OLEH
KELOMPOK V
FAKULTAS FARMASI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum
diklasifikasikan
menjadi :
(Kemenkes, 2010)
D. Instalasi Farmasi
E. Formularium Nasional
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat . Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Kefarmasian salah satunya yaitu pelayanan resep. Peresepan yang
baik akan meningkatkan penggunaan obat secara rasional sehingga pasien
menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat
untuk jangka waktu yang cukup dengan biaya yang rendah. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/ Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit penulisan resep seluruhnya
harus mengacu pada formularium dengan standar 100%. Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit merupakan tolak ukur dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Formularium nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN.
Obat yang dibutuhkan dan tidak tercantum di dalam formularium nasional dapat
digunakan dengan persetujuan komite medik dan direktur rumah sakit setempat.
Manfaat formularium nasional salah satunya yaitu untuk pengendalian mutu dan
untuk mengoptimalkan pelayanan pada pasien. Ketidak patuhan terhadap
formularium akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit terutama mutu
pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Pratiwi dkk., 2017).
F. Antibiotik
Penyakit ringan yang disebabkan oleh infeksi bakteri banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti diare, bisul, sakit gigi dan lain-lain. Bakteri akan
menginfeksi pada bagian daerah tertentu dan dapat menyebar dengan cepat.
Penyebaran bakteri dapat melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui
Pengobatan penyakit ringan yang disebabkan oleh infeksi bakteri dengan obat
antibiotik. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama dan berulang-ulang
menyebabkan terjadinya resistensi. Resistensi antibiotik mengakibatkan tubuh
akan kebal terhadap infeksi bakteri dengan jenis yang sama. Kemampuan
senyawa aktif yang ada dalam obat akan menurun dalam membunuh bakteri
karena penggunaan yang melebihi dosis yang dianjurkan perantara media yang
telah terkontaminasi bakteri tersebut.
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, bahkan berlebihan dan dalam jangka
waktu panjang menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Dimana resistensi ini
akan menyebabkan tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian
antibiotik secara sistemik dengan dosis normal. Antibiotik terdiri atas beberapa
golongan diantaranya:
1. Golongan Penisilin
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin laktam
mereka yang unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja,
farmakologi, efek klinis, dan karakteristik imunologi yang mirip dengan
sefalosporin, monobactam, carbapenem, dan β-laktamase inhibitor, yang juga
merupakan senyawa β-laktam.
b. Meropenem
c. Ertapenem
Berbeda dengan imipenem dan meropenem karena mempunyai t½
serum yang lebih lama yang memungkinkan dosis sehari dan aktivitasnya
lebih rendah terhadap P. aeruginosa dan Acinetobacter spp. Spektrum
aktivitasnya terhadap organisme gram-positif
d. Aztreonam
4. Golongan Kloramfenikol
5. Golongan Tetrasiklin
6. Golongan Makrolida
7. Golongan Aminoglikosida
9. Golongan Fluorokuinolon
(Yuana, 2016)
BAB III
PEMBAHASAN
Depo farmasi rawat jalan merupakan salah satu unit pelayanan kefarmasian di
RSUD dr. L.D. Baharuddin, M. Kes yang melayani 11 poli yang diantaranya yaitu
poli jiwa, poli mata, poli THT, poli anak, poli dalam, poli gigi, poli bedah mulut, poli
obgyn, poli saraf, poli gizi dan poli gigi endodonsi. Pada praktiknya, depo farmasi
rawat jalan menjalankan dua tugas utama kefarmasian di rumah sakit yaitu
pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta
pelayanan farmasi klinik. Pelayan Kefarmasian pada depo farmasi rawat jalan terdiri
atas 3 Apoteker dan 4 Asisten Apoteker.
Pengelolaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang meliputi pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian serta administrasi. Pelayanan farmasi klinik pada depo
farmasi rawat jalan mencakup pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat
penggunaan obat pada SIM-RS, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO),
konseling bagi pasien dengan penggunaan obat khusus dan dispensing.
Pemilihan obat pada depo farmasi rawat jalan dilakukan dengan memilih obat-
obat berdasarkan pada Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit RSUD
dr. H. L. M. Baharuddin, M. Kes. yang mengacu pada standar pengobatan/pedoman
diagnosa dan terapi, pola penyakit, efektivitas dan keamanan, pengobatan yang
berbasis pada bukti, mutu harga serta ketersediaan barang pada gudang farmasi.
Perencanaan kebutuhan obat pada depo farmasi rawat jalan dilakukan dengan
membuat daftar obat yang jumlahnya telah mencapai stok optimum atau dibawah stok
optimum yang diikuti dengan perhitungan jumlah kebutuhan obat yang mengacu pada
data penggunaan obat pada periode lalu.
