Anda di halaman 1dari 10

Tugas :

FARMASI RUMAH SAKIT

OLEH :

NAMA : HERLINA ARYA PUTRI EDISON

NIM : O1B1 21 01

PRODI : PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
2021
A. Pengertian Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56


Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dalam pasal 1
poin 2 disebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Pengertian Rumah Sakit Khusus

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56


Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dalam pasal 1
poin 3 disebutkan bahwa rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, jenis penyakit atau
kekhususan lainnya.

B. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit dikategorikan berdasarkan jenis pelayanan yang


diberikan (berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit Bab IV),
yaitu:
1. Rumah Sakit Umum

Pada pasal 12 , rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi:

1) Rumah Sakit Umum Kelas A

2) Rumah Sakit Umum Kelas B

3) Rumah Sakit Umum Kelas C

4) Rumah Sakit Umum Kelas D

2. Rumah Sakit Khusus

Pada pasal 12 , rumah sakit khusus diklasifikasikan menjadi:

1) Rumah Sakit Khusus Kelas A

2) Rumah Sakit Khusus Kelas B

3) Rumah Sakit Khusus Kelas C


Penetapan klasifikasi rumah sakit didasarkan pada pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan, dan bangunan sarana dan prasarana. Proyek ini merupakan
proyek rumah sakit khusus ibu dan anak kelas B.
C. Struktur organisasi

Berdasarkan PP No. 41 Tentang Organisasi Pemerintahan Daerah, struktur


organisasi pengelola rumah sakit ibu dan anak di Kota Bandung sebagai berikut:

D. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Akreditasi Rumah Sakit

1. Akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Akreditasi adalah


pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan
penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.

2. Standar Akreditasi adalah pedoman yang berisi tingkat pencapaian yang harus
dipenuhi oleh rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

4. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang


kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.

6. Kementerian Kesehatan adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kesehatan.

7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang kesehatan.

8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang


tugas dan tanggung jawabnya di bidang pelayanan kesehatan.

Pasal 2 Pengaturan
Akreditasi bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkelanjutan dan
melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit;
b. meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di Rumah
Sakit, dan Rumah Sakit sebagai institusi;
c. meningkatkan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis; dan
d. mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

E. Tipe Pelayanan Rumah Sakit Umum

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992


pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan
Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E
(Azwar,1996):
1. Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah
sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top
referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.

2. Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi
(provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga
diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

3. Rumah Sakit Kelas C

Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan
bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan.
Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap kabupaten/kota
(regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah Sakit Kelas D

Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan

ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah
sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan
kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D
juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas.
5. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital)


yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada
saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa,
rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu
dan anak.

INSTALASI FARMASI
A. Definisi

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (PMK No.58
2014/Keputusan Menteri Kesehatan sebelumnya adalah No.1197 Tahun 2004). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk:
1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;
2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan
rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah kegiatan yang
menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan,
pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, farmasi
klinik di ruangan.
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan gas medis habis pakai serta pelayanan
jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan
Obat) bagi pasien atau keluarga pasien.
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang Apoteker
yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten
secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan
resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian
distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan
farmasi klinis (Siregar dan Amalia, 2004).
B. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Panitia Farmasi Terapi


Kepala IFRS

Kepala Adm & TU

Litbang Diklat Distribusi Logistik Farmasi Klinik


Perlengkapan Konseling
Penelitian Pendidikan Rawat Jalan

Pengabmas Pelatihan
C. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:
1. pengelolaan Sediaan Farmasi
2. pelayanan farmasi klinik

a. pengelolaan Sediaan Farmasi


Sesuai Kebijakan Obat Nasional (KONAS), 2006, sebagai penjabaran
aspek dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) pembangunan kesehatan di
bidang pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan mempunyai
tujuan:
1. Tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah dan jenis yang mencukupi.
2. Pemerataan distribusi serta keterjangkauan obat oleh masyarakat.
3. Terjaminnya khasiat, keamanan dan mutu obat yang beredar serta
penggunaannya yang rasional.
4. Perlindungan bagi masyarakat dari kesalahan dan penyalahgunaan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan.
5. Kemandirian dalam pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu siklus


kegiatan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menyediakan obat, bahan obat,
alat kesehatan, gas medis, yang dimulai dari:
1. Pemilihan.
2. Perencanaan.
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. pemusnahan dan penarikan
8. pengendalian
9. administrasi

b. pelayanan farmasi klinik


Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep;
2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3. rekonsiliasi Obat;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. konseling;
6. visite;
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. dispensing sediaan steril; dan
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);

Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan tenaga


farmasi kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi
klinik terbukti efektif dalam menangani terapi pada pasien. Selain itu, pelayanan
tersebut juga efektif untuk mengurangi biaya pelayanan kesehatan dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Hal itu terutama diperoleh dengan
melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek samping obat. Pelayanan ini
terbukti dapat menurunkan angka kematian di rumah sakit secara signifikan.
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah:
1. Berorientasi kepada pasien.
2. Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal).
3. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai dan
memberi informasi bila diperlukan.
4. Bersifat aktif, dengan memberi masukan kepada dokter sebelum pengobatan
dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau pengobatan.
5. Bertanggung jawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan.
6. Menjadi mitra dan pendamping dokter.

Anda mungkin juga menyukai