Anda di halaman 1dari 17

1

PEMBELAJARAN KLINIK DALAM

PHARMACEUTICAL CARE
COMBUSTIO DI RUANG KENANGA
RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. .L

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk: 18 Desember 2020 jam 18.15 WIB

DX Medis : COMBUSTIO GRADE II

No Register : 248120

Jaminan : Umum
Alamat : Purwosari RT 03 / RT 05, Sayung, Demak

B. SUBJEKTIF
Keluhan utama : Klien mengeluh terasa nyeri pada luka bakar wajah, di
kedua tangan dan kaki serta dada.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Jam 13. 00 WIB pasien mencoba untuk bunuh diri dengan membakar diri,
menyiram bensin di seluruh tubuhnya, kemudian tetangganya tahu menolong
dibawa ke IGD RSUD Demak.
2

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien belum pernah mengalami sakit seperti ini, riwayat hipertensi (-), DM
(-), jantung tidak tahu.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga juga tidak ada yang mengalami sakit seperti ini, riwayat
hipertensi (-), DM (-), jantung (-).

4. Riwayat alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi,tidak mengonsumsi obat-obatan.

C. OBJEKTIF
1. Tanda Vital
a. IGD
Kondisi umum: Lemah Kesadaran: Compos mentis / sadar
penuh, ada luka bakar pada kedua tangan dan kaki serta dada, wajah
tampak kehitaman bekar terbakar. Luka terasa nyeri
TD : 100/ 65 mmHg N : 104 x/menit RR : 20 x/menit
T : 36⁰C GCS : E4 V5 M6
b. Rawat Inap ruang kenanga
Kondisi umum: Lemah Kesadaran: Compos mentis /
sadar penuh, ada luka bakar pada kedua tangan dan kaki serta dada,
wajah tampak kehitaman bekar terbakar. Luka terasa nyeri
TD : 110/ 70 mmHg N : 88 x/menit RR : 22 x/menit
T : 37,2⁰C GCS : E4 V5 M6
2. Kondisi klinik
18 juli 2020
Parameter 20 21 22
18 19
Nyeri + + + + +
Lemas + + + - -
Pusing + + + - -
Mual - - - - -
Skala nyeri pasien : 4 ( sedang)
Lokasi : Bagian wajah, dada, tangan dan kaki
3

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 18 desember 2020

Darah Rutin

 Hb : 19,3 gr%
 Ht : 54,9 %
 Leuko : 16,1
rb/mmk
 Trombo : 550 rb/mmk
 Na : 141,7 mmol/L
 K : 4,3 mmol/L
 Cl : 103,4 mmol/L
 Ca : 9,8 mmol/L
 Mg : 2,1 mmol/L
4

Laboratorium kimia klinik

GDS : 97 mg/dl (80 – 110 mg/dl)

Ureum : 22,8 mg/dl (15 – 39 mg/dl)

Kreatinin : 0,1 mg/dl (0,5 – 1,3 mg/dl)

Albumin : 1,6 gr/dl (3,4 – 5,0 gr/dl)

Rapid test IgG dan IgM: non reaktif

b. Foto Rontgen
Thorax : Tak ada kelainan

D. Profil Pengobatan
1. Terapi IGD :
a. Infus 2 jalur RL / RL – 30tetes/menit
b. Ceftriaxon 2x 1 gram
c. Ranitidin 2x 40 mg
d. ATS 1 ampul
e. Ketorolac 2x 30 mg
f. DC,NGT,O2 canule 3-5 liter

2. Terapi Rawat Inap


Desember 2020
Obat Dosis Rute
18 19 20 21 22
Rawat Inap
Ceftriaxon 2 x 1gram i.v √ √ √ √ √
Ranitidin 2 x 1 ampul i.v √ √ √ √ √
5

Keterolac 3x 30 mg i.v √ √ √ √ √
Burnazine 2x / hari zalf √ √ √ √ √
Bioplacenton 2x / hari zalf √ √ √ √ √
6

