perbekalan paling sedikit terdiri dari

peralatan medik untuk rawat jalan, rawat inap, IGD, rawat intensif, persalinan,

rawat operasi, farmasi, laboratorium klinik, radiologi, rehabilitasi medis,

pelayanan darah, kamar jenazah hingga instalasi gizi.

Umumnya menilai mutu pelayanan kesehatan mencakup 4 (empat) hal

pokok, yaitu:

1. Kesejahteraan pasien

Biasanya kesejahteraan pasien menghubungkan antara rasa kepuasan atau

nyaman dengan memperlihatkan tindakan maupun sikap dari tenaga medis dalam

memberikan pelayanan. Dengan kata lain, kesejahteraan pasien dapat

menghubungkan adanya kualitas antara pelayanan kedokteran ataupun

keperawatan. Untuk itu, hal ini juga menghubungkan antara fasilitas yang

memadai serta segala jenis peralatan yang terpelihara dengan baik akan berfungsi

sesuai standar ketika dipergunakan.

2. Kenyamanan serta situasi kamar

Kenyamanan serta situasi kamar adalah satu diantara dari variabel yang di

pergunakan untuk diselenggarakannya pelayanan yang bemutu melalui sikap, cara

hingga tindakan tenaga medik terutama para dokter atau perawat pada saat

melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan. Suasana nyaman yang dimaksud

harus dipertahankan agar pasien merasa kepuasan atas pelayanan yang dilakukan,

karena keadaan kamar pasien merupakan penunjang aspek kepuasan pasien

ketika pasien mendapatkan ketenangan serta kenyamanan selama pasien dirawat


3. Kondisi kamar perawatan

Kondisi kamar rawat akan dipengaruhi oleh sambutan yang diterima

pasien melalui keluarganya mengenai sudut pelayanan mutu kesehatan yang telah

didapatkan dari rumah sakit. Dengan begitu setiap unit ruang rawatan yang

sewajibnya sudah mendapat fasilitas ataupun sarana agar terus membantu

kemudahan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta pemeliharaan

agar selalu dapat berfungsi dengan standar yang baik.

4. Catatan rekam medik.

Berkas yang berisikan mengenai hasil dari pemeriksaan, identitas pasien,

riwayat penyakit, pengobatan serta tindakan yang diberikan serta layanan lainnya

kepada pasien dari saat mendapatkan sarana pelayanan kesehatan(Ridha, 2008).

Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar ada tiga unsur yang dipengaruhi dalam Mutu Pelayanan

Kesehatan, yaitu :

1. Unsur dari masukan yang merupakan bagian dari tenaga kesehatan, sarana

dan dana perkembangan. Apabila kuantitas dan kualitas dari tenaga dan

sarana tidak memenuhi seperti standar yang ditetapkan (standar of

personal and facilities) serta ketersediaan dana yang dibutuhkan belum

sesuai, maka akan sulit mendapatkan mutu pelayan yang sesuai

diharapkan.

2. Unsur dari lingkungan yang merupakan suatu kebijakan keorganisasian

serta manajemen yang apabila belum sesuai dengan standar yang

ditentukan (standard of organization and management) ataupun belum


memiliki sifat menunjang ataupun mendorong, maka akan sulit

memperoleh baiknya mutu pelayanan kesehatan yang diharapkan.

3. Unsur dari proses yang merupakan tindakan dari medis dan non medis

yang telah ditetapkan standar (Standard of conduct). Apabila tidak sesuai

maka akan sulit mengharapkan baiknya mutu pelayanan tersebut. Ketiga

unsur tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi, jika satu

diantaranya berada dibawah dari standar ataupun belum sama seperti

kebutuhan maka akan sulit mengharapkan baiknya dari mutu pelayanan.

Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dimana kegiatan dari

salah satunya yang sering dilakukan pihak manajemen statistik adalah

melaksanakan dan mengamati kegiatan dari penilaian tingkat efisiensi

penggunaan tempat tidur serta merancang perencanaan perkembangannya.

Menurut Indradi tahun 2010 bahwa setiap biaya yang dikeluarkan oleh

pihak manajemen rumah sakit bertujuan untuk menghasilkan pemasukkan dana

dari tempat tidur yang telah dibeli dan disediakan sehingga tempat tidur tersebut

dipergunakan oleh pasien unit ruang rawat inap.

Beberapa indikator mutu pelayanan menurut Depkes (2006) dirumah sakit,

yakni :

1. Bed Occupancy Rate (BOR)

Bed Occupancy Rate (BOR) : presentasi penggunaan tempat tidur yang di-

pergunakan dalam menentukan tingkat pemanfaatan tempat tidur. Nilai ideal dari

indikator BOR menurut Depkes RI Tahun 2006 adalah 60-85 %. Jika BOR
dinyatakan rendah maka kurangnya tingkat penguatan dalam memanfaatkan tepat

tidur. Namun jika BOR yang tinggi menandakan pemakaian melampaui batas

ideal lebih dari 85% maka akan menggambarkan bahwa terjadinya overload

sehingga diperlukannya peningkatan pengembangan pengaturan kualitas dari

penambahan jumlah tempat tidur.

2. Average Length of Stay (AvLOS)

AvLOS atau jumlah hari lama rawatan seseorang dirawat (AvLOS) yang

dihitung sejak pasien masuk hingga pasien keluar dari rumah sakit. Angka pada

parameter ini dapat memperlihatkan gambaran tingkat efisiensi mutu pelayanan.

Standar nilai AvLOS berdasarkan Depkes RI tahun 2006 adalah 6-9 hari.

3. Bed Turn Over (BTO)

BTO atau jumlah kali tempat tidur tersebut ditempati oleh pasien yang

berbeda. Dihitung dalam periode waktu tertentu (biasanya1 tahun). Nilai ideal

BTO selama periode 1 tahun rata-rata 40-50 kali dalam 1 pemakaian tempat tidur.

4. Turn Over Interval (TOI)

TOI atau rata-rata jumlah hari dari penggunaan tempat tidur yang tidak

ditempati, dihitung pada saat tempat tidur ditinggalkan oleh pasien hingga

digunakan kembali oleh pasien berikutnya. Hal ini juga dapat membagikan

gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur secara bersamaan dengan

AvLOS yang merupakan indikator pemakaian tempat tidur. Artinya, makin tinggi

TOI maka efisiensi pemakaian TT semakin buruk. Nilai standar ideal TOI adalah

1-3 hari.
Konsep Teori Barber–Johnson

Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David

Johnson, M.Sc mengupayakan dalam merumuskan dan memperpadukan empat

parameteruntuk mengamati serta menilai tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur

untuk bangsal perawatan pasien. Ditemukan empat garis bantu yang terbentuk dari

empat parameter Grafik Barber- Johnson, yaitu:

a. TOI pada umumnya menjadi sumbu horizontal (X).

b. AvLOS pada umumnya menjadi sumbu vertical (Y).

c. GarisbantuBOR merupakan garis yang ditarik dari pertemuan sumbu

horizontal dan vertical,yaitu titik 0,0 dan membentuk seperti kipas.

d. Garis bantu BTO merupakan garis yang ditarik dan menghubungkan posisi

nilai AvLOS dan TOI yang sama.

Keempat indikator yang dipergunakan untuk menyusun grafik

Barber-Johnson. adalah dengan mengetahui tingkat pemanfaatan mutu serta

efisiensi dari pelayanan rumah sakit meliputi :

1. Angka hunian penderita rawat inap, Bed Occupancy Rate (BOR)

Dalam indikator ini memberikan gambaran satu titik pertemuan yang

menentukan tingkat tinggi rendahnya pemakaian tempat tidur dirumah sakit.

Standar idealnya adalah 75% - 85%,jika > 85% berarti tempat tidur yang dipakai

dirumah sakit penuh. Rumus menghitung nilai BOR :

BOR =

2. LOS (Length Of Stay)

Jumlah rata-rata hari rawat pasien yang menetap dirumah sakit, belum
tergolong bayi lahir dikarenakan tempat tidur yang dipergunakan bayi merupakan

atas nama ibunya. Standar idealnya adalah 3-12 hari serta LOS ini diupayakan

agar serendah mungkin tanpa berpengaruh dengan kualitas pelayanan perawatan.

