Anda di halaman 1dari 14

BLUD RS KONAWE SELATAN

PANDUAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN


KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN

TAHUN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan Panduan Pengorganisasian Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan
Obat Blud Rumah Sakit Konawe Selatan.
Adapun tujuan dari penyusunan panduan ini adalah sebagai acuan yang
dipergunakan sebagai upaya dalam melakukan kegiatan pelayanan medis rumah sakit.
Dalam penyusunan panduan ini banyak pihak-pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan sumbangsih baik berupa tenaga, pikiran, dorongan
moril maupun bantuan lain. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan panduan
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan panduan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai
pihak demi sempurnaan penyusunan selanjutnya.

Semoga panduan ini dapat diterima sebagai acuan bagi rumah sakit dalam
membuat panduan pelayanan medis.

Andoolo, 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………..……………………………………...................

DAFTAR ISI………………………………………………………………………....................

BAB I Pendahuluan…………………..….…………….……………….……………….............

A. Latar Belakang .........................................................................................................


B. Definisi ....................................................................................................................

BAB II Ruang Lingkup……………………………………….……….……………..................

BAB III Kebijakan ......................................................................................................................

BAB IV Tata Laksana……………………..……………….…………………….......................

BAB V Dokumentasi………………………….…………………………………......................

LAMPIRAN
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE SELATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN
Jl.Poros Andoolo. No.1 – email :rsud.konawe_selatan@yahoo.com

PANDUAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN


PENGGUNAAN OBAT BLUD RUMAH SAKIT KONAWE SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panduan Pengorganisasian Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan ini dibuat berdasarkan Peraturan Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan Nomor ......
Tanggal .... Bulan ..... Tahun 2018. Oleh karena itu BLUD Rumah Sakit Konawe
Selatan mendukung peningkatan kualitas mutu pelayanan keselamatan pasien yang
berorietasi kepada Patient Center Care (PCC) demi terwujudnya standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit dan mencapai Rumah Sakit sebagai Rumah Sakit Prima Bagi
Masyarakat.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,


mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke
paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum


melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa
kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen
rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit,
terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit.
Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional
yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian

Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum


dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu
pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit
tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Sehubungan dengan
berbagai kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi
rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan
berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi rumah
sakit.

B. Pengertian
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Komite Farmasi Terapi adalah unit fungsional yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit yang bertugas memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit
mengenai rumusan kebijakan dan prosedur untuk evaluasi, pemilihan dan
penggunaan obat di rumah sakit. Sedangkan di bidang pendidikan, Komite Farmasi
Terapi merumuskan program yang berkaitan dengan edukasi tentang obat dan
penggunaannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan
atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada
manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat
kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi.
Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
Formularium Rumah Sakit adalah dokumen yang berisi daftar obat yang
digunakan oleh dokter di rumah sakit disusun secara bersama oleh para pengguna di
bawah koordinasi Komite Farmasi Terapi.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Administrasi dan Pengelolaan


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.Adanya bagan organisasi yang
menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan
koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit.
B. Staf dan Pimpinan
a. Instalasi farmasi dipimpin oleh apoteker.
b. Pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh asisten apoteker (lulusan D3
Farmasi).
c. Kepala instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap aspek hukum
dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi
maupunadmnistrasi barang farmasi.
C. Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung,
administrasi, proffesionalisme, dan fungsi tekhnik pelayanan farmasi, sehingga
menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, professional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang
farmasi dan sesuai dengan aturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
d. Tersdianya fasilitas untuk menyimpan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik
sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimapan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
BAB III
KEBIJAKAN

1. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan,


penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan,
pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
2. Instalasi farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
3. Sediaan farmasi/perbekalan terdiri dari obat, bahan obat dan alat kesehatan.
4. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
5. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan system satu pintu.
6. Instalasi farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijaza sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang
telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktik Apoteker.
7. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap adminstrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
BAB IV
TATA LAKSANA

Apoteker BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan bertanggung jawab terhadap


pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah
sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan serta memastikan
kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan penarikan dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan
kefarmasian.
Sistem satu pintu adalah satu kebiajakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui instalasi farmasi rumah sakit. Dengan demikian semua sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang beredar di rumah sakit merupakan
tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit. Sehingga tidak ada pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang
dilaksanakan selain oleh instalasi farmasi rumah sakit.

A. Tugas Pokok Kepala Instalasi Farmasi Dan Tenaga Farmasi


- Apoteker sebagai manager: membuat dan menyusun prosedur tetap untuk
masing-masing pelayanan, mengelola obat, mengelola sumber daya di apotek
secara efektif dan efisien, mengelola peralatan dan uang yang ada di apotek.
- Tenaga farmasi Sebagai pelayan resep melakukan: skrining/pembacaan resep:
seperti nama dokter, alamat, SIP, tanggal penulisan, paraf/tanda tangan, dan
lain-lain.
B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Pemilihan
- Instalasi farmasi rumah sakit berkoordinasi dengan Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT) untuk menetapkan obat yang digunakan di rumah sakit dan
menyusunnya dalam suatu formularium rumah sakit.
- Masing-masing kelompok staf medis mengusulkan obat untuk masuk dalam
formularium melalui formulir yang telah diedarkan oleh PFT melalui
sekretaris PFT.
- Sekretaris PFT merekapitulasi dan mengelompokkan/ mentabulasi semua obat
yang diusulkan.
- Ketua PFT mengadakan rapat untuk pembahasan usulan obat dan ketentuan-
ketentuan berkaitan formularium.
2. Perencanaan
- Perencanaan obat dan alkes BHP berdasarkan formularium rumah sakit yang
dicatat dalam daftar kebutuhan obat dalam satu tahun, mempertimbangkan
pola konsumsi dan perbekalan farmasi yang masih tersedia serta dana yang
disetujui.
- Kepala instalasi farmasi berkoordinasi dengan kepala bagian perencanaan
dalam rangka membuat usulan anggaran dan perencanaan kebutuhan satu
tahun.
3. Pengadaan perbekalan farmasi
- Petugas gudang farmasi membuat usulan kebutuhan perbekalan farmasi sesuai
penggunaan dan permintaan perbekalan farmasi dari unit pelayanan lainnya
dengan mempertimbangkan formularium yang ada dan dicatat dalam buku
permintaan perbekalan farmasi.
- Usulan disusun menjadi prediksi kebutuhan bulanan, mingguan dan harian.
- Petugas gudang farmasi menyampaikan usulan kebutuhan perbekalan farmasi
kepada kepala instalasi farmasi setiap awal bulan untuk dikoreksi.
- Kepala instalasi farmasi menghubungi distributor penyalur obat dan alat
kesehatan untuk pengadaan kebutuhan sediaan farmasi di rumah sakit.
4. Penerimaan perbekalan farmasi
- Petugas farmasi menerima perbekalan farmasi dari distributor yang resmi.
- Area/ gudang penyimpanan terdiri dari beberapa kelompok sesuai jenis dan
sifat stabilitas barang.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi
- Penyimpanan menggunakan system fix position artinya letak perbekalan
farmasi menetap selama masih dilakukan pengadaan dan tidak boleh
digeser/dipindah saat kondisi barang tersebut sedang kosong.
- Pengelompokkan perbekalan farmasi berdasarkan jenis barang, bentuk
sediaan, sifat barang, suhu penyimpanan.
- Penyusunan letak perbekalan farmasi urut alphabetis dan mengatur
penyimpanan untuk memudahkan pengambilan dengan system first in first out
(FIFO) dan first expired first out (FEFO).
- Jika obat yang terlihat mirip atau memiliki nama yang mirip (LASA/look
alike sound alike) letaknya dipisah dan diberi logo LASA.
- Untuk obat High Alert penyimpanan terlokalisir dan diberi logo penanda High
Alert.
- Untuk obat-obat emergensi disimpan dalam lemari emergensi di setiap unit
pelayanan yang membutuhkan.
- Pencatatan dilakukan setiap transaksi ( pemasukan dan pengeluaran) pada
kartu stok dan dilakukan juga pada system computer.
- Peletakan kartu stok yang masih berlaku di samping barang dan dilakukan
pengarsipan kartu stok yang tidak terpakai.
- Pelaksanaan stok opname setiap 3 bulan sekali.
- Pemantauan kondisi suhu dan kelembaban penyimpanan dilakukan secara
periodik.
- Penyimpanan perbekalan farmasi yang bersifat khusus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan uang berlaku untuk masing-masing,
diantaranya narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya.
6. Distribusi perbekalan farmasi
- Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan dari instalasi farmasi ke unit-
unit lain di rumah sakit.
- Perbekalan farmasi dari unit farmasi dan unit-unit di rumah sakit
didistribusikan untuk pelayanan/kebutuhan pasien.
- Pelayanan resep, warna kertas resep dibedakan berdasarkan warna kartu obat
(rawat inap) dan lembar resep (rawat jalan). Warna putih untuk pasien rawat
inap dan warna kuning untuk pasien rawat jalan.
- Sistem distribusi yang berlaku diantaranya peresepan individu sesuai
kebutuhan kondisi pasien dan system one daily dose dispensing (ODD)
- Persediaan obat dan alat kesehatan ada di beberapa unit di rumah sakit seperti
IGD, nurse station, dan perawatan kebidanan.
7. Pelayanan perbekalan farmasi
Pelayanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan kondisi pasien berdasarkan
permintaan dokter yang ditulis dalam lembar resep untukpasien rawat jalan
dan di tulis pada kartu obat untuk pasien yang dirawat inap.
8. Penghapusan dan pemusnahan
Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar yang
ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahansediaan farmasi
yang tidak dapat/boleh digunakan dilaksanakan dengancara yang baik dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur
pemusnahan obat dibuat yang mencakuppencegahan pencemaran di
lingkungan dan mencegah jatuhnya obattersebut di kalangan orang yang tidak
berwenang. Sediaan farmasi yangakan dimusnahkan disimpan terpisah dan
dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk. Penghapusan dan
pemusnahan obatdilakukan sendiri maupun oleh pihak lain serta
didokumentasikansesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
9. Penarikan obat, pengelolaan obat kadaluarsa dan obat rusak
- Petugas farmasi di semua depo dan unit dilakukan setiap 6 bulan sekali
melakukan cek barang yang kemungkinan rusak ataukadaluwarsa untuk
dikembalikan ke gudang farmasi.
- Petugas gudang farmasi melokalisir, menyimpan barang yang tidakmemenuhi
standar tersebut di gudang khusus.
- Petugas gudang farmasi membuat laporan perbekalan farmasi yangtidak
memenuhi standar (rusak dan melewati tanggal kadaluarsa)dengan
persetujuan kepala IFRS membuat usulan kepada direkturrumah sakit untuk
dilakukan penghapusan perbekalan farmasi.
- Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaanprodusen atau
instruksi instansi Pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali
dilakukan segera setelah diterimapermintaan atau instruksi untuk penarikan
kembali. Untuk penarikankembali sediaan farmasi yang mengandung risiko
besar terhadapkesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat
konsumen.
10. Pencatatan/pelaporan
Pencatatan pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Secara manual dicatat pada buku, Kartu stock atau pada lembar/form-form
tertentu.
- Secara komputer dengan menggunakan aplikasi program.
C. Pelayanan Farmasi Klinik
Farmasi Klinik adalah pelayanan farmasi yang tenaga
kefarmasian berinteraksi langsung dengan pasien yang menggunakan obat
untuktercapainya tujuan terapi dan terjaminnya keamanan penggunaan
obat berdasarkan penerapan ilmu, teknologi dan fungsi dalam perawatan
penderitadengan memperhatikan preferensi pasien.
Pelayanan farmasi klinik dilaksanakan untuk mencapai penggunaanobat yang
rasional (pasien menerima obat yang tepat: indikasi, kondisi pasien, bentuk sediaan,
jumlah, dosis, frekuensi, lama dan cara penggunaan;terhindar dari interaksi obat, efek
samping dan reaksi obat yang tidakdiharapkan; harga terjangkau serta mendapat
informasi yang tepat) sertamenghargaan atas pilihan pasien dengan tujuan akhir
meningkatkan kualitashidup pasien.
Pelayanan farmasi klinis meliputi:
- Telaah resep dilakukan ketika resep diterima di farmasi.
- Telaah resep dilakukan oleh tenaga farmasi yang memiliki
kopetensi/profesional. Resep ditelaah terhadap aspek administratif, aspek
farmasetisdan aspek klinis.
- Penelaah resep memiliki kopetensi untuk melakukannya baik atas
dasarpendidikan dan latihan sesuai dengan kewenangan.
- Penelaahan resep tidak diperlukan pada saat keadaan darurat atau ketikadokter
hadir dalam peresepan, pemberian dan monitoring pasien (Bedahdan IGD)
atau dalam tindakan radiologi.
- Jika timbul pertanyaan/ permasalahan terhadap resep maka petugaspenelaah
menghubungi penulis resep untuk mengkonfirmasikebenarannya, bila mana
mungkin juga dapat dikonsultasikan denganpetugas pengendali jaminan
(askes/ Jamsostek/ Jamkesmas dan lain-lain.
BAB V
DOKUMENTASI

1. Bagan organisasi pengelola instalasi farmasi.


2. SIPA apoteker
3. STR asisten apoteker
4. Resep obat
5. Kartu stok obat
6. Formularium Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai