Anda di halaman 1dari 30

BAB III

ASPEK KHUSUS

3.1 Landasan Teori


3.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization),
rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Menurut PerMenKes no 72 tahun 2016 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

3.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit mempunyai misi
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan
pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit
menyelenggarakan kegiatan:
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan

12 | P a g e
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
pengaplikasian teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat
diklasifikasikan berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan, dan
kelas.
1. Berdasarkan kepemilikan.
Rumah sakit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit
pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten), rumah sakit BUMN
(ABRI), dan rumah sakit yang modalnya dimiliki oleh swasta
(BUMS) ataupun Rumah Sakit milik luar negri (PMA).
2. Berdasarkan Jenis Pelayanan.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit umum,
rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus (misalnya rumah sakit
jantung, ibu dan anak, rumah sakit mata, dan lain-lain).
3. Berdasarkan Kelas
Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah sakit
kelas A, B (pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas D.
a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan subspesialistik luas.

13 | P a g e
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurangkurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar.
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar

3.1.4 Definisi instalasi farmasi rumah sakit.


Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 Instalasi farmasi
rumah sakit atau IFRS adalah Instalasi Farmasi adalah unit
pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah
Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan farmasi klinik. Seperti diketahui, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat (PIO), serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional. Berdasarkan hal-hal tersebut, definisi yang
umum dari instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu departemen
atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan berkompeten
secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan

14 | P a g e
kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep
bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan
kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan
pelayanan klinik yang merupakan program Rumah Sakit secara
keseluruhan.

3.1.5 Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit


Berdasarkan Permenkes no 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasiaan di Rumah Sakit Pengaturan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

3.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes


Menurut PerMenkes no 72 tahun 2016 tentang standart pelayanan
kefarmasian Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi:

a. pemilihan;

b. perencanaan kebutuhan;

c. pengadaan;

d. penerimaan;

e. penyimpanan;

f. pendistribusian;

g. pemusnahan dan penarikan;

h. pengendalian; dan

i. administrasi.

15 | P a g e
Adapun penjelasan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan


Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
kebutuhan. Fungsi pemilihan adalah menentukan apakah perekalan
farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau
kunjungan dan pola penyakit di rumh sakit.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan :
o Formularium dan standar terapi
o Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah ditetapkan
o Pola penyakit
o Efektifitas dan keamanan
o Pengobatan berbasis bukti
o Mutu
o Harga
o Ketersediaan di pasaran
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang
ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit yang disusun mengacu kepada
Formularium Nasional yang berlaku.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis
Resep, pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah Sakit.
Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin
dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.

16 | P a g e
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit
dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari
penggunaan obat agar tercapai pengobatan rasional.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium RSU Kumala
Siwi Mijen Kudus :
o Mengutamakan penggunaan obat generik;
o Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
o Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
o Praktis dalam penyimpanan dan distribusi;
o Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
o Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
o Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan
o Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicine) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan
harga yang terjangkau.

b. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk


menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, jumlah, waktu
dan efisiensi.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dan dilakukan secara periodik : bulanan, triwulan, semester.
Perencanaan di susun menggunakan metode : konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
 anggaran yang tersedia;
 penetapan prioritas;
 sisa persediaan;

17 | P a g e
 data pemakaian periode yang lalu;
 waktu tunggu pemesanan; dan
 rencana pengembangan

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk


merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah,
dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu.
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian
antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan
dan pembayaran.
Pengadaan sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilaksanakan oleh Tim Pengadaan yang melibatkan tenaga
farmasi dan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku di RSU
Kumala Siwi Mijen Kudus.
Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai diharuskan memiliki Nomor Izin Edar dan waktu kedaluwarsa
minimal 2 tahun, kecuali untuk sediaan farmasi tertentu seperti reagensia,
vaksin, dan sediaan farmasi yang akan segera digunakan/ cito.
Hal yang diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain :
 Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisis
 Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar; dan

18 | P a g e
 Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain).

Pengadaan RSU Kumala Siwi Mijen Kudus dilakukan melalui :


 Pembelian
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :
 Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat;
 Persyaratan pemasok;
 Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sedian Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
 Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis jumlah dan waktu.

 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
berasal dari bukan pengadaan rumah sakit (seperti sumbangan/
dropping/ hibah dan lain-lain) maka proses penerimaan,
penyimpanan, distribusi, pengendalian, dan pelaporan sesuai
prosedur rumah sakit yang berlaku.

 Instalasi Farmasi RSU Kumala Siwi Mijen Kudus tidak memfasilitasi


pengelolaan sediaan farmasi sampel, kecuali atas ijin tertulis dari
Direktur.
Bila terjadi kekosongan persediaan obat dan alat kesehatan yang
dibutuhkan segera, maka Instalasi Farmasi dapat melakukan
pembelian segera ke distributor, rumah sakit, atau Apotek yang telah
dilakukan perjanjian kerjasama.
Bila terjadi kekosongan persediaan obat, alat kesehatan, bahan medis
habis pakai dari distributor, pihak farmasi membuat pemberitahuan
tertulis kekosongan obat kepada dokter sesuai dengan prosedur.

19 | P a g e
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai yang


diterima oleh bagian penerimaan sesuai dengan Surat Pesanan yang
dibuat dan pada saat diterima harus dalam kondisi bagus dan lengkap
sesuai dengan Faktur Pembelian
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan
baik.

e. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan salah satu tahapan dalam siklus pengelolaan


sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP)
yang bertujuan mengamankan sediaan farmasi dari gangguan fisik yang
dapat mempengaruhi mutu serta dari kehilangan / pencurian.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tepat
sangat mendukung terlaksananya pelayanan perbekalan farmasi yang
optimal.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas
dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Komponen umum penyimpanan diantaranya adalah :
 Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus;
 Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting;

20 | P a g e
 Elektrolit konsentrat tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah
penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan
 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
Setiap obat yang disimpan di ruang perawatan dan obat emergensi
harus dikelola dengan baik oleh penanggung jawab ruangan sesuai
dengan prosedur dan dilakukan. Instalasi Farmasi harus dapat
memastikan bahwa obat disimpan secara benar dan dilakukan
inspeksi secara periodik.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang harus disimpan terpisah yaitu :
 Bahan yang udah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
tanda khusus bahan berbahaya;
 Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan di rsu kumala siwi mijen dilakukan berdasarkan
bentuk sediaan, jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan
prinsip First Expired First Out (FEFO), dan First In First Out (FIFO)
disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip, Look Alike
Sound Alike (LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat.
Terdapat lemari penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan.

21 | P a g e
Lemari penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:
 Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan;
 Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain;
 Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti;
 Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa; dan
 Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.
 Kegiatan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dikoordinasikan oleh Koordinator Pengelolaan dan
Perencanaan Instalasi Farmasi yang dalam pelaksanaanya
melibatkan pihak–pihak berikut:
a) Apoteker
 Mengidentifikasi kondisi optimal penyimpanan untuk semua item
sediaan farmasi serta potensi bahayanya;
 Apoteker juga bertugas melakukan supervisi penyimpanan
sediaan farmasi di seluruh ruang pelayanan dan tempat
penyimpanan perbekalan farmasi secara berkala. Hasil supervisi
perbekalan farmasi didokumentasikan.
b) Petugas Gudang Farmasi
c) Bertugas menempatkan dan menyusun sediaan farmasi sesuai
dengan lokasi penyimpanannya.
 Memberikan penandaan sesuai dengan kelompok sediaan
farmasi serta potensi bahayanya.
d) Petugas Depo Farmasi
 Menempatkan dan menyusun sediaan Farmasi sesusai dengan
lokasi penyimpananya.
e) Perawat
 Menjaga stabilitas sediaan farmasi di ruang perawatan dan
mencegah kehilangan.
 Pengawasan dan pengamanan sediaan farmasi mencakup
semua lingkup, yaitu :
 Gudang Farmasi

22 | P a g e
 Depo Farmasi Rawat Inap
 Depo Farmasi Rawat Jalan
 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
 Laboratorium
 Radiologi
 Instalasi Bedah Sentral (IBS)
 Seluruh Ruang penyimpanan sediaan farmasi di Unit
 Hemodialisa
 Instalasi Rawat Intensif
Sediaan Farmasi disimpan pada suhu sesuai ketentuan yang
tercantum dalam petunjuk dari produsen, sebagai berikut :

- Suhu dingin (lemari pendingin) : 2-8 oC


- Suhu ruangan : 15 - 25 oC
- Kelembaban : 40-60 %

Pemantauan suhu ruangan dan suhu lemari pendingin, serta


kelembaban dilakukan secara rutin dan dicatat dalam lembar
monitoring suhu dan kelembababan dan dilakukan tiga kali
setiap pergantian shift dalam sehari.
Obat narkotika, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan High
Alert Medication (HAM) disimpan terpisah dari obat lainnya
disertai dengan penandaan khusus.
Dalam hal penyimpanan sediaan farmasi khusus, terdapat
beberapa persyaratan, diantaranya :
a. Narkotik
Narkotika yang berada dalam penguasaan Rumah Sakit wajib
disimpan pada lemari khusus dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Terbuat dari bahan yang kuat
2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda
3. Diletakkan pada tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum

23 | P a g e
4. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang
berlainan

b. Bahan Beracun Berbahaya (B3)


1. Bahan Beracun Berbahaya disimpan sesuai dengan
potensi bahayanya (mudah terbakar, mudah meledak, dan
lain–lain)
2. Berikan penandaan sesuai dengan potensi bahayanya.
3. Penyimpanan B3 harus disertai dengan Material Safety
Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Pengaman (LDP)
yang memuat identitas bahan, bahaya yang ditimbulkan,
cara penanggulangan bila terjadi tumpahan/ kebocoran
serta cara penanggulangan kedaruratan.
4. Di tempat penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan Alat
pelindung Diri (APD) bagi petugas.

c. Nutrisi Parenteral
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Mijen
Kudus hanya mengelola produk nutrisi parenteral.
2. Produk Nutrisi Parenteral disimpan sesuai sifat bahan dan
petunjuk penyimpanan dari produsen.
d. Pengelolan elektrolit konsentrat mengacu pada prinsip
pengelolaan obat High Alert Medication (HAM) di rumah sakit.
1. Pengelolaan obat HAM berdasarkan instruksi kerja obat
HAM yang berlaku;
2. Obat HAM selain elektrolit konsentrat boleh disimpan di
seluruh ruang rawat di sebagai stok emergensi atau di
loker pasien dengan diberi wadah khusus;
3. Pemeriksaan ulang (double check) wajib dilakukan pada
setiap proses yang melibatkan obat HAM;
4. Semua obat HAM harus diberi label yang jelas,
penempatan label harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menutupi identitas, tanggal kaduwarsa, atau

24 | P a g e
informasi penting lainnya pada kemasan obat. Label harus
tidak mudah lepas;
5. Akses obat HAM harus dibatasi, hal ini mencakup
pemberian label serta penempatan obat HAM secara
terpisah di ruangan. Obat HAM hendaknya ditempatkan
pada kotak atau wadah khusus dan tidak dicampur dengan
obat selain HAM pada satu wadah;
6. Obat HAM elektrolit konsentrat (NaCl 3% dan KCl 7,46%)
yang belum diencerkan hanya boleh disimpan di Instalasi
Farmasi, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Bedah Sentral
dan Instalasi Gawat Darurat, dimana obat-obat dimaksud
diberi tempat tersendiri/ khusus;
7. Selama pemberian obat HAM, pasien harus dimonitor dan
diwaspadai terhadap efek samping yang berpotensi
terjadi. Bila terjadi overdosis dan atau efek samping,
segera laporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP), kemudian lakukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengelolanya.

f. Pendistribusian
 Penyaluran sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai adalah kegiatan mendistribusikan/ menyalurkan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari gudang
farmasi ke unit pelayanan farmasi
 Permintaan stok Bahan Medis Habis Pakai dan Alat Kesehatan
dilakukan masing-masing ruangan dengan menggunakan formulir
bon BHP ke logistik farmasi.
 Permintaan stok Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) dari unit pelayanan farmasi dilakukan setiap pagi
dengan mencocokkan sistem mutasi barang hari sebelumnya.
Metode ini disebut metode anfrah.

25 | P a g e
 Apabila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang diminta tidak tersedia gudang farmasi mengajukan permintaan
ke bagian pengadaan dan menginformasikan kepada unit pelayanan
farmasi bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai tersebut masih dipesankan.
 Jam operasional untuk gudang farmasi yaitu pada shift pagi (07.00-
14.00) maka dari itu permintaan dari depo atau unit dilaksanakan
pada jam operasional.
 Petugas gudang farmasi mendelegasikan kunci gudang kepada
petugas yang ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan mendadak obat
ruangan

g. pemusnahan dan penarikan


 Penarikan dan pemusnahan merupakan salah satu dari kegiatan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP untuk
meniadakan perbekalan farmasi dari sediaan yang ada. Sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang akan dimusnahkan ditarik
baik dari tempat penyimpanan (gudang), ruang-ruang pelayanan
(depo farmasi maupun instalasi), dan dari pasien jika sediaan farmasi
sudah terlanjut diberikan.

 Penarikan dikoordinir oleh gudang farmasi untuk sediaan farmasi, alat


kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan syarat :
a) Mendekati atau telah kadaluwarsa
b) Rusak atau tidak memenuhi syarat mutu
c) Ditarik oleh produsen/ distributor
d) Dicabut izin edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) atau instansi berwenang
e) Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dilakukan 6 bulan sebelum barang kadaluwarsa.
f) Ada sistem pencatatan untuk kegiatan penarikan yang dilakukan.

26 | P a g e
 Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dan pelaporannya dilakukan sesuai peraturan pemerintah
yang berlaku.

h. Pengendalian
 Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai. Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh instalasi farmasi harus
bersama dengan tim farmasi dan terapi di rumah sakit.
 Tujuan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai adalah untuk :
 Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.
 Penggunaan obat sesuai diagnosa dan terapi.
 Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan, kekurangan atau kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
 Cara mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai adalah :
 Melakukan evaluasi persediaan barang yang jarang di gunakan
(slow moving).
 Melakukan evaluasi persediaan barang yang tidak digunakan
selama 3 bulan berturut-turut (death stok).
 Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

i. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.
Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan

27 | P a g e
- Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,
pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
- Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi
Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan,
semester atau pertahun).
- Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan
peraturan yang berlaku.
- Pencatatan dilakukan untuk:
1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2) dasar akreditasi Rumah Sakit;
3) dasar audit Rumah Sakit; dan
4) dokumentasi farmasi.

Pelaporan dilakukan sebagai:


1) komunikasi antara level manajemen;
2) penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai
kegiatan di Instalasi Farmasi; dan
3) laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

28 | P a g e
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku

3.3 Pelayanan Resep


Salah satu metode pendistribusian perbekalan farmasi di rumah sakit
kepada pasien adalah dengan menggunakan resep atau order dari dokter.
Resep yang telah ditulis oleh dokter berdasarkan kebutuhan medis pasien
akan dilakukan pengkajian resep oleh instalasi farmasi sebelum dilakukan
penyiapan/ dispensing dan diserahkan kepada pasien disertai dengan
informasi obat sesuai obat yang diterima.
Ruang lingkup pelayanan resep adalah mulai dari penerimaan resep oleh
apoteker/ petugas farmasi, pengkajian resep, konfirmasi resep apabila ada
ketidakjelasan di dalam resep, pembilingan resep, pengambilan sejumlah
sediaan farmasi, alkes, BMHP sesuai dengan resep, penyiapan/ dispensing
sediaan farmasi, alkes, BMHP, pemberian etiket, pemeriksaan kembali
kesesuaian sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP dengan resep kepada
pasien atau pengambil obat dan pemberian informasi dan edukasi terkait
obat yang digunakan. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).

Pelayanan resep dilakukan di instalasi farmasi rawat inap maupun instalasi


farmasi rawat jalan. Instalasi farmasi rawat inap RSU Kumala Siwi Mijen
Kudus melayani resep pasien IGD, Persalinan, HCU/ICU, Adhikari, Anagata
lantai II, anagata lantai IV, IBS. Sementara instalasi farmasi rawat jalan
melayani resep dari poliklinik dan hemodialisa.
Untuk pasien rawat jalan permintaan obat dalam bentuk lembar resep.
Sementara pada pasien rawat inap permintaan obat maupun alkes ditulis
dalam lembar Kartu Obat Pasien rawat inap (KOP) dan Kartu Permintaan
Alkes (KPA).

29 | P a g e
3.3.1 Ketentuan Umum Pelayanan Resep
a. Pelayanan resep obat dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
b. Pelayanan resep obat harus sesuai dengan formalarium obat di
RSU Kumala Siwi Mijen Kudus. Pelayanan resep obat diluar
formularium hanya dilayani setelah mendapatkan persetujuan
dari Ketua Tim Farmasi dan Terapi.
c. Resep yang ditulis dengan nama dagang dapat dilayani dengan
obat dengan nama dagang lain dengan bahan aktif yang sama
atau dengan obat generik yang sesuai dengan formularium.
d. Pelayanan resep “pro re nata / prn” dilayani setelah ada
kejelasan/ kepastian tentang indikasi, besarnya dosis maksimal
untuk satu hari, cara pemakaian dan saat pemakaian.
e. Permintaan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP di instalasi
rawat inap dibuat secara tertulis menggunakan KPA kecuali jika
ada keadaan mendesak bisa diberikan terlebih dahulu dan resep
bisa disusulkan.
f. Permintaan obat/ resep antibiotika dan obat “pro re nata” untuk
terapi 3-5 hari, melebihi waktu tersebut Instalasi Farmasi dapat
menghentikan pemberian obat tersebut.
g. Waktu pelayanan resep pasien rawat inap 24 jam.
h. Sistem peresepan bagi pasien rawat inap adalah One day Unit
Dose Dispensing, sedangkan bagi pasien rawat jalan adalah
peresepan individu.
i. Pelayanan obat narkotika harus disertai pelaporan tiap bulan.
j. Pelayanan obat yang perlu diwaspadai sesuai dengan Kebijakan
Obat yang Perlu Diwaspadai.
k. Setiap pelayanan perbekalan farmasi per resep harus di entri ke
dalam billing pasien pada sistem SIM RS.
l. Setiap pasien rawat inap yang akan pulang, harus dilakukan
verifikasi kesesuaian Kartu Obat Pasien dengan billing.
m. Waktu tunggu penyiapan resep rawat jalan untuk obat racikan 60
menit, dan obat jadi 30 menit.

30 | P a g e
n. Laporan indikator mutu pelayanan dan evaluasi resep dilaporkan
ke Koordinator Pelayanan dan Mutu Pelayanan tiap bulan.
o. Sumber obat di Instalasi farmasi berasal dari gudang farmasi.
Jika gudang kosong, dapat meminta stok dari depo lain. Jika stok
kosong, maka pengadaan obat segera dari luar sesuai prosedur
yang berlaku.

3.3.2 Penerimaan Resep


1. Penerimaan resep dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian yang ditunjuk. Adapun alur penerimaan resep
meliputi :
 Skrining administrasi : pengkajian kelengkapan resep dan
dokumen yang diperlukan untuk pelayanan resep yang
meliputi indentitas pasien, identitas dokter penulis resep, isi
resep/ permintaan dan surat jaminan pelayanan dari asuransi
atau tanggungan pribadi. Untuk obat narkotik, tertulis nama
dokter dan alamat lengkap, nama pasien dan alamat.
 Skrining farmasetis : pengkajian kesesuaian permintaan
dokter dalam resep dengan sediaan farmasi yang akan
disediakan yang meliputi kesesuaian obat dalam resep
dengan formularium, ketersediaan perbekalan farmasi,
stabilitas sediaan.
 Skrining klinis : pengkajian kesesuaian antara permintaan
dokter dalam resep dengan kebutuhan medis pasien yang
meliputi indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat.
Penerimaan resep dilakukan skrinning 7 benar, yaitu benar
pasien, benar obat, benar indikasi, benar dosis, benar rute
pemberian, benar waktu pemberian, ada dokumentasi.
2. Penghitungan harga obat dan konfirmasi kesediaan membayar
bagi pasien tanggungan pribadi (umum).
3. Prosedur pelayanan resep tanggungan pribadi (umum).: resep
masuk ke instalasi farmasi, kemudian di entri ke billing,
selanjutnya pasien membayar ke kasir. Farmasi mengambilkan

31 | P a g e
obat sesuai resep, jika ada ketidakjelasan baik tulisan ataupun
dosis obat dapat dilakukan konfirmasi obat sesuai prosedur yang
berlaku di RSU Kumala Siwi Mijen Kudus, kemudian dilakukan
pelabelan, di lakukan double check oleh apoteker sebelum obat
diserahkan ke pasien dan disertai edukasi jika dibutuhkan.
4. selagi obat disiapkan untuk kemudian diserahkan kepada pasien
5. Prosedur pelayanan resep BPJS : Resep masuk ke instalasi
farmasi, kemudian di entri di billing. Pada pasien BPJS maupun
tanggungan pribadi (umum). terdapat infomasi jenis pembayaran
pasien di sistem SIM RS. Obat diambilkan sesuai resep, jika ada
ketidakjelasan baik tulisan ataupun dosis obat dapat dilakukan
konfirmasi obat sesuai prosedur yang berlaku di RSU Kumala
Siwi Mijen Kudus, kemudian dilakukan pelabelan, di lakukan
double check oleh apoteker sebelum obat diserahkan ke pasien
dan disertai edukasi jika dibutuhkan.

3.3.3 Konfirmasi Resep


Apabila selama penerimaan resep terdapat ketidakjelasan baik dari
sisi administrasi, farmasetis ataupun klinis, maka Apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian yang ditunjuk harus melakukan
konfirmasi untuk mendapatkan kejelasan permintaan dokter di
dalam resep tersebut sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku.
Konfirmasi dapat dilakukan sesuai prosedur yang berlaku dengan
dokter penulis resep, perawat ruangan ataupun pasien. Konfirmasi
dapat dilakukan melalui tatap muka langsung ataupun melalui
telepon. Hasil konfirmasi didokumentasikan dan menjadi dasar
untuk pelayanan perbekalan farmasi.

3.3.4 Penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (ALKES) Dan Bahan


Medis Habis Pakai (BMHP) Farmasi
Penyiapan perbekalan farmasi dapat dilakukan oleh apoteker dan
atau tenaga teknis kefarmasian. Proses penyiapan perbekalan
farmasi adalah diantaranya :

32 | P a g e
1. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan
pada resep
2. Penghitungan kebutuhan perbekalan farmasi baik itu
kesesuaian dosis maupun jumlah yang diminta
3. Penggunaan alat pelindung diri sesuai sifat perbekalan
farmasi.
4. Pengambilan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan
5. Apabila diperlukan dapat dilakukan peracikan.
6. Melakukan pengenceran sirup kering sesuai takaran dengan
air yang layak
7. Melakukan pengecekan pengambilan, atau penyiapan obat
racik
8. Menyiapkan etiket sesuai dengan jenis obat
9. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai
dengan permintaan dalam resep.
10. Melakukan double check sebelum obat diserahkan ke pasien
11. Pemberian edukasi obat jika diperlukan

3.3.5 Pemberian Etiket Dan Pengemasan


Pemberian etiket dan pengemasan sediaan farmasi, Alkes, BMHP
dapat dilakukan oleh apoteker dan atau tenaga teknis kefarmasian.
Pembuatan etiket dan penempelan etiket untuk setiap perbekalan
farmasi tertulis nama pasien, nomor rekam medik/ register, tanggal
lahir/ umur, tanggal penyiapan, nama obat, aturan pakai,
keterangan lain (bila ada), waktu kadaluwarsa. Pengemasan
seluruh perbekalan farmasi per pasien sesuai peraturan yang
berlaku.
Penggunaan etiket yang berlaku :
- Warna putih untuk obat dalam/ oral
- Warna biru untuk pemakaian obat luar
- Pada label suspensi atau emulsi tertulis “kocok dahulu”

3.3.6 Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes) Dan Bahan


Medis Habis Pakai (BMHP)

33 | P a g e
Penyerahan perbekalan farmasi kepada pasien/ keluarga/ perawat
ruangan dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
yang ditunjuk.
Sebelum obat diserahkan harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket
dengan resep). Pengkajian resep dapat dilakukan dengan melihat
ceklist telaah validasi di belakang lembar resep. Pemeriksaan
kembali resep dilakukan oleh petugas yang berbeda dari petugas
yang menyiapkan resep.
Petugas yang menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan,
BMHP berbeda dari petugas yang menyiapkan resep. Jika petugas
yang sama, maka terlebih dahulu telah diperiksa kembali oleh
petugas yang berbeda.
Pemanggilan pasien dengan menyebut nomor antrian. Sebelum
obat diserahkan, memastikan bahwa yang menerima obat adalah
pasien atau keluarga sesuai dengan nama yang tercantum pada
resep. Menyerahkan obat yang telah disiapkan disertai dengan
memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat, misalnya kegunaan obat, kemungkinan efek
samping, cara pemberian obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari. Jika diperlukan dapat dibuatkan salinan resep sesuai
dengan resep asli dan di paraf oleh apoteker.

 Contoh KPO dan KPA terlampir.


 Contoh pengkajian resep terlampir
 Berikut adalah alur penerimaan resep di Instalasi rawat jalan

34 | P a g e
UNIT PELAYANAN
RESEP INSTALASI FARMASI

7 benar Resep Masuk Nomor Tunggu


1. Benar Pasien
2. Benar Indikasi Skrining Resep Tidak jelas
3. Benar Obat
4. Benar Dosis Resep Lengkap
Konfirmasi Dokter
5. Benar Cara Pakai
Penulis Resep
6. Benar Waktu Petugas Melakukan
Pemberian Biling Resep
7. Dokumentasi

Skrining Resep Rawat Jalan

Pembayaran Pribadi BPJS / Asuransi

Persetujuan Pasien

Pembayaran Resep
Ke Kasir

Penyiapan / Pengembaian obat

Cek Kembali kesesuaian obat dengan


resep menggunakan 7 benar
Penyerahan Obat kepada pasien
ata perawat ruangan disertai
Peracikan Obat
dengan konfirmasi Identitas
Pemberian Etiket Pasien , Cara pakai, Frekuensi
Obat, dan kemungkinan jika
Cek Kembali kesesuaian obat terjaid interaksi atau efek
dengan resep menggunakan 7 benar samping obat.

12 | P a g e
3.4 Pelayanan Non Resep
Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang
ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Instalasi sediaan farmasi termasuk dalam fasilitas distribusi
atau penyaluran sediaan farmasi, bukan fasilitas pelayanan kefarmasian.
Oleh karena itu instalasi farmasi tidak diperbolehkan menjual obat langsung
kepada pasien tanpa resep dokter.

3.5 Pelayanan PIO / KIE


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:

a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga


kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi:

a. Menjawab pertanyaan;
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit;
b. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
c. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
d. Melakukan penelitian.

12 | P a g e
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:

a. Sumber daya manusia;


b. Tempat; dan
c. Perlengkapan.

Prosedur dalam melakukan PIO:


a. Petugas farmasi menerima pertanyaan mengenai informasi obat melalui
lisan/ pertelepone/ tulisan.
b. Petugas farmasi mencatat pertanyaan di lembar Pelayanan Informasi
Obat (PIO).D
c. Petugas farmasi mencari evidence base medicine baik dari jurnal
kesehatan, literature, meminta masukan dari apoteker/ dokter senior/
yang lebih berkompeten atau aplikasi kesehatan.
d. Petugas farmasi menjawab pertanyaan sesuai evidence base medicine.
e. Petugas farmasi melakukan dokumentasi.

Konseling, Informasi, Edukasi


1. Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan/ atau keluarganya.
2. Konseling untuk pasien rawat inap dan rawat jalan dapat dilakukan atas
inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
3. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan masalah terkait obat, meningkatkan cost-effectiveness,
yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat.
Apoteker memberikan edukasi terhadap tata cara pemakaian, aturan, dosis
dan cara penyimpanan obat yang diterima
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:

a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;


b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;

13 | P a g e
c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya;
b. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
c. mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
d. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi;
e. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
f. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:

a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;


b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat
melalui Three Prime Questions;
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat;
e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien;
dan
g. Dokumentasi.

3.6 Dokumentasi Pekerjaan Kefarmasian


Semua obat yang diberikan pada pasien harus didokumentasikan dalam
rekam medis. Dokumentasi resep racikan disimpan minimun dua tahun sejak
resep diperoleh. Dokumentasi ini dapat menjadi informasi riwayat
pengobatan pasien. Seseorang yang dicurigai mengalami reaksi yang tidak
dikehendaki diwajibkan melaporkan kejadian kepada lembaga yang
berwenang (Anonim, 2006).
a. Untuk rawat inap, pemberian obat didokumentasikan dalam Catatan
Pemberian Obat;

14 | P a g e
b. Untuk rawat jalan, pemberian obat didokumentasikan dalam Lembar
resep rawat jalan;
c. Setiap mendokumentasikan pemberian obat, perawat yang
bersangkutan menuliskan paraf dan nama terang yang memberikan.
Jika terjadi medication error atau kesalahan pemberian obat, perawat
penanggung jawab pasien mendokumentasikan dalam lembar Insiden
Keselamatan Pasien sesuai dengan alur dari Tim Keselamatan Pasien.
Jika terjadi alergi obat perawat penanggung jawab pasien
mendokumentasikan dalam lembar Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) dan melaporkan pada dokter penanggung jawab pasien maupun
farmasi klinis.

3.7 Management dan Administrasi


Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan
laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin.
Administrasi Keuangan Pelayanan Farmasi merupakan pengaturan
anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan
semua kegiatan pelayanan farmasi secara rutin (seminggu sekali).
Administrasi Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan. Tujuannya :
1. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
2. Tersedianya informasi yang akurat
3. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
4. Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan
5. Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi
dapat dikelola secara efisien dan efektif

15 | P a g e
Proses pendataan dan pelaporan dapat dilakukan secara :
1. Tulis tangan
2. Otomatisasi dengan menggunakan komputer (soft ware)

Adapun laporan yang dibuat meliputi :


1. Laporan Pengelolaan dan Perencanaan
1. Laporan Perencanaan
2. Laporan Pembelian
3. Laporan Penjualan
4. Laporan Kadaluarsa
5. Laporan Persediaan Farmasi
6. Laporan Slow moving
7. Laporan death stock
2. Laporan Pelayanan Farmasi Klinik
8. Laporan Pelayanan resep
9. Laporan Narkotik dan Psikotropik

3.8 Komunikasi Interpersonal


K om un ik a s i i nt er p er so na l di t er j em a hk an se bag a i komunikasi
yang terjadi antara dua orang atau lebih, dimana komunikator sebagai
sumber komunikasi yang mengirim pesan dan komunikate sebagai
penerima pesan.
Pesan tersebut diterima oleh komunikate sebagai stimulus dan
komunikate memberikan jawaban berupa respons,demikian juga bisa
terjadi sebaliknya.

3.9 Pengelolaan Sediaan Kadaluarsa


Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai macet jika
dalam 3 bulan berturut-turut tidak ada permintaan dari unit pelayanan
farmasi.
Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai mendekati
kadaluwarsa adalah Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis

16 | P a g e
Habis Pakai di Gudang Farmasi yang kedaluwarsanya kurang dari 6 bulan
tahun berjalan.
Prosedur pengelolaan sediaan kadaluarsa adalah :
1. Setiap 2 bulan sekali (stok opname) petugas gudang farmasi mendata
Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
macet dan mendekati kadaluwarsa di unit farmasi maupun unit pelayanan
lain.
2. Petugas gudang farmasi menarik Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai yang macet dan mendekati kadaluwarsa dan
menata pada rak terpisah dari rak obat yang lainnya.
3. Petugas gudang farmasi menginformasikan ke unit pelayanan farmasi
tentang Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
yang macet dan mendekati kadaluwarsa.
4. Petugas gudang farmasi membuat laporan Sediaan farmasi, Alat
kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang macet dan mendekati
kadaluwarsa ke kepala instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Kumala Siwi
Mijen Kudus.
Apabila 6 bulan Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai sebelum kadaluwarsa belum bisa keluar dari gudang farmasi maka
Kepala Instalasi Farmasi menghubungi pihak distributor untuk di retur
5. Ada sistem pencatatan untuk kegiatan penarikan yang dilakukan.
6. Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dan pelaporannya dilakukan sesuai peraturan pemerintah yang
berlaku.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai