Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling
mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh airmata, sebum,
ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan kimiawi.

Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam
rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil
menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi)
atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul
terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat
diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulakn
oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup

1.2 Tujuan

1. Agar lebih memahami Sistem kekebalan tubuh/system imun


2. Agar menambah wawasan dan memperbanyak ilmu
3. Memenuhi tugas lintas mata pelajaran sekolah

1.3 Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.3.1 Rumusan

-Apa yang dimaksud dengan Sistem imun/ sistem kekebalan tubuh?

-Penyakit apa saja penyakit yang diakibatkan terganggunya sitem imun?

-Apa saja jenis-jenis antibodi?

1.3.2 Pembatas masalah

-Pengertian sistem imun

-Penyakit yang berhubungan dengan system imun

-Jenis-jenis antibodi

BAB II

SISTEM KEKEBALAN TUBUH


2.1 Pengertian

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker

2.2 Fungsi sistem imun

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:

1. PERTAHANAN tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel-
sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan
baik, maka oranmg akan mudah terkena sakit

2. KESEIMBANGAN, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari komponen


tubuh.

3. PERONDAAN, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuna untuk memantau ke seluruh
bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel peronda tersebut akan
membinasakannya.

2.3 Macam-macam sistem kekebalan tubuh

Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2, yaitu kekebalan tubuh tidak spesifik dan kekebalan
tubuh spesifik.

2.3.1 Sistem kekebalan tubuh non spesifik

Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama

Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan
perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi
masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga
pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa
asing dengan cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan
oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk
memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh
paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari
partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva)
mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis
membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila
patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedua akan aktif.

Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap ke dua

Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau
antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan
melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran)
pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar
dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis).
Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut.
Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda
cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara
menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan
lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan
senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna
bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-
pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer),
ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel–sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada
nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini
akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-
granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam
menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan
adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik
dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang
berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati
seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan
pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.

2.3.2 Sistem kekebalan tubuh spesifik

PERTAHANAN SPESIFIK: IMUNITAS DIPERANTARAI ANTIBODIUntuk respon imun yang


diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2
proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.Jika sel limfosit B bertemu dengan
antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel
limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang
sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang
sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah
proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B
dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya
melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen
tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari
sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada
respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang
sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena
limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori

biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika
tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b
bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit
lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.

PERTAHANAN SPESIFIK:IMUNITAS DIPERANTARAI SEL

Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T.

Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel
yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada
permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon
imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang
berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk
mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya
cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang
disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2
pilihan untuk menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu
akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang
berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T
Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut.
Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk
membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan mati.

2.4 Jenis-jenis Antibodi

Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat oleh
Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan ini akan
menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun
humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari
kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk
mengaktifkan Limfosit T saat antigen menyerang.

Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara mengikatkan
antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang ingin dirusak. Proses ini
dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan
antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga
permukaannya menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.

IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai kemampuan
unutk memecah membran sel. IgMdan IgG bekerja paling maksimal dalam sistem sirkulasi,IgA
dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan tubuh lainnya. IgA berperan penting
untuk menghindarkan infeksi pada permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi
terhadap banyak penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh
bayi.IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE
merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar merespon infeksi
dari protozoa dan parasit.

Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi menetralkannya atau
menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses penghancutan oleh mekanisme opsonosasi,
aglutinasi,presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi
meningkatkan proses fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen
memicu proses lisis dati protein komplemen pada bakteri atau virus.

Sistem imun manusia terdiri daripada organ imun, sel imun dan lain-lain. Organ imun merujuk
kepada sumsum tulang, kelenjar timus, limpa, nodus limfa, tonsil, apendiks dan sebagainya.
Kebanyakan sel imun terdiri daripada sel T dan sel B. Sel B akan matang dalam sumsum tulang,
apabila sistem darah diserang, ia akan memproses antibodi untuk menentang virus dan bakteria.
Sel T dihasil oleh sumsum tulang, bertumbuh dan matang di kelenjar timus tetapi ia tidak
menghasilkan antibodi. Tugas utamanya adalah: menentang sel yang dijangkiti virus, bakteria
dan kanker. Apabila sistem imun berada di dalam keadaan normal, tubuh manusia akan dapat
menentang berbagai patogen. Walau bagaimana, jika daya imun berada dalam paras rendah,
peluang menghidapi penyakit menjadi lebih tinggi, terutamanya bayi, kanak-kanak dan orang
tua. Sistem imun bayi masih di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Oleh itu, antibodi
badan masih lemah untuk melawan pelbagai mikroorganisma. Manakala organ sistem imun
orang tua telah uzur dan semakin merosot, jadi daya tahan sistem imun juga menurun.

Sistem kekebalan tubuh harus selalu dalam keadaan seimbang.Jika tidak, akan
terganggu.Penyebab gangguan sistem kekebalan tubuh ada yang tidak diketahui dan telah ada
sejak lahir (primer). Ada juga gangguan kekebalan sekunder karena faktor lain, misalnya infeksi
(AIDS, campak dan lain-lain), gizi buruk, serta penyakit ganas misalnya kanker, leukemia, obat-
obatan misalnya obat yang mengandung hormon kortikosteroid, obat untuk kanker, dan lain-lain.
Sebetulnya, tubuh memiliki zat yang secara otomatis akan menormalkan sistem imun.Kalau
imunnya kurang maka ditingkatkan, kalau terlalu tinggi diturunkan.Di dalam tubuh, ada zat yang
mempunyai sifat seperti itu. Namun, ada kalanya tubuh tak berhasil menormalkan sistem
imunnya sendiri. Akhirnya, dicarilah cara menormalkan sistem imun tubuh dari luar dengan
imunomodulator.
Imunomodulator adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau memengaruhi) sistem imun
tubuh menjadi ke arah normal. Produk imunomodulator berperan menguatkan sistem imun tubuh
(imuno stimulator) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebihan (imuno
suppressan).Misalnya,diberikan bersama antibiotic.Selain sintetik, produk imunomodulator kini
juga dibuat dari tanaman. Ternyata, ada tanaman tertentu yang memiliki efek meningkatkan
kekebalan tubuh. Misalnya, daun meniran. Setelah diteliti, daun ini punya efek meningkatkan
sistem imun tubuh. Sekarang sudah dibuat dalam bentuk obat. Yang harus diketahui,
imunomodulator adalah obat, dan bukan suplemen yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Fungsinya
pun hanya membantu meningkatkan kekebalan.
Konsumsi imunomodulator pada orang normal tidak ada gunanya, karena tubuh masih bisa
menyeimbangkan sistem imun.. Sistem imun tubuh itu, kan, sama seperti organ tubuh lain,
memerlukan energi. Oleh karenanya, agar sistem imun tubuh baik, gizi pun harus seimbang. Sel-
sel kekebalan itu bisa bergerak, butuh makanan (energi) juga. Jadi, makan cukup protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Sama seperti fungsi organ lain.

2.5 Faktor-faktor yang merendahkan sistem keimunan

Sistem imun mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup kita. Berikut adalah faktor-faktor
yang merendahkan sistem keimunan kita:
1. Cara hidup yang tidak sihat
2. Kekurangan zat makanan
3. Pencemaran udara atau alam sekitar
4. Keletihan
5. Tekanan dan kerisauan
6. Kurang bersenaman
7. Penggunaan antibiotik yang berlebihan

Apabila sistem imun kita menurun, maka lebih mudah untuk kita mendapat jangkitan. Orang
yang mempunyai sistem imun yang rendah mudah berasa letih, tidak bersemangat, sentiasa
selesema, jangkitan usus (makanan yang tidak sesuai akan menyebabkan muntah dan mual), luka
sukar untuk sembuh, alergi dan sebagainya. Selain itu, sistem imun yang tidak teratur juga boleh
menyebabkan kecederaan pada sel.

2.6 penyakit akibatkanketidakseimbangan sistem imun

Berikut adalah penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem imun:

1. Penyakit AIDS
Juga dikenali sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang mana virus
HIV menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan manusia, virus tersebut akan
memusnahkan sel otak dan ‘leucocytes’ dan ia membiak dan berkembang di limfosit
menyebabkan badan manusia hilang keupayaan untuk melawan penyakit. Pesakit akan
lemah dan terdedah kepada pelbagai penyakit berjangkit seperti tuberkulosis pulmonari,
kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia, ‘cephalitis’ dan lain-lain yang
disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang luar biasa.

2. Penyakit Autoimunitas
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan jaringan
sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau imunitas diperantarai
sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi karena tubuh membuat antibodi yang
menghancurkan insulin sehingga tubuh penderita tidak bisa membuat gula. Pada
myasthenia gravis, sistem imun membuat antibodi yang menyerang jaringan normal
seperti neuromuscular dan menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam rheumatik,
antibodi menyerang jantung dan bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada
Lupus Erythematosus sistemik, biasa disebut lupus, antibodi menyerang berbagai
jaringan yang berbeda, menyebabkan gejala yang menyebar.
3. Alergi

Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap antigen. Antigen yang
memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas 2 jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan
reaksi alergi tertunda.

Reaksi alergi langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini disebabkan oleh
prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkena antigen. Antibodi IgE tertempel pada sel
Mast,leukosit yang memiliki senyawa histamin. Sel mAst banyak terdapat pada paru-paru
sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel Mast, Histamin dikeluarkan dan menyebabkan
bersin-bersin dan mata berair.

Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim adalah saat makrofag
tidak dapat menelan antigen atau menghancurkannya. Akhirnya Limfosit T segera memicu
pembengkakan pada jaringan.

Untuk mempunyai sistem imun yang sempurna untuk menentang virus dan bakteri, kita perlu
mempunyai syarat tertentu seperti berikut:

1. Nutrisi Yang Sempurna


Setiap hidangan mesti mempunyai berbagai zat yang lengkap, tidak memilih makanan, tidak
berlebihan serta meliputi nutrien asas seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, air, fiber,
lemak dan sebagainya.

2. Olah raga Yang Sesuai


Olah raga dapat meningkatkan ketahanan asalkanbermasa panjang (15 menitt ke atas), olah raga
ini dapat menyalurkan oksigen yang segar kepada organ dan tisu dalam badan kita. Olah raga
merujuk kepada joging, berenang, berjalan, berbasikal, melompat, yoga dan sebagainya, yang
mana ia dapat menggalakkan peredaran darah, menguatkan fungsi kardiovaskular dan
meningkatkan sistem imun badan.

3. Sentiasa Gembira dan Bijak Menangani Tekanan


Tekanan psikologi dan kegelisahan dalam tempo yang panjang boleh mengganggu sistem
keimunan badan dan tidak baik untuk kesihatan. Apabila otak berada dalam keadaan tertekan, ia
menghasilkan sejenis hormon kortisol. Jika hormon ini berlebihan, ia memberi kesan yang
negatif dan mengganggu sistem keimunan kita.
4. Pengambilan Nutrisi Yang Mencukupi
Kesibukan menyebabkan ramai yang menjadikan makanan yang telah diproses sebagai pilihan,
yang mana mempunyai kandungan nutrient yang telah hilang. Nutrien dan sistem imun
mempunyai hubung kait. Oleh itu, adalah penting untuk kita mengambilkan nutrien yang
meningkatkan keimunan kita.

• Protein: Pengambilan protein yang mencukupi dalam pemakanan harian kita amatlah penting
kerana protein adalah nutrien penting yang diperlukan untuk penghasilan imunoglobulin dan
pelbagai antibodi. Ini kerana protein terdiri daripada 22 jenis asid amino yang berlainan, 8 jenis
daripadanya ialah keperluan badan manusia, badan manusia tidak dapat memprosesnya dan harus
mengambilnya badan anda dengan protein yang mencukupi dan berkualiti seperti: daging, ikan,
telur dan kekacang.

• Vitamin dan mineral: Membekalkan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh badan seperti
Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Zink, Besi, Selenium dan sebagainya.

• Lingzhi: Lingzhi mengandungi polisakarida, kompaun triterpene, germanium,


protein, unsur selenium dan sebagainya yang dapat membantu menentang kanser
dan melaraskan sistem imun. Lingzhi kaya dengan germanium yang dapat
meningkatkan penyerapan oksigen dalam darah, mempercepatkan metabolisme dan
meningkatkan tahap imun badan manusia. Kompaun Triterpene ialah organik
kompaun semula jadi yang dapat memperbaiki alergi dan keradangan. Polisakarida
yang mengandungi bahan pencegah kanser dapat mempercepatkan pertumbuhan
antibodi, menguatkan sistem imun dan daya tahan badan untuk membantu
mencegah pertumbuhan tumor dan penyakit kanker.

• Teh Hijau: Teh hijau mempunyai kandungan antioksidan seperti Flavonoid dan
catechin. Oleh itu, ia dapat membantu meningkatkan sistem imun kita. Ahli sains
menemui “theanine” di dalam daun teh yang dapat membantu sel imun badan
menentang bakteria dan virus.

• Aloe Vera: Tumbuh di kawasan panas dan kering, aloe vera mempunyai ketahanan
terhadap cuaca yang tinggi. Ia boleh menyejukkan badan dan mengeluarkan toksin,
menyembuhkan keradangan dan menentang bakteria serta meningkatkan daya
ketahanan tubuh. Aloe vera mempunyai pelbagai zat aktif seperti asid amino, unsur
mikro, vitamin dan sebagainya, khasnya unsur germanium dan sebagainya yang
terkandung dalam unsur mikro yang dapat membantu badan mengeluarkan bahan
toksin, memulihkan tisu yang luka dan meningkatkan sistem imun badan dengan
cepat.

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Keimunan badan kita mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup dan pemakanan kita. Jika
badan dibekalkan dengan nutrien yang mencukupi dan sesuai, sistem imun kita dapat
diperkuatkan. Produk berkualiti seperti Phyto Greens, Jus Aloe Vera, Royal Spora Lingzhi dan
Teh Hijau dapat meningkatkan daya ketahanan badan kita. Kita dikelilingi oleh virus dan
bakteria, oleh itu, adalah amat penting untuk memastikan sistem imun kita berfungsi dengan baik
supaya dapat mempertahankan badan dan melawan dari pelbagai penyakit.

3.2 Saran
Agar dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis
menyarankan:

-Jaga pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit

-memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi

-memelihara lingkungan yang bersih dan sehat

Sel T pembunuh

Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing atau
abnormal di permukaan mereka.[41]

Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus
(dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.[42] Seperti sel B, tiap tipe sel T
mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel T mereka
melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya.
Pengenalan MHC ini:kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8.
Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC mengangkat antigen.
Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori
pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel
mengalami apoptosis.[43] Sel T pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T
dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan
aktivasi sinyak yang disediakan oleh sel T pembantu.[43]

Sel T pembantu

Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan tipe
respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus.[44][45] Sel tersebut tidak memiliki
aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan patogen secara
langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain untuk
melakukan tugas tersebut.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul
MHC kelas II. MHC:antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu CD4 yang
merekrut molekul di dalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T. Sel T pembantu
memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC:antigen kompleks daripada pengamatan sel T
pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu yang harus dililit pada
MHC:antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementara sel T pembunuh dapat diaktifkan
dengan pertempuran molekul MHC:antigen. Kativasi sel T pembantu juga membutuhkan durasi
pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki antigen.[46] Aktivasi sel T pembantu yang
beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas banyak tipe sel.
Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag
dan aktivitas sel T pembunuh.[5] Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan
pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang
dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.[47]

Sel T γδ

Sel T γδ memiliki reseptor sel T alternatif yang opposed berlawanan dengan sel T CD4+ dan
CD8+ (αβ) dan berbagi karakteristik dengan sel T pembantu, sel T sitotoksik dan sel NK.
Kondisi yang memproduksi respon dari sel T γδ tidak sepenuhnya dimengerti. Seperti sel T
'diluar kebiasaan' menghasilkan reseptor sel T konstan, seperti CD1d yang dibatasi sel T
pembunuh alami, sel T γδ mengangkang perbatasan antara imunitas adaptif dan bawaan.[48] Sel T
γδ adalah komponen dari imunitas adaptif karena mereka menyusun kembali gen reseptor sel T
untuk memproduksi perbedaan reseptor dan dapat mengembangkan memori fenotipe. Berbagai
subset adalah bagian dari sistem imun bawaan, karena reseptor sel T atau reseptor NK yang
dilarang dapat digunakan sebagai reseptor pengenalan latar belakang, contohnya, jumlah besar
respon sel T Vγ9/Vδ2 dalam waktu jam untuk molekul umum yang diproduksi oleh mikroba, dan
melarang sel T Vδ1+ T pada epithelium akan merespon untuk menekal sel epithelial.[49]

Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua rantai ringan. Variasi unik daerah membuat
antibodi mengenali antigen yang cocok.[41]

Antibodi dan limfosit B


Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen asing.[50]
Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid. Sel B
lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II. Kombinasi MHC
dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan mengaktivkan sel
B.[51] Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi
limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa,
melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi
komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan
secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang
digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.[52]

Imunitas adaptif alternatif

Walaupun molekul klasik sistem imun adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T) ada hanya
pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tak berahang
primitif, seperti lamprey dan hagfish. Binatang tersebut memproses susunan besar molekul
disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang, diproduksi
dari jumlah kecil (satu atau dua) gen. Molekul tersebut dipercaya melilit pada patogen dengan
cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat spesifisitas yang sama.[53]

Memori imunologikal
Ketika sel B dan sel T diaktivasi dan mulai untuk bereplikasi, beberapa dari keturunan mereka
akan menjadi memori sel yang hidup lama. Selama hidup binatang, memori sel tersebut akan
mengingat tiap patogen spesifik yang ditemui dan dapat melakukan respon kuat jika patogen
terdeteksi kembali. Hal ini adaptif karena muncul selama kehidupan individu sebagai adaptasi
infeksi dengan patogen tersebut dan mempersiapkan imunitas untuk tantangan pada masa depan.
Memori imunologikal dapat berbentuk memori jangka pendek pasif atau memori jangka panjang
aktif.

Memori pasif

Imunitas pasif biasanya berjangka pendek, hilang antara beberapa hari sampai beberapa bulan.
Bayi yang baru lahir tidak memiliki eksposur pada mikroba dan rentan terhadap infeksi.
Beberapa lapisan perlindungan pasif disediakan oleh ibu. Selama kehamilan, tipe antibodi yang
disebut IgG, dikirim dari ibu ke bayi secara langsung menyebrangi plasenta, sehingga bayi
manusia memiliki antibodi tinggi bahkan saat lahir, dengan spesifisitas jangkauan antigen yang
sama dengan ibunya.[54] Air susu ibu juga mengandung antibodi yang dikirim ke sistem
pencernaan bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi bakteri sampai bayi dapat
mengsintesiskan antibodinya sendiri.[55] Imunitas pasif ini disebabkan oleh fetus yang tidak
membuat memori sel atau antibodi apapun, tetapi hanya meminjam. Pada ilmu kedokteran,
imunitas pasif protektif juga dapat dikirim dari satu individu ke individu lainnya melalui serum
kaya-antibodi.[56]
Lama waktu respon imun dimulai dengan penemuan patogen dan menyebabkan formasi memori
imunologikal aktif.

Memori aktif dan imunisasi

Memori aktif jangka panjang didapat diikuti dengan infeksi oleh aktivasi sl B dan T. Imunitas
aktif dapat juga muncul buatan, yaitu melalui vaksinasi. Prinsip di belakang vaksinasi (juga
disebut imunisasi) adalah ntuk memperkenalkan antigen dari patogen untuk menstimulasikan
sistem imun dan mengembangkan imunitas spesifik melawan patogen tanpa menyebabkan
penyakit yang berhubungan dengan organisme tersebut.[5] Hal ini menyebabkan induksi respon
imun dengan sengaja berhasil karena mengeksploitasi spesifisitas alami sistem imun. Dengan
penyakit infeksi tetap menjadi salah satu penyebab kematian pada populasi manusia, vaksinasi
muncul sebagai manipulasi sistem imun manusia yang paling efektif.[57][25]

Kebanyakan vaksin virus berasal dari selubung virus, sementara banyak vaksin bakteri berasal
dari komponen aselular dari mikroorganisme, termasuk komponen toksin yang tidak melukai.[5]
Sejak banyak antigen berasal dari vaksin aselular tidak dengan kuat menyebabkan respon
adaptif, kebanyakan vaksin bakter disediakan dengan penambahan ajuvan yang mengaktifkan sel
yang memiliki antigen pada sistem imun bawaan dan memaksimalkan imunogensitas.[58]

Gangguan pada imunitas


Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan
pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori: defisiensi imun, autoimunitas, dan
hipersensitivitas.

Defisiensi imun

Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan
sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua,
dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena
immunosenescence.[59][60] Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan alkohol dan
narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk.[60] Namun, kekurangan nutrisi
adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang.[60] Diet
kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen,
fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti zinc,
selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga
mengurangi respon imun.[60]

Defisiensi imun juga dapat didapat.[5] Chronic granulomatous disease, penyakit yang
menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari
defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.
[61][62]

Autoimunitas

Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun
gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang
bagian dari tubuh. Dibawah keadaan sekitar yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi
dengan peptid sendiri.[63] Satu fungsi sel (terletak di thymus dan sumsum tulang) adalah untuk
memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri yang diproduksi pada tubuh dan untuk
membunuh sel tersebut yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas.[50]

Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah respon imun yang berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan
lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis
sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai
kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari mastosit dan basofil.
[64]
Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai
mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh
antibodi IgG dan IgM.[64] Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi
IgG dan IgM) ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.[64]
Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara
dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan
penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi
oleh sel T, monosit dan makrofaga.[64]

Pertahanan dan mekanisme lainnya


Sistem imun bangun dengan vertebrata pertama, sementara invertebrata tidak menghasilkan
limfosit atau respon humoral yang berdasarkan antibodi.[1] Namun, banyak spesies yang
memanfaatkan mekanisme yang muncul sebagai tanda aspek imunitas vertebrata tersebut.
Imunitas muncul pada bentuk kehidupan yang paling sederhana, dengan bakteri menggunakan
mekanisme pertahanan unik yang disebut sistem modifikasi restriksi untuk melindungi diri
mereka dari patogen virus yang disebut bakteriofag.[65]
Reseptor pengenalan susunan adalah protein yang digunakan oleh hampir semua organisme
untuk mengidentifikasi molekul yang berhubungan dengan patrogen mikrobial. Peptid
antimikrobial yang disebut defensin adalah komponen evolusioner sistem imun bawaan yang
ditemukan pada semua jenis binatang dan tumbuan, dan menampilkan bentuk utama imunitas
sistemik invertebrata.[1] Sistem komplemen dan sel fagositik juga dimanfaatkan oleh hampir
semua bentuk kehidupan invertebrata. Ribonuklease dan jalan gangguan RNA digunakan pada
semua eukariot, dan diketahui memainkan peran pada respon imun terhadap virus dan material
genetika asing lainnya.[66]

Tidak seperti binatang, tanaman memiliki sedikit sel fagositik, dan kebanyakan respon imun
tumbuhan melibatkan sinyak sistemik bahan kimia yang dikirim melalui tanaman.[67] Ketika
bagian dari tumbuhan terinfeksi, tumbuhan memproduksi respon hipersensitif, untuk sel pada
tempat infeksi mengalami apoptosis cepat untuk mencegah penyebaran penyakit terhadap bagian
lain tumbuhan. Perlawanan sistemik dapatan adalah tipe respon pertahanan yang digunakan oleh
tumbuhan yang mengubah seluruh tumbuhan melawan pada penyebab infeksi.[67] Mekanisme
menghilangkan RNA sangat penting pada sistem respon karena mereka dapat menghalangi
replikasi virus.[68]

Imunologi tumor

Makrofaga telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan
sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan membunuh
sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti oleh
penelitian medis.[69]

Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor
menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut
muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel
tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber;[70] beberapa berasal dari
virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim,[71] sementara
lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi
mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase
yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, mengubah beberapa sel kulit (seperti melanosit)
menjadi tumor yang disebut melanoma.[72][73] Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah
protein yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel,
yang umumnya bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi
sehingga meningkatkan keganasan sel tumor. Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor disebut onkogen.[70][74][75]

Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal
menggunakan sel T pembunuh, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu.[73][76] Antigen
tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini
menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal.[77] Sel NK juga
membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC
kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan
fenomena umum dengan tumor.[78] Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang
menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen.[74]

Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.[79] Sel
tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka,
sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh.[77] Beberapa sel tumor juga
mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin
TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit.[80] Toleransi imunologikal dapat
berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.[79]

Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor [81] ketika sel tumor mengirim sitokin yang
menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang
memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh
makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis
dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.

Regulasi fisiologis
Hormon dapat mengatur sensitivitas sistem imun. Contohnya, hormon seks wanita diketahui
menstimulasi baik respon imun adaptif [82] dan respon imun bawaan.[83] Beberapa penyakit
autoimun seperti lupus erythematosus menyerang wanita secara istimewa, dan serangan mereka
sering bertepatan dengan pubertas. Androgen seperti testosteron nampak menekan sistem imun.
[84]
Hormon lainnya muncul untuk mengatur sistem imun, dan yang paling penting adalah
prolaktin, hormon pertumbuhan dan vitamin D.[85][86] Diduga bahwa kemunduran progresif pada
tingkat hormon dengan umur bertanggung jawab untuk melemahnya respon imun pada
individual yang menua.[87] Conversely, some hormones are regulated by the immune system,
notably thyroid hormone activity.[88]

Sistem imun bertambah dengan tidur dan beristirahat,[89] dan diganggu oleh kondisi stress.[90]

Diet dapat memengaruhi sistem imun, contohnya buah segar, sayur dan makanan yang kaya akan
asam lemak dapat membantu perkembangan sistem imun yang sehat.[91] Demikian dengan
perkembangan prenatal dapat menyebabkan gangguan panjang imunitas.[92] Pada pengobatan
tradisional, beberapa obat-obatan tradisional dipercaya dapat menstimulasi imunitas, seperti
ekinasea, akar manis, ginseng, astragalus, saga, bawang putih, sangitan, jamur shiitake dan
lingzhi, dan hyssop, dan juga madu. Penelitian telah menunjukan bahwa obat-obatan tradisional
dapat menstimulasi sistem imun,[93] walaupun cara aksi mereka kompleks dan sulit untuk
dikarakterisasikan.

Manipulasi pada kedokteran

Obat imunosupresif deksametason

Respon imun dapat dimanipulasi untuk menekan respon yang disebabkan dari autoimunitas,
alergi dan penolakan transplantasi, dan untuk menstimulasi respon protektif terhadap patogen
yang sebagian besar menghindari sistem imun. Obat imunosupresif digunakan untuk mengontrol
kekacauan autoimun atau radang ketika terlalu banyak kerusakan jaringan yang muncul, dan
untuk mencegah penolakan transplantasi setelah transplantasi organ.[25][94]

Obat anti radang sering digunakan untuk mengontrol pengaruh peradangan. Glukokortikoid
adalah obat anti radang yang paling kuat, namun, obat tersebut memiliki banyak efek samping
(seperti obesitas pusat, hiperglikemia, osteoporosis) dan penggunaan obat tersebut harus
dikontrol dengan baik.[95] Oleh sebab itu, dosis obat anti radang yang lebih sedikit sering
digunakan pada hubungan dengan sitotoksik atau obat imunosupresif seperti metotreksat atau
azatioprin. Obat sitotoksik mencegah respon imun dengan membunuh sel yang terbagi seperti sel
T yang sudah diaktivasi. Namun, pembunuhan sel dilakukan sembarangan dan organ lain serta
tipe sel terpengaruh, yang dapat menyebabkan efek samping berupa toksin.[94] Obat
imunosupresif seperti siklosporin mencegah sel T dari merespon sinyal dengan menghalangi
jalur transduksi sinyal.[96]

Obat yang lebih besar (>500 Da) dapat menyebabkan netralisir respon imun, terutama jika obat
digunakan berulang-ulang atau pada dosis yang lebih besar. Batasan efektifitas obat berdasarkan
dari peptid dan protein yang lebih besar (yang lebih besar daripada 6000 Da). Pada beberapa
kasus, obat tersebut tidak imunogenik, tetapi dapat dilakukan dengan campuran imunogenik,
seperti pada kasus taksol. Metode komputerisasi telah dikembangkan untuk memprediksi
imunogenisitas peptid dan protein yang berguna untuk menentukan antibodi pengobatan,
menaksir kejahatan mutasi pada partikel virus, dan validasi perawatan obat berdasarkan peptid.
Teknik awal menyandarkan pada observasi bahwa hidrofil asam amino dilambangkan pada
daerah epitop daripada hidrofob asam amino;[97] namun, banyak perkembangan terkini bersandar
pada teknik pembelajaran mesin menggunakan basis data epitop yang diketahui ada, biasanya
pada protein yang sudah diteliti dengan baik sebagai kumpulan percobaan.[98] Basis data yang
dapat diakses di depan umum telah didirikan untuk mengkatalogkan epitop dari patogen yang
diketahui dapat dikenali oleh sel B.[99] Penelitian berdasarkan bioinformatika terhadal
imunogenisitas merujuk pada sebutan imunoinformatika.[100]

Manipulasi oleh patogen


Keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar dari respon imun.
Patogen telah mengembangkan beberapa metode yang menyebabkan mereka dapat menginfeksi
sementara patogen menghindari kehancuran akibat sistem imun.[101] Bakteri sering menembus
perisai fisik dengan mengeluarkan enzim yang mendalami isi perisai, contohnya dengan
menggunakan sistem tipe II sekresi.[102] Sebagai kemungkinan, patogen dapat menggunakan
sistem tipe III sekresi. Mereka dapat memasukan tuba palsu pada sel, yang menyediakan saluran
langsung untuk protein agar dapat bergerak dari patogen ke pemilik tubuh; protein yang dikirim
melalui tuba sering digunakan untuk mematikan pertahanan.[103]

Strategi menghindari digunakan oleh beberapa patogen untuk mengelakan sistem imun bawaan
adalah replikasi intraselular (juga disebut patogenesis intraselular). Disini, patogen
mengeluarkan mayoritas lingkaran hidupnya kedalam sel yang dilindungi dari kontak langsung
dengan sel imun, antibodi dan komplemen. Beberapa contoh patogen intraselular termasuk virus,
racun makanan, bakteri Salmonella dan parasit eukariot yang menyebabkan malaria
(Plasmodium falciparum) dan leismaniasis (Leishmania spp.). Bakteri lain, seperti
Mycobacterium tuberculosis, hidup di dalam kapsul protektif yang mencegah lisis oleh
komplemen.[104] Banyak patogen mengeluarkan senyawa yang mengurangi respon imun atau
mengarahkan respon imun ke arah yang salah.[101] Beberapa bakteri membentuk biofilm untuk
melindungi diri mereka dari sel dan protein sistem imun. Biofilm ada pada banyak infeksi yang
berhasil, seperti Pseudomonas aeruginosa kronik dan Burkholderia cenocepacia karakteristik
infeksi sistik fibrosis.[105] Bakteri lain menghasilkan protein permukaan yang melilit pada
antibodi, mengubah mereka menjadi tidak efektif; contoh termasuk Streptococcus (protein G),
Staphylococcus aureus (protein A), dan Peptostreptococcus magnus (protein L).[106]

Mekanisme yang digunakan oleh virus untuk menghindari sistem imun adaptif lebih
menyulitkan. Kemunculan paling sederhana dengan cepat mengubah epitop yang tidak esensial
(asam amino dan gula) pada permukaan penyerang, sementara membiarkan epitop esensial
disembunyikan. HIV tetap memutasikan protein pada sampul virus yang esensial untuk masuk
pada sel target. Perubahan tersebut pada antigen dapat menjelaskan kegagalan vaksin yang
diarahkan pada protein tersebut.[107] Antigen tersembunyi dengan molekul pemilik tubuh adalah
strategi umum lainnya untuk menghindari deteksi oleh sistem imun. Pada HIV, sampul yang
menutupi virus dibentuk dari membran paling luar sel; virus tersembunyi membuat sistem imun
kesulitan untuk mengidentifikasikan mereka sebagai benda asing.[108]

Sejarah imunologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah imunologi
Paul Ehrlich

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi berasal dari
ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit. Sebutan imunitas
yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430 SM. Thucydides mencatat
bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati penyakit tanpa terkena
penyakit sekali lagi.[109] Observasi imunitas nantinya diteliti oleh Louis Pasteur pada
perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman.[110] Teori Pasteur merupakan perlawanan dari
teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada
tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan bahwa
mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit infeksi.[111] Virus dikonfirmasi sebagai
patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter Reed.[112]

Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan cepat
pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular.[113] Paul Ehrlich mengusulkan teori rantai-
sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian
imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, yang bersamaan
dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.[114]

Anda mungkin juga menyukai