PENDAHULUAN
2
meliputi proses perencanaan, pengadaan, penerimaan dan pendistribusian obat yaitu
berupa pelayanan depo farmasi. Manajemen kefarmasian punya peran yang penting
untuk berjalannya pelayanan kesehatan di rumah sakit, oleh karena itu bila terjadi
kesalahan pada pengelolaan obat, itu akan berdampak juga pada pengelolaan proses
bisnis rumah sakit (tootellian, 2012).
Pelayanan kefarmasian bertanggung jawab kepada pasien dalam sediaan farmasi.
Hal ini bertujuan mencapai hasil yang pasti dalam meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan kefarmasian memiliki pengaruh besar seperti data salah satu rumah
sakit daerah diperoleh 51% dari pendapatan perbekalan farmasi. Peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian menjadi tuntutan masyarakat yang mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) disebut filosofi
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (republik indonesia, 2009; purwanto dan
hidayat, 2015; kemenkes, 2016).
Menurut undang undang nomor 36 tahun 2009[6] ,tentang kesehatan menyebutkan
bahwa praktek kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi,pelayanan obat atas resep dokter,pelayanan informasiobat serta pengembangan
obat,bahan obat atau obat tradisionalharus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog, di bidang
kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan
obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprensif (pharmaceutical care) dalam
pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian lebih luas
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung pengobatan yang benar
dan rasional,monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir,serta
kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan obat.
3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan rumah sakit ini adalah :
A. Tujuan Umum
Memahami dan berperan dalam organisasi rumah sakit dan melakukan untuk
menjamin penggunakam rasional efektif dan aman.
B. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan wawasan serta pemahaman mengenai peran farmasi di RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan.
2. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dirumah sakit dengan teori dan
peraturan yang berlaku.
3. Mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan
pelayanan mutu.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesehatan
Kesehatan berarti lebih dari sekedar tanpa penyakit, sebagaimana dinyatakan dalam
definisi WHO tentang kesehatan: sehat adalah suatu keadaan yang baik dari fisik,
mental dan social, dan tidak hanya sekedar tanpa penyakit atau kecacatan. Kesehatan
dapat terwujud apabila tersedia sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
lingkungan hidup yang bebas polutan, patogen, dan gangguan fisik yang mengancam
kehidupan dan kesehatan, karena kesehatan juga mencakup kesejahteraan dan rasa
aman. (Anggraeni,2019)
Sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dengan berbagai jenis
penyakit atau sering disebut dengan rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus
yang hanya memberikan pelayanan kesehatan khusus masing-masing mempunyai misi
yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Rikomah,2017).
2.2 Rumah Sakit
Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
5
Menurut WHO (word health organization), rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik.
Pmk 72
.
2.2.1 Karakteristik Rumah Sakit
Pasal 18 dan 19 undang-undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan
pasal 19 permenkes 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perijinan rumah sakit,
rumah sakit terbagi berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan
rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. (ganti cara penyusunan kata-
katanya)
Berdasarkan kepemilikan dan pengelolahan, rumah sakit umum dapat dibagi
menjadi rumah sakit public dan rumah sakit privat. Rumah sakit public dikelolah
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit public tidak dapat dialihkan menjadi rumah sakit perivat. Rumah sakit
perivat dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
persorangan terbatas atau persero.(irmawati,2015).TIDAK PERLU DI MASUKIN.
Klasifikasi rumah sakit umum pasal 44 undang-undang no 44 tentang rumah
sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit, dibedakan
menjadi:
a. Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic spesifik luas dan subspesialistik luas.
6
b. Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan
subspesialistik luas.
c. Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic spesialistik dasar.
d. Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medic dasar.
a. Pelayanan
b. Sumber daya manusia
c. Sarana dan prasarana dan
d. Administrasi dan manajemen
Dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, rumah sakit harus memiliki organisasi
yang efektif, efesien dan akuntabel, yang terdiri dari minimal kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang
medis, komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan
keuangan.
7
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan perkembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan non medis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administasi umum dan keuangan
8
2.3 Pelayanan Penunjang medis
Permenkes No. 340 tahun 2010 sudah membuat standar penunjang medis sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit, semakin tinggi kelas rumah sakit maka peralatan penunjang
medis dan SDM di penunjang medis semakin komplet. Kunci keberhasilan pelayanan
penunjang medis terletak pada 2 (dua) hal yaitu:
1. Mampu memuaskan pasien
Pasien yang memeriksa penunjang medis cepat dilayani, hasilnya cepat selesai dan
hal ini menunjukkan kualitas teknis dari peralatan yang baik.
2. Mampu memuaskan dokter yang meminta tindakan
Dokter yang meminta tindakan penunjang medis mengharapkan hasilnya teliti dan
mendukung penegakan diagnosis penyakit pasien.
2.3.1 Kebijakan Penunjang Medis
Kebijakan penunjang medis di rumah sakit adalah penetapan direktur rumah
sakit tentang pelayanan penunjang medis. Kebijakan merupakan acuan untuk
melaksanakan kegiatan. Kebijakan mempunyai sifat:
1. Bersifat strategis atau bersifat garis besar yang mengikat.
Karena bersifat garis besar maka untuk penerapannya perlu disusun
pedoman/panduan dan prosedur untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
2. Kebijakan ditetapkan dengan keputusan direktur/ pimpinan
Kebijakan dituangkan dalam pasal-pasal dan pada lampiran berisi tentang
acuan untuk melaksanakan kegiatan. (Daniel, 2019)
2.3.2 Jenis- Jenis Pelayanan Penunjang Medis
Jenis pelayanan dirumah sakit dikelompokkan atas:
1. Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan, yakni:
a. Pelayanan rawat jalan
b. Pelayanan rawat darurat
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan bedah sentral
e. Pelayanan rawat intensif
9
f. Pelayanan rehabilitas medic
2. Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis pelayanan,
yakni:
a. Pelayanan radiologi dan imajing (apa ini ??)
b. Pelayanan laboratorium
c. Pelayanan farmasi
3. Kelompok penunjang medis non medik, mencakup 6 (enam) jenis
pelayanan, yakni:
a. Pelayanan gizi rumah sakit
b. Pelayanan pemulasaran jenazah
c. Pelayanan binatu (apa ini ??)
d. Pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana
e. Pelayanan pelatihan
f. Pelayanan social (Daniel, 2019)
Salah satu pelayanan penunjang medis yaitu pelayanan farmasi pada unit instalasi
farmasi yang ada di rumah sakit. Pelayanan farmasi merupakan standar pelayanan
kefarmasian dirumah sakit meliputi standar: pengolahan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. (permenkes
No. 72 tahun 2016).
Instalasi farmasi rumah sakit yakni suatu bagian/unit/divisi atau akomodasi dirumah
sakit, kawasan penyelenggaraan tiruana ?? acara pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamatan pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolahan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat dan obat rasional. (siregar dan amalia,
2004).
10
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) dapat didefenisikan sebagai suatu depertemen
atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan berkompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri
atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita
rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian mutu; dan pengendalian
distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan
klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan. (siregar dan amalia,
2004).
11
2004 tentang standar pelayanan kefarmasian dirumah sakit adalah sebagai berikut:
(yg terbaru dong)
a. Pengolahan perbekalan farmasi
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.
12
2. Keanggotaan Organisasi dan Tugas
Susunan kepanitian panitia farmasi dan terapi serta kegiatan yang dilakukan bagi
tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
a. Panitia farmasi dan terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3(tiga)
dokter, apoteker, dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter
bisa lebih dari 3 (tiga) orang yang mewakili semua staf medis fungsional
yang ada.
b. Ketua panitia farmasi dan terapi dipilih dari dokter yang ada didalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi
klinik, maka sebagai ketua adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah
apoteker dari instalasi farmasi atau apoteker yang ditunjuk.
c. Panitia farmasi dan terapi harus mengadakan rapat acara teratur, sedikitinya
2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan
sekali. Rapat panitia farmasi dan terapi dapat mengundang pakar-pakar dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukkan bagi
pengelolah panitia farmasi dan terapi.
d. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT(panitia farmasi dan
terapi) diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dan hasil-hasil rapat.
Membina hubungan kerja dengan panitia didalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat. (depkes RI, 2004)
3. Tugas, Kewenangan dan Ruang Lingkup
a. Mengembangkan formularium dirumah sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga
harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
b. Panitia farmasi dan terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis
13
c. Menetapkan pengelolahan obat yang digunakan dirumah sakit dan yang
termasuk dalam katagori khusus.
d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakkan-kebijakkan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
dirumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara local maupun nasional.
e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat dirumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnose dan terapi.
Tinjauan ini dimaksdukan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional.
f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan
perawat (depkes RI, 2004)
BACA PMK 72
2.6 Formularium
14
Kriteria penghapusan daftar obat dari formularium menurut pendoman penyusunan
formularium rumah sakit kemenkes (2010), yaitu obat tidak beredar lagi dipasarkan,
obat tidak ada yang menggunakan lagi, sudah ada obat baru yang lebih cost effective,
obat yang setelah dievaluasi memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan
manfaatnya. Penambahan obat kedalam formularium dilakukan melalui proses
pengusulan. Pemohonan harus diajukan secara resmi kepada PFT, permohonan yang di
ajukan setidaknya memuat informasi mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang
diajukan, alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik dari pada yang sudah ada
dalam formularium, bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung dalam formularium
(depkes, 2010) BACA PMK
15
Gambar: prosedur penyususn formularium (Noviani,2020)
16
17
Gambar: prosedur penghapusan obat dalam daftar formularium (Noviani,2020)
18
baiknya pelayanan apotek, sedangkan 75% berasal dari obat yang digunakan pada pasien
(hadayani,2009)
Pelayanan kefarmasian dirumah sakit meliputi 2(dua) bagian yaitu: kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolahan perbekalan farmasi (non klinik) dan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan
peralatan. Pengelolahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan. (Permenkes,2016)
19
h. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
b. Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam kegiatan
pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat, meliputi:
a. Pengakajian dan pelayanan resep.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat.
c. Rekonsilasi obat.
d. Pelayanan informasi obat (PIO).
e. Konseling.
f. Visite.
g. Pemantauan terapi obat (PTO).
h. Monitoring efek samping obat (MESO).
i. Dispending sediaan steril (Permenkes No.72 tahun2016).
20
BAB III
PEMBAHASAN
21
September status Rumah Sakit Umum Imelda pekerja Indonesia Medan resmi menjadi
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan Kelas B Non Pendidikan.
Pada tahun 2013 Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan telah
melaksanakan banyak kegiatan untuk menuju akreditasi KARS 2012 seperti pelatihan baik
internal maupun eksternal, mengikuti seminar dan workshop, penambahan dan perbaikan
fasilitas dan lain-lain. Beberapa kali sudah dilakukam survei dari TIM KARS, namun masih
ditemukan kekurangan di sana sini.
22
3.2 Struktur Organisasi
KOMITE TENAGA
KESEHATAN DIREKTUR
KOMITE PPI
KEUANGAN
SUPERVISOR UNIT
UNIT RAWAT JALAN
UNIT RAWAT INAP
UNIT IGD INSTALASI
KA. ICU LABORATORIUM
KA. INTALASI KAMAR INSTALASI FARMASI PKRS PERSO TATA DIKLAT KERUMAH IPRS KESLIN
BEDAH INSTALASI RADIOLOGI NALIA USAHA TANGGAN G
KA. UNIT HEMODIALISA INSTALASI GIZI
KA UNIT LUKA BAKAR INSTALASI CSSD
KA. UNIT PERNATALOGI UNIT BDRS
23
3.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSU Imelda Pekerja Indonesia
BIDANG PELAYANAN MUTU DAN BIDANG PELAYANAN KEFARMASIAN BIDANG PERBEKALAN KEFARMASIAN
KLINIS
APOTEKER
KLINIS GUDANG
FARMASI
24
3.3 Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Rs
Rumah sakit umum imelda pekerja indonesia menjadi rumah sakit rujukan dengan
pelayanan berkualitas sesuai standart nasional.
27
e. Wewenang
1. Memberikan saran professional pada saat peresepan dan setelah
peresepan.
2. Berhak menegur staf yang salah dalam menjalankan tugas sebagai
penanggung jawab obat dan dalam pendokumentasian obat di ruang
rawat.
3. Berhak membimbing kembali staf yang salah dalam hal obat dan
pengobatan pasien.
4. Mengambil keputusan untuk tindak lanjut masalah terkait obat yang
terjadi kepada pasien atas kendala apoteker farmasi klinis di lapangan.
3.4.3 Staf Gudang Farmasi
a. Nama Jabatan
Nama Jabatan : Staf Gudang
b. Persyaratan dan Kualifikasi
1. Pendidikan minimal Diploma Farmasi.
2. Memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK).
3. Pengalaman kerja minimal 1 tahun.
4. Mendapat pelatihan kefarmasian.
c. Tugas Pokok
Melakukan Perencanaan persediaan perbekalan farmasi yang diperlukan
unit-unit/instalasi.
d. Uraian Kerja
1. Membantu Direktur dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Memutasi barang sesuai dengan :
- Jenis perbekalan farmasi yang diminta
- Jumlah perbekalan farmasi yang diminta
- Tanggal kadaluarsa (expired date)
- Kondisi dalam keadaan baik
3. Memvalidasi kesesuaian PO dan faktur.
4. Mendokumentasikan faktur yang diterima dari distributor.
e. Wewenang
28
Mengatur pemutasian perbekalan farmasi dari gudang farmasi ke Instalasi
Farmasi pelayanan dan unit-unit lain:
1. Berhak menegur staf farmasi yang salah dalam menjalankan tugas.
2. Berhak membimbing kembali staf yang salah dalam hal obat dan
pengobatan pasien.
3.4.4 Tenaga Teknis Kefarmasian
a. Nama Jabatan
Nama Jabatan : Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
b. Persyaratan dan Kualifikasi
1. Pendidikan minimal D III Farmasi
2. Pengalaman minimal 1 tahun
3. Memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK)
4. Mendapat pelatihan kefarmasian
c. Tugas Pokok
Bertugas untuk melakukan pekerjaan pelayanan kefarmasian di depo rawat
inap, depo rawat jalan poly spesialis, depo rawat jalan poli umum, depo
IGD dan depo OK
d. Uraian Tugas
1. Memverifikasi penerimaan obat dan alkes dari gudang farmasi agar
sesuai dengan pemesanan yang telah diajukan.
2. Memverifikasi penyiapan obat dan alkes pasien agar pasien memperoleh
obat yang tepat dan sesuai.
3. Melaksanakan prosedur pencatatan dan dokumentasi perencanaan,
pengadaan sediaan farmasi dan alkes ke gudang farmasi.
4. Menata penyimpanan obat dan alkes di farmasi agar sesuai dengan SPO.
5. Melakukan dispensing dan rekonstitusi sediaan steril.
6. Menyiapkan obat dan alkes yang telah diverifikasi sebelumnya termasuk
pelabelan.
7. Melakukan peracikan obat.
8. Menata penyimpanan obat dan alkes di farmasi agar sesuai dengan SPO.
9. Melakukan pemberian informasi mengenai obat pasien rawat jalan.
10. Membuat laporan harian yaitu pemantauan suhu tempat penyimpanan
obat dan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika setiap shift.
29
11. Membuat laporan harian mengenai standart pelayanan minimal yaitu
waktu tunggu obat jadi dan obat racikan.
e. Wewenang
1. Memberikan informasi kepada Apoteker Pelayanan apabila ada obat
yang sudah hampir expired.
2. Memberitahu kepada Apoteker Pelayanan apabila terdapat kendala
dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
30
2. Mengkompilasi notulen hasil rapat TFT.
c. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab dalam penyusunan dan notulen hasil rapat kepada ketua
TFT.
Anggota TFT
a. Uraian Tugas
Mengikuti rapat-rapat TFT sesuai undangan.
b. Wewenang
Memberikan usulan obat-obat yang memiliki fungsi klinis yang tepat.
e Tanggung Jawab
Betanggung jawab dalam pengobatan terapi ke pasien dengan tepat.
3.5 Tata Hubungan Kerja
Keterkaitan Hubungan Kerja Instalasi Farmasi RSU Imelda Pekerja Indonesia
dengan Unit Lain :
1. ICU
ICU memenuhi kebutuhan obat yang dipakai ke pasien berasal dari farmasi.
4. Instalasi Radiologi
Kebutuhan obat dan alat medis di Instalasi Radiologi diperoleh dari Instalasi Farmasi
berdasarkan permintaan yang diminta oleh Dokter.
5. Ruang Operasi
Kebutuhan obat dan alat medis di ruangan operasi diperoleh dari Instalasi Farmasi
berdasarkan permintaan dari depo farmasi ruangan operasi.
Kebutuhan obat dan alat medis di Instalasi Gawat Darurat diperoleh dari Instalasi
Farmasi berdasarkan permintaan dari depo farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
7. Gudang Farmasi
31
Obat yang tidak tersedia dan yang dibutuhkan oleh pihak farmasi dapat diperoleh dari
pihak gudang farmasi sewaktu-waktu berdasarkan jumlah kebutuhan di Instalasi
Farmasi.
8. Kerjasama Eksternal
Kerja sama dengan distributor obat dan perencanaan kerjasama dengan apotek lain
diluar rumah sakit.
9. Instalasi Farmasi dengan Kasir
Segala biaya dari tindakan pelayanan yang rawat jalan maupun rawat inap akan di
bayarkan langsung ke kasir.
10. Instalasi Farmasi dengan Rekam Medis
Status pasien yang berobat rawat jalan maupun rawat inap disimpan di rekam medik.
11. Instalasi Farmasi dengan Logistik
Semua penyediaan barang – barang yang dibutuhkan di farmasi, semuanya disediakan
oleh bagian logistik, sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
12. Instalasi Fisioterapi
Kebutuhan obat dan alat medis di Instalasi Fisioterapi diperoleh dari Instalasi Farmasi
berdasarkan permintaan yang diminta oleh Dokter dari Instalasi Fisioterapi.