Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS HIPERTENSI

1. Ny.TG 47 thn, BB ± 155 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah,pusing. Mengaku
memiliki riwayat DM dengan terapi Glibenklamide 1-1/2-0. Metformin 2x850 mg.
Pasien juga mengaku tidak meminum obat secara rutin, karena diet sudah ketat.
Selanjutnya pasien didiagnosa dengan hipertensi maligna disertai DM. Pada pemeriksaan
awal dijumpai kadar gula acak 578 mg/dl, BP 170/110 mmHg. Bagaimana
penatalaksanaan? Lakukan analisis SOAP (subjektif,objektif, assessment dan planning)
2. Ny.A 63 thn, pekerjaan wiraswasta ( TB 165 cm, BB 78 kg) sudah 1 minggu ini sering
mengeluh lemas, sering berkemih di malam hari, kerap kali mengalami kesemutan di
bagian kaki dan mengeluh sakit kepala di pagi hari. Dia tidak mau membatasi
makanannya dan malas berolahraga. Hasil pemeriksaan di klinik diabetes TD 160/110
mmHg, hasil EKG menunjukkan adanya pembesaran pada ventrikel kiri. Pemeriksaan
laboratorium GD preprandial 8,4 mmol/L, HbA1c 7,1%, Na 125 mmol/L, K 2,7
mmol/L, Cr 0,26 mmol/L, kolesterol total 6,5 mmol/L.
Pasien mendapatkan obat Lisinopril 2 mg 0-0-1, HCT 50 mg 1-0-1, Glibenklamid 10 mg
1-0-0, Aspirin 75 mg 0-0-1
JAWABAN

KASUS 1

Problem Data Subyektif, Terapi Obat Saat Analisis DRP


Medik Obyektif ini
DM  Mual, Mutah  Glibenklamide Pasien tidak
 GDA: 578 mg/dl 1-1/2-0 patuh terhadap
 Metformin terhadap
2x850 mg pengunaan obat
sehingga kadar
gula darah tidak
terkontrol
Hipertensi TD: 170/110 mmHg Belum diberikan
terapi untuk
hipertensi

 Plan

1) Farmakologi
 Pengobatan DM, Obatnya tetap hanya butuh kepatuhan dalam menkonsumsi obat
tersebut.
a. Glibenklamid
Dosis : 5 Mg
Indikasi : DM Tipe 2
KI : obat ini tidak dianjurkan untuk, pasien yang hipersensitititas terhadap
sulfonilurea atau sulfonamida, dan pasein yang mengalami dm tipe 1.
ES :Berat badan meningkat, mual, sensasi terbakar di dada, perut terasa penuh
Perhatian : Glibenclamide tidak boleh digunakan secara sembarangan dan harus
digunakan sesuai resep dokter.
MK : Glibenklamide bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara
meningkatkan pelepasan insulin pankreas. mekanisme ini bergantung pada
sel beta pankreas. Sulfoniurea menempel pada reseptor yang spesifik di sel
beta pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui kanal ATP-
dependent
Sedian : Tablet
Harga : Rp2.990,00

b. Metformin 850 mg
Dosis : 850mg 2x sehari
Indikasi : Diabetes melitus 2 (pilihan pertama pada pasien DM dengan
berat badan yang berlebih
KI : Gangguan Fungsi ginjal (GFR< 30 ml/menit/1,73m2),
ketoasidosis, baru mengalami infark miokard, adanya gangguan
hati berat, serta pasien pasien dengan kecendrungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebrovaskularm sepsis, renjatan, PPOK,
gagal jantung
Perhatian : Hentikan sebelum pembedahan dan ganti dengan insulin
ES : Anoreksia, Mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri
perut, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis
Sediaan : Tablet
Harga : Rp18.000,00

c. Terapi insulin Rapid (Insulin Aspart)


Dosis : Kebutuhan insulin sehari-hari: 0.5-1 unit/kg BB
Indikasi : Untuk mengobati diabetes mellitus
Bentuk : Larutan injeksi, larutan subkutan
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap insulin aspart atau komponen
formulasi lainnya seperti hipoglikemia(gula darah rendah).
Peringatan : Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan
dokter sebelum menggunakan Insulin Aspart, pasien dengan
gangguan ginjal atau hati, kehamilan, laktasi, mentransfer dari
insulin lain, pantau glukosa serum, kalium, elektrolit, HbA1c, dan
profil lipid, pasien dengan enyakit penyerta terutama infeksi →
pasien dengan hipokalemia.
Cara Pemberian Obat:IV / Parenteral / SC:
Kategori B : Baik penelitian reproduksi hewan belum menunjukkan risiko
janin tetapi tidak ada penelitian terkontrol pada wanita hamil atau
penelitian reproduksi hewan menunjukkan efek merugikan (selain
penurunan kesuburan) yang tidak dikonfirmasi dalam penelitian
terkontrol pada wanita pada trimester pertama (dan tidak ada
bukti risiko pada trimester selanjutnya)
Efek Samping : bengkak di tangan atau kaki, kalium rendah (kebingungan,
denyut jantung tidak stabil, rasa haus yang ekstrem, sering buang
air kecil, rasa tidak nyaman pada kaki, kelemahan otot atau
merasa lemas.
Alasan pemilihan :
Pengunaa insulin aspart di harapkan menghasilkan onset yang cepat karena kondisi
pasien yang sudah emergency.

 Pengobatan Hipertensi, kombinasi antara ARB dan CCB


a. Valsartan 80 mg
Dosis : 80 mg
Indikasi : Hipertensi dan Gagal jantung pada pasien yang tidak dapat mentoleransi
obat penghambat ACE (Penghambat enzim pengubah angiotensin)
KI : Gangguan fungsi hati, sirosis, obstruksi empedu, hipersensitif terhadap
komponen obat
ES : Kelelahan, jarang diare, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot
Perhatian : Harus dengan resep dokter
MK : Bekerja dengan cara menghambat reseptor angiotensin II. dengan
begitu, pembuluh darah dapat melebar dan darah bisa mengalir dengan
lebih lancar. cara kerja ini akan membuat tekanan darah turun dan kerja
jantung dalam memompa darah dapat lebih baik
Sediaan : Tablet
Harga : Rp 41.250,00
Alasan Pemilihan Obat :
ARB telah menunjukkan kemampuan untuk mengurangi risiko stroke dan gagal
jantung serta risiko kejadian CV besar dalam uji coba acak prospektif (Dezsi, 2016).
ARB merupakan lini pertama hipertensi dengan diabetes mellitus.

2) NON FARMAKOLOGI
o Mengurangi asupan garam,
o Diet DASH, salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada intinya
mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lema
o Olahraga, rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30
menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.

 Monitoring
1) Monitoring tekanan darah (SBP <140 mmHg, DBP <90 mmHg).
2) Memantau kadar glukosa darah

 KIE :
a. Penderita DM tipe 2 dapat terkendali kadar glukosa darahnya dengan menjalankan gaya
hidup sehat.
b. Pasien yang menggunakan insulin atau obat hipoglikemik oral dapat mengalami
hipoglikemia ringan, yang dapat ditangani sendiri, dimana episode hipoglikemiknya terjadi
sekitar dua kali sehari per minggu penyuntikkan insulin yang tidak diimbangi dengan
makanan seimbang sehingga pasien mengalami penurunan kadar gula darah yang besar
yang biasa disebut hipoglikemia (Pellde dkk., 2016)
KASUS 2

Identifikasi Pasien :
Nama : NY. A
Usia : 63 tahun
BB : 78 kg
TB : 165 cm

Subjektif :
Keluhan : mengeluh lemas, sering berkemih di malam hari, kerap kali mengalami
kesemutan di bagian kaki dan mengeluh sakit kepala di pagi hari
Terapi Obat saat ini : Lisinopril 2 mg 0-0-1,
HCT 50 mg 1-0-1
Glibenklamid 10 mg 1-0-0
Aspirin 75 mg 0-0-1

Objektif :
Parameter Hasil
TD 160/110 mmHg
GD Prenprandial 8,4 mmol/L
HBA1c 7,1 %
NA 125 mmol/L
K 2,7 mmol/L
Cr 0,26 mmol/L
Kolestrol Total 6,5 mmol/L

Assesment
1. Kondisi hipertrofi ventrikel kiri hasil EKG harus di tangani karena dapat menyebabkan
komplikasi
2. Pengunaan obat HCT kurang tepat karena menyebabkan Hipokalemia, hiponatremi dn
meningkatn kadar kolestrol
3. Tingkatkan dosis lisinopril karena tidak masuk ke dalam dosis terapi
4. Pasien tidak mau membatasi makanannya dan malas berolahraga.

Plan

1. Farmakologi
a. Lisinopril
Dosis : 10 mg
Indikasi : Untuk penderita hipertensi dengan diabetes mellitus dan penderita
hipertensi dengan proteinuria, gagal jantung, pasca infark miokard
dengan gangguan fungsi diastolik
Kontraindikasi : Hipersensitif, wanita hamil (bersifat teratogenik), menyusui,
hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral.
Efek samping : Hipotensi, gangguan fungsi ginjal, batuk kering yang menetap,
angioedema, ruam kulit, gangguan pengecapan, gangguan saluran
cerna, hiperkalemia, hipoglikemi, dan kelainan darah.
Perhatian : Gangguan ginjal, dehidrasi aterosklerosis, penykit vaskuler
perifer, kardiomiopati, stenosis aorta, angioedema, terapi
desensitissi, menjalani dialysis.
Mekanisme kerja : Lisinopril bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah,
sehingga darah dapat mengalir lebih lancar dan meringan)kan
beban kerja jantung dalam memompa darah.
Sediaan : Tablet
Harga : Rp7.980,00
Alasan pemilihan obat:
 ACE-I telah digunakan untuk mengobati hipertensi yang memiliki DM tipe 1 atau
tipe 2 (Dipiro, 2016).
 ACEinhibitor lebih baik dalam mengurangi kejadian hipertrofi ventrikel kiri yang
merupakan risiko independen pada hipertensi (Tandililing dkk., 2017).

b. Aspirin
Dosis : 100 mg
Indikasi : Profilaksis penyakit serebro vaskuler atau infark miokard
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, asma, tukak peptik yang aktif, hemofilia dan
gangguan pendarahan, hamil, menyusui.
Perhatian : Riwayat menderita ulkus peptik, gangguan hati, gangguan ginjal,
hentikan penggunaan bila terjadi tinnitus
Efek samping : Bronkospasme, mual, muntah, nyeri, ulserasi, dan pendarahan
saluran cerna, trombositopenia.
Mekanisme : aspirin dapat digunakan sebagai antiplatelet yang juga berefek
antitrombotik. Pemberian dalam dosis kecil jangka panjang, dapat
mencegah pembekuan darah karena agregasi platelet sekaligus
mencegah pembentukan trombus yang bisa mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah.
Sediaan : Tablet
Harga : Rp19.500,00
Alasan pemilihan obat:
Alasan pemilihan aspirin untuk mengobati hipertrofi ventrikel kiri (atau pembesaran
pada ventrikel kirinya) yang disebabkan oleh penyakit hipertensinya. Fungsi dari
aspirin mencegah sel darah (trombosit) menempel pada dinding pembuluh darah,
sehingga pembekuan darah dapat dihambat, dan ventrikel kirinya dapat diatasi.
Aspirin berfungsi untuk memblok TNF alfa dan IL-6 sebagai mediator proinflamasi
sehingga sitokin TNF-alfa dapat dihambat karena berikatan dengan reseptor di otot
jantung dan menimbulkan serangkaian reaksi dengan dengan hasil akhir hipertrofi
ventikel kiri. elanjurnya IL-6 dan TNF alfa berperan terhadap disfungsi ventrikel kiri
yang menyebabkan mengapa obesitas dapat langsung menyebabkan LVH tanpa
melalui jalur hipertensi. Pada kasus tersebut pasien mengalami obesitas stage 1
karena BMI 28,7, TNF alfa meningkat akibat peningkatan sekresi oleh sel-sel lemak
yang berikatan dengan reseptornya dan memicu LVH atau pembesaran ventrikel kiri
(Wowor dkk., 2015).

c. Glibenklamid
Dosis : 5 Mg
Indikasi : DM Tipe 2
KI : obat ini tidak dianjurkan untuk, pasien yang hipersensitititas terhadap
sulfonilurea atau sulfonamida, dan pasein yang mengalami dm tipe 1.
ES :Berat badan meningkat, mual, sensasi terbakar di dada, perut terasa penuh
Perhatian : Glibenclamide tidak boleh digunakan secara sembarangan dan harus
digunakan sesuai resep dokter.
MK : Glibenklamide bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara
meningkatkan pelepasan insulin pankreas. mekanisme ini bergantung pada
sel beta pankreas. Sulfoniurea menempel pada reseptor yang spesifik di sel
beta pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui kanal ATP-
dependent
Sedian : Tablet
Harga : Rp2.990,00
Alasan Pemilihan Obat :
Karena glibenclamide efek menurunkan gula darah yang cepat dan pasien lebih patuh
untuk mengkonsumsi glibenklamid karena frekuensi konsumsi satu kali sehari.

2. Non farmkologi
a. Pembatasan konsumsi natrium
b. Diet rendah lemak
c. Konsumsi sayuran dan buah-buahan
d. Pengurangan berat badan pada individu yang kelebihan berat badan atau obesitas
e. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga (dipiro, 2016)

3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi


 Konsumsi sayur dan buah-buahan yang mengandung antioksidan yang tinggi, dapat
mencegah terjadinya stress oksidatif, yang merupakan salah satu penyebab timbulnya
plak pada pembuluh darah. karena pada kasus tersebut pasien mengalami Obesitas
stage I yang menyebabkan timbulnya faktor risiko hipertensi, Diabetes Melitus,
hiperkolesterol, (Lakshmi, dan Fadjar, 2015).
 Pasien disarankan untuk melakukan aktivitas fisik, mempertahankan dan memantau
berat badan dalam batas normal
 Obat yang diberikan harus diminum dengan benar dan tepat waktu untuk
meningkatkan efektivitas pengobatan
 Kurangi asupan garam untuk mencegah terjadinya tekanan darah tinggi.
 Ukur tekanan darah secara berkala untuk melihat kemajuan pengobatan.
 Pengukuran HbA1c nya untuk melihat penurunan kadar gula darah.
 Apabila terjadi penambahan gejala atau tidak ada perubahan silahkan kembali ke
dokter atau menghubungi apoteker.

Dapus:
Dezsi, C. A., 2016, The Different Therapeutic Choices with ARBs. Which One to Give? When?
Why?, Am J Cardiovasc Drugs, DOI 10.1007/s40256-016-0165-4.

Dipiro, J.T., Jill, M. K., Patrick, M.M., Barbara, G.W., Terry, L.S., dan Marie, A.C.B., 2016,
Pharmacoterapy Principles and Practice 4th Edition, McGraw Hill Education : New York.

Lakshmi, B, S., Fadjar, H., 2018, Komunikasi Informasi Edukasi Penyakit Jantung Pada Remaja
obesitas, Jurnal SOLMA, Vol 7(1).

Tandililing, S., Alwiyah, M., dan Ingrid, F., 2017, Profil Penggunaan Obat Pasien Hipertensi
Esensialdi Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah I Lagaligo Kabupaten Luwu
Timur Periode Januari-Desember Tahun 2014, Journal of Pharmacy, Vol. 3(1).

Pelle, C., Linnie, P., Yolanda, B,B., 2016, Hubungan Pengetahuan Penggunaan Insulin Dengan
Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsu Gmim Pancaran
Kasih Manado, Journal Keperawatan, Vol 4(2).

Wowor, R, L., Kandou, G, D., dan Umboh, J, M, L., 2015, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembesaran Jantung Kiri (LVH) pada Mahasiswa Pria Peserta Kepanitraan Klinik Madya
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Jurnal JIKMU, Vol.5(1).

Anda mungkin juga menyukai