E. SOAP

Subyektif/Obyektif ASSESMENT PLANNING


Problem Subyektif/ Indikasi Monitoring
Terapi Analisis DRP
Medik obyektif Pasien Rekomendasi
Combustio Subyektif: Injeksi : ketorolac untuk Anti inflamasi Interaksi obat: Monitoring :
Lemah, nyeri ketorolac mengurangi nyeri/ nonsteroid Ketorolac jika dipakai Tanda vital
pada kedua 3x 30 mg peradangan pada dosis tunggal tidak
tangan dan luka bakar menimbulkan interaksi, Rekomendasi :
kaki, wajah, kecuali pada pasien Tappering dosis
dada yang mempunyai secara berkala
riwayat gastritis akan
meningkatkan kadar
asam lambung.
Ceftriaxon Ceftriaxon untuk Antibiotik golongan Interaksi obat: Monitoring :
Obyektif:
2x 1 gram menghindari sefalosporin, yang Ceftriaxon jika Tanda vital
TD : 110/ 70
terjadinya infeksi bekerja digunakan dosis tunggal Monitoring luka
mmHg
pada luka bakar menghambat/ tidak menimbulkan bakar
N : 88 x/menit
membunuh bakteri interaksi. Awasi adanya tanda
RR :22 x/menit
Terjadinya kerusakan – tandaa infeksi
T : 37,2⁰C
ginjal jika digunakan Rekomendasi :
7

Ada luka bakar bersama antibiotik dosis 1-2 g perhari,


pada kedua golongan dosis dapat
tangan dan Aminoglikoida. ditingkatkan menjadi
kaki, dada Terjadinya 4 g / hari pada
serta wajah pengendapan kristal infeksi berat,
tampak pada paru dan ginjal diberikan sekali atau
kehitaman serta efek samping yang dalam 2 dosis
fatal jika digunakan terbagi. Dosis> 2 g
bersama cairan yang diberikan
mengandung kalsium, lewat melalui injeksi
seperti kalsium intravena (pembuluh
darah) atau infus.
Injeksi diberikan saat serum yang Interaksi obat : Monitoring :
ATS pembersihan luka mengandung Obat ini tidak ada Tanda vital
1x 1 ampul di rumah sakit, antitoksin terhadap interaksi dengan obat Kondisi klinis
pada pasien yang toksin kuman tetanus lainnya
status imunisasi Rekomendasi :
tetanusnya tidak Pasien dengan berat
lengkap atau tidak badan <30kg: injeksi
8

diketahui IM, 1.500 U, dosis


tunggal
Pasien dengan berat
badan >30kg: injeksi
IM, 3.000-5.000 U,
dosis tunggal
Injeksi Mengatasi berbagai Bekerja dengan cara Interaksi obat : Monitoring :
Ranitidin kondisi yang menghambat sekresi Obat ini bersamaan Tanda- tanda vital
2x 1 ampul berhubungan asam lambung dengan ceftriaxon,
dengan asam berlebih. ketorolac, ATS tidak Rekomendasi :
berlebih di dalam menimbulkan reaksi Pemberian awal
lambung. dengan dosis 1
mg/kgBB/jam. Jika
dibutuhkan, dosis
bisa dinaikkan 0,5
mg/kgBB/jam
sesudah empat jam. 
Zalf untuk lesi kulit, zat aktif hyaluronic Interaksi obat : Monitoring :
Burnazine terutama yang acid dan silver Zalf ini jangan Pantau luka bakar
2x / hari berisiko tinggi sulfadiazine. bersamaan dengan
9

mengalamai Garam amonium


infeksi, luka bakar kuatener. Rekomendasi:
derajat 1 dan 2, Enzim proteolitik Dioleskan pada
memberikan topikal permukaan luka
kondisi yang setelah luka
lembab dan bebas dibersihkan
mikroba untuk sebanyak 1-2x / hari
luka, membantu
mencegah infeksi
pada luka yang
terinfeksi dan tidak
terinfeksi. 
Zalf Mengobati Mengandung Interaksi obat : Monitoring :
Bioplacenton sekaligus placenta dan bahan Jika ingin tidak timbul Awasi luka
2x / hari mempercepat aktif neomycin reaksi maka zalf ini Rekomendasi :
penyembuhan luka. sulfate. jangan bersamaan dioleskan setidaknya
dengan obat: 4-6 kali sehari pada
amikacin (Amikin) luka bakar atau luka
gentamicin dikulit secara tipis-
10

(Garamycin) tipis
kanamycin (Kantrex)
paromomycin
(Humatin, Paromycin)
streptomycin
tobramycin (Nebcin,
Tobi)
11

DASAR TEORI
COMBUSTIO

A. PENGERTIAN
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas,
kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh
perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan
melalui konduksi/radiasi elektromagnetik. (Effendi. C, 1999) Kecelakaan arus listrik
dapat terjadi apabila arus listrik dapat terjadi apabila arus/ledakan dengan tegangan
tinggi. Energi panas yang timbul menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh. Pada
luka jenis ini yang khas adalah adanya luka tempat masuk yang menimbulkan
hiperemesis dan ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi daerah pucat
(Junaidi. P, 1997).Metacarpal adalah jari-jari tangan. Tulang metacarpal dapat
bergerak fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi (Junaidi. P, 1997) Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa combustio metacarpal adalah kerusakan
jaringan yang mengenai jari-jari tangan akibat dari aliran listrik yang bertegangan
tinggi. Luka pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak
mencukung serta ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi derah pucat

B. ETIOLOGI
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebab antara lain : 1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal,
api) 2. Listrik : Voltage tinggi, petir 3. Kimia : asam kuat, basa kuat. 4. Radiasi :
termasuk X-Ray Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka
bakar dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu
benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas),
listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999)

C. MANIFESTASI KLINIK

11
12

Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan
kerusakannya :
1. Grade IKerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh
dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut
2. Grade II Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema
subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih-
putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri maka perlu Skin graff.

D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung
pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga
terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran
kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein
plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok
hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996).
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR
(Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin meningkat. Jika
resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal
dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke
intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
12
13

1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi


sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah
merah terjadi sehubungan dengan kerusakan olehpanas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya

F. PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi A, B, C.
a. Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi
à obstruksi à gagal nafas.
b. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler à hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.

2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.


a. Resusitasi cairan à Baxter.
Dewasa : Baxter.

RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.

Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:

RL : Dextran = 17 : 3
13
14

2 cc x BB x % LB.

Kebutuhan faal:

< 1 tahun : BB x 100 cc

1 – 3 tahun : BB x 75 cc

3 – 5 tahun : BB x 50 cc

½ à diberikan 8 jam pertama

½ à diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua:

Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.

( 3-x) x 80 x BB gr/hr

100

(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.

Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.

3. Monitor urine dan CVP.


4. Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.

5. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.

14
15

Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada
adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas
lemak.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dan lain-lain
Luas dan derajat luka bakar
Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan
6. Antibikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman
sudah mencapai 105organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam
jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan
mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian
antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat
dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering
dipakai :Salep: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-
iodine, Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B,
Nysatatin, mupirocin , Mebo.

7. Kontrol rasa sakit


Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka
bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan
epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak
terdapatnya jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan

15
16

lebih mudah tersensitasi oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan
paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan
katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan
respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi berkeringat, flush pada wajah
dan dilatasi pupil.Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur
operasi, atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya
dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous
oxide) digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut.
Dapat juga digunakan obat
psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan
benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan
mengurangi efek dari opioid

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.

16
17

Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.

Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.


Surabaya.

Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit
Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka
Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.

Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications.


London.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai