Anda di halaman 1dari 60

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

2.1. Kajian Teori

A. Konsep Rumah Sakit:

1. Pengertian Rumah sakit

Rumah sakit adalah “Institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat”. (UU RI no 44 tahun 2009).

American Hospital Association (1974) mendefinisikan rumah

sakit bahwa:

“Suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang


terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien”.

2. Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No 44 tahun 2009 fungsi Rumah

Sakit yaitu:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua

dan ketiga sesuai kebutuhan medis.


c. Penyelenggaran pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Jenis Rumah Sakit

Rumah sakit dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan

pengolaannnya. Berdasarkan pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

a Rumah Sakit Umum dimaksudkan memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

b Rumah Sakit Khusus dimaksudkan memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan

displin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dibagi menjadi Rumah

Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat

a Rumah Sakit Publik dimaksudkan dapat dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat

nirlaba.
b Rumah Sakit Privat dimaksudkan dapat dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas

atau Persero.

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut klasifikasi Rumah Sakit dibagi menjadi empat kelas yaitu:

a. Kelas A

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12

spesialis lain, dan 13 subspesialis.

b. Kelas B

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12

spesialis lain, dan 13 subspesialis.

c. Kelas C

Mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 spesialis dasar, dan 4 spesialis penunjang

medik.

d. Kelas D

Mempunyai fasilita dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 2 spesialis dasar.


Secara garis besar pelayanan yang ada di Rumah Sakit dibagi

kedalam tiga golongan utama yaitu pelayanan medis dan keperawatan,

pelayanan penunjang medis, serta pelayanan penunjang non-medis.

Pelayanan medis dan keperawatan biasanya terdiri dari dari rawat

inap, rawat jalan, gawat darurat, bedah serta perawatan intensif.

Pelayanan penunjang medis terdir dari farmasi, radiologi,

laboratorium klinik, fisioterapi, hemodialisis, gizi, nuklir, sterilisasi,

penyuluhan, rekam medis dan akuntansi.

B. Konsep Puskesmas

Puskesmas adalah “unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja” (Depkes, 2011)

Sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas di

daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah

penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-

kegiatan yang beradadi suatu kecamatan, maka salah satu puskesmas

tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab dan disebut dengan nama

puskesmas tingkat kecamatan atau yang disebut puskesmas pembina. Dan

puskesmas-puskesmas yang ada ditingkat kelurahan atau desa disebut

puskesmas kelurahan atau yang lebih dikenal dengan puskesmas

pembantu. Dan sejak itu puskesmas dibagi menjadi dalam dua kategori

seperti apa yang sekarang kita kenal (Nasrul Effendy, 1997). Jika ditinjau

dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan


kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim pelayanan

kcsehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di

Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam menyelenggarakan

pelayartan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab

memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara

administrative berdomosili di wilayah kerjanya. Bentuk pelayanan

kesehatan yang diberikan puskesmas bersifat menyeluruh (comprehensive

health care service) yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Feri Efendi dan M 2009).

Dan setelah itu puskesmas memberikan prioritas pelayanan dalam hal

pelayanan kesehatan dasar (basic health care service ) khususnya upaya

promosi dan pencegahan (public health service).

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi

pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke

depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut

ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah

melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang

tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa

mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi

informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif

dan terpadu (Effendi, 2009).


Tujuan pembangunan kesehatan yang oleh puskesmas menurut

Trihono, 2010 adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah

kerja puskemas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu:

a Puskesmas penggerak pembagunan berwawasan kesehatan

yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakan dan

memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor

termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya,

sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan.

b Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan

dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

pembangunan diwilayah kerjanya.

c Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilkukan

puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan.


C. Konsep Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah “Berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan”

(PERMENKES RI no 269/MENKES/PER/III/2008).

Gemala Hatta mendefinisikan rekam medis sebagai berikut:

“Kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat


penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat
lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien”.

2. Kegunaan Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:3) kegunaan Rekam Medis dapat

dilihat dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek Administrasi

Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai

administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan

wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para

medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Aspek Medis

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik,

karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar dalam

merencanakan pengobatan yang harus diberikan kepada pasien,

dan dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu


pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen resiko

klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.

c. Aspek Hukum

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum,

karena isi sebuah rekam medis menyangkut masalah adanya

jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka

usaha menegakan hukum serta penyediaan bukan tanda bukti

untuk menegakan keadilan.

d. Aspek Keuangan

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang,

karena isinya mengandung data dan informasi yang dapat

dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya dengan hal

pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan yang telah diterima

oleh pasien selama menjalani perawatan.

e. Aspek Penelitian

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

penelitian, karena isinya menyangkut data informasi yang dapat

dipergunakan sebagai aspek pendukung penelitian dan

pengembangan ilmu dibidang kesehatan.

f. Aspek Pendidikan

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

pendidikan, karena isi sebuah rekam medis mengandung

sebuah informasi tentang perkembangan kronologis dan


kegiatan pelayanan medis yang diterima oleh pasien yang mana

informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran

dibidang profesi kesehatan.

g. Aspek Dokumen

Dalam suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang

harus didokemntasikan untuk kepentingan pelaporan serta

sebagai bahan pertanggung jawaban rumah sakit.

3. Tujuan Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:13), Tujuan Rekam Medis adalah

menuunjang tercapainya tertib admintrasi dalam rangka upaya

peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suati

sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan

tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan.

Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang

menentukan didalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

4. Isi Rekam Medis

Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

Rekam Medis pada bab 2 pasal 2 ayat satu (1) mengenai jenis dan isi

rekam medis. “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan

jelas atau secara elektronik”.

Adapun isi rekam medis pada pelayanan rawat inap menurut

Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 3 ayat 2


menyebutkan bahwa isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan

peawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat:

a. Identitas pasien;

b. Tanggal dan waktu;

c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

riwayat penyakit;

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

e. Diagnosis;

f. Rencana penatalaksanaan;

g. Pengobatan dan/atau tindakan;

h. Persetujuan tindakan bila diperlukan;

i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;

j. Ringkasan pulang (discharge summary);

k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;

l. Palyanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu;

dan

m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

5. Kegiatan dalam Rekam Medis

a. Penerimaan pasien rawat jalan

Menurut Dirjen Yanmed (2006:34), Penerimaan pasien

rawat jalan dinamakan TPPRJ (tempat penerimaan pasien rawat

jalan). Fungsi utamanya adalah menerima pasien tersebut berobat


ke poliklinik yang dituju masing-masing pasien tersebut, prosedur

penerimaan pasien dapat disesuaikan dengan sistem yang dianut

oleh masing-masing rumah sakit. Dilihat dari jenis kedatangannya,

pasien dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Pasien Baru

Menurut Dirjen Yanmed (2006:34). Pasien baru adalah

pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk

keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap pasien

baru diterima ditempat penerimaan pasien (TPPP) dan akan

diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan informasi

mengenai data identitas sosial pasien yang harus diisikan

formulir ringkasan riwayat klinik.

2) Pasien Lama

Menurut Dirjen Yanmed (2006:35). Pasien lama adalah

pasien yang pernah berobat/datang sebelumnya ke rumah sakit,

maka pasien mendatangi tempat pendaftaran pasien lama atau

ke temapt penerimaan pasien yang telah ditentukan.

b. Penerimaan Pasien Rawat Inap

Menurut Dirjen Yanmed (2006:41), Penerimaan pasien

rawat inap dinamakan TPPRI (Admiting Office), Fungsi utamanya

adalah menerima pasien untuk dirawat di rumah sakit. Tata cara

penerimaan pasien untuk dirawat di rumah sakit. Tata cara

penerimaan pasien harus wajar sesuai dengan keperluannya. Pasien


yang memerlukan perawatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok,

yaitu:

1) Pasien yang tidak urgent, penundaan perawatan pasien tersebut

tidak akan menambah penyakitnya.

2) Pasien yang urgent tetapi tidak gawat darurat, dapat dimasukan

kedalam daftar menunggu.

3) Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.

c. Penatalaksanaan Berkas Rekam Medis (Assembling)

Menurut Dirjen Yanmed (2006:57), penataan berkas rekam

medis (Assembling) meliputi:

1) Penataan berkas rekam medis pasien rawat jalan

Pentaan berkas rekam medis meliputi:

a) Pembatas poliklinik

b) Lembar dokumen pengantar

c) Lembar poliklinik

d) Hasil pemeriksaan penunjang

e) Salinan resep

2) Penataan Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap meliputi:

a) Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk

kasus anak

b) Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk

kasus bedah
c) Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk

kasus kebidanan

d) Penataan berkas rekam medis pasien rawat inap untuk

kasus bayi lahir.

d. Pemberian Kode (Coding)

Menurut Dirjen Yanmed (2006:59), Pemberian kode adalah

pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka

atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.

e. Tabulasi (Indexing)

Menurut Dirjen Yanmed (2006:61), Indexing adalah

membuat tugas tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat

kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau

komputerisasi)

f. Statistik Pelaporan Rumah Sakit

Menurut Dirjen Yanmed (2006:65), Pelaporan rumah sakit

merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat

menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat.

g. Korespondensi Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:71), Korespondensi rekam

medis adalah surat menyurat yang berhubungan dengan rekam

medis.
h. Analisis Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:73), Analisis rekam medis

meliputi:

1) Analisis mutu rekam medis

2) Analisis mortalitas dan operasi

3) Analisa morbiditas

4) Analisa kualitatif dan kuantitatif.

i. Sistem Penyimpanan Rekam Medis (Filling system)

Penyimpanan berkas rekam medis bertujuan:

1) Mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali

berkas rekam medis yang disimpan dalam rak filling

2) Mudah mengambil dari tempat penyimpanan

3) Mudah pengembaliaanya

4) Melindungi beras rekam medis dari bahaya pencurian,

bahay kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.

j. Sistem Pengambilan Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:91), Permintaan-permintaan

rutin terhadap rekam medis yang atang dari poliklinik darri dokter

yang melakukan riset, harus ditunjukan ke bagian rekam medis

setiap hari pada jam yang telah ditentukan.

k. Penyusutan (Retensi) dan Pemusnahan Rekam Medis

1) Menurut Dirjen Yanmed (2006:98), Penyusutan rekam medis


adalah suatu kegiatan pengurangan berkas rekam medis dari

rak penyimpanan dengan cara:

a) Memindahkan berkas rekam medis in aktif dari rak file

aktof ke rak file in aktif dengan cara memilah pada rak

file penyimpanan sesuai dengan tahun kunjungan.

b) Memikrofilmisasi berkas rekam medis in aktof sesuai

dengan ketentuan yang berlaku

c) Memusnahkan berkas rekam medis yang telah di

mikrofilmisasi dengan cara tertentu sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

d) Memusnahkan berkas rekam medis yang telah di

mikrofilmisasi dengan cara tertentu sesuai ketentuan

yang berlaku.

e) Dengan melakukan scanner pada berkas rekam medis.

2) Menurut Dirjen Yanmed (2006:100), Pemusnahan adalah suatu

proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis

yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran

harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis,

memecah atau daur ulang, sehingga tidak dapat dikenali lagi isi

maupun bentuknya, sebagai media penyimpanan dapat

menggunakan scanner dan mikrofilm sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.


6. Falsafah Rekam Medis

Menurut Dirjen Yanmed (2006:10) Falsafah rekam medis

mengandung nilai-nilai ALFRED AIR, antara lain:

a. Administration: Menyangkut tindakan wewenang dan tanggung

jawab dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Legal: Menyangkut jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan.

c. Financial: Berisi informasi yang dipergunakan sebagai aspek

keuangan.

d. Riset: Dijadikan sebagai bahan penelitian dan pengembangan iptek

bidang kesehatan.

e. Education: Bahan pendidikan untuk bidang kesehatan.

f. Documentation: Sebuah dokumentasi yang tercatat terperinci.

g. Acurate: Informasi yang terkandung didalamnya dapat dipercaya

serta jelas.

h. Informatif : Pusat informasi seorang pasien

i. Responsibiliti : Dapat dipertanggung jawabkan.


7. Nilai Guna Rekam Medis

a. Bagian Pasien

1) Menyediakan bukti asuhan keperawatan/tindakan medis

yang diterima oleh pasien.

2) Menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk

kedua kali dan seterusnya.

3) Menyediakan data yang dapat melindungi kepentingan

hukum pasien dalam kasus-kasus kompensasi pekerja

kecelakaan pribadi atau mal praktek.

b. Bagi Fasilitas Layanan Kesehatan

1) Memliki data yang diapakai untuk pekerja profesional

kesehatan.

2) Sebagai bukti atas biaya pembayaran pelayanan medis

pasien.

3) Mengevaluasi penggunaan sumber daya.

c. Bagi Pemberi Pelayanan

1) Menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga

profesional dalam merawat pasien.

2) Membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang

bersifat berkesinambungan pada berbagai tingkat pelayanan

kesehatan.

3) Menyediakan data-data untuk penelitian dan pendidikan.

8. Aspek hukum dan landasan hukum penyelenggaraan rekam medis


Aspek hukum dan landasan hukum penyelenggaraan rekam medis

di Indonesia secara hierarki bersumberkepada UU dasar 1945. UU non

kesehatan maupun UU kesehatan, peraturan pemerintah, peraturan

presiden, peraturan menteri, keputusan menteri non kesehatan ataupun

keputusan dari menteri kesehatan dan peraturan lain yang ada

dibawahnya sesuai dengan kebijakan daerah setempat. Berikut yang

menjadi landasan hukumatas penyelenggaraan rekam medis,

diantaranya:

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran.

b. Undang-undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang

kesehatan.

c. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 Rumah

Sakit.

d. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan.

e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 36 tahun 2012 tentang

Rahasia Kesehatan.

f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/per/III/2008

tentang Rekam Medis..

g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 tahun 1966

tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.


h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 55 tahun

2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis.

D. Konsep Sumber Daya Manusia Kesehatan

1. Pengertian Perencanaan SDMK

Dalam suatu organisasi perencanaan memiliki posisi penting dari

langkah-langkah berikutnya. Kematangan dan kesalahan dalam

perencanaan mampu memberi pengaruh positif dan negatif pada masa

yang akan datang, sehingga suatu perencanaan yang dibuat adalah

selalu memikirkan dampak jangka panjang yang mungkin akan

dialami. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang

sangat penting. Sumber daya manusia merupakan pilar utama

sekaligus penggerak roda organisasi dalam upaya mewujudkan visi

dan misinya.

MENKES no 33 tahun 2015 SDMK yaitu

“Seseorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan


serta memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan”

MENKES no 33 tahun 2015 Perencanaan kebutuhan

SDMK adalah

“Proses sistematis dalam upaya menetapkan jumlah, jenis,


dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
suatu wilayah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
kesehatan”.
Perencanaan kebutuhan SDMK ditingkat institusi adalah

“Perencanaan kebutuhan SDMK yang dilakukan dalam lingkup suatu

institusi kesehatan”. (MENKES no 33 tahun 2015)

Seperti konsep perencanaan pada umumnya, perencanaan

kebutuhan SDMK merupakan penetapan langkah-langkah sebagai

jawaban atas 6 ( enam ) buah pertanyaan yang lazim dikenal sebagai

5W + 1H, yaitu :

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan ( WHAT )

b. Apakah sebabnya tindakan itu dikerjakan (WHY)

c. Dimanakah tindakan itu akan dilakukan ( WHERE )

d. Bilamana tindakan itu dikerjakan ( WHEN )

e. Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu ( WHO )

f. Bagaimana pelaksanaanya ( HOW )

2. Tujuan dan Manfaat Perencanaan Kebutuhan SDMK

Perencanaan kebutuhan SDMK bertujuan untuk menghasilkan

rencana kebutuhan SDMK yang tepat meliputi jenis, jumlah, dan

kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi berdasarkan metode

perencanaan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

kesehatan.

Perencanaan SDMK dapat memberikan beberapa manfaat baik

bagi unit organisasi maupun bagi pegawai. Manfaat-manfaat tersebut

antara lain:
a. Bahan penataan atau penyempurnaan sturuktur organisasi

b. Bahan penilaian pretasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit

c. Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja

d. Bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan

e. Bahan penyusunan standar bahan kerja, jabatan atau

kelembagaan

f. Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai

dengan beban kerja organisasi

g. Bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang

berlebihan ke unit yang kekurangan

h. Bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan

pendayagunaan sumber daya manusia.

3. Periodesasi Perencanaan Kebutuhan SDMK

Perencanaan kebutuhan SDMK disusun secara periodik dengan

jangka waktu 1 (satu) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka

pendek (tahunan) dan jangka waktu 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun

untuk perencanaan kebutuhan jangka menengah.

4. Metode Perencanaan Kebutuhan SDMK

Metode perencanaan SDMK dikelompokan berdasarkan institusi

sebagai berikut :

a. Analisis beban kerja kesehatan (ABK Kes)

b. Standar ketenagaan minimal.


Tabel 2.1 Metode Dasar Perencanaan Kebutuhan SDMK
Lingkup Data minimal yang
Metode Tujuan
penggunaan diperlukan
a. ABK Merencanakan Tingkat institusi, - SOTK
Kes kebutuhan SDMK dan dapat - Institusi
( analisi baik ditingkat dilakukan atau
beban manajerial maupun rekapitulasi fasilitas
kerja tingkat pelayanan, ditingkat jenjang pelayan
kesehata sesuai dengan beban administrasi kesehatan
n) kerja sehingga pemerintahan - Jenis tugas
diperoleh informasi selanjutnya. dan uraian
kebutuhan jumlah Metode ini juga pekerjaan
pegawai dapat digunakan perjabatan
oleh fasilitas hasil
pelayanan analisis
kesehatan swasta jabatan
- Hasil kerja
atau
cakupan
perjabatan
- Norma
waktu
- Jam kerja
efektif
- Waktu
kerja
tersedia
- Jumlah
SDMK
perjabatan
b. Standar Merencanakan Tingkat institusi, - Jenis dan
ketenaga kebutuhan SDMK dan dapat jumlah
an untuk faslitas dilakukan SDMK
minimal pelayanan kesehatan rekapitulasi yang
( Rs dan ditingkat jenjang tersedia di
puskesmas ) yang administrasi fasilitas
akan atau baru pemerintahan pelayanan
berdiri atau yang selanjutnya kesehatan
berada di daerah yang akan
terpencil, sangat dihitung
terpencil, kebutuhan
perbatasan, SDMK nya
tertinggal dan tidak
diminati
Sumber PERMENKES RI no 33 tahun 2015

E. Konsep Perekam Medis

1. Pengertian Perekam Medis

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi no 30 tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional

Perekam Medis dan Angka Kreditnya bahwa:

“Perekam Medis adalah Pegawai negeri siipil yang diberi tugas,


tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenanguntuk melakukan kegiatan pelayanan rekam medis
informasi kesehatan pada sarana kesehatan”.

Perekam Medis termasuk dalam kelompok keteknisian medis,

sebagaimana disebutkan pada Pasal 11 UU no 36 tahun 2014 yang

menyakatakan bahwa Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam

kelompok tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksudkan pada

ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehata,

teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

optisen/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut,

dan audiologis.

Tugas pokok Perekam Medis adalah melakukan kegiatan

pelayanan reka medis dan informasi kesehatan yang meliputi

persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi.

Adapun kualifikasi perekam medis pada pasal 3 PERMENKES RI

no 55 tahun 2013 ditetapkan bahwa:


a. Standar kelulusan Diploma Tiga sebagai Ahli Madaya Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan.

b. Standar kelulusan Diploma Empat sebagai Sarjana Terapan Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan.

c. Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan.

d. Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan.

Jenjang jabatan Perekam Medis sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI no 30

tahun 2013, jabatan fungsional Perekam Medis dari:

a Perekam Medis Terampil

1) Perekam Medis Pelaksana

2) Perekam Medis Pelaksana Lanjutan

3) Perekam Medis Penyelia

b Perekam Medis Ahli

1) Perekam Medis Pertama

2) Perekam Medis Muda

3) Perekam Medis Madya

2. Surat Tanda Kerja (STR) Perekam Medis

Tenaga perekam medis dan informasi kesehatan yang memiliki

kompetensi, dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi yang masih


berlaku dan Surat Ijin Kerja (SIK) perekam medis dan informasi

kesehatan.

a. Perekam medis untuk dapat melakukan pekerjaanya haru

memiliki STR perekam medis

b. Untuk dapat memperoleh STR perekam medis harus memilki

sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. STR perekam medis dikeluarkan oleh MTKI dengan masa

berlaku 5 (lima) tahun.

d. STR perekam medis dapat diperolwh sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

e. Contoh STR perekam medis merupakan bagain yang tidak

terpisahkan dari peraturan menteri

3. Surat Izin Kerja (SIK) Perekam Medis

Setiap Perekam Medis wajib memiliki SIK , SIK diberikan kepada

Perekam Medis yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). SIK

Perekam Medis dikelurkan oleh Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota. SIK Perekam Medis berlaku utuk 1 tahun.

Untuk memperoleh SIK Perekam Medis harus mengajukan

permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan

melampirkan: fotokopi ijazah yang dilegalisir, fotokopi STR PMIK,

surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Prakti,

surat pernyataan mempunyai tempat kerja di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan, pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm berlatar merah

sebanyak 3 (tiga) lembar, rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Perekam Medis hanya dapat melakukann pekerjaan paling banyak

di 2 (dua) Fasilitas Pelayanan Kesehatan. PMIK harus membuat SIK

dimasing-masing Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

SIK Perekam Medis berlaku sesuai dengan masa berlaku STR.

Masa berlaku STR 5 tahun dan dapat diperpanjang (re-registrasi)

setelah memenuhi kecukupan 25 SKP (Satuan Kredit Profesi) kegiatan

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, meliputi: pelatihan,

workshop, seminar, bakti sosial, penelitian/ karya tulis ilmiah.

4. Tempat Kerja Perekam Medis

Perekam Medis yang memiliki SIK dapat melakukan pekerjaannya

pada Fasilitas Kesehatan berupa:

a Puskesmas;

b Klinik;

c Rumah Sakit;

d Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.


5. Wewenang Perekam Medis

a. Ahli Madya Perekam Medis

Dalam melaksanakan rekam medis di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan mempunyai kewenangan sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan pelayanan pasien dalam manajemen

dasar rekam medis dan informasi kesehatan;

2) Melaksanakan evaluasi isi rekam medis;

3) Melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi

penyakit yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis

sesuai terminologi medis yang benar;

4) Melaksanakan indeks dengan cara mengumpulkan data

penyakit, kematian, tindakan dan dokter yang dikelompokkan

pada indeks;

5) Melaksanakan sistem pelaporan dalam bentuk informasi

kegiatan pelayanan kesehatan;

6) Merancang struktur isi dan standar data kesehatan, untuk

pengelolaan informasi kesehatan.

b. Sarjana Terapan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan informasi

kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, mempunyai

kewenangan sebagai berikut:


1) Mengidentifikasi masalah-masalah teknologi informasi

yang berkaitan dengan pelayanan manajemen rekam

medis dan informasi kesehatan;

2) Merancang sistem evaluasi isi rekam medis manual dan

elektronik;

Merancang struktur isi dan standar data kesehatan, untuk

pengembangan informasi kesehatan;

3) Memvalidasi kelengkapan diagnosis dan tindakan medis

sebagai ketepatan pengkodean;

4) Memvalidasi indeks dengan cara menilai kumpulan data

penyakit, kematian, tindakan dan dokter yang

dikelompokkan pada indeks;

5) Memvalidasi kumpulan dan verifikasi data sesuai dengan

jenis formulir survei.

c. Sarjana Rekam Medis dan informasi Kesehatan

Dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan informasi

kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, mempunyai

kewenangan sebagai berikut:

1) Membuat identifikasi permasalahan ilmu pengetahuan

dan teknologi;

2) Merancang dan mengembangkan sistem jaringan rekam

medis manual dan elektronik;


3) Menganalisa kegiatan manajemen rekam medis dan

informasi kesehatan;

4) Membuat rancangan alternatif solusi pengelolaan

informasi kesehatan dengan menggunakan prinsip-

prinsip sistem rekam medis dan informasi

kesehatan/Manajemen Informasi Kesehatan;

5) Menciptakan rancangan baru (inovasi) alternatif solusi

pengelolaan informasi kesehatan dengan menggunakan

prinsip-prinsip sistem rekam medis dan informasi

kesehatan/Manajemen Informasi Kesehatan;

6) Melakukan pengawasan pengelolaan informasi kesehatan

dengan menggunakan prinsip-prinsip sistem rekam

medis dan informasi kesehatan/Manajemen Informasi

Kesehatan;

7) Merancang dan mengembangkan struktur isi dan standar

data kesehatan, untuk pengembangan informasi

kesehatan.

d. Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan informasi

kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, mempunyai

kewenangan sebagai berikut:


1) Mengembangkan desain rekam medis elektronik sesuai

kebutuhan sistem pelayanan dan pelaporan dengan

menggunakan biostatistik;

2) Mengembangkan desain yang spesifik sesuai kebutuhan

pengembangan modul penelitian bersama dengan kelompok

profesi lain;

3) Mengembangkan kemampuan analisa trend penyakit dan

mendistribusikan sesuai dengan otorisasi akses dan

keamanan data;

4) Mengembangkan kerja sama dengan tim epidemiologi

dalam mendesain rancangan survei penyakit serta dalam

demografi kependudukan.

6. Standar Kompetensi Perekam Medis Dan Informasi

Kesehatan

Standar kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

disusun sebagai acuan bagi profesi Perekam Medis dan Informasi

Kesehatan yang melaksanakan kegiatan keprofesiannya di Indonesia.

Sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan data rekam medis dan informasi kesehatan, Perekam

Medis dan Informasi Kesehatan wajib mengikuti acuan yang

dituangkan dalam standar kompetensi ini. Standar kompetensi

Perekam Medis dan Informasi Kesehatan menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 terdiri atas:


a. Klasifikasi dan kodefikasi Penyakit, Masalah-Masalah Yang

Berkaitan Dengan Kesehatan dan Tindakan Medis

Deskripsi Kompetensi: Perekam Medis mampu menetapkan

kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang

diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan

medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.

b. Aspek Hukum dan Etika Profesi

Deskripsi Kompetensi : Perekam Medis mampu melakukan

tugas dalam memberikan pelayanan rekam medis dan informasi

kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan

perundangan dan etika profesi yang berlaku.

c. Manajemen Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan

Deskripsi Kompetensi : Perekam Medis mampu mengelola

rekam medis dan informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan medis, administrasi dan kebutuhan informasi kesehatan

sebagai bahan pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

d. Menjaga mutu rekam medis

Deskripsi kompetensi : Perekam Medis mampu merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan menilai mutu rekam medis.

e. Statistik Kesehatan

Deskripsi Kompetensi: Perekam Medis mampu menggunakan

statistik kesehatan untuk menghasilkan informasi dan perkiraan


(forcasting) yang bermutu sebagai dasar perencanaan

dan pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.

f. Manajemen Unit Kerja Manajemen Informasi

Kesehatan/RekamMedis

Deskripsi Kompetensi : Perekam Medis mampu mengolah unit

kerja yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian,

penataan dan pengontrolan unit kerja manajemen informasi

kesehatan (MIK) / rekam medis (RM) di instalasi pelayanan

kesehatan.

g. KemitraanProfesi

Deskripsi Kompetensi: Perekam Medis mampu berkolaborasi

inter dan intra profesi yang terkait dalam pelayanan kesehatan.

7. Hak Dan Kewajiban Perekam Medis

Dalam mengerjakan pekerjaanya perekam medis mempunyai hak

sebagi berikut:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

pekerjaan rekam medis dan informasi kesehatan sesuai standar

profesi Perekam Medis;

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien

dan/atau keluarganya;

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi;

d. Menerima imbalan jasa profesi; dan


e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang

berkaitan dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Perekam Medis dan Informasi

Kesehatan mempunyai kewajiban:

a. Menghormati hak pasien/klien

b. Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang undangan

c. Memberikan data dan informasi kesehatan berdasarkan

kebutuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

d. Membantu program pemerintah dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat; dan

e. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar

prosedur operasional.

8. Formasi Jabatan Fungsional Perekam Medis

Menurut Permen PAN No. 30 Tahun 2013 tentang Jabatan

Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya pada bab 6 pasal 32,

formasi jabatan fungsional Perekam Medis di lingkungan Rumah Sakit

Umum, meliputi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A:

1) Terampil 70 (tujuh puluh) orang; dan

2) Ahli 20 (dua puluh) orang.

b. Rumah Umum Sakit Kelas B:

1) Terampil 45 (empat puluh lima) orang; dan

2) Ahli 10 (sepuluh) orang

c. Rumah Sakit Umum C:

1) Terampil 30 (tiga puluh) orang; dan

2) Ahli 6 (enam) orang.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D:

1) Terampil 15 (lima belas) oramg; dan

2) Ahli 4 (empat) orang

F. Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes)

Menurut Buku Manual 1 Perencenaan Kebutuhan SDM Kesehatan

Berdasakan metode ABK Kes yaitu

“Suatu metode perhitungan kebutuhan SDMK berdasarkan pada


beban kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMK pada tiap fasilitas
pelayanan-pelayanan kesehatan (Fasyankes) sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya. Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan semua
jenis SDMK”.

Langkah-langkah metode ABK Kes:

a. Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK

Tabel 2.2 Penetapan Fasyabkes dan Jenis SDMK


No Faskes Unit/ Instalasi Jenis SDMK
1 Rumah Sakit Unit Rekam Medis Perekam Medis
Sumber: Buku Manual I Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan
Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (2016)
Data dan informasi Fasyankes, Unit/ Instalasi, dan jenis SDMK

dapat diperoleh dari:

1) Sturktur organisasi dan tata kerja (SOTK) institusi

2) UU no. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

3) Permenkes no 73 tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional

4) Umum di Lingkungan Kementrian Kesehatan RI

5) Permen PAN-RB tentang Jabatan Fungsional Tertentu (28

Jenis Jabatan Fungsional Tertentu).

Selain jenis SDMK bersumber dari kebijakan tersebut diatas, juga

dapat digunakan dari sumber-sumber sebagai berikut:

1) Peraturan daerah Provinsi Tingkat Provinsi tentang

Organisasi dan Tata Kerja SKPD (satuan kerja peragkat

daerah)

2) Data hasil Analisis Jabatan (Peta Jabatan dan Informasi

Jabatan) dari SKPD masing-masing

3) Pedoman teknis SPO (Standar Prosedur Oparasional) setiap

Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan.

b. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Adalah waktu yang dipergunakan oleh SDMK untuk

melaksanakan tugas dan kegitannya dalam kurun waktu 1 (satu)

tahun.
Dalam Keputusan Presiden no 68 tahun 1995 telah ditentukan

jam kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik

untuk yang 5 (lima) hari kerja ataupun 6 (enam) hari kerja sesuai

dengan yang ditetapkan Kepala Daerah masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor

19 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan

Pegawai Negara Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1250 jam

per tahun. Demikian juga menurut Permen PA-RB no.26 tahun

2011, Jam Kerja Efektif (JKE) antara 1192-1237 jam per tahun

yang dibulatkan menjadi 1200 jam per tahun atau 72000 menit

per tahun baik yang bekerja 5 hari kerja maupun 6 hari per

minggu.
Tabel 2.3 Menetapkan Kerja Waktu Tersedia (WKT) dalam 1 tahun
Kompon
Kode Keterangan Rumus Jumlah Satuan
en
A B C D E F
1 5 hr kerja/mg 52 (mg) 260 h/th
Hari
A
kerja 6 hrkerja/mg 52 (mg) 312 h/th
2
Cuti Peraturan
3 B 12 h/th
peagawai kepegawaian
Libu Dalam 1 th
4 C 19 h/th
nasional (kalender)
Mengiku
Rata-2 dalam 1
5 D ti 5 h/th
th
pelatihan
Absen
Rata-2 dalam 1
6 E (sakit,dll 12 h/th
th
)
Waktu
Kerja Kepres no.
7 F 37.5 Jam/mg
(dalam 1 68/1995
minggu)
Jam
Kerja Permen PAN-
8 G 75%x37.5 jam 28.125 Jam/mg
Efektif RB 26/2011
(WKE)
9 Waktu 5 hr kerja/mg E8/5 5.625 Jam/mg
Kerja
WK
10 (dalam 1 6 hr kerja/mg E8/6 4.688 Jam/mg
hari)
E1-
11 Waktu 5 hr kerja/mg (E3+E4+E5+E 212 Hari/th
Kerja 6)
Tersedia E2-
12 (hari) 6 hr kerja/mg (E3+E4+E5+E 264 Hari/th
6)
WKT
E1-
13 Waktu 5 hr kerja/mg (E3+E4+E5+E 1192 Jam/th
Kerja 6)xE9
Tersedia E2-
14 (jam) 6 hr kerja/mg (E3+E4+E5+E 1237 Jam/th
6)Xe10
Waktu kerja tersedia (WKT)... dibulatkan (dalam jam) 1200 Jam/th
Waktu kerja tersedia (WKT)... dibulatkan (dalam menit) 72000 Mnt/th
Sumber Buku Manual I Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Berdasarkan
ABK Kes
Informasi untuk menetapkan Waktu Kerja Tersedia bersumber dari:
1) Perka BKN no 19 tahun 2011

2) Permenkes no 52 tahun 2013

c. Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas

Penunjang, Uraian Tugas), dan Norma Waktu

Komponen Beban Kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas

yang secara nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.

Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh

seorang SDMK yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi

untuk melaksanakan suatu kegiatan secara normal sesuai dengan

standar pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.

Kebutuhan Waktu untuk menyelesaikan kegiatan yang

bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional

prosedur (SOP), sarana dan prasana pelayanan yang tersedia serta

kompetensi SDMK itu sendiri.

Rata-Rata Waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan

pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama sesuai

dengan kondisi daerah. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang

cukup akuratdan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap

kegiatan pokok oleh SDMK yang memiliki kompetensi, kegiatan

pelaksanaan standar pelayanan, standar prosedur operasional

(SPO) dan memiliki etos kerja yang baik.


Data dan informasi dapat diperoleh dari:

1) Komponen Beban Kerja dapat diperoleh

a. Daftar nama jabatan fungsional tertentu

b. Daftar nama jabatan fungsional tertentu

2) Norma Waktu atau Rata-Rata Waktu tiap kegiatan pokok

dapat diperoleh dari data Analisis Jabatan (Anjab) tiap

jabatan dan Fasyankes yang bersangkutan.

3) Bilamana Norma Waktu atau Rata-Rata Waktu per kegiatan

tidak ada dalam Anjab institusi dapat diperoleh melalui

pengamatan atau observasi langsung pada SDMK yang

sedang melaksanakantugas dan kegiatan.

d. Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

SBK adalah volume/kuantitas pekerjaan selama 1 tahun

untuk tiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok disusun

berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap

kegiatan (Rata-Rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu Kerja

Tersedia (WKT) yang sudah ditetapkan.

Rumus SBK (sandar beban kerja)

Waktu Kerja Tersedia


Standar Beban Kerja (SBK) =
Norma Waktu Per Kegiatan
Pokok
Tujuannya dihasilkan SBK SDMK untuk setiap kegiatan

pokok. Data dan informasi yang diperoleh dari

1) Data WKT (Waktu Kerja Tersedia) diperoleh dari langkah b

2) Data Norma Waktu atau Rata-Rata Waktu setiap kegiatan

pokok diperoleh dari langkah c

Langkah-langkah perhitungan standar beban kerja (SBK)

sebagai berikut:

1) Pengisian Data Jenis Tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan

Waktu Kerja Tersedia (WKT)

2) Selanjutnya menghitung SBK  SBK = WKT: Norma

Waktu

e. Menghitung Standar Kegiatan Penunjang (STP) dan Faktor Tugas

Penunjang (FTP)

Tugas penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan-

kegiatan baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan

tugas pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh seluruh jenis

SDMK.

Faktor tugas penunjang (FTP) adalah proporsi waktu yang

digunakan untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu

(per hari atau per minggu atau per bulan atau per semester).

Standar tugas penunjang adalah suatu nilai yang merupakan

pengali terhadap kebutuhan SDMK tugas pokok.


Langkah-langkah perhitungan, sebagai berikut:

1) Waktu kegiatan = Rata-rata waktu x 264 hr, bila satuan

waktu per minggu

= Rata-rata waktu x 52 mg, bila satuan waktu per

minggu

= Rata-rata waktu x12 bln, bila satuan waktu per

bulan

= Rata-rata waktu x 2 smt, bila satuan waktu per smt

= (4) x 264, bila satuan waktu per hari

= (4) x 52, bila satuan waktu per minggu

= (4) x 12, bila satuan waktu per bulan

= (4) x 2, bila satuan waktu per semester

2) Faktor Tugas = (Waktu Kegiatan) : (WKT) x100


Penunjang
(FTP)
3) Standar Tugas = (1/(1-FTP/100)), sebagai faktor penggali
Penunjang
(STP)

f. Menghitung Kebutuhan SDMK Per Institusi/Fasyankes.


Data informasi yang dibutuhkan per Fasyankes, sebagai

berikut:

1) Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu:

a) Waktu kerja tersedia (WKT) ... dari langkah (b)

b) Standar beban kerja (SBK) ... langkah (d), dan

c) Standar tugas penunjang (STP) ... langkah (e)

2) Data capaian (cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap

Fasyankes selama kurun waktu satu tahun.

Rumus kebutuhan SDMK sebagai berikut:

Capaian (1 th)
Kebutuhan SDMK = x STP
Standar beban kerja

G. Konsep Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Wibowo kinerja adalah

“Berasal dari kata performance yang berarti hasil pekerjaan atau


prestasi kerja. Namun perlu pula dipahami bahwa kinerja itu bukan
sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi juga mencakup
begaimana proses pekerjaan itu berlangsung”

Kinerja merupakan “Hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan

kuat dengan tujuan stategi organisasi yang dituangkan melalui

perencanaan strategis suatu organisasi”(Amstrong dan Baron).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi

kerja yang merupakan hasil dari implementasi rencana kerja yang

dibuat oleh suatu institusi yang dilaksanakan oleh pimpinan dan


karyawan (SDM) yang bekerja di institusi itu bak pemerintah maupun

perusahaan (bisnis) untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Standar Kinerja

Standar kinerja adalah “Target, sasaran , tujuan upaya kerja

karyawan dalam kurun waktu tertentu” (Wirawan, 2009:67).

Standar kinerja yang baik itu harus realistis, dapat diukur, mudah

dipahami dengan jelas sehingga bermanfaat baik bagi organisasi

mauoun bagi karyawan. Standar kinerja harus ditetapkan lebih dahulu

sebelum memulai pekerjaan. Standar kinerja yang didefisikan dengan

jelas memastikan setiap orang yang terlibat dalam pekerjaan organisasi

mengetahui tingkat percapaian kinerja yang diharapkan.

3. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah “Suatu variabel yang digunakan untuk

mengekspresikan secara kunatitatif efektivitas dan efesiensi proses atau

operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi”

(Lohman, 2003)

Indikator kinerja adalah “Nilai atau karakteristik tertentu yang

digunakan untuk mengukur output atau outcome suatu kegitan”

(Moeheriono,2012).

Dengan demikian indikator kinerja merupakan kriteria yang

digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang

diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

4. Ukuran Indikator Kinerja


Manajemen organisasi harus bisa mendapatkan hasil penilaian

kinerja organisasi secara komprehensif dalam sebuah laporan penilaian

kinerja selama satu periode dan berkesinambungan dari tahun ke tahun.

Memang banyak ukuran yang bisa digunakan. Untuk menjadi pegangan

manajemen dalam menetapkan apa yang menjadi ukuran indikator kinerja

dalam praktek biasanya hanya memuat antara 3 sampai dengan 10

indikator kinerja untuk setiap level atau jenjang organisasi sesuai dengan

kompleksitasnya.

Keenam kategori ukuran kinerja tersebut menurut Moeheriono

adalah

a. Efektif, indikator ini mengukur derajat kesesuaian yang dihasilkan

dalam mencapai suatu yang diinginkan. Indikator efektivitas ini

menjawab pertanyaan mengenai apakah kita melakukan sesuatu

yang sudah benar (are we doing the right)

b. Efesien, indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses

menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah

mungkin. Indikator efektivitas ini menjawab pertanyaan mengenai

apakah kita melakukan sesuatu dengan benar (are we doing things

right?)

c. Kualiatas, indikator ini mengukur derajat kesesuaian anatara

kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan

harapan konsumen.
d. Ketepatan waktu, indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah

diselesaikan secara benar dan tepat waktu.

e. Produktivitas, indikator ini mengukur tingkat efektivitas suatu

organisasi.

f. Keselamatan, indikator ini mengukur kesehatan organisasi secara

keseluruhan serta lingkungan kerja para karyawan ditinjau dari

aspek kesehatan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya

manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja, banyak

sekali yang mempengaruhi sumber daya manusia dalam menjalankan

kinerjanya. Terdapat faktor yang berasal dari dalam dir sumber daya

manusia sendoro maupun dari luar dirinya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi menurut Prawirosenton

(2010:125) adalah sebagai berikut:

a. Efektivitas dan efesiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik

buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efesiensi. Masalahnya

adalah bagaimana proses terjadinya efesiensi dan efektivitas

organisasi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisien

bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas

apakah efektif atau tidak.


b. Otoritas dan Tanggung Jawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah

didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas.

kejelasan wewenang dann tanggung jawab setiap orang dalam suatu

organisasi akan mendukung kinerja karyawan tersebut. Kinerja

karyawan akan dapat terwujud bila karyawan mempunyai komitmen

dengan organisasinya dan ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi.

c. Disiplin

Secara umum disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat

yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan

perusahaan. Displin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian

yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Dengan demikian bila

peraturan dan ketetapan yang ada dalam perusahaan diabaikan atau

sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin yang buruk.

Sebaiknya apabila karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan,

menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam

bentuk ide untuk merencanakan suatu yang berkaitan dengan tujuan

organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau

tanggapan positif dari atasan, kalau memang dia atasan yang baik.

Atasan yang buruk akan selalu mencegah inisiatif bawahannya, lebih-

lebih bawahan yang kurang disegani. Dengan perkataan lain, inisiatif


karyawan yang ada didalam organisasi merupakan daya dorong

kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja.

H. Konsep Unit Rekam Medis

Unit rekam medis dan informasi kesehatan adalah ruang kerja atau

perkantoran yang menyelenggarakan pekerjaan dan pelayanan rekam

medis dan informasi kesehatan.

Tugas dan fungsi unit rekam medis dikelompokan menjadi tiga

pekerjaan yaitu:

a. Pekerjaan dasar meliputi sistem-sistem rekam medis dan informasi

kesehatan. Sistem dimulai dari pendaftaran, pendistribusian, penataan,

analisis, klasifikasi diagnosa dan tindakan, statistik dan pelaporan,

penyimpanan reka medis, pengambilan kembali, penyusutan dan

pemusnahan.

b. Pekerjaan kedua meliputi statistik dan pelaporan diantaranya dari

sensus harian pasien hingga harus menghitung pengisian tempat tidur,

hari rawat, lama perawatan, kematiandan kelahiran yang harus

disajikan dalam bentuk laporan indikator rumah sakit.

c. Pekerjaan tingkat ketiga meliputi pekerjaan yang lebih profesinal

diantaranya leih ke arah manajemen informasi kesehatan secara

profesional.

Unit rekam medis dan informasi kesehatan merupakan sebuah

organisasi difasilitas pelayanan kesehatan. Organisasi adalah

berkumpulnya dua orang atau lebih yang satu sama lain saling
berhubungan, bekerjasama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah disepakati oleh pimpinan. Sebagai organisasi unit

rekam medis dan informasi kesehatan menerapkan fungsi

pengorganisasian dengan langkah-langkah yang terdiri dari:

a. Tujuan dipahami oleh staf

b. Membagi habis pekerjaan

c. Menggolongkan kegiatan pokok (apa yang harus dikerjakan)

d. Menetapkan berbagai kewajiban staf dan menyediakan fasilitas

yang diperlukan

e. Penugasan personil yang cakap

f. Mendelegasikan wewenang.

Organisasi unit reka medis dan informasi kesehatan perlu didukukng

dengan sumber daya yang terdiri dari man, money, material, method,

machine yang perlu dikelola untuk mencapai tujuan. Dari sumber daya

tersebut, yang paling rumit pengaturannya adalah sumber daya manusia,

karena manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda.

I. Konsep Analisis

Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah

“Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab,

duduk perkaranya, dan sebagainya”.


2.2. Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

A. Pengertian Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian atau metode ilmiah adalah “Prosedur atau

langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu”.

(Suryana, 2010)

“Metodelogi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono,

2017:2). Metode yang dugunakan oleh penulis untuk meneliti adalah

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Slank (2002) Penelitian Kualitatif adalah

“Suatu bentuk analisis empiris atau investigasi yang sistematis menjadi


suatu makna tertentu. Makna sistematis disini adalah melalui proses yang
direncanakan, mengikuti aturan yang berlaku dalm prinsip penelitian
kualitatif. Sedangkan kata empiris dalam pengertian tersebut berarti suatu
bentuk analisis atau investigasi yang bersifat langsung dari kejadian atau
pengalaman yang sebenarnya.”
Hasil data utama yang diperoleh dalam penelitian kualitatif adalah

kata- kata dan tindakan yang didukung dengan data tambahan berupa data

tertulis, dokumentasi berupa foto dan statistik (Moleong, 2007)

Metode penelitian deskriptif adalah “Suatu penelitian yang dilakukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang terjadi

didalam masyarakat”. (Notoatmodjo, 2012:36)


B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang

diungkapkan dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara

praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek penelitian

yang diteliti.

Dengan demikian, variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini

terdiri dari dua variabel yaitu:

1. Variabel Bebas / Independent (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang

menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat.

Variabel Bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

“Kebutuhan Perekam Medis dengan Metode Analisis Beban Kerja

Kesehatan (ABK Kes)”

2. Variabel Terikat / Dependent (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah

“Kinerja Unit Rekam Medis”.


Tabel 2.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator


Analisis ABK Kes (Analisis 1. Menetapkan Fasyankes
kebutuhan Beban Kerja Kesehatan) dan Jenis SDMK
Perekam adalah suatu metode 2. Menetapkan Waktu
Medis dengan perhitungan kebutuhan Kerja Tersedia (WKT)
Metode SDMK berdasarkan 3. Menetapkan Komponen
Analisis pada beban kerja yang Beban Kerja dan
Beban Kerja dilaksanakan oleh setiap Norma Waktu
Kesehatan jenis SDMK pada tiap 4. Menghitung Standar
(ABK Kes) fasilitas pelayanan Beban Kerja
Variabel (X) kesehatan (Fasyankes) 5. Menghitung Standar
sesuai dengan tugas Kegiatan Penunjang
pokok dan fungsinya 6. Menghitung Kebutuhan
(Permenkes n. 33 tahun SDMK Per Fasyankes
2015)
Kinerja Unit Hasil pekerjaan yang 1. Efektif
Rekam Medis mempunyai hubungan 2. Efesien
Varibel (Y) kuat dengan tujuan 3. Kualitas
strategi yang dituangkan 4. Ketepatan waktu
melalui perencaan 5. Produktifitas
strategis suatu 6. Keselamatan
organisasi (Amstrong (Moeheriono)
dan Baron)
Sumber: Diolah oleh Penulis( 2020)
Tabel 2.5 Kerangka Berfikir

Kebutuhan Perekam Medis dengan


Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan
(ABK Kes)
1. Menetapkan Fasyankes Dan Jenis Kinerja
SDMK 1. Efektif
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia 2. Efesien
(WKT) 3. Kualitas
3. Menetapkan Komponen Beban 4. Ketepatan waktu
Kerja dan Norma Waktu 5. Produktifitas
4. Menghitung Standar Beban Kerja 6. Keselamatan
5. Menghitung Standar Kegiatan (Moeheriono)
Penunjang
6. Menghitung Kebutuhan SDMK
Per Fasyankes
(Permenkes No. 33 tahun 2015)
Sumber:Diolah oleh Penulis (2020)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah “Suatu keseluruhan dari variabel ysng menyangkut

masalah yang diteliti. (Nursalam, 2003)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia dapat ditarik kesimpulannya

(sintesis). Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat

yanh dimiliki oleh subyek atau objek yang diteliti. Yang menjadi

sasaran penelitian merupakan anggota populasi.


2. Sample

Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan.

Penelitian dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan

dibandingkan dengan penelitian menggunakan populasi karena

penelitian dengan menggunakan sampel lebih menghemat biaya, waktu,

dengan tenaga. Dalam langkah menentukan sampel, langkah awal yang

harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau menentukan

populasi target.

Dalam penentuan sampel harus harus mengacu pada teknik

sampling. Teknik sampling adalah “Teknik pengambilan sample”

(Sugiyono, 2001). Teknik sampling digunakan agar sampel yang

diambil dari populasi representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh

informasi jyang cukup untuk mengestimasi populasinya.

Dari uraian diatas, maka penulis mengambil teknik sampling

purposif yaitu penarikan sampel secara purposif merupakan cara

penarikan sampel yang dilakukan dengan meilih subjek berdasarkan

pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai hubungan dengan

karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.


D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumulan dapat diartikan sebagai teknik untuk

mendapatkan data yang kemudia dianalisis dalam suatu penelitian. Tujuan

dari pengumpulan data adalah untuk menemukan data yang dibutuhkan

dalam tahapan penelitian. Data tersebut digunakan sebagai sumber untuk

selanjutnya dianalisis dan disimpulkan menjadi pengetahuan baru. Teknik

pengumpulan data dibedakan berdasarkan pendekatan penelitian yang

digunakan yaitu teknik pengumpilan data pada penelitian kuantitatif dan

teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif.

Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang penulis lakukan

dalam penelitian ini bertujuan untuk menarik kesimpulan dalam penelitian

yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan SDM perekam medis

dengan metode analisis beban kerja (ABK Kes) terhadap kinerja di unit

rekam medis.

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini ialah Studi Pustaka yang dapat dijadikan sebagai teknik

pengumpulan data. Beberapa data didapatkan dalam bentuk kebijakan

foto, dokumen, hasil rapat, jurnal dll. Hal tersebut menjadi dasar untuk

menarik kesimpulan dalam penelitian.


E. Analisis Penelitian

Menurut Bodgan dan Biklen (1982) menyatakan bahwa analisis

data dalam penelitian kualitatif adalah

“Proses mencari dan menyusun secara sistematis seluruh data hasil


wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi lainnya untuk kemudian
mengorganisasikan data ke dalam kategori dan melakukan sintesis untuk
mengetahui pola atau bentuk keteraturan data, memberi makna terhadap
pola yang ditemukan, dan membuat kesimpulan atau konsep baru yang
mudah dipahami oleh diri sendiri dan selanjutnya diinformasikan kepada
orang lain dalam rangka menambah khazanah ilmu”

Teknik analisis penelitian dalam penelitian kualitatif tidak ada

formula yang pasti untuk menganalisi data seperti formula yang digunakan

dalam penelitian kuantitatif (Miles dan Huberman, 1984)

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan pada

pendekatan yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

tehnik analisis studi kasus. Studi kasus merupakan studi eksplorasi secara

intensif, mendalam dan terperici terhadap suatu individu, lembaga, gejala

atau penomena tertentu dengan lingkup, daerah atau subjek yang sempit

guna memperoleh deksripsi yang utuh mendalam. Bahan studi kasus dapat

diperoleh dari laporan observasi, catatan pribadi, biografi, keterangan dari

pihak lain yang mengetahui banyak tentang individu atau fenomena yang

diteliti (Nasution, 2007).

Langkah analisis data pada studi kasus adalah sebagai berikut:

a. Mengorganisir data

b. Membaca keseluruhan dara dan memberi kode


c. Membuat suatu uraian terperinci menganai kasus dan

konteksnya

d. Peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan

generalisasi natural dari kasus, baik untuk peneliti maupun

untuk penerapanya pada kasus yang lain.

e. Menyajikan secara naratif

F. Keabsahan dan Validitas Data

Banyak hasil peneliian kualitatif diragukan kebenarannya karena

beberapa hal, yaitu seubjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan

dalam penelitian kualitatif. Selain itu dalam penelitian kualitatif metode

untuk mengumpulkan data (yang diandalkan adalah wawancara dan

observasi) megandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka,

dan apalagi tanpa kontrol, serta sumber data kualitatif yang kurang

dipercaya. Semua itu akan mempengaruhi akurasi hasil penelitian. Oleh

karena itu, dibutuhkan beberapa cara dalam menentukaan keabsahan data.

Menurut Moleong menentukan keabsahan data sebagai berikut:

a. Kredibilitas

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya?

Beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai diterima dan tidaknya

atau dipercaya dan tidaknya adalah waktu atau lama penelitian,

observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, dan analisis kasus.

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian adalah sebagai

berikut.
1) Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan

derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari

kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, serta

membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti, juga

kepercayaan diri peneliti sendiri.

2) Pengamatan yang terus-menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

3) Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut.

4) Peer debriefing (membicarakannya dengan sejawat), yaitu

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitis dengan rekan-rekan sejawat.

5) Melakukan analisis kasus, yaitu dengan menganalisis kembali dengan

mengembangkan asumsi-asumsi yang berbeda, periksa kembali data

yang ada dan mendiskusikan perbedaan yang muncul ataupun asumsi

yang ada.
b. Transferabilitas

Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan apakah

hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Oleh sebab

itu, laporan penelitian kualitatif harus terperinci, jelas, sistematis, dan

dapat dipercaya.

c. Dependabilitas

Dependabilitas disebut juga dengan reliabilitas dalam penelitian

kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, dependabilitas hasil penelitian

teruji dari kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data,

membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat

interpretasi untuk menarik suatu kesimpulan.

d. Konfirmabilitas

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif disebut juga

objektivitas penelitian. Pengujian konfirmabilitas bertujuan

membuktikan kebenaran hasil penelitian sesuai dengan data yang

dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan.

G. Penyajian Data Penelitian Kualitatif


Dipaparkan proses pelaporan dengan menggambarkan informasi

tentang karakteristik informan juga cara menyajikan data dalam berbagai

bentuk sehingga memudahkan interpretasi.

a. Deskripsi Sampel

Langkah pertama dalam memproses dan melaporkan hasil

penelitian adalah memberikan deskripsi tentang informan.

b. Meringkas data disajikan dalam bentuk matriks, diagram, flow

chart, tabel, naras

Cara lain untuk menyingkat data adalah dengan membuat

matriks, diagram atau chart. Hal tersebut sangat membantu pada

waktu melakukan interpretasi data yang berjumlah banyak

(Kresno, Hadi & Wuryaningsih, 1999)

Dengan demikian penulis dalam menyajikan hasil dari

pengumpulan data kualitatif yang berguna untuk menyimpulkan

hasil penelitian dengan menggunakan

1) Tabel

Kadang-kadang data kualitatif dapat dikategorikan,

dihitung dan disajikan dalam bentuk tabel. Jawaban

terhadap pertanyaan terbuka dalam kuesioner dapat

dikategorikan dan diringkas dengan cara tersebut. Selain

itu, dapat juga dianalisis dengan melihat isi dari jawaban

individu.

2) Teks Narasi
Penyajian data hasil penelitian kualitatif sebagian besar

berbentuk narasi. Narasi dibentuk berdasarkan semua

teknik pengumpulan yang telah dilakukan (observasi,

wawancara, FGD, data sekunder, dan foto-foto) saat

melakukan pengumpulan data. Penyajian dalam bentuk

narasi bisa ditampilkan bersama tabel, flowchart, maupun

diagram.

Anda mungkin juga menyukai