Rumus menghitung LOS :

LOS =

3. BTO (Bed Turn Over )

Frekuensi kali pemakaian tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu

tertentu(biasanya 1 tahun). Indikator ini membagikan gambaran tingkat efisiensi

dari pengunaan tempat tidur. Standar efisien BTO adalah 30 kali. Apabila BTO

terlalu rendah diperlukan memperhatikan jumlah tempat tidur serta kualitas

pelayanan perawatan. Rumus menghitung BTO :

BTO = Pasien Keluar (H + M)

Jumlah TT

4. TOI (Turnover Interval)

Hari rata-rata tempat tidur tidak dipergunakan, dihitung sejak saat tempat

tidur ditinggalkan hingga tempat tidur dipergunakan kembali oleh pasien

selanjutnya. Indikator ini dipergunakan dalam menunjukkan rata-rata lamanya

tempat tidur kosong serta menggambarkan efisiensi dari pemanfaatan tempat

tidur. Standar sfesiensi TOI ialah 1-3 hari, apabila TOI melampaui 3 hari maka

perlu memperhatikan kualitas pelayanan rawatan. Rumus menghitung TOI :

TOI = TT terisi – hari perawatan

Pasien Keluar (H + M)

Pengonsepan Barber- Johnson dapat tergambarkan melalui suatu standar


grafik, dimana daerah penilaian efisiensi telah ditentukan oleh dua indikator

yaitu TOI beserta LOS secara korelatif menurut tingkat BOR dan BTO (Riyadi,

1993). Cara Menggambar Dasar Grafik Barber-Johnson

Gambar Sumbu X dan Sumbu Y Gambar sumbu horizontal X – absis

dansumbu vertikal Y – ordinat. X – absis adalah Turnover Interval (TOI) dan Y-

ordinal adalah Length Of Stay(LOS) (Soejadi, 1996).


Grafik Barber Johnson X Garis BOR
LOS 50%, 70%, 80% dan 90%
30 -
28 -
26 - BOR 70%
24 -
22 - Efisiensi
20 - E BTO 12,5
18 -
16 -
14 - BTO 15
12 -
10 - BOR 50%
8 -
6 - BTO 20
4 -
2 - BTO 30
0 Y melalui
Langkah-
Gambar langkah membuat78
grafik 123456 grafik Barber-
910
Jhonson
TOI

Gambar 2. Daerah Efisiensi Barber–Johnson

Langkah-langkah membuat Grafik Barber-Johnson melalui Ms. Excel 2010

(Andalusia, 2015) yaitu :

1. Membuat tabel indikator pelayanan RSUD Tanjung Pura di Book

Microsoft Excel.

2. Membuat tabel BOR, LOS,TOI dan BTO.

3. Menghitung dan membuat garis BOR 50, 70, 75 dan 90.

4. Menghitungdan membuat garis BTO 30, 20, 15 dan 12,5 dengan rumus
tabel : nilai TOI = 365/nilaiBTO (365/30, 365/20, 365/15 dan 365/12,5).

Untuk nilai LOS= TOI.

5. Menghitung dan membuat tabel BOR RSUD Tanjung Pura dengan rumus

tabel : LOS = BOR/10 dan TOI = 10 – LOS.

6. Menghitung dan membuat tabel BTO RSUD Tanjung Pura dengan rumus

tabel : LOS = TOI + ( periode/BTO atau 365/BTO).

7. Blok nilai LOS dan TOI pada tabel BOR 50,70,75 dan 90, kemudian pilih

scatter chard dan mengatur nilai:

a. Background grafik melalui add minor gridlinespada garis LOS dan add

major gridlines pada garis TOI.

b. Mengubah nilai garis LOS dan TOI denganformat axis : minimum fixed

= 0,0 dan maximum fixed = 0,50 serta major fixed = 3,0 dan minor fixed

=2,0.

8. Membuat garis BOR 50, 70, 75 dan 90 dengan select datadanadd nilai

BOR ke dalam edit series berserta nilai LOS dan TOI. Danhal sama

dilakukan untuk menggambar garis BTO 30, 20, 15 dan 12,5.

9. Menggambar garis BOR RSUD Tanjung Pura dengan select data dan add

nilai BOR kedalam edit series berserta nilai LOS dan TOI. Dan hal sama

dilakukan untuk menggambar garis BTO RSUD Tanjung Pura.

10. Mengatur warna, tebal garis, tebal dan besar titik, nama data tabel melalui

format data series dan axis title.

11. Membuat Daerah Efisiensi dengan membuat tabel nilai :


Tabel 1

Daerah Efisiensi

Daerah Efisiensi
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3
1 1 1 3 3 9
9 50 9 9 9 50

Data diatas untuk menggambarkan garis wilayah efisiensi dengan cara

select data dan add nilai setiap daerah efisiensi ke dalam edit series,

hasilnya pada tabel akan menampilkan titik batas.

12. Gambar grafik selesai dan dapat disimpulkan apakah nilai setiap indikator

berada di daerah efisiensi atau tidak.

Makna dari Grafik Barber-Johnson

Maksud yang diperoleh dari grafik Barber-Johnson yaitu jika semakin

mendekat grafik BOR dengan sumbu Y maka BOR semakin meninggi, semakin

mendekat grafik BTO pada titik sumbu maka pasien keluar (hidup + mati)

jumlahnya akan menaik. Tetapi, bila TOI menetap maka LOS mengurang dan

BOR menurun, dan apabila TOI naik memungkinkan penyebabnya ialah

organisasi yang tidak cukup baik dan untuk menurunkan TOI yang meninggi

dapat dengan mengadakan evaluasi serta memperbaiki organisasi tanpa

mempengaruhi LOS, sebab menambahnya LOS dikarena keterlambatan

administrasi, belum baiknya perancangan dalam menyalurkan pelayanan kepada

pasien atau kebijakan dalam bidang medik (Soejadi, 1996) .

Fungsi Grafik Barber- Johnson

Grafik Barber- Johnson ini berfungsi sebagai :


1. Sebagai pertimbangan, biasanya hitungan kurun waktu tertentu yaitu dapat

memperlihatkan pengembangan produktivitas dirumah sakit dalam waktu

sepuluh tahun sehingga hal ini memberi gambaran dalam bahwa adanya

pembetulandari waktu ke waktu,LOS dan TOI menurun, sedangkan BOR

dan BTO meningkat.

2. Mengawasi aktivitas yaitu memiliki keinginan dalam mengembangkan

kegiatan beberapa tahun dapat terlihat pada grafik dengan

memperbandingkan terhadap standar yang ditetapkan. Barber-Johnson

menerangkan bahwa daerah yang efisien merupakan daerah yang terbatasi

adanya garis-garis berikut ini :

a. Bed Occupancyminimal 75%.

b. Turn over interval melebihi satu hari, tetapi kurang dari tiga hari.

3. Memperbandingkan aktivitas antara rumah sakit, meneliti akibat

perubahan kebijaksanaan, mengecek kesalahan laporan. Untuk itu, ditarik

kesimpulan dengan jelas dan mudah bahwasanya rumah sakit mana

ataupun bagian mana yang pengelolaannya efisien.

4. Memeriksa akibat perubahan kebijaksanaan grafik yang dipergunakan

untuk menelitisuatu kebijaksanaan realokasi tempat tidur atau keputusan

memperpendek length of stay.

5. Memeriksa kesalahan laporan. Memberi gambaran keempat parameter

LOS, TOI, BTO dan BOR pada satu grafik. Laporan dinyatakan benar

apabila empat parameter yang dimaksud tepat diposisi grafik. (Soejadi,

1996).
Determinan Faktor yang mempengaruhi BOR di Rumah Sakit

Beberapa hal pokok yang paling mendasari suatu kendala dalam

penggunaan tempat tidur di rumah sakit dalam menyediakan dan menangani

pelayanan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yaitu

(Wijono, 2001) :

1. Sumber daya Manusia, dalam penelitian ini berhubungan dengan tenaga

kesehatan terkait fungsi pelayanan.

2. Fasilitas yaitu sarana dan prasarana dari kebutuhan medis dasar, penunjang

medis sampai kebutuhan medis khusus.

3. Promosi yaitu usaha yang dilakukan oleh manajemen rumah sakit untuk

memasarkan rumah sakit tersebut.

4. Pendanaan Rumah Sakit yaitu sumber-sumber dana yang dimiliki RS

untuk biaya perawatan pada masyarakat.

5. Sistem rujukan yaitu rujukan yang diterima dan yang dilakukan rumah

sakit.

6. Cara pembayaran yaitu biaya tarif yang dibayar secara langsung atau tidak

langsung.

7. Faktor sosio-kultural yaitu budaya yang mempengaruhi seseorang dalam

mencari pengobatan.

8. Angka kesakitan yaitu misalkan terjadi wabah yang memungkinkan

banyak pemakaian pada tempat tidur.

Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mardiyono, dkk

(2011) Penilaiandari triwulan I sampai triwulan IV tahun 2011 menurut Graf


Barber-Johnsonefisiensi pelayanan rawat inap di RSUD Sragen mengalami

kecondongan untuk masuk didaerah efisiensi, untuk itu dapat terlihat ditriwulan I-

III, keempat indikator keberadaannya diluar daerah efisiensi seelain itu pada

triwulan IV dari keempat indikator keberadaannya masuk didaerah efisiensi.

Menurut hasil penelitian terdahulu lain yang dilakukan oleh Susilo (2012)

Efisiensi Mendayagunakan Tempat Tidur dalam Metode Grafik Barber- Johnson

di RS Lancang Kuning menyatakan bahwasanya mendayagunakan tempat tidur di

rumah sakit masih belum efisien dikarenakan kurangnya evaluasi terhadap

permohonan minta tempat tidur dan unit rekam medis dalam melakukan pekerjaan

sensus harian pasien rawat inap sesuai ketentuan.

Penelitian yang telah dilakukan Khair (2016) yaitu terpengaruhnya faktor

efisiensi pelayanan rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang ialah rendahnya jumlah

kunjungan rawat inap. Hal yang menyebabkan rendahnya jumlah kunjungan

dikarenakan adanya faktor internal yang terdiri dari terbatasnya tenaga, sarana

prasarana, terbatasnya pemeriksaan penunjang, dan promosi rumah sakit yang

minim, serta faktor eksternal yang terdiri dari lokasi rumah sakit, pesaing hingga

pengubahan kebijakan.

Bersumber penelitian yang dilaksanakan Mardian (2016), faktor yang

mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Daerah Balung

yaitu minimnya sarana dan prasarana yang mendukung dan rendahnya kunjungan

pasien rumah sakit dikarenakan minimnya promosi rumah sakit dan ada beberapa

pasien yang masih meminta untuk memaksa kembali kerumah atau kembali

kerumah dari permintaan sendiri.


Bersumber dari Penelitian lain yang dilaksanakan Lestari (2017) yaitu

analisis penyebab masalah tidak efisiensinya penggunaan tempat tidur disebabkan

Oleh kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit dalam

pelayanannya.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Nursamda (2017), Hal yang

memengaruhi efisiensi layanan rawat inap RS Bhayangkara Padang yaitu kurang

memadainya sarana dan prasarana terutama pemeriksaan penunjang medik,

keterbatasan ruangan untuk penambahan tempat tidur, minimnya promosi khusus

dari bagian rawat inap, serta banyaknya rumah sakit pesaing yang memiliki sarana

dan prasarana penunjang.

Landasan Teori

Ketidakefisienan pada pelayanan rawat inap dapat terjadi karena faktor

penyebab yang mempengaruhi efisiensi rumah sakit yaitu tenaga kesehatan,

penggunaan fasilitas, promosi rumah sakit, pendanaan rumah sakit, sistem

rujukan, cara pembayaran,sosio kultural, angka kesakitan (Notoadmojo, 2010).

Secara umum, maka hal yang mendasari efisiensi pelayanan rawat inap

dirumah sakit yaitu mencapainya nilai penggunaan dan pemanfaatan tempat tidur

yang sesuai standar ketentuan Barber-Johnson yang bertujuan meningkatkan mutu

pelayanan dan kualitas yang diberikan terhadap suatu institusi rumah sakit kepada

masyarakat. Akan tetapi, dalam perhitungan penilaian keempat parameter

indikator di RSUD Tanjung Pura selama tiga tahun terakhir berdasarkan grafik

Barber-Johnson belum mencapainya penggunaan ataupun pemanfaatan tempat

tidur yang ideal sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini mendorong dikarenakan
ada beberapa faktor determinan yang mempengaruhi dasar capaian efisiensi rawat

inap dirumah sakit tersebut seperti (1) ketersediaan kuantitas sumber daya

manusia yang cukup seperti tenaga dokter ataupun tenaga perawat yang terlibat

dalam memberikan penanganan medis secara cepat dan tanggap serta diharuskan

memiliki kemampuan terampil, empati, disiplin sesuai peraturan tata tertib

prosedur rumah sakit dan dapat mampu menjalin komunikasi yang baik terhadap

pasien. Hal ini dikarenakan akan sangat mempengaruhi terhadap upaya

peningkatan segi kualitas pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit. (2)

Tersedianya fasilitas sarana prasarana dalam memenuhi kebutuhan yang

diperlukan dirumah sakit seperti kebutuhan medis dasar, penunjang medis ataupun

sampai kebutuhan medis khusus. (3) Promosi yang mengupayakan institusi rumah

sakit harus mampu memasarkan pelayanan kesehatannya dengan tujuan

masyarakat mengetahui atau memperoleh informasi berupa keunggulan, jarak

tempuh lokasi yang dapat dijangkau masyarakat serta ketersediaan pelayanan

yang mampu disediakan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan diagnosa

penyakitnya. Adanya promosi dilakukan agar meningkatkan jumlah kunjungan

pengobatan. (4) Pendanaan rumah sakit merupakan sumber-sumber dana yang

dimiliki rumah sakit dan sangat diperlukan untuk menunjang dalam memasarkan

serta memenuhi kebutuhan fasilitas dalam meningkatkan kualitas penanganan

pelayanan dan pengembangan serta pemeliharaan dirumah sakit. (5) Sistem

rujukan rumah sakit yang menerima program rujukan dari fasyankes pertama

seperti puskesmas, balai pengobatan, dan klinik pengobatan jalur rujukakan

selanjutnya adalah rumah sakit, dimana dilaksanakannya penyerahan tanggung


jawab pasien untuk dilakukannya penanganan lebih lanjut terhadap diagnosa

penyakit yang diderita pasien. Hal ini dimana sangat mempengaruhi tingakat

jumlah kunjungan dirumah sakit. (6) Cara pembayaran dirumah sakit yang

memudahkan pasien dalam menjalani pengobatan selama dirawat dirumah sakit.

Cara pembayaran ini yaitu biaya tarif yang dibayar secara langsung ataupun tidak

langsung, dimana pembayaran langsung dibayar oleh sipenderita dan apabila tidak

langsung biasanya dibayar oleh orang ketiga melalui asuransi. Dengan cara

pembayaran seperti ini akan sangat mempengaruhi tingkat penggunaan rumah

sakit. (7) Faktor sosio−kultural yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rumah

sakit dimana budaya masyarakat yang mendorong reaksi seseorang dalam

mendapatkan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya yang harus

dilakukan dalam meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat yaitu menarik

keyakinan, kepercayaan, serta memberikan dorongan himbauan bahwasanya

pelayanan kesehatan yang berada dirumah sakit mampu memberikan penanganan

dan pemulihan yang efektif. (8) Angka kesakitan suatu wilayah yang sangat

mempengaruhi penggunaan tempat tidur. Apabila dimana gambaran penyakit

yang menunjukkan prevalensi tinggi seperti penyakit menular akan sangat

membutuhkakan tempat tidur dirumah sakit yang cukup banyak untuk

memulihkan sipenderita, misalnya terjadi wabah yang memungkinkan banyaknya

pemakaian dari jumlah tempat tidur. Adapun dapat ditarik kesimpulan dari dasar

yang mempengaruhi efisiensi pelayanan rawat inap dirumah sakit yaitu dalam

meningkatkan capaian efisiensi rawat inapnya agar keempat parameter indikator

dapat masuk dan dikategorikan ideal sesuai standar tersebut dengan cara rumah
sakit mengupayakan untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas penanganan

pelayanan kesehatan, dengan demikian hal ini mampu mempunyai pengaruh dalam

meningkatkan nilai terpenting untuk memajukan serta meningkatkan kualitas mutu

pelayanan dan meningkatkan rasa kepuasan pasien hingga menarik kepercayaan

masyarakat dalam menjadikan rumah sakit sebagai pelayanan pilihan pertama dalam

memperoleh jangkauan pengobatan yang dibutuhkan (Wijono, 2001).

Anda mungkin juga menyukai