Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

(Permenkes RI, 2016).

Kehadiran Instalasi Farmasi Rumah Sakit penting bagi keberlangsungan

rumah sakit, karena sifatnya fungsional. Hal ini didukung oleh Standar Pelayanan

Minimal Rumah Sakit (SPM RS), di mana Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

merupakan salah satu jenis pelayanan yang wajib disediakan di rumah sakit.

Mengacu pada regulasi tersebut, maka untuk sebuah Instalasi Farmasi yang

terdapat di rumah sakit harus memenuhi beberapa indikator, salah satunya adalah

tingkat kepuasan pasien waktu tunggu atau respon time (standar minimal 80%)

dan waktu tunggu pelayanan resep (maksimal 30 menit untuk obat jadi dan 60

menit untuk obat racikan). Waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu

mulai dari pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima obat

(Menkes RI, 2008)

Pada penelitian sebelumnya tentang Analisis Pelaksanaan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit Bidang Farmasi Di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2012 menyebutkan bahwa waktu tunggu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Waktu tunggu yang lama

merupakan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketidakpuasan

pasien. Bila waktu tunggu lama maka hal tersebut akan mengurangi kenyamanan

pasien dan berpengaruh pada utilitas pasien di masa mendatang (Wijaya, 2012).

Suatu pelayanan farmasi dikatakan baik apabila lama pelayanan obat dari

pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dan informasi obat

diukur dengan waktu dan melakukan kegiatan kefarmasian berdasarkan prosedur

tetap yang telah ditetapkan (Mashuda, 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di

Muhammadiyah Palembang maka diperlukan penelitian evaluasi waktu tunggu

pelayanan resep pasien rawat jalan baik obat jadi maupun obat racikan.

Harapannya hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah berapa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah waktu tunggu atau respon time

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.


Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu pelayanan

resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Mahasiswa / Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman Peneliti serta

bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama kuliah khususnya mata

kuliah farmasi rumah sakit.

Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan sebagai dasar

perbaikan dan peningkatan standar pelayanan minimal di rumah sakit

Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Farmasi

kategori lama waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor 56 tahun 2014 tentang Rumah Sakit

mendefenisikan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rumah sakit

pasal 4 menjelaskan Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna.Yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah, menyembuhkan penyakit dan memulihkan

kesehatan.Tenaga kesehatan rumah sakit meliputi tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, dan tenaga manajeman rumah sakit.


Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan. Penapisan teknologi yang dimaksudkan dalam rangka

perlindungan terhadap keamanan dan keselamatan pasien.

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan

upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan penyembuhan serta pemulihan yang dilaksanakan secara serasi

dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya

rujukan.
Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum

menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan

2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit

Menurut undang-undang No 44 tahun 2009 pasal 33 mengatakan bahwa

setiap Rumah Sakit memiliki organisasi yang efektif, effisien dan akuntabel.

Organisasi Rumah sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau

Direktur Rumah sakit, pusat pelayanan medis, pusat keperawatan, unsure

penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal serta

administrasi umum dan keuangan.

Menurut undang-undang No 44 tahun 2009 pasal 34 menyatakan bahwa

Kepala Rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai

kemampuan dan keahlian dibidang perrumah-sakitan. Tenaga structural yang

menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkeluarga negaraan Indonesia.

Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap Kepala rumah sakit.


Organisasi farmasi rumah sakit farmasi dipimpin oleh seorang apoteker

yang dalam melaksanakan tugas kefarmasiannya dibantu oleh tenaga Ahli

Madya Farmasi (D-3) dan tenaga menegah farmasi (AA). Sesuai dengan isi

surat mentri kesehatan No 58/Menkes/SK/X/2014.

2.4 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit

Tenaga kesehatan UU NO 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan,

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaui

pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,

tenaga kesehatan dirumah sakit dibagi menjadi :

1. Tenaga Medis

2. Tenaga Penunjang Medis

3. Tenaga Keperawatan.

4. Tenaga Kefarmasian

5. Tenaga Management Rumah Sakit

6. Tenaga Non Kesehatan


2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.5.1 Definisi Instalasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah departemen/unit/bagian dari

suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh

beberapa apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian

yang terdiri atas pelayanan paripurna mencakup perencanaan,

pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan

farmasi (Siregar, 2004).

Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0

58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah

Sakit bahwa Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Standar pelayananan kefarmasian di Rumah

Sakit meliputi standar : pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinis.


2.5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit

untuk mencapai status masa depan rumah sakit, mengkomunikasikan

sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenan dengan maksud, lingkup

usaha/kegiatan dan kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka

kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit dan “Stakeholders”

utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari kerja rumah sakit.

(Siregar, 2004)

Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas

tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang

diinginkan untuk memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan

metode utama untuk memenuhi maksud tersebut (Siregar, 2004)

Tujuan farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit adalah :

a. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah

sakit

b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi rumah sakit.

c. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.

d. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit.

e. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak

profesional.
2.5.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Adapun tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 tahun 2014

tentang standar pelayanan farmasi rumah sakit adalah :

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.

b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

2.6 Rawat Jalan

2.6.1 Pengertian Rawat Jalan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

1165/MENKES/SK/2007/BAB 1, pasal 1 ayat 4 “pelayanan rawat jalan

adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,

rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di

Rumah Sakit.

2.7 Standar Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian

b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian


c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

2.8. Standar Pelayanan Minimal

Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa

dicapai. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal. SPM juga merupakan spesifikasi

teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan rumah sakit

kepada masyarakat. Standar Pelayanan Minimal rumah sakit salah satu

diantaranya yaitu Pelayanan Kefarmasian. Indikator-indikator yang terdapat

dalam Pelayanan Kefarmasian yang dimaksud sesuai standar adalah:

1. Waktu tunggu pelayanan

Obat jadi ≤ 30 menit damn Obat racikan ≤ 60 menit.

2. Tidak adanya kejadian kesalahan pernberian obat 100%.

3. Kepuasan pelanggan ≥ 80%.

4. Penulisan resep sesuai formularium100% (Menkes RI, 2008).

2.9 Pelayanan Resep

Pelayanan resep adalah suatu pelayanan terhadap permintaan tertulis dari

dokter, atau dokter gigi yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku mulai dari penomoran, verifikasi, penulisan etiket,

peracikan, pengemasan, pengecekan, sampai dengan penyerahan obat

(Menkes RI, 2016).


3.0 Waktu Tunggu Pelayanan Resep

Sejumlah faktor yang mempengaruhi lamanya waktu pelayanan resep obat

diantaranya yaitu

1. jam sibuk pelayanan

2. komponen delay waktu akibat luas ruangan yang kurang baik dan jenis

resep obat racikan. Pada jenis resep ini, resep obat racikan memerlukan

waktu pelayanan lebih lama.

3. Selain itu, faktor yang berkontribusi terhadap lamanya waktu tunggu

pelayanan resep antara lain :

a. seperti jenis, jumlah dan kelengkapan resep.

b. ketersediaan sumber daya manusia yang cukup terampil

c. ketersediaan obat yang sesuai.

d. serta sarana dan fasilitas yang memadai.

e. Salah satu hal yang berhubungan dengan kebijakan yang

mempengaruhi waktu pelayanan resep adalah mengenai

formularium. Adanya ketidaksesuaian resep denganf ormularium

memperlambat waktu layanan oleh karena dibutuhkan waktu

tambahan untuk melakukan konfirmasi obat pengganti dengan dokter

(Wijaya,2012).
Daftar Pustaka

Mashuda, A. 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).

Jakarta: Ditjen Binfar Kementerian Kesehatan Indonesia dan IAI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 13

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang


Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan. Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian Di Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Siregar, J. P. Charles, 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan Edisi I.
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Wijaya, Hendi. 2012, Analisis Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (Spm)

Rumah Sakit Bidang Farmasi Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugu Ibu

Tahun 2012, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.


Lampiran 1. Alur atau rute Pelayanan Resep Farmasi Rawat Jalan

Pasien datang membawa resep

Diberikan Nomor antrian

No Putih Untuk resep Non kronis dan online

Nomor antrian Kuning untuk resep kronis

Lakukan skrining resep meliputi pemeriksaan

farmasetik, klinis, dan farmakologis

Entry resep ke computer dan cetak etiket obat

Obat di isi oleh petugas untuk obat non racikan langsung di isi, untuk obat

racikan di racik terlebih dahulu

Telaah resep dan telaah obat

selanjutnya Obat di beri pelabelan oleh petugas

Lakukan telaah obat

Serahkan obat ke pasien meliputi menanyakan, nomor antrian, kartu

berobat, namapasien , tanggal lahir, alamat, no telpon

Setelah serangkaian obat diatas dilakukan PIO dan KIE


PROPOSAL PENELITIAN

EVALUASI WAKTU TUNGGU ATAU RESPON TIME PELAYANAN

RESEP RAWAT JALAN RACIKAN DAN NON RACIKAN DI RUMAH

SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Disusun Oleh :

Rodiah

NIM 17130028

YAYASAN KADER BANGSA

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

2020

Anda mungkin juga menyukai