Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat
Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus-menerus berupaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini semakin dituntut akibat adanya
perubahan-perubahan epidemiologik penyakit, perubahan struktur organisasi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi
masyarakat dan pelayanan yang lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi
kebutuhan mereka.
Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa perubahan yang
mendasar dalam berbagai bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan kesehatan.
Salah satu perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah manajemen
negara yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah
secara resmi perubahan manajemen ini diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang RI
Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kemudian diikuti pedoman
pelaksanaannya berupa Peraturan Pemeritah RI Nomor 25 tahun 2000 tentang
kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi konsekuensi logis dari undang-undang
dan peraturan pemerintah tersebut adalah bahwa efektivitas pelayanan kesehatan
harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi sesuai dengan peraturan
tersebut maka disusunlah tugas pokok dan fungsinya yakni; (1) menyelenggarakan,
melaksanakan pelayanan kesehatan meliputi promotif, pemulihan rehabilitasi. (2)
penyelenggaraan pelayanan medik, penyelenggaraan sistem rujukan,
penyelenggaraan pelayanan penunjang dan non medik, penyelenggaraan pelayanan
asuhan keperawatan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang
perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang
cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka
pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan
berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan
bermutu (Azwar, 1996).
Saat ini, rumah sakit berada dalam iklim persaingan yang sangat ketat.
Masyarakat sebagai pelanggan berada dalam posisi yang lebih kuat karena semakin
banyak pilihan rumah sakit yang dapat melayaninya. Pada saat yang bersamaan,
masyarakat juga semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan. Dalam kondisi seperti
ini, agar tetap dapat eksis melayani pelanggannya, rumah sakit harus memiliki
sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu aspeknya adalah kemauan dan
kemampuan dalam memberikan pelayanan yang prima. Oleh karena itu diperlukan
paradigma dan sikap mental yang berorientasi melayani, serta pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam melaksanakan pelayanan yang prima.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian rumah sakit?

2. Apa fungsi rumah sakit?

3. Apa saja program-program rumah sakit?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian rumah sakit.

2. Untuk mengetahui fungsi dari rumah sakit.

3. Untuk mengetahui program-program yang ada di rumah sakit.

D. Manfaat Penulisan

Sebagai tambahan pengetahuan tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit, dan
program-program yang ada di rumah sakit yang terbaru.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional
yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta
pengobatan yang diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974; dalam
Azwar, 1996). Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan
bahwa rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat
penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak
terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan
rawat jalan, serta perawatan di luar rumah sakit.
Pengertian serupa dikemukakan oleh Association of Hospital Care (Azwar,
1996) bahwa rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan
serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
Batasan pengertian rumah sakit di atas, menunjukkan bahwa fungsi kegiatan
rumah sakit sangat bervariasi, sesuai dengan perkembangan zaman. Artinya rumah
sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit, tempat
pengasuhan, tempat pelayanan, pendidikan dan penelitian sederhana, dan bersifat
sosial. Dewasa ini, rumah sakit fungsinya berkembang sesuai dengan tuntunan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain; sebagai pengembangan
pendidikan dan penelitian, spesialistik/subspesialistik, dan mencari keuntungan.
Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek pelayanan, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik agar efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud.
B. Fungsi Rumah Sakit
Fungsi rumah sakit dapat meliputi aspek :

a. menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,


perawatan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan;

b. sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medisdan paramedik;

c. sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu teknologi bidang kesehatan.

C. Program-Program Rumah Sakit

1. Program Optimalisasi Pelayanan Rumah Sakit

a) Pelayanan Rawat Jalan

Prosedur pelayanan rawat jalan adalah aturan atau sistem yang di buat untuk
melayani atau memenuhi kebutuhan orang lain, dalam hal ini pasien untuk
mendapatkan perawatan tentang kesehatannya tanpa memerlukan penginapan
(hospitalize)

Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan


pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang
dapatdipertanggung jawabkan. (standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed
depkes RI thn 1999).

Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai


tempatkonsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter
ahli dibidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan
waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan
perawatan. poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagosis dini,
yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut
dalam tahap pengobatan penyakit.

Pelayanan rawat jalan dibagi menjadi beberapa bagian atau poliklinik,


menggambarkan banyaknya pelayanan spesialistik, sub spesialistik dan pelayanan
gigi spesialistik dari staf medis yang ada pada rumah sakit.

Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan
adalah sebagai berikut:

 Dokter yang melayani pada Poliklinik Spesialis harus 100 % dokter spesialis.
 Rumah sakit setidaknya harus menyediakan pelayanan klinik anak, klinik
penyakit dalam, klinik kebidanan, dan klinik bedah.
 Jam buka pelayanan adalah pukul 08.00 – 13.00 setiap hari kerja, kecuali hari
Jumat pukul 08.00 – 11.00.
 Waktu tunggu untuk rawat jalan tidak lebih dari 60 menit.
 Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pelayanan Rawat Jalan. Jika kita


mengacu pada analisa Ross, poliklinik rawat jalan yang baik adalah yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Fasilitas fisik rumah sakit yang memadai.


2. Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yang
baik.
3. Penjadwalan kunjungan yang efisien, untuk memperpendek waktu tunggu.
4. Tarif yang terjangkau oleh sasaran.
5. Kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan oleh
dokter dan perawat dilakukan dengan ramah, penuh perhatian terhadap
kebutuhan pasien dan perasaannya.
b) Pelayanan Rutin Rawat Inap
1. pengertian rawat inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses
perawatanpasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di
mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap
adalah ruang tempat pasien dirawat.

Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat


dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien
dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien
(Posma 2001 yang dikutip dari Anggraini (2008).

a. Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai kebutuhan

b. Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:

- Apa yang mereka kehendaki

- Kapan mereka menghendaki

- Siapa yang ingin mereka temui

- Mengapa mereka menginginkannya

- Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan pekerjaan tersebut.

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah


sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi,
diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes
RI 1997 yang dikutip dari Suryanti (2002).
2. Standar Minimal Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit

a. Pemberian layanan rawat inap adalah Dokter spesialis, dan perawat dengan
minimal pendidikan D3.

b. Penanggungjawab pasien rawat inap 100 % adalah dokter.

c. Ketersediaan pelayanan rawat inap terdiri dari anak, penyakit dalam,


kebidanan, dan bedah.

d. Jam kunjung dokter spesialis adalah pukul 08.00 – 14.00 setiap hari kerja.

e. Kejadian infeksi paska operasi kurang dari 1,5 %.

f. Kejadian infeksi nosokomial kurang dari 1,5 %.

g. Kematian pasien lebih dari 48 jam : kurang dari 0,24 %.

h. Kejadian pulang paksa kurang dari 5 %.

i. Kepuasan pelanggan lebih dari 90 %.

3. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap

 Penerimaan Pasien ( Admission )


 Pelayanan Medik
 Pelayanan Penunjang Medik
 Pelayanan Perawatan
 Pelayanan Obat
 Pelayanan Makanan
 Pelayanan Administrasi Keuangan
c) Pelayanan Rutin Radiologi

Tujuan instalasi radiologi :

Memberikan pelayanan radiodiagnostik sebaik-baiknya dengan


memperhatikan unsur bahaya radiasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta unsur Cost Benefit Ratio dengan cepat, tepat, menyenangkan,
dan efisien sesuai kebutuhan dan permintaan pelanggan/pasien.

d) Pelayanan Rutin Laboratorium


1. Pengertian Laboratorium
Menurut Kep.Menkes No.943/Menkes/SK/VIII/2002 yang dimaksud
dengan Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan bukan berasal manusia untuk penentuan jenis penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat. Sebagai bagian yang integral dari pelayanan
kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan
penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan
serta pengambilan keputusan lainnya.
2. Fungsi laboratorium

Laboratorium sebagai pelaksana teknis Kesehatan dan sebagai satuan


penelitian kesehatan mempunyai fungsi antara lain :

1. Pelaksana kesehatan sesuai dengan pembangunan kesehatan.

2. Pelaksana dan Pembina hubungan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang


lain dan masyarakat .
Agar pembangunan bidang kesehatan ini dapat berhasil serta tugas dan
fungsi kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM) dan peningkatan pemberdayaan sarana dan
prasarana laboratorium bagi penunjangnya, yang merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dalam peningkatan mutu kesehatan dan akan
mempengaruhi pula efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya.

3. Tujuan

Sebagai penjabaran dari visi, maka tujuan yang akan dicapai adalah
terselenggaranya pelayanan laboratorium kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pelayanan laboratorium kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna dapat dicapai melalui pembinaan, pengembangan dan
pelaksanaan serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang
didukung oleh SIK (Sistem Informasi Kesehatan) serta hukum kesehatan.
Pelayanan laboratorium kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran, yaitu :

- Terpenuhinya akreditasi lembaga laboratorium kesehatan


- Tercapainya sertifikasi personil UPTD LABKESDA
- Terpenuhinya persyaratan sarana dan prasarana sesuai standar pelayanan
- Terpenuhinya standar pelayanan penunjang diagnostik lainnya
- Menjadikan UPTD LABKESDA sebagai Fasilitas Pelatihan Teknis
Kelaboratoriuman

e) Pelayanan Rutin Farmasi


1. Pengertian

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di


rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama.

2. Tujuan Pelayanan Farmasi

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa


maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia;

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur


kefarmasian dan etik profesi;

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;

d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan


evaluasi pelayanan;

f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan


evaluasi pelayanan;

g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.


3. Fungsi Pelayanan Farmasi

1) Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal;

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah


dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan


kesehatan di rumah sakit;

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang


berlaku;

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan


kefarmasian;

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2) Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien;

b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat


kesehatan;

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan;

d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan;


e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga;

f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga;

g. Melaporkan setiap kegiatan

f) Pelayanan Rutin Ok

1. Pengertian kamar operasi

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat


untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut,
yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).

2. Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.


- Area bebas terbatas (unrestricted area)
- Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian
khusus kamar operasi.
- Area semi ketat (semi restricted area)
- Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
- Area ketat/terbatas (restricted area).
- Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.
2. Program Pengendalian Mutu Pelayanan Rumah Sakit

a) Akreditasi rumah sakit


Kementrian kesehatan republik indonesia mewajibkan
dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan rumah sakit di indonesia. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di
rumah sakit adalah UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan permenkes
1144/menkes/per/VIII/2010 tentang organisasi dan tata kerja kementrian
kesehatan.

Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang diberikan


pemerintah kepada rumah sakit kerana telah memnuhi standar yang
ditetapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari
pemerintah bahwa semua hal yang ada didalamnya sudah sesuai dengan
standar. Sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar.

b) Survey kepuasan pasien

Layanan publik dengan kualitas prima telah menjadi tuntutan


masyarakat dan menjadi kewajiban bagi setiap instansi yang memberikan
layanan publik untuk meresponnya. Mengingat tingkat kepuasan bersifat
individual dan dinamis berubah setiap waktu, diperlukan alat ukur untuk
mengetahuinya. Tuntutan kepuasan yang dinamis memerlukan antisipasi
setiap satuan kerja sehingga mutu layanan yang disediakan selalu disesuaikan
dengan perkembangan tuntutan masyarakat. Untuk mengetahui tingkat
apresiasi mutu layanan oleh pelanggan (pasien), gugus kendali mutu
malaksanakan survei kepuasan konsumen.
Kepuasan pasien merupakan cerminan kualitas pelayanan kesehatan
yang mereka terima. Menurut Azwar (1994), mutu pelayanan kesehatan
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan
tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.

Menurut Tjiptono (1999), kepuasan pelanggan/pasien dapat


memberikan manfaat antara lain :

 Hubungan antara pemberi pelayanan dan pelanggan menjadi harmonis.


 Memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang pasien.
 Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan/pasien.
 Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang
menguntungkan pemberi pelayanan.
 Reputasi pemberi pelayanan menjadi baik di mata pelanggan/pasien.
 Dapat meningkatkan jumlah pendapatan.

3. Program Pengembangan Sarana,Prasarana Dan Peralatan Rumah Sakit

a) Pembangunan Gedung

Kontruksi bangunan yang diletakan secara tetap dalam suatu lingkungan,


diatas tanah/perairan, ataupun dibawah tanah/perairan, tempat manusia
melakukan kegiatannya, melalui baik untuk tempat tinggal, berusaha,
maupun kegiatan social dan budaya.

b) Pengadaan prasarana dan peralatan


- Prasarana
Pendukung bangunan gedung antara lain:
 Listrik
 Lift
 Air
 Penangkal petir
 Gas, dan lain-lain
- Peralatan
Peralatan medis/non medis yang tidak bergerak.

c. pemeliharaan sarana, prasarana, dan peralatan

Program pemeliharaan, setiap jenis SPP (sarana, prasarana, peralatan)


harus dilengkapi:

1. Jadwal pemeliharaan
2. Jenis pemeliharaan yang dilakukan
3. Keterangan tentang kondisi SPP (rusak, baik, dan lain-lain)
4. SOP, untuk kegiatan pemeliharaan/perbaikan harus ditetapkan baik
didalam jam kerja/luar jam kerja.

Bukti pelaksanaan program pemeliharaan:


1. Adanya pemeriksaan berkala
2. Adanya laporan pencatatan sesuai jadwal yang ditentukan
3. Adanya laporan kalibrasi

4. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

a) Program Pelatihan Keperawatan


Manajemen Keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik itu
sumber daya maupun dana sehingga bisa memberikan pelayanan keperawatan
yang efektif baik kepada pasien, keluarga atau masyarakat. Proses dalam
sebuah manajemen dan fungsi tugas tujuan manajemen keperawatan yaitu
meliputi dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang
harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk Supervisi. Dan bila hal ini
dilakukan dengan baik maka kualitas pelayanan keperawatan akan berjalan
optimal dan tingkat kepuasan pasien maupun klien akan terpenuhi dengan
baik pula.

- Tujuan Training Manajemen Keperawatan Rumah Sakit

Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman perawat manager di


rumah sakit dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai pengelola
pelayanan keperawatan secara berkualitas, efektif dan efisien.

- Materi Training Manajemen Keperawatan Rumah Sakit

a. Kepala ruang/ketua tim sebagai manajer di ruang rawat.


b. Komunikasi yang efektif dalam manajemen keperawatan.
c. Perencanaan keperawatan di ruang rawat.
d. Pengorganisasian pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat bangsal.
e. Model praktek keperawatan profesional.
f. Motivasi dalam manajemen keperawatan.
g. Supervisi dalam manajemen keperawatan.
h. Manajemen konflik.
i. Monitoring dan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
j. Pelayanan prima keperawatan di rumah sakit.
k. Panduan manajemen keperawatan di tingkat ruang rawat.
b) Program Pelatihan Rekam Medik

Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen


tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
dikenakan kepada seorang pasien. Rekam Medis tersebut dibuat bertujuan
agar tidak terjadi kesalahan tindakan oleh dokter karena dokter tidak
mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien, rekam medis
juga dapat menyelamatkan pasien maupun pihak pelayanan kesehatan jika
terjadi sesuatu pada pasien karena di dalam berkas rekam medis terdapat
catatan-catatan tentang tindakan-tindakan yang dilakukan dan catatan-catatan
tentang perkembangan kesehatan pasien serta terdapat catatan persetujuan
tindakan dan penolakan tindakan.
Permenkes tahun 2008 telah mengatur bahwa setiap dokter wajib membuat
rekam medis.

Rekam medis tersebut berguna sebagai dasar pemeliharaan kesehatan


pasien, sebagai bahan pembuktian apabila terjadi perkara hukum, dan sebagai
bahan penelitian dan pendidikan. Selain itu, rekam medis berguna sebagai
dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan menjadi bahan untuk
menyiapkan statistik kesehatan.
Diantara semua manfaat rekam medis tersebut, salah satu manfaat terpenting
yaitu aspek legal rekam medis. Dalam kasus malpraktek medis, keperawatan,
maupun farmasi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis yang sangat
penting. Berkas rekam medik yang baik dan lengkap dapat membantu baik
dokter maupun pihak rumah sakit khususnya dalam sebuah perkara medis
yang membutuhkan pembuktian, baik untuk perkara di dalam maupun di luar
pengadilan.

1. Sistem Penataan Rekam Medis

Sistem rekam medis tersebut meliputi klasifikasi dan kodifikasi


penyakit, dan tindakan medis yang akan dikenakan pada pasien. seorang
profesi perekam medis dan informasi kesehatn harus mampu menetapkan
Kode Penyakit dan Tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang
diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis
dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.

2. Aspek hukum Rekam Medis

Mengkaji berbagai aspek hukum yang berkaitan dengan rekam medis


dan urgensinya, berkaitan dengan kasus hukum kesehatan.

3. Teknik Penyusunan SOP Pelayanan Rekam Medis

Kualitas SOP dalam pelayanan rekam medis akan berpengaruh pula


terhadap mutu dokumen rekam medis. Dokumen tersebut selanjutnya akan
menjadi dasar bagi pelayanan kesehatan dan pengobatan, dasar pembuktian
hukum, dasar pembiayaan yankes, dasar penyusunan statistik kesehatan.

4. Manajemen Mutu Rekam Medis

Validitas rekam medis dan informasi kesehatan sangat berguna untuk


melakukan perencanaan, implementasi, serta melakukan evaluasi. Manajemen
rekam medis meliputi berbagai hal, dan juga memiliki dampak pada beban
kerja, perilaku tenaga kesehatan, tanggung jawab manajemen, serta
akuntabilitas.
5. Mekanisme Informed Consent

Pada prinsipnya, informed consent memiliki tiga prinsip, yaitu treshold


elements, information elements, dan consent elements. Komunikasi efektif
antara dokter dan pasien dalam penanganan penyakit yang diderita pasien.
Dokumen rekam medis menjadi salah satu unsur penting dalam mekanisme
informed consent.

6. Teknik Pengelolaan Rekam Medis Elektronik

Rekam Medis elektronik membutuhkan berbagai jenis data penunjang,


sebab teknologi ini tidak hanya mengumpulkan data pasien, namun juga
melindungi dan menjaga kerahasiaan, melakukan interpretasi dan sekaligus
menganalisanya, hingga menghasilkan keputusan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka teknik pengelolaan reka Medis elektronik harus terus dilakukan
secara profesional.

7. Praktek Audit Rekam Medis

Praktek ini terbagi dalam dua hal, yaitu audit rekam medis dan SPM;
serta praktek audit kasus khusus kematian dan ICD 10

c) Program Pelatihan Laboratorium

Secara khusus tujuan dari Training Peran dan Fungsi Tenaga Laboran
di Laboratorium ini adalah untuk menghasilkan tenaga laboran yang handal
dan mempunyai kualifikasi mampu:
 Mempersiapkan kebutuhan alat, reagen, dan bahan praktikum Kimia,
Fisika, Biologi dan semisalnya
 Merawat, menata, dan memelihara laboratorium.
 Membantu dalam pelaksanaan kegiatan analisa/praktik di
laboratorium.
 Mengelola administrasi laboratorium
 Penanganan bahan dan limbah laboratorium

d) Program Pelatihan Farmasi

Training Manajemen Farmasi Program pengembangan kompetensi


dalam mengelola dan mengembangkan sistem manajemen di instalasi farmasi
yang efektif dan tepat guna. Dimana perlu kita ketahui saat ini program
pembangunan bidang kesehatan pada hakikatnya adalah ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
manusi yang ingin medapatkan dan mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Disisi lain sebagai lembaga pemerintah yang menaungi program
kesehatan masyarakat di indonesia kementrian kesehatan mempunyai salah
satu visi yaitu untuk mewujudkan ” Dalam pembangunan Masyarakat yang
sehat mandiri dan berkeadilan”. Dalam menyukseskan visi dan misi tersebut
salah satunya adalah dengan memperbaiki sistem manajemen di lembaga
pelayanan kesehatan masyarakat, yang salah satunya adalah perbaikan di sisi
manajemen farmasi di rumah sakit.
Seperti yang kita ketahui manajemen farmasi adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses manajemen dan pengelolahan dalam instalasi
farmasi di rumah sakit. Oleh karena wajib bagi para sumber daya di instalasi
farmasi rumah sakit untuk mengetahui dan memahami pengelolahan dan
penanganan sistem manajemen farmasi di rumah sakit yang tepat guna. Oleh
karenanya BMD Street Consulting sebagai hospital consultant bermaksud
menyelenggarakan Training Manajemen Farmasi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut diatas. Dengan pembahasan manajemen farmasi meliputi : Farmasi
Komunitas, Farmasi perapotekan, Farmasi rumah sakit, Farmasi Industri dan
Farmasi Birokrasi

- Maksud Dan Tujuan Training Manajemen Farmasi

Training Manajemen Farmasi dimaksudkan untuk memberikan


pembekalan dan pengetahuan kepada seluruh sumber daya rumah sakit yang
bertanggung jawab dalam mengelolah instalasi farmasi di rumah sakit dengan
benar dan teapt guna, selain itu juga diharapkan peserta mampu:

1. Melakukan perencanaan dan pengendalian terhadap penggunaan


anggaran agar tidak terjadi tumpang tindih.
2. Mampu melakukan evaluasi dana, penggunaan anggaran dan
perencanaan dalam mengelolah manajemen farmasi.
3. Memahami kesamaan persepsi antara pihak yang menggunakan obat
dan penyedia anggaran operasional.
4. Melakukan estimasi kebutuhan obat di instalasi farmasi yang tepat
5. Mampu mengoptimalkan anggaran operasional
6. Mampu melaksanakan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
dengan baik dan benar
7. Mampu melakukan pendistribusian obat secara benar
8. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan secara akurat sesuai
dengan kondisi dilapangan

- Materi Pembahahasan Training Manajemen Farmasi


a) Pengelolaan obat public yang meliputi: perencanaan dan pengadaan
obat, penyimpanan dan distribusi obat, pencatatan dan pelaporan,
supervisi dan evaluasi kebutuhan obat serta anggaran.
b) Pelayanan kefarmasian, diantaranya meliputi : pelayanan resep dokter,
pelayanan informasi obat, konsultasi penggunaan obat dan pelayanan
kefarmasian residential
c) Penggunaan obat rasional, yaitu meliputi : prinsip dan konsep POR
(Policy,Organisation and Rules) dalam perencanaan kebutuhan obat.,
pengendallian, pemantauan dan evaluasi POR

- Peserta Yang Di Rekomendasikan

Team Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Klinik, Lab, RS),


Apoteker, Asisten Apoteker, Dokter, Perawat, Bidan, HRD Rumah
Sakit dan semua pihak yang terlibat dalam Manajemen Farmasi.

e) Program Pelatihan Radiologi

1. Pengertian Radiologi

Pelayanan radiologi merupakan pelayanan penunjang


kesehatan juga perlu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan.
Pelayanan unit kerja radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang
menggunakan sinar peng-ion sehingga penggunaan bahan tersebut
mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat
berguna bagi penegakan diagnose dan terapi penyakit dan di sisi lain
akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak
terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang tidak
kopenten atau bukan radiographer dan spesialis radiologi, untuk itu
setiap pengguna, penguasa ataupun pelaksana pelayanan radiologi
harus senantiasa menjamin mutu pelayanannya yaitu harus tepat dan
aman bagi pasien, pekerja maupun lingkungan atau masyarakat sekitar.

2. tujuan umum

Tercapainya standarlisasi pelayanan radiologi diagnotik di seluruh


Indonesia sesuai dengan jenis dan kelas sarana pelayanan kesehatan

3. tujuan khusus

a. Sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan untuk melaksanakan


pelayanan radiologi diagnotik.

b. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan sarana pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan pelayanan radiologi.

c. sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang arahnya di


sesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah di capai dan
proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.

5. Program Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

a) pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

1. Kategori B3, factor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat


bahaya dipengaruhi oleh daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau
LC50, dimana makin kecil nilai LD50 atau LC50 B3 menunjukan makin
tinggi daya racunnya.

2. prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3


3. pengadaan jasa dan bahan berbahaya

4. penanganan bahan berbahaya dan beracun

b) Kesehatan lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang


meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikososial yang
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Bahaya potensial dirumah sakit dapat mengakibatkan penyakit dan


kecelakaan akibat kerja yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri
dan jamur); faktor kimia (antiseptic, gas anestasi); faktor ergonomic (cara
kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesame karyawan/atasan.
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada dirumah sakit diantaranya adalah
mikrobiologik, desain/fisik, kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen,
radiasi dan risiko hukum/keamanan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah sakit adalah
suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta
sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh
pasien (American Hospital Association, 1974; dalam Azwar, 1996). Sementara itu,
dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai
fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan pemulihan
penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di dalam
rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar
rumah sakit.
Fungsinya dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik,
penunjang medik, perawatan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan;
sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medisdan paramedik; sebagai
tempat penelitian dan pengembangan ilmu teknologi bidang kesehatan.

Dan juga memiliki beberapa program yaitu:

1. Program Optimalisasi Pelayanan Rumah Sakit

2. Program Pengendalian Mutu Pelayanan Rumah Sakit

3. Program Pengembangan Sarana,Prasarana Dan Peralatan Rumah Sakit


4. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia

5. Program Keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini akan lebih mengetahui Program-program


yang ada di rumah sakit, maka dari itu apabila di dalam makalah ini masih banyak
kekurangan mohon kiranya pembaca memberikan kritik dan sarannya secara
kompeten, karena makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai