Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di
rumah sakit dan unit kesehatan.Rumah sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal.Hal
tersebut sebagai akuntabilitas rumah sakit supaya mampu bersaing dengan
Rumah Sakit lainnya.Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan
kesehatan yang bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta sebagai pusat rujukan kesehatan
masyarakat.
Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber daya
manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan terhadap
pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien. Bila elemen tersebut
diabaikan maka dalam waktu yang tidak lama, rumah sakit akan
kehilangan banyak pasien dan dijauhi oleh calon pasien. Pasien akan
beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal
tersebut dikarenakan pasien merupakan asset yang sangat berharga dalam
mengembangkan industri rumah sakit.
Keunggulan layanan tersebut tidak akan terwujud jika ada
salahsatu prinsip pelayanan ada yang dianggap lemah. Berdasarkan data
Indeks Kepuasan Masyarakat di RSUD Tugurejo Semarang yang diambil
oleh PT SRI pada semester 1 tahun 2008, dari hasil indepth pada 130
responden, didapatkan fakta bahwa pasien biasanya mempunyai
pengalaman tidak menyenangkan, bahkan menakutkan ketika datang ke
Rumah Sakit, karena pelayanan yang didapatkan tidak maksimal dan
cenderung merugikan pasien dan hal tersebut bisa menimbulkan
ketidakpuasan. Pernyatan pasien yang terangkum, menyampaikan bahwa
dokternya terkesan terburu-buru dan menakut-nakuti atas penyakit yang
diderita pasien, perawat yang cuek dan kurang informatif

1
Dapat diketahui jumlah responden pria dan wanita hampir sama,
sebagian besar (69,4%) mereka berada pada kelompok umur produktif
(20–50 tahun). Responden yang berpendidikan rendah (SD dan SLTP)
cukup besar jumlahnya yaitu 43,6%. Sebanyak 40% responden tidak
bekerja (pelajar dan ibu rumah tangga), sedangkan responden yang bekerja
mempunyai jenis pekerjaan yang bervariasi. Sesuai dengan komposisi
kelas perawatan yang ada di RS lokasi penelitian maka terbanyak
responden dirawat di kelas IIIA dan IIIB yaitu 52,7%.
Asal rujukan dari puskesmas hanya 7,7%, yang terbanyak berasal
dari Unit Gawat Darurat (UGD) RS (46,7%). Kedekatan lokasi RS dengan
rumah merupakan alasan terbanyak responden memilih dirawat di RS
(42,7%), kemudian alasan perawat yang melayani dengan baik (35%),
anjuran dokter yang merujuknya (28,3%) dan alasan dokter RS baik
pelayanannya (22%). Sebanyak 65% menyatakan baru pertama kali
dirawat di RS lokasi penelitian.Dari 35% responden yang menyatakan
sudah pernah dirawat di RS tersebut mereka menyatakan puas dengan
pelayanan RS ketika mereka dirawat sebelumnya. Rata-rata lama hari
rawat responden yaitu 15,11 hari (minimum 3 hari dan maksimum 41 hari)
Dari prinsip Service Quality, ditambah dengan penelitian di
Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator kepuasan pasien rawat inap di
rumah sakit yang dilakukan UNDIP tahun 2006, menyampaikan bahwa
dalam pengalaman sehari-hari , ketidakpuasan pasien yang paling sering
diungkapkan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas
RS,antara lain keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit
ditemui, perawat kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses
masuk rawat inap, tutur kata, keacuhan serta ketertiban dan kebersihan di
lingkungan RS . Sikap, perilaku, tutur kata, keramahan petugas serta
kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menduduki peringkat
tertinggi dalam persepsi kepuasan pasien. Tidak jarang walaupun pasien
merasa outcome tak sesuai dengan harapannya , tetapi mereka cukup puas
jika dilayani dengan sikap yang menghargai perasaan dan martabatnya.

2
Data awal dari informan seorang tenaga medis RSUD Tugurejo,
mengenai jumlah komplain yang masuk di kotak saran selalu meningkat
pertahun 10 % untuk rawat inap karena pelayanan yang dilakukan oleh
perawat di ruang rawat inap bekerjanya lamban disebabkan banyak
perawat yang hamil, perawat terbatas, sehingga mereka sering sibuk dan
melakukan kerja rangkap, dan perawat masih bekerja di luar
kompetensinyaHal lain adalah adanya penurunan jumlah pelayanan rawat
inap,terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008 yang menurun drastis dari
angka2069 di tahun 2007 danangka 1869 di tahun 2008.
Oleh karena itu, dilihat dari persentase ketidakpuasan pasien dalam
rawat inap di RSUD Tugurejo, maka kami sebagai penyusun membuat
makalah ini agar perawat dapat memahami ketidaknyaman pasien dan
pasien dapat mengemukakan pendapatnya.

B. Rumusan Masalah
Perawat sebagai salah satu SDM di Rumah Sakit dan menjadi
ujung tombak dalam pelayanan di rumah sakit.Perawat
memberikanpengaruh paling besar dalam menentukan kualitas pelayanan
kepada pasien. Pelayanan optimal dan kenyamanan berdampak pada
kesembuhan pasien
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah apa
apa yang dimaksud pelayanan kesehatan? Apa saja jenis pelayanan di
rumah sakit? Bagaimana Asuhan Keperawatannya? Apa yang dimaksud
dengan Pelayanan Rawat Inap ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada tatanan
pelayanan kesehatan (rawat inap).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian pelayanan kesehatan.
b. Untuk mengetahui pengertian rumah sakit.

3
c. Untuk mengetahui jenis-jenis pelayanan rumah sakit.
d. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan.
e. Untuk mengetahui tentang pelayanan rawat inap.
f. Untuk mengetahui kepuasan pasien rawat inap.

4
BAB II

ISI

A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2000)
Kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien walaupun
merupakan nilai subjektif, tetapi tetap ada dasar objektif yang dilandasi
oleh pengalaman masa lalu, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh
lingkungan khususnya mengenai penilaian performance pemberi jasa
pelayanan kesehatan terdapat 2 elemen yang perlu diperhatikan yaitu
teknis medis, dan hubungan interpersonal. Hal ini meliputi penjelasan dan
pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan, dan
kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien (Foster. Timothy, R.V,
2002)
Suatu pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu harus
memenuhi persyaratan pokok sebagai berikut (Azwar, 2000) :
1. Tersedia dan berkesinambungan
2. Dapat diterima dan wajar.
Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat dan bersifat wajar (approviate),
artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat
3. Mudah dicapai.
Pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai
(accessible), pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting

5
4. Mudah dijangkau
Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dijangkau oleh masyarakat, terutama dari sudut lokasi. Dengan
demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat
penting
5. Bermutu
Pengertian mutu (quality) disisni adalah pelayanan
kesehatan yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan yang
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan

Menurut Parasuraman et al dalam Wijono (1999), dimensi ukuran


kualitas jasa/ pelayanan terdiri dari :

1. Tangibel (bukti langsung/nyata)


Dimensi mutu pelayanan yang meliputi penampilan fisik
dari fasilitas, peralatan, karyawan dan peralatan komunikasi
2. Reliability (kehandalan)
Dimensi mutu pelayanan yang berupa kemampuan untuk
memberikan pelayanan jasa/ yang telah dijanjikan secara konsisten
dan dapat diandalkan (akurat).
3. Responsiveness (cepat tanggap)
Dimensi mutu pelayanan tentang kemampuan untuk
membantu pelanggan (pasien) dan menyediakan jasa/ pelayanan
yang cepat dan tepat.
4. Assurance (kepastian)
Dimensi mutu pelayanan yang mencakup pengetahuan dan
keramahtamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyazakinan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko
atau keragu-raguan

6
5. Empathy (empati)
Dimensi mutu pelayanan yang meliputi pemahaman
pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan,
kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan pelanggan.

Asuhan keperawatan sendiri merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan.Asuhan
keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kenyamanan
untuk melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari. Menjadi harapan disetiap
pasien sebagai konsumen dari layanan jasa rumah sakit bahwa perawat
akan dapat memberikan bantuan dan pertolongan kepada mereka

B. Pengertian Rumah Sakit


Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem
kesehatan.Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi
simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan.Rumah sakit adalah
organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat teknologi, dan
padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk, 2000).
Rumah sakit berasal dari kata latinHospitium yang berarti suatu
tempat tamu diterima. Dilihat dari konsep fungsi rumah sakit yang
tradisional yaitu sebagai tempat pengobatan di luar tempat tinggal pasien
Menurut WHO rumah sakit adalah institusi yang merupakan
bagian integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial berfungsi
mengadakan pelayanan kesehatan yang lengkap, baik kuratif maupun
preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan
pelayanan medis serta perawatan.
Menurut Depkes RI (1998), pengertian rumah sakit adalah sebagai
berikut:

7
a. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis
professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita
oleh pasien.
c. Rumah sakit adalah dimana tempat orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk
mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya
diselenggarakan
d. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

Definisi struktural rumah sakit adalah suatu fasilitas yang


memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi,
diagnose dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis,
bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan
pengarahan dan penagwasan seoarang dokter setiap hari dan definisi
fungsional rumah sakit komunitas adalah suatu institusi dengan tujuan
untuk menyelenggarakn perawatan kesehatan pribadi dengan
memanfaatkan sumber yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan
masyarakat. Institusi pelayanan ini juga merupakan latihan personil dan
riset kesehatan.

C. Fungsi Rumah Sakit


Menurut Permenkes RI No. 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah
sakit adalah :
1. Menyediakan dan menyelanggarakan pelayanan medik, penunjang
medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.
2. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan
paramedic

8
3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan.

Fungsi rumah sakit yang meliputi dua aspek diatas, tidak secara
keseluruhan dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit milik pemerintah
atau swasta, tetapi tergantung pada klasidikas rumah sakit.

Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah


sakit dengan kategori/ kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori
ketenagaan, fasilitas, dan kemampuan pelayanan yang lebih besar
daripada rumah sakit dengan kelas lainnya yang lebih rendah, seperti
kelas BII, BI, C dan kelas D. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan dalam
kegiatan Intramural (didalam rumah sakit) dan ekstramural (diluar rumah
sakit). Kegiatan intramural dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
pelayanan rawat inap dan pelayanan rawat jalan.

D. Jenis Pelayanan Rumah Sakit


Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009, bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Komponen pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai
berikut: (1) administrasi dan manajemen, (2) pelayanan Medis, (3)
pelayanan gawat darurat, (4) pelayanan kamar operasi, (5) pelayanan
intensif, (6) pelayanan perinatal resiko tinggi, (7) pelayanan keperawatan,
(8) pelayanan anastesi, (9) pelayanan radiologi, (10) pelayanan farmasi,
(11) pelayanan laboratorium, (12) pelayanan rehabilitasi medis, (13)
pelayanan gizi, (14) rekam medis, (15) pengendalian infeksi di rumah
sakit, (16) pelayanan sterilisasi sentral, (17) keselamatan kerja, (18)
pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, (20) perpustakaan

Jenis-jenis pelayanan di rumah sakit adalah :

1. Pelayanan jasa yaitu : rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat
intensip, bedah sentral, forensif, penunjang medis

9
2. Pelayanan ADM yaitu :
a. Eksternal : surat keterangan sehat, surat keterangan kematian, surat
keterangan sakit, surat visum et repertum, surat keterangan
kelahiran, resume medis untuk asuransi.
b. Internal : gaji, kenaikan pangkat, kepesertaan jamsostek,
penyediaan alat kerja, dll.

E. Asuhan Keperawatan
Menurut Aditama (2007), keperawatan adalah salah satu profesi di
rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga
mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi
dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan
menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan terus
menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit
Menurut Azwar (2000), mutu asuhan pelayanan rawat inap
dikatakan baik, apabila :
1. Memberikan rasa tentram kepada pasien
2. Memberikan pelayanan yang profesional dan setiap strata pengelola
rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien kerumah sakit
sampai pasien pulang

Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :


1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap
pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien
memerlukan penanganan segera.
2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan
bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar
3. Penanganan oleh para dokter dan perawat yang profesional akan
menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih
rumah sakit.
4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada
rumah sakit

10
5. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional
6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman

Dalam hal manajemen keperawatan di rumah sakit, tugas yang


harus dilakukan adalah :
1. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan
masuknya pasien kerumah sakit, pengawasan pengisian dokumen
catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses pemeriksaan
atau pengobatan pasien, dan lain-lain
2. Membuat penggolongan pasien sesuai berat ringannya penyakit dan
kemudian mengatur kerja perawat secara optimal pada setiap pasien
sesuai kebutuhannya masing-masing
3. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan
secara khusus maupun pelayanan lain secara umumnya
4. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi
staffing, scheduling, assignment dan budgeting (Aditama, 2007)

Pelayanan keperawatan profesional diberikan dalam bentuk asuhan


keperawatan. Menurut konsorsium kelompok kerja keperawatan, asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar
pada etik dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggungjawab keperawatan (Nursalam, 2007)
Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan
yaitu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki
atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan
yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan
pasien.
Menurut Dungoes (2000), proses keperawatan adalah proses yang
terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :

11
1. Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, kognitif,
kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup.
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya
2. Identifikasi masalah / diagnosa keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik
pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi
3. Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu : pertama adalah identifikasi tujuan
dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah
kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan
harus spesifik, realistik dan dapat diukur, menunjukkan kerangka
waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien,
kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan
4. Implementasi
Adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan
5. Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diharapkan dan respon terhadap keefektifan intervensi
keperawatan, kemudian mengganti rencana keperawatan jika
diperlukan.

Menurut Gilles (1996), ciri-ciri asuhan keperawatan yang


berkualitas antaralain :
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

12
2. Sumberdaya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat

F. Pelayanan Rawat Inap


Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah
satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara
komprehensif untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh
pasien, dimana unit rawat inap merupakan salah satu revenew center
rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai
sebagai salah satu indikator mutu pelayanan.
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan
yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa
fungsi pelayanan.Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien
yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya.
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap
di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan
swasta, serta puskesmas dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap dan mengalami tingkat transformasi, yaitu
pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan boleh
pulang (Muninjaya, 2004).
Menurut Supranto (1997), arus pelayanan pasien rawat inap
dimulai dari pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien,
pelayanan ruang perawatan (pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga
perawat, lingkungan langsung, penyediaan peralatan medis/ non medis,
pelayanan makanan/ gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan
keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang.

13
Di ruang rawat inap pasien menjalani 5 tahap standar pelayanan
perawatan, yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ ANA
(PPNI, 2002), yaitu :
1. Standar I :Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan
klien
2. Standar II :Perawat menetapkan diagnosa keperawatan
3. Standar III :Perawat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan yang berisi rencana tindakan untuk
mencapai hasil yang diharapkan
4. Standar IV :Perawat mengimplementasikan tindakan yang
sudah ditetapkan dalam rencana asuhan
keperawatan
5. Standar V :Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada


pelayanan rawat inap mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :

1. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan


kenyakinan dirawat tinggal dirumah sakit.
2. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan
diagnosisnyaTahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien
dimasukkan dalam program perawatan dan terapi
3. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan
dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
4. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien
dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga
kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.

Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap


dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa
dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan,
penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan

14
memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya
setiap hari.
Kelompok pasien yang dirawat di tempat perawatan jangka
panjang meliputi kelompok primer dan sekunder :
1. Kelompok Primer
a. Klien utama umumnya lansia, sakit-sakitan, dan tidak bias
merawat diri sendiri
b. Memiliki penyakit kronis dan pikun karena tua.
c. Mereka membutuhkan bantuan untuk dapat hidup secara normal
d. Secara teratur mereka membutuhkan perawatan, pengawasan
dokter, dan beberapa jenis pelayanan kesehatan professional
e. Klien diterima sebagai klien sementara atau lebih lama lagi

2. Kelompok Sekunder
a. Klien sering mengidap penyakit khusus yang bias disembuhkan
secara total atau sebagian
b. Program rehabilitasi yang difokuskan pada upaya pemulihan
sehingga dapat melakukan kegiatan seperti sedia kala
c. Usia kelompok ini dapat bervariasi, tidak harus sudah tua
d. Penderita HIV Aids

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit


perawatan jangka pendek dan jangka panjang.
a. Jangka pendek : rumah sakit yang merawat penderita selama rata-
rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita dengan kondisi
penyakit akut dan kasus darurat, biasanya dirawat di ruamh sakit
kurang dari 30 hari. Rumah sakit umum pada umumnya adalah
perawatan jangka pendek karena penderita yang dirawat adalah
penderita kesakitan akut yang biasanya pulih dalam waktu kurang
dari 30 hari.
b. Jangka panjang : rumah sakit perawatan jangka panjang ialah
rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari

15
atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan jangka
panjang seperti psikiatri.

Dalam penderita tinggal di rumah sakit ada unsurvtahap pelayanan,


yaitu :
a. Perawatan Intensif, adalah perawatan bagi penderita kesehatan
berat bagi yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu
krisis kesakitan atau lukanya, suatu kondisi apabila ia tidak
mampu melakukan kebutuhannya sendiri. Ia dirawat diruang
perawatan intensif oleh staf medic dan perawat khusus.
b. Perawatan Intermediet, adalah perawatan bagi penderita setelah
kondisi kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan
intensif ke ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet
merupakan bagian terbesar dari jenis perawatan di kebanyakan
rumah sakit.
c. Perawatan Swarawat, adalah perawatan yang dilakukan
penderita yang dapat merawat diri sendiri, yang datang ke
rumah sakit untuk diagnotic saja atau penderita yang
kesehatannya sudah cukup pulih dalam kesakitan intensif atau
intermedie, atau dapat tinggal dalam suatu unti perawatan
sendiri (Self-Care Unit)
d. Perawatan Kronis, adalah perawatan penderita dengan
kesakitan atau ketidakmampuan jasmani jangka panjang.
Mereka dapat ditinggal dalam bagian terpisah rumah sakit atau
fasilitas perawatan tambahan atau rumah perawat yang juga
dioperasikan oleh rumah sakit.
e. Perawatan Rumah, adalah perawatan penderita di rumah yang
dapat menerima layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit,
dibawah suatu program yang disponsori oleh rumah sakit.
Perawatan rumah ini adalah paling penting, tetapi sangat sedikit
diterapkan. Perawatan ini lebih mudah, dan merupakan jenis
perawatan yang efektif secara psikologi.

16
G. Kepuasan Pasien Rawat Inap
Ada beberapa teori mengenai kepuasan.Teori yang menjelaskan
apakah pasien sangat puas, puas, tidak puas adalah teori performasi yang
diharapkan (expectation – performance theory) yang menyatakan bahwa
kepuasan adalah fungsi dari harapan pasien tentang jasa dan perfomasi
yang diterimanya. Jika jasa sesuai dengan harapannya ia akan puas, jika
jasa kurang sesuai dengan yang diharapkan pasien akan merasa tidak puas.
Kepuasan atau ketidak puasan pasien akan meningkat jika ada
jarak yang lebar antara harapan dan kenyataan performasi pelayanan.
Beberapa pasien cenderung memperkecil kesenjangan dan mereka akan
terkurangi rasa ketidak puasannya (Purnomo, 2002)
Menurut Oliver dalam Supranto (2001) mendefenisikan kepuasan
sebagai perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakannya dengan harapannya.Tingkat kepuasan merupakan
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa;
Apabila kinerja sesuai harapan pelanggan, maka pelanggan akan sangat
puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau,
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga
dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.
Harapan pasien akan pelayanan disesuaikan dengan hak pasien
sebagai konsumen pelayanan rumah sakit. Hak-hak ini meliputi perawatan
yang bertanggung jawab, mendapatkan tanggapan atas keluhan-keluhan
penyakit yang dirasakan.
Setelah mendapatkan pelayanan, pelanggan akan memberikan
reaksi terhadap hasil pelayanan yang diberikan, apabila pelayanan yang
diberikan sesuai dengan harapan/ keinginan pelanggan maka akan
menimbulkan kepuasan pelanggan, namun sebaliknya apabila pelayanan
yang diberikan tidak sesuai dengan harapan / keinginan pelanggan maka
akan menimbulkan ketidak puasan pelanggan (Supranto, M.A, 2001).

17
Jacobalis (1990) menyampaikan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa
aspek, diantaranya adalah:
1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis
Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku
dokter dan perawat dan tenaga profesi lainnya
2. Efisiensi dan efektivitas
Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di
rumahsakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna
3. Keselamatan pasien
Aspek ini menyangkut keselamatan dan kemanan pasien
4. Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan social
pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,
kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan
dan sebagainya

BAB III

18
PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara indonesia adalah negara berkembang yang membutuhkan


perbaikan di segala bidang, terutama bidang kesehatan. Karena kesehatan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang mutlak dipenuhi, sebelum
memenuhi kebutuhan yang lain. Perhatikan di bidang kesehatan ini meliputi
: segi pelayanan, tenaga kesehatan, dan fasilitas yang memadai. Untuk
merealisasikan program pemerintah dalam rangka meningkatkan perbaikan
mutu kesehatan, dibutuhkan adanya pelayanan ekstra dalam penangganan
pasien, disamping itu dibutuhkan jugasuatu catatan atau buktiotentik
(Dokumentasi) yang disedikan olehlembahga kesehatan. Dokumtasi adalah
bagian dari keseluruhaan tanggung jawab perawat untuk pasien. Manfaat
dokumtasi rawat inap dan tujuan kegunaan rakam medik pada rawat inap
yaitu : untuk menunjang tercapainya tertib adminstrasi dalam rangka upaya
penuingkatan pelayanan kesehatandi rumah sakit, tanpa didukung suatu
sistem pengelolaan rekan medis yang baik dan benar mustahil tertib
administrasi takan berhasil sebagaimana yang diharap, aspek adminstrasi,
aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, pendidikan dan aspek
dokumentasi.

B. Saran
kita sebagai hamba Allah SWT memiliki kewajiban untuk tunduk
kepada-Nya dan menaati hukum serta aturan yangtelahditetapkan-Nya.
Maka dari itu agar kelak kita tidak mendapatkan kesusahan melainkan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat, hendaknya kitaselalu
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta
segala sesuatu yang madlarat yakni yangtidak berguna bagi hidup dan
kehidupan manusia. Semoga materi ini bisa menambah wawasan kita
mengenai dokumentasi keperawatan khususnya dalam peningkatan

19
pelayanan pada rawat inap mudah-mudahan dengan dibuatnya makalah ini
para pembaca dapat mengambil manfaatnya.

20

Anda mungkin juga menyukai