Depo farmasi rawat jalan melakukan pengadaan pada gudang farmasi dengan
menyertakan daftar obat beserta jumlah permintaan yang telah ditulis pada buku
amprah. Jadwal pengamprahan obat di depo rawat jalan dilakukan setiap hari Senin
dan Kamis, jika sewaktu-waktu terjadi kekosongan stok obat pada depo farmasi rawt
jalan maka petugas bisa melakukan amprahan tambahan.
Penerimaan perbekalan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pada depo farmasi
rawat jalan dilakukan oleh petugas depo farmasi jalan bersama dengan petugas
gudang. Stok obat yang diterima terlebih dahulu dilakukan pengecekan bersama
petugas gudang dengan mencocokkan barang beserta jumlahnya yang tertera pada
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dengan fisik barang yang diterima. Barang yang
telah melalui proses pengecekan diterima oleh petugas depo farmasi rawat jalan yang
kemudian akan disimpan pada tempat penyimpanan obat. Keabsahan barang yang
diterima ditandai dengan telah ditandatanganinya lembar SBBK oleh petugas gudang
dan kepala ruangan depo farmasi rawat jalan.
Penyimpanan pada depo farmasi rawat jalan ditempatkan berdasarkan golongan
obat (bebas, bebas terbatas, keras), high alert (narkotik, psikotropik, obat-obat
beresiko tinggi, larutan konsentrat, LASA/NORUM), jenis sediaan dan suhu
penyimpanan (ruang dan dingin) yang disusun berdasarkan alfabetis dan FIFO/FEFO.
Golongan obat bebas, bebas terbatas dan keras disimpan pada rak penyimpanan obat.
Obat narkotika disimpan pada lemari khusus dengan double lock, obat psikotropika
dan OOT masing-masing disimpan pada lemari khusus. Obat high alert disimpan
pada tempat khusus dan diberi label berupa stiker bertanda ‘HIGH ALERT’. Obat
LASA/NORUM disimpan tidak saling berdekatan (terpisah) dan diberi label berupa
stiker bertanda ‘LASA’. Obat dengan bentuk sediaan cair disimpan pada rak
penyimpanan bawah, sementara obat dengan bentuk sediaan padat disimpan pada rak
atas. Obat yang sensitif terhadap suhu penyimpanan diletakkan sesuai dengan
ketentuan suhu penyimpanan, suhu 2°C - 8°C disimpan pada lemari
pendingin/chiller, suhu di atas 8°C – 15°C diletakkan pada ruang terkendali,
sementara suhu 15°C - 25°C diletakkan pada ruang kerja normal.
Pendistribusian pada depo farmasi rawat jalan dilakukan dengan mengacu pada
sistem peresepan perseorangan/individu dimana pemberian obat pada resep yang
dilayani diberikan langsung kepada pasien secara individual berdasarkan resep dokter
poli pada unit rawat jalan.
Pemusnahan dan penarikan obat pada depo farmasi rawat jalan dilakukan dengan
memisahkan barang yang mutu dan kualitasnya tidak memenuhi standar kelayakan
(cacat fisik/melewati masa ED) dan menempatkannya pada satu tempat khusus. Obat
yang telah dipisahkan kemudian akan diserahkan kepada petugas gudang yang akan
mengelola kembali obat tersebut.
Pengendalian obat pada depo farmasi rawat jalan terdiri atas tiga aspek yaitu
pengendalian ketersediaan, pengendalian penggunaan dan penanganan barang tak
layak. Pengendalian ketersediaan dilakukan dengan melakukan subtitusi obat dengan
obat lain yang memilki zat aktif sama untuk mencegah kekosongan stok obat tertentu,
melakukan bon pada unit depo farmasi lain (rawat inap atau UGD) berdasarkan
persetujuan kepala unit ruangan dan membeli obat yang dibutuhkan pada
apotek/rumah sakit yang mempunyai perjanjian kerjasama. Pengendalian penggunaan
dilakukan dengan melakukan stok opname setiap akhir bulan untuk mengecek jumlah
fisik obat yang tersedia, membatasi penggunaan obat berdasarkan Formularium
Nasional untuk pasien BPJS dan berdasarkan hasil data penelusuran riwayat
penggunaan obat pada SIM-RS. Penanganan barang tak layak dilakukan dengan
memisahkan barang tersebut pada tempat terpisah dari obat lain yang kemudian
dilanjutkan dengan pengembalian sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
rumah sakit.
Administrasi pada depo farmasi rawat jalan meliputi pencatatan pengeluaran obat
pada lembar pengeluaran obat harian, selanjutnya jumlah pengeluaran obat pada
lembar pengeluaran obat harian akan dijumlahkan dan hasil penjumlahan obat dicatat
pada kartu stok obat. Pelaporan pengeluaran dan penggunaan obat per resep
dilakukan dengan menginput data pada laman SIM-RS.
Alur pelayanan pada depo farmasi rawat jalan dibagi berdasarkan pasien BPJS
dan non BPJS. Berikut bagan alur pelayanan pada depo farmasi rawat jalan.
B. Data Penggunaan Antibiotik di Depo Farmasi Rawat Jalan
1. Poli anak
Bagan di samping
menunjukkan persentase
kesesuaian peresepan
antibiotik pada tujuh poli di
unit rawat jalan pada periode
Juni 2022. Persentase
kesesuaian peresepan
antibiotik yang mengacu pada
Formularium Nasional
tergolong cukup besar yaitu
mencapai 80% dari total 384
resep dokter yang mencantumkan antibiotik. Hal ini menunjukkan bahwa
peresepan antibiotik pada unit rawat jalan RSUD dr. H. L. M. Baharuddin, M.
Kes., termasuk salah satu unit yang sebagian besar dokternya patuh pada retriksi
Formularium Nasional. Besarnya kesesuaian peresepan antibiotik dapat
berdampak besar khususnya bagi rumah sakit yang dapat menekan pengeluaran
anggaran belanja kebutuhan obat. Hal ini dapat memperbesar total pendapatan
rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya defisit anggaran dapat
diminimalisir. Selain bermanfaat bagi rumah sakit, pasien juga memperoleh
manfaat terkait minimnya biaya pengobatan dan pencegahan terjadinya resistensi
antibiotik. Durasi peresepan antibiotik yang merujuk pada Formularium Nasional
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan obat.
Pada bagan terlihat bahwa persentase ketidaksesuaian peresepan antibiotik
pada unit rawat jalan sebesar 15%. Meski nilai yang diperoleh tergolong tidak
terlalu besar, hal ini tetap patut diwaspadai guna mencegah terjadinya kondisi
yang tidak diinginkan. Dampak negatif yang paling berbahaya dari penggunaan
antibiotik secara tidak rasional adalah muncul dan berkembangnya bakteri yang
kebal terhadap antibiotik atau dengan kata lain terjadinya resistensi antibiotik.
Hal ini mengakibatkan layanan pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan
morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya biaya perawatan
kesehatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penggunaan antibiotik patut memperhatikan rasionalitas penggunaan obat
sehingga efektivitas terapi dapat dicapai guna meningkatkan kualitas hidup
pasien. Guna menjamin penggunaan antibiotik yang rasional, maka perlunya
peningkatan kepatuhan bagi dokter pada unit rawat jalan agar senantiasa
mematuhi retriksi penggunaan antibiotik yang telah tercantum pada Formularium
Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Dirga, Sudewi MK, Atika DA, Irfanianta AS, Anton P, 2021, Evaluasi Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung, Jurnal Kefarmasian Indonesia, 11 (1).
Djamaluddin F, Amir I, Muttaqin, 2019, Kepatuhan Pelayanan Farmasi Klinik di
Rumah Sakit di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Jurnal Administrasi Negara,
25 (3).
Ihsan M, Ratna KI, Hananditia RP, 2018, Hubungan antara Waktu Tunggu Pelayanan
Resep dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan BPJS terhadap Pelayanan
Resep (Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Malang), Pharmaceutical Journal of Indonesia, 3(2)
Indonesia, Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Tambahan
Lembaran RI No. 5038, Sekretariat Negara: Jakarta.
Indonesia, Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Tambahan
Lembaran RI No. 5072, Sekretariat Negara: Jakarta.
Juhari, 2016, Status Hukum Rumah Sakit Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Jurnal Spektrum Hukum 13 (2).
Listiyono RA, 2015, Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan Di Rumah Sakit
Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah
Sakit Tipe B, Kebijakan Dan Manajemen Public 1 (1)
Mawardani A.P., Dwi E., Satibi, Taufiqurohman, 2021, Kesesuaian Penggunaan
Antibiotik dengan Formularium sebelum dan saat Program JKN di RSA UGM
Yogyakarta, Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 7(2).
PMK No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
PMK No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit
Pratiwi WR, Angga PK, Dolih G, 2017, Hubungan Kesesuaian Penulisan Resep
Dengan Formularium Nasional Terhadap Mutu Pelayanan Pada Pasien
Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Umum Di Bandung Pharm Sci
Res ISSN 2407-2354
Yuana,D,A., 2016, Gambaran Penggunaan Antibiotok Dengan Resep Dan Tanpa
Resep Dokter Dibeberapa Apotek Diarea Jember Kota, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Jember
LAMPIRAN
a. Pelayanan Resep
b. Penyiapan Obat Racikan
c. Penulisan Etiket