PENDAHULUAN
1
Dalam mewujudkan semuanya itu maka diperlukan latihan sebelum
terjun ke dunia kerja. Pembekalan tersebut bisa didapatkan di RS Marzoeki
Mahdi, di mana tempat ini menyediakan sarana bagi para farmasis untuk
melaksanakan praktek kerja dengan tujuan untuk bisa mengimplementasikan
teori tentang pelayanan kesehatan yang telah didapat di bangku kuliah dan
mampu belajar untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang baik.
2
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi Kota Bogor, Jalan Dr. Sumeru Nomor 114 Kelurahan Menteng,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor-16111.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana dan sarana fisik
(Kepmenkes RI No.983/Menkes/SK/XI/1992).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan
yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan
terpaduserta berkesinambungan (Siregar, 2004).
4
Berdasarkan Kepmenkes RI No.983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah
sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dengan pendekatan pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu
menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan non medis,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan
pelatihan,
penelitian dan pengembangan serta administrasi umum dan keuangan (Siregar,
2004).
5
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur
minimal 400 (empat ratus) buah.
6
Spesialis Dasar. Kriteria fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas
D meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik. Jumlah tempat tidur
minimal 50 buah.
7
perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30
hari atau lebih.
8
menyetujui atau menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh
SMF.
2. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit
3. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan
terapi.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepadastaf medis
dan perawat.
6. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun
nasional (Siregar, 2004).
9
2.2 Tinjauan Umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas
dirumah sakit, tempat penyelenggara semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri(Siregar dan Amalia,
2004). Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas
penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian (Siregar dan Amalia, 2004).
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi,mpengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Secara umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang didefinisikan sebagai
suatu departemen atau unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang undangan yang berlaku dan kompeten secara
professional, tempat atau fasilitas penyelenggara yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpnanan
perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian
distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit;
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung
pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit
secara keseluruhan (Siregar,2004).
10
Visi itu merupakan suatu pernyataan tentang keadaan atau status
suatu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang diinginkan oleh pimpinan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit pada suatu titik waktu tertentu yang akan datang. Visi
rumah sakit dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah dasar bagi semua
aspek dan rencana strategis Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Visi itu
merupakan suatu impian apoteker rumah sakit, tentang suatu Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yang dikehendaki, menjadi kenyataan pada waktu
tertentu. Visi itu menciptakan perlunya menetapkan misi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (Siregar, 2004)
11
2.2.3 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan Kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memparbaharui standar
obat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
12
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril dan nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20
Juli 2010).
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat
Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
pasien.
f. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien.
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan (Depkes RI, 2004)
13
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker (Kepmenkes No.51/Menkes/SK/I/2004)
14
1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.
2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan
kefarmasian di rumah sakit.
3. Dipisahkannya antara fasilitas untuk menyelenggara menajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing serta ada penangan limbah.
4. Dipisahkannya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu abu,
bebas kontaminasi.
5. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
1. Ruang Kantor
Ruang kantor terdiri atas ruang pimpinan, ruang staf, ruang kerja/
administrasi dan ruang pertemuan.
2. Ruang produksi
Lingkuangan ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk meminimalkan
terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara ruang produksi
sediaan non steril dan ruang produksi sediaan steril.
3. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi, tempratur
sinar/cahaya, kelembaban, dan ventilasi untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas.
4. Ruang distribusi/pelayanan
Ruang distribusi harus mencukupi seluruh kegiatan kefarmasian rumah
sakit :
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (apotek) dimana ada ruang
khusus atau terpisah untuk penerimaan resep dan persiapan obat.
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
5. Ruang konsultasi
Sebaiknya ada ruang khusus yang dapat digunakan apoteker untuk
memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan kepatuhan pasien.
15
6. Ruang informasi obat
Ruang informasi obat merupakan sumber informasi dan komukasi serta
penanganan informasi yang memindai untuk mempermudah pelayanan
farmasi obat.
7. Ruang arsip dokumen
Ruang arsip dokumen merupakan ruang khusus yang memadai dan aman
untuk memelihara serta menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar
penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan dan teknik manajemen
yang baik.
Peralatan minimal yang harus tersedia dalam pelayanan farmasi antara lain :
1. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik non
steril maupun aseptik.
2. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
3. Kepustakaam yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi
obat.
4. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika.
5. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil.
6. Penerangan, sarana air, ventilasi, dan sistem pembungan limbah yang
baik.
7. Alarm.
16
3. Penerimaan, perlu diperhatikan kesesuaian barang dengan surat pesanan
pembelian, terutama mengenai kualitas, spesifikasi, jumlah dan jenisnya,
sesuai dengan faktur penerimaan barang , kesesuaian dengan waktu
penerimaan barang serta kondisi fisik barang tersebut.
4. Penyimpanan, harus dilakukan agar terhindar dari stock out, kualitas barang
dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian
mudah dan cepat, barang man dari pencurian serta memudahkan
pengawasan stok.
5. Pendistribusian, penyaluran obat untuk pasien rawat jalan pada dasarnya
sama dengan apotek. Peranan apotek sebagai suatu mata rantai terakhir dari
suatu sistem distribusi farmasi untuk melayani kebutuhan konsumen.
6. Penghapusan, suatu proses penghapusan tanggung jawab pengelola barang
sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
7. Informasi obat, hal ini harus diberikan kepada semua pihak yang terkai,
yaitu tenaga medis, paramedis, tenaga administrasi, pasien dan masyarakat.
8. Pengawasan, umumnya langsung pada tempat pelaksanaan pekerjaan, dapat
dengan cara inspektif, verifikatif maupun dengan investigative.
Pemeriksaan dapat juga secara incidental ataupun berkala sesuai dengan
kebutuhan.
a. Pelayanan resep
Pelayananresep terdiri dari : skrining resep, penyiapan obat, informasi
obat, konseling dan monitoring penggunaan obat.
b. Edukasi terhadap masyarakat
17
Apoteker diharapkan memberikan informasi terhadap masyarakat dalam
rangka pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan dalam rangka
swamedikasi apoteker harus memberikan informasi apabila masyarakat
ingin mengobati diri sendiri sesuai dengan standar kompetensi farmasi
komunitas. Untuk aktifitas ini apoteker hendaklah membuat catatan
secara selektif kedalam medication record.
c. Promosi kesehatan
Apoteker harus berpartisipasi aktif dalam promosi kesehatan, ikut
membantu desiminasi informasi, antara lain dengan menyebarkan leaflet,
poster penyuluhan, dan lain lainnya.
2.2.8 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. (Kepmenkes
No.51/Menkes/SK/I/2014)
18
c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan alternative
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
2. Penyiapan obat
a. Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan atiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap
dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.
b. Etiket, hatus jelas dan dapat dibaca.
c. Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi
dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya
diserahkan pada pasien harus dilakukanpemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
d. Penyerahan obat, dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien.
e. Informasi obat, Apoteker harus memberika informasi yang benar,
jelas dan mudah di mengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang kurangnya meliputi : cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.
f. Konseling, Apoteker harus memberikan konseling mengenai
sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaikin kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan obat yang salah.
g. Memonitoring penggunaan obat, Setelah menyerahkan obat
kepada pasien, apoteker harus melaksanan pmantauan penggunaan
19
obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskuler,
diabetes, TBS, asma, dan penyakit lainnya.
h. Promosi dan edukasi, Dalam rangka memberdayakan masyarakat,
apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin
mengobati diri sendiri untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat yang sesuai dan apoteker ikut membantu diseminasi
indoemasi, antara lain dengan penyebaran pamphlet/brosur, poster,
penyuluhan dan lain-lainnya.
20
1. Harus ada prosedur tetap (Protap) yang mengatur tata cara kerja
bagian gudang termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara
penerimaan barang, penyimpanan, dan distribusi barang atau produk.
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur.
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut-pelarut
organik).
4. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First
Out) atau FEFO (First Expired First Out) (Priyambodo, 2007).
21
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi
udara yang cukup di dalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban
udara dan pengaturan pencahayaan.
Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan sirkulasi udara,
perlindungan terhadap banjir, serangan hama, kelembaban dan efisiensi
penanganan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009).
22
a. Mendefinisikan kualitas Pelayanan Kefarmasian yang diinginkan dalam bentuk
kriteria;
b. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang berjalan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan;
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan;
d. Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian;
e. Up date kriteria.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu
alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan. Indikator dibedakan menjadi:
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
23
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan melalui
kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh Instalasi
Farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal.
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara
terencana, sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan. Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan
terhadap seluruh proses tata kelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai ketentuan yang berlaku.
24
Penggolongan obat berdasarkan jenis menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000, obat digolongkan dalamlima
golongan yaitu:
a Obat Bebas
25
P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
c Obat Keras
26
d Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien.
Tujuan obat wajib apotek adalah memperluas keterjangkauan obat untuk
masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam obat wajib apotek adalah
obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien.
27
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat
golongan narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli
(tidak dapat menggunakan copy resep).Dalam bidang kesehatan, obat-obat
narkotika biasa digunakan sebagai anestesi atau obat bius dan analgetik atau obat
penghilang rasa sakit.
28
b Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan atau menghendaki efek cepat dan
terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di
dalam tubuh.
c Sublingual: pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah, masuk
ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh: obat hipertensi, tablet
hisap.
d Parenteral: obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah, baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
e Langsung ke organ, contoh: intrakardial.
f Melalui selaput perut, contoh: intra peritonial.
29
produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu
menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat
berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
30
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi
Cara Produksi Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik, dan/atau standar
pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
TINJAUAN UMUM
31
Rumah Sakit Jiwa Bogor (Direktur pribumi pertama setelah Dr. H. Marzoeki
Mahdi). Berdasarkan SK Menkes No. 135/MenKes/SK/IV/78 pada Tahun 1978
Rumah Sakit Jiwa Bogor berganti nama kembali menjadi Rumah Sakit Jiwa
Pusat Bogor.
Pada tanggal 10 April 2002 pemerintah Indonesia mengganti nama
Rumah Sakit Jiwa Bogor menjadi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
berdasarkan SK MenKes No. 266/MenKes/SK/IV/2002. Pada tahun 2007
tepatnya pada tanggal 21 Juni 2007 Rumah Sakit ini menjadi Instalasi
Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PPK-BLU) berdasarkan SK MenKes No. 279/KMK.05/2007. Pada
tanggal 26 Juni 2007 pemerintah menerapkan Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
menjadi 15 Unit Pelayanan teknis (UPT) DepKes dengan menerapkan PPK-
BLU berdasarkan SK MenKes No. 756/MenKes/SK/VI/2007.
32
c. Status Kepemilikan : RSJ Pemerintah (Depkes).
Menjadi Rumah Sakit Mandiri (BLU) pada
tanggal 26 juni 2007.
3.1.3 Visi, Misi, Tujuan, Motto dan Nilai - Nilai Rumah sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi Kota Bogor
1. Visi Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Kota Bogor
33
Menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan
rehabilitasi psikososial pada tahun 2019.
3. Motto :
SEHAT (Smart, Empati, Harmonis, Antusias dan Tertib)
3.1.4 Logo dan Arti Logo Rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Kota Bogor
34
Logo Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah berupa
gambar ikan lumba-lumba sebanyak 4 (empat) ekor yang mengelilingi
RSMM, logo ini ditetapkan sejak tahun 2004.
Makna Logo
1. Ikan lumba lumba :
a. Sifat lumba lumba hidup berkelompok, menggambarkan tentang
team work.
b. Hewan yang suka belajar, menggambarkan bahwa organisasi rumah
sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor selalu belajar.
c. Dapat hidup di laut dalam maupun laut dangkal, menggambarkan
bahwa kami dapat menyesuaikan diri dalam keadaan apapun, terbukti
telah berdiri Selama 128 tahun.
d. Hewan yang suka menolong, menggambarkan pengabdian rumah sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor selalu melayani masyarakat.
Jumlah lumba lumba 4 (empat) ekor menggambarkan 4 (empat) pilar
pelayanan yang ada di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, yaitu :
1. Pelayanan jiwa atau psikiatri.
2. Pelayanan NAPZA
3. Pelayanan Umum
4. Pendidikan dan Penelitian atau menggambarkan :
a. Pelayanan inti
b. Pelayanan penunjang
c. Management
d. Penddikan dan penelitian
2. Warna
Biru, kuning, dan hijau menggambarkan TRI UPAYA BINA JIWA,
yang berarti pelayanan kesehatan jiwa mencakup tiga bidang pelayanan,
yaitu:
a. Upaya prevensi dan promosi
b. Usaha kuratif
c. Usaha Rehabilitasi
35
3.1.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor
Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI No.
135/Menkes/SK/IV/1978, tanggal 28 April 1978. Rumah Sakit Dr.H
Marzoeki Mahdi Bogor mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
1. Direktur dan Wakil Direktur
Direktur Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi dalam
melaksanakan tugasnya, dibantu oleh dua orang Wakil Direktur, yaitu
Wakil Direktur Umum dan Keuangan dan Wakil Direktur pelayanan.
36
a. Instalasi Laboratorium
b. Instalasi Apotik
c. Instalasi Dapur Gizi
d. Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit
37
Pemeriksaan intensif yang dilakukan pasien setelah penyembuhan
atau pasien baru yang ingin berobat kesehatan jiwa.Pemeriksaan
kesehatan jasmani dan rohani.Pelayanan rawat jalan psikiatri melayani
pasien JPS Askes Miskin, Askes Sosial, dan Pendaftaran pasien
perorangan.
38
Poli Napza di RS.Dr.H. Marzoeki Mahdi menyediakan pelayanan
terapi rawat jalan, konsultasi akibat ketergantungan NAPZA beserta
penyakit-penyakit penyerta akibat penyalahgunaan NAPZA.Poli VCT
(Voluntary Cuonselling Pre and Test HIV) menyediakan pelayanan umum
untuk menangani HIV secara paripurna, dimulai dari konseling, rujukan
sampai dengan terapi lanjutan.
b. Pelayanan Detoksifikasi
Detoksifikasi merupakan tahap awal pecandu dalam menjalankan
pemulihan. Detoksifikasi adalah proses pengeluaran racun dari tubuh dengan
menggunakan obat-obatan medis maupun kontrovensial tergantung dari
observasi dokter. Lamanya pencandu di detoksifikasi tergantung jenis
NAPZA dan kondisi tubuh.
39
3 Pelayanan Umum
Pelayanan umum di RS Dr.H. Marzoeki Mahdi pada mulanya adalah
sebagai pendukung pelayanan psikiatri dan NAPZA.Karena pada mulanya
pelayanan umum di RS Dr.H. Marzoeki Mahdi diperuntukan bagi para
pasien psikiatri dan pasien NAPZA yang membutuhkan
pengobatan.Poliklinik spesialis RS Dr.H. Marzoeki Mahdi dibuka setiap hari
Senin-Jumat, mulai pukul 08.00-14.00 WIB.Rumah sakit ini melayani pasien
umum, dan JKN.
a. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam dan Kamar Operasi
Pelayanan UGD 24 jam ditangani oleh sarana dan prasarana, 12
dokter umum, 17 orang perawat (per shift), 4 orang tenaga medik, 1
orang pramu husada, 1 orang tenaga administrasi.
40
institusi yang menggunakan lahan dan jasa Rumah Sakit Dr.H.
Marzoeki Mahdi, serta mengadakan pelatihan bagi pegawai-
pegawai rumah sakit sendiri.
3.3.1 Visi, Misi, Tujuan Dan Falsafah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. H.
Marzoeki Mahdi :
41
farmasi, menyerahkan dan memberikan informasi penggunaan obat,
mencatat, memantau serta menilai penggunaan sediaan farmasi oleh
pasien.
b. Tercapainya efektifitas, efesiensi dan mutu optimal layanan
kefarmasian.
c. Mengembangkan kompetensi tenaga farmasi secara berkesinambungan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
3.3.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi
Tugas instalasi farmasi adalah melaksanakan pelayanan kefarmasian.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, instalasi farmasi mempunyai fungsi :
a. Mengatur pengelolaan perbekalan farmasi dari mulai pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, dan pencatatannya.
b. Berinteraksi langsung dalam proses penggunaan obat untuk menjamin
keamanan, kemanfaatan, keefekifan, ketepatan penggunaan dan
peningkatan rasionalitas penggunaan obat.
c. Memberikan informasi kepada pasien sehingga penggunaan obat
menjadi lebih efektif dan efesien.
d. Bekerja sama dengan unt lain berkaitan dengan pemakaian obat-obatan
dan perbekalan farmasi lainnya.
42
e. Mengawasi seluruh kegiatan dalam bidang farmasi dan menyusun
laporan pertanggungjawaban secara berkala.
f. Bertanggung jawab atas kelancaran peyediaan perbekalan farmasi untuk
semua kebutuhan Rumah Sakit.
43
Adapun alur penerimaan dan distribusi di gudang farmasi antara lain :
44
h. Merencanakan, menerima, menyimpanan dan mendistribusikan obat dan
alat kesehatan dari ruang investori ke unit layanan termasuk obat life
saving diruangan.
i. Membuat laporan secara berkala.
A.Perencanaan
Tujuan Perencanaan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan rumah sakit.Perencanaan di Instalasi Farmasi RS DR H
Marzoeki Mahdi dilakukan atas dasar pola konsumsi dan morbiditas (kasus).
B.Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan disetujui.pengadaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi dilakukan melalui lelang,
pembelian langsung,dan penunjukan langsung.
C.Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
penunjukan langsung dan lelang. Penerimaan barang di Intalasi Farmasi
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi dilakuakan oleh panitia penerimaan barang
dan petugas gudang perbekalan.
D.Penyimpanan
Penyimpanan obat di gudang perbekalan Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi berdasarkan kelompok barang (generik dan paten ) serta sistem FIFO
dan FEFO. FIFO (First In First Out) yaitu barang yang keluar lebih dahulu
45
adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan sistem FEFO
(FirstExpired First Out) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
cepat maka obat tersebut pula yang paling pertama keluar. Untuk obat
narkotika, psikotoprika dan ARV disimpan dilemari khusus.
E.Distribusi
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit seperti ke unit pelayanan, ruang operasi.
2. Unit pelayanan
Pada Unit pelayanan di Rs. Marzoeki Mahdi di kepalai oleh Witri
Resmiati Ssi, Apt. Diunit Pelayanan Rs. Marzoeki Mahdi melayanani dua
sistem pelayanan, yaitu Pelayanan resep BPJS dan Resep Reguler.
1. Pada pelayanan resep BPJS di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
dipimpin oleh apoteker yaitu Purwanti Rahayu S.si, Apt. Pelayanan resep
BPJS ini memiliki beberapa staff yang dibawahi langsung oleh apoteker.
Pada pelayanan resep BPJS dibuka selama 24 jam dengan dibagi 3
shift.System distribusi obat pelayanan resep BPJS menggunaan system
resep individual dan system daily dose. System resep individual adalah
system pemberian obat kepada pasien rawat inap oleh unit farmasi BPJS
rawat inap sesuai dengan resep yang ditulis. Sedangkan system daily
dose adalah penyiapan obat dosis tunggal untuk pemakaian selama 24
jam oleh petugas farmasi berdasarkan resep dibuat oleh dokter yang
diberikan pada ruangan rawat inap. Untuk pelayanan resep terhadap
pasien rawat jalan resep BPJS menggunakan resep individual yaitu
system pemberian obat kepada pasien rawat jalan oleh Unit Pelayanan
rawat jalan sesuai dengan resep yang ditulis, meliputi persiapan dan
pemberian etiket sesuai dengan nama pasien dan obat yang diberikan
sesuai resep pasien yang bersangkutan.
2. Pada pelayanan resep reguler di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
dipimpin oleh apoteker yaitu Heny Faridah S.Farm,Apt. Pada pelayanan
resep reguler pun memiliki beberapa staff yang dibawahi langsung oleh
46
apoteker. Pada pelayanan resep regular dibuka selama 24 jam dengan
dibagi 3 shift. Pelayanan resep unit regular meliputi pelayanan resep
terhadap pasien regular, pelayanan resep karyawankaryawan Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi, pelayanan resep rekanan (kerjasama
Rumah Sakit Dr. H . Marzoeki Mahdi dengan perusahaan). System
distribusi di unit pelayanan resep regular menggunakan system resep
individual dan system daily dose. Apotek bersama memberikan system
menggunakan system resep individual dan system daily dose pada ruang
rawat inap. Untuk pelayanan resep terhadap pasien rawat jalan petugas
administrasi akan memberi harga sesuai dengan resep dan apabila harga
telah disetujui pasien resep akan disiapkan oleh asisten apoteker dan
rmulai penyiapan obat, pemberian etiket, dan member kemasan serta
pemberian informasi kepada pasien.Stock opname dilakukan setiap 3
bulan sekali. Penyimpanan obat di Unit Pelyanan dilakukan berdasarkan
bentuk sediaan obat dengan penataan secara alfabetis dan farmakologis.
Diunit pelayanan Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi juga memiliki
satu patugas di bagian Verifikator obat yan g telah disiapkan yaitu
Maryati S.farm,Apt. Tugas dari verifikator ini sendiri pun yaitu
memverifikasi obat yang telah disiapkan oleh petugas sebelum diberikan
kepada pasien.
Diunit pelayanan pun memiliki patugas administrasi. Petugas
administrasi dibagi menjadi dua, yaitu administrasi pengimputan dan
klaim resep kronis rawat jalan BPJS dan administrasi pelayanan.
Untuk lebih jelasnya Struktur di Unit pelayanan tertera pada
Lampiran.
47
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
Memberi informasi kepada pasien dan keluarga pasien
Melakukan pencatatan setiap kegiatan
Melaporkan setiap kegiatan
Melayani penerimaan resep dan distribusi obat ke pasien baik dari
rawat jalan maupun rawat inap, baik pasien jaminan/reguler
Tugas pokok dan fungsi dari unit pengendalian mutu yaitu sebagai berikut:
Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berusaha untuk memperbaiki.
Tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
Evaluasi: efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan
dalam proses jangka panjang.
48
Umpan balik: hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada
staff.
Melakukan konsultasi obat dan PIO.
Membuat laporan secara berkala.
Selain mempunyai tugas pokok dan fungsi, unit pengendalian
mutu juga memiliki program kerja tersendiri yaitu :
49
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Yaitu memberikan informasi tentang obat seperti indikasi obat,
penggunaan obat yang benar, aturan pakai obat, dll.Fungsi memberikan
informasi obat yaitu agar pasien mengetahui tentang obat yang digunakan
dan mengetahui dengan tepat penggunaanya.
d. Visite apoteker
Visite apoteker yaitu suatu kunjungan apoteker ke rungan yang
bertujuan untuk memantau obat di ruangan. Visite apoteker ke ruangan di
bagi menjadi 2 bagian yaitu : visite kolaboratif dan visite mandiri.
Visite kolaboratif yaitu kunjungan ke ruangan denga adanya
kolaborasi dari semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan apoteker).
Sedangkan visite Mandiri yaitu kunjungan apoteker secara mandiri atau
tanpa tenaga medis lainnya. Di rumah sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi untuk
salah satu program kerja dari pengendalian mutu yaitu adanya visite
apoteker yang akan dilaksanakan pada tahun 2016 diantaranya program
kerja visite apoteker ke ruangan dalam bentuk Mandiri.
50
UGD (Unit Gawat Darurat)
Ruang OK
Kresna Laki- laki
Kresna Perempuan.
51
Jika dalam waktu tiga bulan troly atau tas/kit emergency tidak pernah
dibuka, maka TTK membuka troly atau tas/kit emergency untuk
memastikan tidak ada barang yang kadaluwarsa atau rusak, sistem
penyimpanan sudah sesuai ketentuan, jenis dan jumlah barang tersedia
sesuai daftar.
Permintaan obat emergency di instalasi farmasi harus berdasarkan resep
dokter. Resep pertama atas nama ruangan, resep selanjutnya atas nama
pasien, yang menggunakan obat tersebut.
Obat dan BMHP emergency yang digunakan oleh pasien, harus diganti sat
itu juga setelah pasien tertolong, maksimal 1x24 jam.
Jika obat dan BMHP yang terpakai telah diganti dan komposisi troly atau
tas/kit emergency telah lengkap, maka perawat ruangan segera
menguncinya kembali.
Kepala ruangan sebagai penanggung jawab troly emergency atau tas/kit
emergency, sedangkan pelaksana pengelolaannya adalah semua perawat
di ruangan.
52
stok persediaan ruangan di ruang perawatan yang dilakukan oleh
Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
3.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi
3.3.1 Susunan kepanitiaan terdiri dari :
53
Ketua : Dokter,SpKj
Sekertaris : Apoteker yang merupakan ketua Inatalasi Farmasi
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi.
Anggota : Terdiri dari dokter
3.3.2 Tugas
Tugas panitia farmasi dan terapi :
a. Sebagai penasihat bagi pimpinan Rumah Sakit dan tenaga kesehatan
dalam semua masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan
farmasi.
b. Menyusun kebijakan penggunaan obat, alat kesehatan dan bahan
diagnostic di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi.
c. Menyusun formularium/standarisasi obat,alat kesehatan dan bahan
diagnostic serta memperbaharuinya secara berkala.
d. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan dan penggunaan
obat.
e. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi Efek Samping Obat
(ESO) yang terjadi di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi
BAB 4
PEMBAHASAN
54
merupakan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia dan saat ini Rumah Sakit
Dr. H. Marzoeki Mahdi telah menjadi Rumah Sakit Badan Layanan Umum
(RS-BLU). Klasifikasi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya
Rumah sakit Marzoeki Mahdi termasuk keladalam Tipe A (Kesehatan Jiwa
dan Napza) dan Tipe B (Umum).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan instalasi yang
menyelenggarakan seluruh pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyedia obat yang bermutu dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat serta berperan aktif dalam upaya
peningkatan kemampuan rumah sakit.
Struktur Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi
dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai Kepala Instalasi yang berada di
bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Kepala Instalasi Farmasi
membawahi tiga unit farmasi, yaitu :
Unit Pengendalian Mutu
Unit Pelayanan
Unit Perbekalan dan Distribusi (Gudang Farmasi)
2 Unit Pelayanan
Unit pelayanan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi di buka setiap hari
selama 24 dan dibagi 3 shift. Unit Pelayanan ini dipimpin oleh seorang
Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi.
pimpinan Unit Pelayanan ini mengkoordinir beberapa bidang yaitu,
Koordiantor Pelayanan Rawat Inap, Reguler dan IGD, Koordinator Pelayanan
Rawat jalan BPJS, Verifikator Obat yang Telah disiapkan, dan bidang
Administrasi, Yang bertanggung jawab disetiap bidang adalah harus Apoteker
terkecuali pada bidang Administrasi.
Secara garis besar alur pelayanan resep di Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi yaitu resep diterima, pengkajian, penyiapan, pemberian etiket,
Verifikasi, serah dan edukasi. Rumah Sakit Marzoeki Mahdi melayani
55
beberapa resep diantaranya resep regular rawat inap dan rawat jalan, resep
BPJS rawat inap dan rawat jalan. System distribusi obat pelayanan resep
untuk pasien rawat inap baik mengunkan resep regular maupun BPJS
biasanya dengan system daily dose, yang merupakan penyiapan obat dosis
tunggal untuk pemakaian selama 24 jam oleh petugas farmasi berdasarkan
resep dibuat oleh dokter yang diberikan pada ruangan rawat inap, untuk
system daily dose ini baru diterapkan kebeberapa ruangan diantaranya ke
ruangan inap Jatayu Kresna dan Kresni yang sudah berjalan. Sedangakan
untuk pelayanan pasien rawat jalan yang menggunakan resep Regular maupun
BPJS biasanya pengambilan secara individu. System resep individual adalah
system pemberian obat kepada pasien rawat inap oleh unit farmasi BPJS rawat
inap sesuai dengan resep yang ditulis.
Untuk proses pengambilan resep baik untuk resep rawat inap maupun
rawat jalan dari jenis resep Individu atau BPJS. Pada penyiapannya untuk
pasien BPJS yang membedakannya harus melengkapi syarat syarat yang
ditentukan diantaranya Surat Eligibilitas peserta, Lembar Verifikasi BPJS,
dan Hasil Uji Lab ( jiak ada) adapun tahapan dari penyiapannya untuk pasien
rawat jalan adalah petugas administrasi akan memberi harga sesuai dengan
resep dan apabila harga telah disetujui pasien resep akan disiapkan oleh
asisten apoteker, sebelum obat disiapkan jika resep kurang jelas maka akan
dikonfirmasi terlebih dahlu ke Dokter yang bersangkutan oleh bagian
administrasi yang menerima resep, jika sudah dikonfirmasi maka resep dapat
disiapkan. juga jika resep tidak lengkap saat penyiapan obat maka akan
dilakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Dokter yang bersangkutan dan resep
yang dikonfirmasi akan diberi tanda resep TBaK (Tulis Baca Konfirmasi)
setelah lengkap maka mulai penyiapan obat baik obat racik maupun obat jadi
untuk obat yang tidak tersedia atau habis akan diberikan copy resep oleh
Apoteker, tahap selanjutnya pemberian etiket, dan memberi kemasan serta
pemberian informasi obat/ Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien
pada saat penyerahan obat. Sedangkan untuk pasien rawat inap tahapan
56
penyiapannya sama dengan pasien rawat jalan hanya saja pasien rawat inap
menggunakan system daily dose.
Obat disiapkan langsung oleh TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian),
dalam proses pelayanan di rumah sakit ada yang disebut dengan Respon Time,
dimana menurut Kepmenkes No 129 Tahun 2008 waktu respon untuk obat
jadi adalah 30 menit dan untuk obat racikan adalah 60 menit, untuk
waktu respon ini beberapa waktu bisa terjadi sampai melebihi batas yang
ditentukan, kemungkinan terjadi karena kurangnya TTK dalam proses
penyiapan obat maupun pada saat penyerahan dan pemberian edukasi kepada
pasien agar pada saat penyerahan obat pasien mendapatkan informasi yang
jelas dan juga mempercepat waktu pelayanan.
Stock opname dilakukan setiap 3 bulan sekali, tempat penyimpanan
obat di Unit Pelayanan juga melakukan pencatatan stok obat pada setiap
pengambilan obat system ini diberi tanggung jawab penuh kepada seluruh
pekerja di bagian penyiapan obat.
Penyimpanan obat di Unit Pelayanan adalah berdasarkan efek terapi
obat dan disusun berdasarkan bentuk sediaan juga suhu penyimpanan yang
disimpan secara alfabetis dengan memperhatikan penandaan obat LASA dan
High Alert , juga menerapkan system FIFO (First in First out). Selain
berdasarkan efek terapi penyimpanan dibedakan dengan Alat Kesehatan yang
sesuai dengan alfabetis. Juga berdasarkan obat Narkotik yang memiliki
ketentuan tersendiri yang berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan No 3 tahun
2015 bahwa Harus disimpan dalam lemari khusus terbuat dari bahan yang
kuat, tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda, diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik,
dan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan kunci lemari khusus dikuasai oleh
Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan. Dan penyimpanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi sudah sesuai. Jika stok obat yang sudah habis di Unit Pelayanan maka
57
akan dilakukan pemesan ke gudang dengan cara online, setelah gudang
mengecek ketersediaan obat maka akan dibuat surat mutasi dari gudang ke
Unit Pelayanan dan obat dikirim sesuai dengan permintaan. Dilakukan
pemeriksaan kesesuain obat yang diminta dengan pengiriman di Unit
Pelayanan, setelah semuanya lengkap maka surat mutasi ditanda tangani oleh
penerima di Unit Pelayanan.
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan No.35/Menkes/SK/2014)
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
58
kefarmasian, Penerimaan barang berdasarkan faktur 4 rangkap yang masing-
masing diserahkan ke distributor, arsip gudang, bagian pembelian, bagian
audit yang kemudian akan diteruskan kebagian keuangan. Penyimpanan
berdasarkan kelompok barang (generik atau paten) serta berdasarkan system
FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First in First Out), penyimpanan
obat digudang dengan mempertimbangkan bentuk sediaan, dan secara
alfabetis juga dengan penandaan khusus untuk LASA dan High Alert.
Terutama pada obat Narkotik, psikotropika dan ARV perlu perlakuan khusus
dalam penyimpanan dan dokumentasinya. Distribusi kegiatan
mendistribusikan obat ke ruang operasi, Unit pelayanan dan ruangan lainnya.
Pencatatan dan administrasi kegiatan di gudang dilakukan secara
manual dan dengan system komputerisasi dimana setiap barang yang masuk
dan keluar harus dicatat dan diperiksa. Petugas juga membuat daftar obat yang
kosong.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat dijalankan
sebagaimana fungsinya yaitu, gudang harus mempunyai prosedur tetap
(Protap), Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, suhunya sesuai bersih dan teratur, harus ada penyimpanan
kusus untuk bahan yang mudah terbakar, pengeluaran berdasrkan FIFO dan
FEFO. Berdasarkan hasil pengamatan selama Praktek Kuliah Lapangan ada
beberapa poin yang belum terpenuhi diantaranya, ukuran luas gudang yang
cukup kecil dengan system tata ruang kurang teratur.
59
Adapun tugas pokok dari unit pengendalian mutu adalah Pemantauan,
Penilaian, Tindakan dan Evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
memuaskan pelanggan, dan meningkatkan efisiensi pelayanan. Selain
memiliki tugas pokok juga memiliki program kerja diantaranya Evaluasi dan
pengembangan mutu, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pengkajian
Penggunaan Obat (PPO), Pelayanan Informasi Obat (PIO), Visit apoteker,
Konseling, Monitoring dan evaluasi untuk floor stock dan troly emergency.
Yang menjadi tugas pokok Unit Pengendalian Mutu di Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi sudah dilakukan sesuai perosedur dimana untuk pemantauan
sendiri dilakukan dengan pemberian kuisioner setiap hari kepada pesien atau
keluarga pasien yang berobat, kuisioner yang diberikan berkaitan dengan
fasilitas dan pelayanan yang ada di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, selain
mengisi kuisioner dapat juga memberikan keritik ataupun saran kepada pihak
rumah sakit pada kolom yang telah disediakan. Dari hasil pengumpulan data
maka dilakukan proses penilaian yang secara berkala untuk menentukan
masalah-masalah pelayanan dan berusaha untuk memperbaiki, setelah
penilaian maka akan dilakukan proses tindakan untuk menindak lanjuti
keluhan keluhan dari pengunjung dan dilakukan proses evaluasi agar
program dapat ditentukan untuk jangka panjang.
Adapun program kerja Unit Pengendalian Mutu sudah sesuai dengan
literature, dimana PIO (pelanyanan informasi obat) yang dilakukan di Unit
Pelayanan, Evaluasi dan Pengembangan mutu yang programnya dilakukan
dalam satu tahun sekali dan ada yang 6 bualn sekali dengan metode audit yang
menjadi penilaian adalah sumber daya manusia (SDM), pengelolaan
perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien / pelayanan farmasi
klinis. MESO (Monitoring Efek Samping Obat) di Rumah Sakit Marzoeki
belum dilakukan merata kesemua ruangan baru untuk beberapa ruangan
seperti ruangan IGD dan ruangan Jatayu yang dipantau langsung oleh
Apoteker. Program Visite yang dilakukan baru visite mandiri dimana yang
berkunjung hanya apoteker. Moitoring dan evaluasi untuk floor stock dan
troly emergency yang bertujuan untuk menghindari sediaan farmasi
60
menumpuk di ruangan sehingga di lakukannya monitoring dan evaluasi. Floor
stock hanya dilakukan pada ruangan Sadewa sedangkan troly emergency
hanya dilakukan pada beberapa ruangan yaitu, ICU (Intensif Care Unit), UGD
(Unit Gawat Darurat), Ruang OK, Kresna Laki- laki dan Kresna Perempuan.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
1 Simpulan
61
Unit Pengendalian Mutu memiliki tugas pokok Pemantauan, Penilaian,
Tindakan dan Evaluasi dan program kerja Evaluasi dan pengembangan
mutu, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pengkajian
Penggunaan Obat (PPO), Pelayanan Informasi Obat (PIO), Visit
apoteker, Konseling, Monitoring dan evaluasi untuk floor stock dan
troly emergency.
System kebijakan untuk yang digunakan di Unit Perencanaan dan
Distribusi adalah system satu pintu yang merupakan kebijakan
kerfarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan dan
pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dna BMHP yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien.
Pengelolaan perencanaan di Unit Perencanaan dan Distribusi yaitu,
Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan dan Distribusi.
Unit Perencanaan dan Distribusi di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
memiliki beberapa gudang penyimpanan obat.
2 Saran
Menambah TTK ( Tenaga Teknis Kefarmasian) dan penambahan
tempat penyerahan obat untuk memaksimalkan pelayanan juga
mengurangi Respon Time yang terlalu lama.
Segera dilaksananakannya Visite kelompok dan konseling oleh Unit
Pengendalian Mutu.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) harus diberlakukan kesemua
ruangan.
Unit Perencanaan dan Distribusi menjadikannya disatu ruang yang
memadai untuk penyimpanan obat.
62
\
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Permenkes, 2014. Peraturan Mentri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit . Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes, 2015. Peraturan Mentri Kesehatan No. 03 Tahun 2015 tentang peredaran,
penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika dan prekursor
farmasi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
63
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka
Utama,Yogyakarta.
Siregar, C.J.P,. dan Amalis, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Terapan.
Jakarta: Penerbit EGC
64