UU No 14/2008
Keterbukaan
Informasi
Publik
Diwajibkan/
dapat ditetapkan
threshold secara
dipersyaratkan
konsensus pada tahun oleh
peraturan
pertama.
Adakalanya
perundangan threshold
tidak dapat ditetapkan,
Dipersyaratkan
penilaian terhadapoleh
indikator
pemilik berdasarkan
(pertanggung
trend naik atau turun.
jawaban)
4. Fokus pengukuran kinerja pada sistem mikro adalah pada:
A. Penyediaan struktur yang memadai.
B. Hasil yang dicapai dan proses untuk mencapai hasil.
Ketersediaan data
C. Dampak dan pelayanan sistem mikro.
D. Manfaat bagi masyarakat dan rumah sakit.
E. Proses perbaikan mutu pada sistem mikro.
High risk, high
To evaluate thecost,
high volume, problem
achievement of
prone
objectives, goals,
Konsensus
missions, and
Dipersyaratkan
vision( stated inoleh
customer
the business plan)
5. Untuk mengatasi variasi proses pada pelayanan laboratorium dapat dilakukan pengendalian
proses melalui :
A. Penetapan yang indikator.
To identify the
B. Standarisasi.
C. Evaluasi kinerja keuangan.
present state
D. Kecukupan sumber daya.
E. Kepemimpinan otoriter.
To compare to
2
standard
competitors
(benchmarking)
To monitor:
Membangun Sistem Manajemen M
Stability
6. Untuk mengatasi variasi proses pada pelayanan radiologi dapat dilakukan dengan pendekatan :
A. Statistik dan non-statistik.
Improvement
B. Tindakan disiplin.
C. Penghitungan kuantitatif.
Deterioration
D. Deskripsi kualitatif.
E. Penggunaan peralatan canggih.
To identify
7. Tindakan perbaikan dan pencegahan pada sistem mikro merupakan :
A. Intervensi yang bersifat korektif.
opportunity for
B. Intervensi untuk mengatasi variasi proses.
C. Tanggungjawab dari sistem makro rumah sakit.
D. Standarisasi pelayanan pada sistem mikro.
improvement
E. Indikator ketidakberhasilan sistem makro.
9. Alasan untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar clinical governance pada sistem mikro adalah :
A. Untuk memperoleh status akreditasi rumah sakit.
B. Meningkatkan kinerja keuangan sistem mikro yang bersifat revenue center.
C. Meningkatkan mutu pelayanan klinis dan mengupayakan keselamatan pasien.
D. Menerapkan manajemen risiko demi meminimalkan risiko pada tenaga klinis dan pasien.
E. Sebagai respons terhadap keluhan pelanggan.
4 pilar clinical governance
1.Consumer value
3
2.Clinical performance & evaluation
3.Clinical risk management
4.Profesional development & management
10. Prinsip dasar penerapan 4 pilar clinical governance pada sistem mikro adalah :
A. Bertujuan untuk mencapai pelayanan klinis yang efektif.
B. Mengutamakan manajemen risiko dan keselamatan pasien.
C. Mengembangkan profesi kesehatan bila diperlukan.
D. Mengabaikan nilai-nilai pelanggan.
E. Meningkatkan keuntungan finansial rumah sakit.
4 pilar clinical governance
1.Consumer value
2.Clinical performance & evaluation
3.Clinical risk management
4.Profesional development & management
11. Manajemen keluhan, survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan, ketersediaan informasi yang
mudah diakses pelanggan, dan keterlibatan pelangganl dalam pengambilan keputusan klinis,
merupakan salah satu upaya dalam menerapkan pilar clinical governance berikut ini :
A. Clinical indicator
B. Risk management
C. Customer value
D. Continuing Professional Development
E. Clinical decision making
12. Yang termasuk dalam upaya spesifik RS untuk meningkatkan patient participation adalah :
A. Meminta keluarga pasien untuk mengawasi tetesan infus.
B. Menyusun patient clinical pathway.
C. Menyebarkan leaflet mengenai produk rumah sakit
D. Mendesain bangunan rumah sakit yang ramah lingkungan
E. Menerapkan sistem informasi rumah sakit.
Meningkatkan Partisipasi dan Keterlibatan Pasien dengan:
1. Building health literacy
2. Supporting self care and self-management
3. Offering a choice of providers
4. Sharing treatment decisions
4
13. Faktor penting yang mendorong penerapan patient safety di rumah sakit adalah
A. Medical error
A. B.Clinical leadership
B. Ketersediaan data
C. Komite medis
D. Budaya pelayanan
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami arti Medical Error (kesalahan medis)
2. Mengidentifikasi masalah patient safety di rumah sakit dan mengkategorikan tipe dan sumber penyebab terjadinya medical error
(kesalahan medis)
14. Klasifikasi sistem informasi di rumah sakit agar dapat dimanfaatkan oleh manajemen rumah sakit
adalah:
A. Sistem informasi pasien, sistem informasi pelayanan, sistem informasi manajemen dan
sistem informasi keuangan.
B. Execcutive Information System, Decision support system, management information system
dan Transaction Processing System
C. Patient Information, Front Office Information, Billing Information System, dan Medical
Record System
D. Service Information system, Product Information system, Clinical Record System, dan Billing
system
E. Service Information system, Billing system, Compliant record system, Clinical Information
System
5
15. Prakiraan kebutuhan perawat dengan memperhitungkan tugas-tugas perawat, analisa alur kerja
dan kemudian tugas-tugas diorganisir untuk mencapai efisiensi yang paling tinggi disebut dengan
:
A. Metoda diskriptif
B. Metoda work indicator of staff need
C. Metoda penghitungan pola ketenagaan
D. Metoda pendekatan industrial engineering
E. Metoda management engineering
Definition of workload
The amount and intensity of work a nurse encounters in a given period of time.
Affected by all of the following:
# of patients
patient acuity
patient throughput
unit design
technologies
resources
amount of administrative tasks
skills and education of nurses
16. Metoda penilaian investasi yang menggunakan discounted cash flow disebut:
A. Internal Rate of Return
B. Cost Recovery
C. Net Present Value
D. Payback period
E. Profitability index
Wikipedia Discounted cash flow
In finance, discounted cash flow (DCF) analysis is a method of valuing a project, company, or asset using the concepts of the time value of
money. All future cash flows are estimated and discounted to give their present values (PVs)—the sum of all future cash flows, both
incoming and outgoing, is the net present value (NPV), which is taken as the value or price of the cash flows in question. Present value
may also be expressed as a number of years' purchase of the future undiscounted annual cash flows expected to arise.
Using DCF analysis to compute the NPV takes as input cash flows and a discount rate and gives as output a price; the opposite process—
taking cash flows and a price and inferring a discount rate—is called the yield.
Discounted cash flow analysis is widely used in investment finance, real estate development, corporate financial management and patent
valuation.
17. Terjadinya variasi proses yang berakibat pada mutu pelayanan maupun outcome klinis yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan disebabkan karena :
A. Tidak tersedianya sumber daya yang dibutuhkan.
B. Proses tidak dikendalikan secara optimal.
C. Tidak tersedianya instrument evaluasi.
D. Penggunaan tehnologi mutakhir.
E. Keterbatasan dana pada system mikro pelayanan.
6
18. Menurut UU no. 44 tahun 2009 dan Kepmenkes 129 tahun 2008 yang terkait dengan penilaian
kinerja rumah sakit:
A. Hanya rumah sakit pemerintah yang wajib menyusun standar pelayanan minimal.
B. Rumah sakit pemerintah maupun swasta wajib menyusun dan memonitor kinerja dengan
menggunakan standar pelayanan minimal.
C. Rumah sakit tidak diwajibkan melakukan audit kinerja.
D. Hanya rumah sakit pemerintah yang diwajibkan menunjukkan akuntabilitas kinerja kepada
masyarakat.
E. Rumah sakit diwajibkan melakukan audit klinis tetapi tidak wajib melakukan audit kinerja.
UU No 44/2009 Pasal 36
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik.
Penjelasan pasal 36:
Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip
tranparansi, akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran.
Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data
klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesional, dan akreditasi rumah sakit
19. Tiap rumah sakit perlu menyusun indikator pelayanan dengan tujuan :
A. Sebagai persyaratan untuk menerapkan PPK-BLU.
B. Menunjukkan akuntabilitas sebagai lembaga pelayanan publik kepada masyarakat dan
untuk mengenal peluang agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan.
C. Untuk memenuhi ketentuan yang ada pada standar akreditasi.
D. Untuk memenuhi persyaratan dari lembaga.
E. Untuk melakukan kajibanding dengan rumah sakit lain.
7
20. Sistem monitoring kinerja yang efektif di rumah sakit:
A. Untuk penghematan monitoring tidak harus dilakukan secara regular, tetapi spot check saja.
B. Hasil monitoring cukup digunakan oleh tiap unit dalam system mikro pelayanan untuk
melakukan perbaikan pelayanan dalam unit tersebut.
C. Pengumpulan data merupakan kegiatan rutin sehari-hari dan terintegrasi dalam tugas
sehari-hari.
D. Hasil monitoring tidak harus digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan peningkatan
kinerja.
E. Berfokus pada monitoring outcome saja.
Sistem monitoring yang efektif
Pengumpulandata merupakan kegiatan rutin dan terintegrasi dalam tugas sehari-hari
Data dikumpulkansecararegulerdariwaktukewatu, sehinggatrend dapatdimonitor
Data digunakanuntukmengidentifikasitimbuldanpenyebabdaripermasalahanpadasistemyang berakibatpadakinerjayang rencah.
Data digunakanuntukmembantuprosespengambilankeputusan.
8
22. Knowledge dalam pelayanan pasien merupakan:
A. Pemahaman atas fakta yang diukur.
B. Pemahaman fakta dalam konteks.
C. Pemahaman pola-pola yang menjelaskan dalam konteks.
D. Pemahaman atas dasar prinsip-prinsip.
E. Pemahaman rangkaian fakta satu dengan yang lain.
23. Model pelayanan keperawatan yang mengarah pada pembagian tugas termasuk model:
A. Model fungsional.
B. Primary nursing
C. Case management
D. Tim.
E. Modifikasi.
Functional Nursing
Model ini dilakukan dengan tiap perawat bekerja berdasarkan tugas spesifik dan bersifat teknis seperti memberi obat, memandikan klien
atau mengukur tanda vital.
24. Model yang mengarahkan kepada hubungan perawat dan pasien yang lebih jelas adalah model:
A. Model fungsional.
B. Primary nursing
C. Case management
D. Tim.
E. Modifikasi.
Primary Nursing
Model ini merupakan pendekatan yang memungkinkan perawat untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap klien mulai
dari masuk hingga keluar dari rumah sakit. Perawat primer melakukan proses keperawatan secara menyeluruh selama klien dirawat di
rumah sakit dan bertanggung jawab selama 24 yang memungkinkan kesinambungan asuhan keperawatan terhadap klien.
Metoda Primer (Gillies)
• P.Jawab : Perawat Primer (PP)
• Ada kontinuitas asuhan,bersifat komprehensip & dpt dipertg. jawabkan
• Tiap PP merawat 4-6 pasien & bertg jawab 24 jam selama pasien dirawat.
• PP mengkaji dan merencanakan askep& mengetahui keadaan pasien dengan baik
• Pasien / kel, dokter, perawat lain mengetahui pasien tertentu adalah tg. jawab PP tertentu
PP melkkan. komunikasi dan koordinasi dlm membuat renpra
• Membuat rencana pulang pasien
• Bila PP tidak ada, perawatan dilanjutkan oleh Perawat Asosiet ( PA)
• PP berwenang melakukan rujukan kepada pek.sosial, membuat perjanjian klinik, kunjungan rumah dll.
• PP dituntut akontabilitas yang tinggi, berperan sbg advokat pasien
Keuntungan Metode Primer (Gillies, 1989)
• Kepuasan pasien:
Askep yang manusiawi dan bermutu tinggi
• Kepuasan PP :
Memungkinkan untuk pengembangan diri
• Kepuasan dokter :
Infomasi tentang kondisi paien selalu mutakhir dan komprehensip dari 1 perawat yang benar-benar mengetahui keadaan pasien
• Keuntungan Bagi RS :
Tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga perawat. ttp. hrs. yg bermutu tinggi.
9
Kelebihan Kekurangan
1. Sistem fungsional yaitu secara 1. Tidak memungkinkan klien menerima
administratif sangat efisien karena setiap asuhan keperawatan secara holistik dan
perawat mendapat tugas yang spesifik untuk manusiawi dengan keunikan kebutuhan tiap
sejumlah pasien, mudah dilakukan dan tidak klien sehingga sulit untuk memuaskan klien.
membingungkan 2. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau
2. Perawat trampil untuk tugas atau tidak total sehingga proses keperawatan
pekerjaan tertentu sulitdilakukan
3. Perawat mudah memperoleh kepuasan 3. Perawat cenderung meninggalkan klien
kerja setelah selesai melaksanakan tugas dan melakukan tugas non-keperawatan
4. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti setelah tugas selesai.
dengan tenaga yang kurang berpengalaman 4. Perawat dengan kompetensi profesional
untuk satu tugas sederhana cenderung merasa bosan dan tidak dapat
5. Memudahkan kepala ruangan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan klien,
mengawasi staf atau perserta didik yang walaupun secara ekonomi, sistem ini
praktik untuk ketrampilan tertentu menguntungkan karena pekerjaan bisa dibagi
dan dilaksanakan oleh tenaga trampil yang
tidak membutuhkan pendidikan tinggi.
5. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
dan sulit diidentifikasi kontribusinya terhadap
pelayanan klien.
6. Pekerjaan hanya melihat asuhan
keperawatan sebagai keterampilan saja.
26. Model yang paling tepat untuk diterapkan di rumah sakit di Indonesia adalah:
A. Model fungsional.
B. Primary nursing
C. Case management
D. Tim.
10
E. Modifikasi
Metode Primer Modifikasi
Mrpkan modifikasi dari Metode Primer
Sekel.pasien dirawat sekel.perawat selama dirawat di RS
T.d.Perawat Primer(PP) & Perawat asosiet (PA)
Alasan:
Metode Primer tidak digunakan secara murni krn perlu tenaga perawat spesialis/S1 berpengalaman, jml. banyak.
Metode Tim tidak digunakan krn tg.jawab askep terfragmentasi pada berbagai tim
Modifikasi: PP Pemula minimal pennddkan DIII & bila PP tdk ada sbg gantinya adalah PA yang jaga.
Melalui modifikasi metode Primer ada kontinuitas.& akontabilitas askep pd. Perawat Primer(PP).
Sesuai dengan kemampuan SDM kep RS di Indonesia.
27. Apabila rumah sakit ingin menjual pelayanan yang komprehensif sampai dengan pulang ke
rumah maka model yang tepat adalah:
A. Model fungsional.
B. Primary nursing
C. Case management
D. Tim.
E. Modifikasi
Case Management atau Manajemen Kasus
Merupakan suatu sistem pemberian asuhan klien yang berfokus pada pencapaian keberhasilan klien dengan menggunakan waktu dan
sumber secara efisien dan efektif. Sistem ini merupakan pemberian, koordinasi dan pemantauan pelayanan kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan klien melalui pendekatan multidisiplin pada semua tatanan dan rentang pelayanan kesehatan. Asuhan dikoordinasi oleh
manajemen kasus (case manager), selayaknya perawat.
28. Untuk mencapai nilai yang ditetapkan pada indikator pelayanan klinis, upaya perbaikan pada
sistem mikro sesuai model Nolan dilakukan dengan cara:
A. Mengindetifikasi perubahan-perubahan apa saja yang perlu dilakukan yang akan
menghasilkan perbaikan kinerja, selanjutnya menyusun rencana perbaikan, menguji coba,
mengkaji hasilnya dan mendesain ulang prosedur/SPO yang ada.
B. Melakukan penyesuaian terhadap nilai indikator agar memudahkan dalam mencapai nilai
tersebut.
C. Melakukan kajibanding ke rumah sakit lain untuk mencontoh perubahan yang perlu
dilakukan.
D. Mencari kelemahan pada sistem pelayanan untuk kemudian melakukan perbaikan.
E. Menganalisa risiko yang ada pada alur proses pelayanan untuk kemudian melakukan
tindakan preventif.
11
Apa yang ingin kita capai?
A P
C D
Nolan Model :
• Bentuk tim
• Tetapkan tujuan (setting aims)
• Tentukan pengukuran (establishing measures)
• Pilih perubahan yang perlu dilakukan (selecting changes)
• Uji coba beberapa perubahan (testing multiple changes) dalam skala kecil
• Implementasi perubahan (implementing changes)
• Sebarkan ke unit yang lebih luas (spreading changes)
12
In finance, discounted cash flow (DCF) analysis is a method of valuing a project, company, or asset using the concepts of the time value of
money. All future cash flows are estimated and discounted to give their present values (PVs)—the sum of all future cash flows, both
incoming and outgoing, is the net present value (NPV), which is taken as the value or price of the cash flows in question. Present value
may also be expressed as a number of years' purchase of the future undiscounted annual cash flows expected to arise.
Using DCF analysis to compute the NPV takes as input cash flows and a discount rate and gives as output a price; the opposite process—
taking cash flows and a price and inferring a discount rate—is called the yield.
Discounted cash flow analysis is widely used in investment finance, real estate development, corporate financial management and patent
valuation.
31. Tingkat bunga yang mengalahkan nilai waktu yang akan datang menjadi nilai sekarang disebut:
A. Discount factor
B. Discount rate : tingkat bunga yang dikenakan bank sentral atas pinjaman yang diberikan
kepada bank umum
C. Interest rate : jumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus
membayar untuk kesempatan meminjam uang
D. Interest factor : A factor that can be used to simplify the calculation for finding the
present value of a series of values
E. Bunga majemuk
NPV merupakan selisih antara present value benefit dengan present value
cost (Rp, Rp Jt, dll)
Indikator NPV :
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) utk dilaksanakan
33. Bahan, kondisi atau tindakan yang membahayakan yang dapat mengakibatkan KTD
dikategorikan sebagai :
A. Hazard
B. Risk
C. Kondisi laten
D. Hasil analisis risiko
E. Adverse event
Vulnerability: a weakness in the system that makes an attack more likely to succeed
Hazard : any real or potential condition that can cause injury, illness or death of personnel, or damage to, or loss of equipment or
property, or mission degradation .
Risk: chance of hazard or bad consequences; exposure to chance of injury or loss.
Risk level :
13
Probability : the likelihood that an event will occur
Severity : the expected consequence of an event in terms of degree of injury, property damage, or other mission impairing factors (loss of
combat power, etc..,) that could occur.
34. Pasien jatuh terpeleset di kamar mandi dan menderita comotio cerebri (gegar otak) di bangsal
perawat di rumah sakit. Kejadian ini masuk kategori risiko yang terkait dengan :
A. Pembiayaan pasien
B. Pelayanan klinis pasien
C. Sarana dan prasarana rumah sakit
D. Pemberi pelayanan klinis
E. Perilaku keluarga pasien
35. Salah satu dari 10 prinsip dasar pengelolaan pelayanan klinis adalah :
A. Dokter sebagai pemegang kendali
B. Penyesuaian pelayanan klinis berbasis kebutuhan dan nilai pelanggan
C. Pengambikan keputusan berbasis konsensus tim medis
D. Keselamatan pasien tanpa diikuti dengan efisiensi dalam pelayanan.
E. Kepemimpinan klinis pada tim penyedia pelayanan.
37. Dalam melakukan kajian risiko, tools yang dapat digunakan untuk mencari penyebab yang
melatar belakangi terjadinya kesalahan pemberian obat hari Senin yang lalu di Instalasi Farmasi
adalah :
A. Faikurer mode and effect analysis
B. Severity analysis
C. Root cause analysis
D. Hazard idenfication
E. Stakeholder analysis
38. Dalam kegiatan merevisi prosedur, untuk mengetahui potential risk suatu prosedur pelayanan di
instalasi gawat darurat, tim mutu pelayanan gawat darurat perlu melakukan :
A. Root cause analysis
B. Failure mode and effect analysis
C. Severity analysis
D. Risk elimination
E. Stakeholder analysis.
14
40. Salah satu instrumen manajemen risiko yang bermanfaat untuk mengidentifikasi gap antara
yang seharusnya terjadi dengan sesungguhnya terjadi adalah :
A. Root cause analysis
B. External assessment
C. Incidens report
D. Clinical audit
E. Performance monitoring
41. Dalam praktek klinik sehari-hari bentuk upaya supaya risk reduction adalah sebagai berikut:
A. Memelihara catatan medik pasien
B. Memelihara keanggotaan tim pelayanan kesehatan
C. Melaporkan setiap adverse event kepada manajemen
D. Setiap tindakan medik sesuai protokol/ kebijakan pelayanan
E. Melakukan switch terapi setiap kali ditemukan adverse event
42. Pada tindakan operatif beberapa jenis prosedur tidak dilaksanakan secara sempurna karena
petugas merasa hal tersebut membuang waktu dan energi. Dalam konteks manajemen risiko
tidak melakukan time out saat dimulainya operasi dapat disebut sebagai :
A. Threat : berbahaya pada asset
B. Impact : akibat dari threat
C. Vulnerability: kerentanan
D. Attack: kejadian yang mengancam
E. Attacker
Threat : Harm that can happen to an asset
Impact : A measure of the seriousness of a threat
15
Attack : A threatening event
Attacker: The agent causing an attack (not necessarily human)
Vulnerability: a weakness in the system that makes an attack more likely to succeed
Risk: a quantified measure of the likelihood of a threat being realised
43. Ketika diketahui bahwa kesalahan labeling pada sampel darah mengakibatkan seorang pasien
diterapi secara keliru, maka dilakukan redesign pada cara labelling. Namun demikian kesalahan
pembacaan hasil pemeriksaan laboratorium tetap saja ditemukan. Keadaan ini disebut sebagai :
A. Hazard
B. Probability
C. Severity
D. Vulnerability
E. Residual risk
Vulnerability: a weakness in the system that makes an attack more likely to succeed
Hazard : any real or potential condition that can cause injury, illness or death of personnel, or damage to, or loss of equipment or
property, or mission degradation .
Risk: chance of hazard or bad consequences; exposure to chance of injury or loss.
Risk level :
Probability : the likelihood that an event will occur
Severity : the expected consequence of an event in terms of degree of injury, property damage, or other mission impairing factors (loss of
combat power, etc..,) that could occur.
Residual Risk : the level of risk remaining after controls have been identified and selected
Risk Decision : the decision to accept or not accept the risk(s) associated with an action made by the commander, leader, or the individual
responsible for performing that action.
44. Audit klinis merupakan salah satu upaya untuk menerapkan pilar clinical governance berikut :
A. Pengelolaan dan pengukuran kinerja klinis
B. Manajemen risiko klinis
C. Nilai-nilai pelanggan
D. Pengembangan profesi berkelanjutan
E. Pengambilan keputusan klinis
4 pilar clinical governance
Nilai pelanggan (Consumer value)
Kinerja Klinis dan Evaluasi (Clinical performance and evaluation)
Risiko klinis (Clinical risk)
Manajemen dan pengembangan profesional (Professional Development and Management)
Pilar 2.Kinerja Klinis dan Evaluasi
Bertujuan untuk menjamin pengenalan yang progresif, penggunaan, monitoring dan evaluasi standar yang berbasis evidens
Budaya untuk melakukan audit klinis dan penilaian kinerja klinispada tiap-tiap unit pelayanan klinis
Untuk dapat melakukan audit klinis dan penilaian kinerja klinis perlu disusun:
Standar pelayanan klinis
Audit klinis
Indikator klinis
45. Operasi pada lengan yang salah merupakan KTD di kamar operasi. Setelah diidentifikasi ternyata
hal ini terjadi akibat breakdown automatic computerized system yang digunakan akibat
pemeliharaan lemah. Akibatnya pemeriksaan foto dilakukan secara manual dan terjadi
kekeliruan penempelan tanda “R” oleh radiographer. Penyebab terjadinya KTD tersebut adalah:
A. Kesalahan dalam pengambilan keputusan klinik
B. Kesalahan sistem
C. Pelanggaran terhadap standar.
D. Kompetensi petugas radiografer
E. Kelalaian petugas IRR (instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit).
Penyebab terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD=Adverse event)
Tindakan yang tidak aman (unsafe act):
• Human error:
– Slips: error sebagai akibatkurang/teralihnya perhatian atau salah persepsi)
– Lapses: error yang terkait dengan kegagalan memori lupa/tdk ingat)
16
– Mistakes: Kesalahan yang terkait dengan proses mental dalam assessment informasi yang tersedia, kesalahan dalam
merencanakan asuhan, kesalahan dalam menetapkan tujuan, kesalahan dalam mengambil keputusan klinis
• Violation (pelanggaran)
• Sabotage (sabotase)
Kondisi laten (latent condition):
– Sistem yang kurang tertata yang menjadi predisposisi terjadinya error
– Sumber daya yang tidak memenuhi persyaratan
(Reason, 1997)
17
74. Proses perencanaan SDM yang dilakukan mulai dari tingkat unit pelayanan disebut
A. Supervisor based approach
B. Bottom up approach
C. Top down approach
D. Rational based approach
E. Unit based approach
Corporate
planning:
Deciding on the
organization’s
mission
76. Pelatihan dan pengembangan dapat dikelompokkan dalam kategori
A. Pelatihan karir dan non karir
B. Pelatihan manajer dan non manajer
Assessing the
C. Pelatihan dokter dan non dokter
D. Pelatihan atasan dan bawahan
E. Pelatihan pelayanan dan penunjang
present situation
Berbagai Metode T and D
1. Bagi karyawan non-manajerial, secara garis besar dibedakan:
Metode dalam pekerjaan (on the job method)
Setting objectives
On the job
Apresticeship
Metode di luar pekerjaan (off the job method)
Vestubule school
Determining
Kursus-kursus
2. Bagi karyawan manajerial, secara garis besar dibedakan :
Metode dalam pekerjaan (on the job method)
- Belajar dari perjalanan
action to achieve
- Coaching
these objectives 18
planning
Production/
- Understudy (magang)
Administration
- Bacaan selektif
Di luar pekerjaan (off the job method)
- Kursus-kursus
- Role-playing (bermain peranan)
- Simulasi
- Sensitivity training (latihan kepekaan)
- Latihan
- Special meeting (pertemuan khusus)
- Multiple management/manajemen berganda
78. Salah satu element untuk menjamin terciptanya quality of work life adalah dengan
A. Membuat ruang tidur untuk perawat jaga
B. Menerapkan SMK3
C. Menerapkan sistem absen dengan sidik jari
D. Menerapkan sistem manajemen ISO
E. Menyiapkan sarana olahraga
Duty of Care
Employers’ duties
Attention to
employees’ work-
79. Yang termasuk dalam kriteria efektivitas jangka pendek adalah
life balance,
A. Adaptasi health,
dan pengembangan
B. Produksi, efisiensi, dan kepuasan
rehabilitation
C. Adaptasi, produksi, kepuasan
D. Produksi dan pengembangan
Freedom from
E. Adaptasi, produksi, dan pengembangan
80. Continuous Professional Development (CPD) merupakan upaya peningkatan kapasitas dengan
pendekatan
harassment and
A. Self directed
B. Regulation based
insecurity (fear)
C. Organization driven
D. Patient driven
E. Management diven
Control - 19
codetermination
Fairness
Rights to
associate, be
represented,
mediate
Inspection
20
Soal 2
1. .
2. .
3. .
(A) bagian dari akuntabilitas system mikro kpd manajemen & stakeholders
Alasan: Handout clinical governance, pengukuran kinerja & indicator klinik, hal. 5
“pengembangan indicator tsb berdasarkan atas quality framework yg ditetapkan, yaitu: …
merupakan bentuk akuntabilitas thd mutu pelayanan kesehatan secara sistemik.”
(B) indicator system mikro kepada manajemen dan stakeholders
(C) acuan utama untuk mengembangkan desain produk pada system mikro
(D) tanggung jawab dari pelaksana pada system mikro
(E) bukti dukungan pihak manajemen terhadap pelaksana di tingkat mikro
6. Acuan dlm penyusunan standar (threshold) pada indicator pelayanan pada system mikro
mengacu pada..:
(A) standar atau nilai yg oleh Depkes
(B) kondisi RS dgn mempertimbangkan standar atau nilai yg ditetapkan oleh Depkes (?)
atau…
(D) Konsensus dengan mempertimbangkan ketersediaan sarana dan peralatan pada
system mikro
(C) kebijakan keuangan RS dan peraturan keuangan yg ditetapkan oleh pemerintah daerah
(E) standard an nilai yg digunakan oleh RS yg dianggap sbg benchmark
21
8. Untuk mengatasi variasi proses pada pelayanan radiologi dapat dilakukan dengan
pendekatan:
9. Untuk mengatasi variasi proses pada pelayanan laboraturium dapat dilakukan pengendalian
proses melalui: (B) standardisasi
11. Alasan utama untuk memberdayakan pasien dalam pelayanan pada system mikro adalah: (C)
memperbaiki system pelayanan pada tingkat mikro
13. Salah satu dari 10 prinsip dasar pengelolaan pelayanan klinis adalah: (B) penyesuaian
pelayanan klinis berbasis kebutuhan dan nilai pelanggan
14. Manajemen keluhan, survey kebutuhan dan kepuasan pelanggan, ketersediaan informasi
yang mudah diakses pelanggan dalam pengambilan keputusan klinis, merupakan salah satu
upaya dalam menerapkan pilar clinical governance berikut ini: (C) customer value
22
15. Audit klinis merupakan salah satu upaya untuk menerapkan pilar clinical governance berikut:
(A) pengukuran dan pengelolaan kinerja klinis
16. Operasi pada lengan yg salah merupakan KTD di kamar operasi. Setelah diidentifikasi,
ternyata hal ini terjadi akibat breakdown automatic computerized system yg digunakan
akibat pemeliharaan yg lemah. Akibatnya pemeriksaan foto dilakuka secara manual dan
terjadi kekeliruan penempelan tanda “R” dari fotografer. Penyebab terjadinya KTD
tersebut..: (B) kesalahan sistem
18. Pasien jatuh terpeleset di kamar mandi dan menderita comotio cerebri (gegar otak) di
bangsal perawat RS. Kejadian ini masuk kategori resiko yg terkait dgn: (C) sarana dan
prasarana RS
20. Dalam melakukan kajian resiko, tools yg dpt digunakan utk mencari penyebab yg
melatarbelakangi terjadinya kesalahan pemberian obat pada hari Senin yg lalu di instalasi
Farmasi adalah: (C) Root Cause Analysis
21. Dalam kegiatan merevisi prosedur, untuk mengetahui potential risk suatu prosedur
pelayanan di instalasi gawat darurat, tim mutu pelayanan gawat darurat perlu melakukan:
(B) Failure Mode and Effect Analysis
22. Kajian mutu pelayanan klinis (quality assessment) bertujuan untuk: (A) mengukur mutu
pelayanan klinis sesuai indicator yg ditetapkan
23
24. Hal yang harus dilakukan dalam audit klinis pada system mikro, KECUALI: A. Melakukan audit
secara mendadak
25. Audit berbeda dengan inspeksi dalam hal: D. Sifat terencana, sistematis dengan standar yang
jelas.
“- Inspeksi adalah Pemeriksaan terhadap suatu objek yang bertujuan untuk melihat keadaannya
secara visual dengan atau tanpa menggunakan peralatan uji
24
- Audit adalah Pemeriksaan secara menyeluruh dan sistematis terhadap suatu objek meliputi proses,
prosedur, sistem, methode dari administratif sampai pelaksanaan”
26. Metode pengumpulan data yang tepat dalam audit klinis : C. Berbasis pada rekam medis
27. Kerangka kerja yang sistematis untuk mengkaji kinerja professional dan mengupayakan
perbaikan yang bekesinambungan adalah : B. Audit klinis
28. Review dan evaluasi rinci terhadap rekam medis oleh personil yang berkualifikasi untuk menilai
kinerja keperawatan pada bagian rawat inap RS merupakan bagian dari : C. Audit keperawatan
(Ellison)
AUDIT KEPERAWATAN
“Definisi standar audit klinik menurut National Institute for Clinical Excellence (NICE) yakni
merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien
dan luarannya, melalui kajian sistematis terhadap pelayanan berdasarkan kriteria eksplisit dan
upaya-upaya perbaikannya. Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara
sistematis berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan pada
tim individu atau tingkat pelayanan dan monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi
konfirmasi adanya perbaikan dalam pemberian pelayanan.
Audit klinik adalah suatu kegiatan berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang dilakukan
para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung (oleh dokter, perawat, dan atau profesi lain) suatu
Rumah Sakit untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa
mutu pelayanan mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi
kelompok medik dan keperawatan, dengan demikian audit klinik dapat merupakan audit medik,
audit keperawatan, atau gabungan antara audit medik dan keperawatan.
Menurut Elison, audit keperawatan secara khusus merujuk pada pengkajian kualitas keperawatan
klinis yang merupakan upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, dengan menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh
profesi keperawatan. Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi
tempat praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar
institusi.”
25
29. Sebelum melakukan audit klinis, auditor harus menentukan hal sbb. Kecuali: D. Rencana audit
33. Dalam melaksanakan audit kliinis, harus ditetapkan kriteria audit, kriteria tsb:
A. Bersifat kuantitatif dan eksplisit
B. Merupakan acuan objektif untuk menilai keseuaian
26
C. Bersifat kualitatif dgn pilihan ya dan tidak
D. Mengacu pada indikator klinis yang ditetapkan
E. Ditetapkan berdasarkan opini klinis
“. Menetapkan kriteria dan standar
- Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen representatif dari pelayanan
yang dapat diukur secara objektif.
- Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu didasarkan pada hasil penelitian
yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
- Standar & kriteria wajib (Must Do) à merupakan kriteria minimum yg absolut dibutuhkan utk
menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan & harus dipenuhi oleh setiap dokter
- Standar kriteria tambahan (Should do) à merupakan kriteria-2 dari hasil riset yg dapat dibuktikan
dan penting”
34. Penetapan topik audit prioritas sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan :
A. Konsensus di kalangan praktisi klinis
B. Pelayanan yang bervolume besar
C. Pelayanan yang berisiko tinggi
D. Arahan direktur pelayanan medis
E. Masalah pelayanan klinis yang terkini
“Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
- Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik klinis yang lebih efektif
- Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di lahan praktik
- Rekomendasi dari pasien dan masyarakat
- Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan
- Kaitan dengan volume, risiko dan biaya tinggi jika upaya perbaikan diterapkan”
35. Rekam medik berorientasi masalah lebih sesuai dengan sistem nilai pelayanan pasien:
A. Value Chain
B. Value Shop
C. Value Network
D. Value Added
Menurut Ward & Peppard (2002, p266) Value shop merupakan metode yang
digunakan untuk memecahkan masalah dengan memberikan nilai-nilai yang ada
sebagai solusi untuk klien yang ditandai dengan pertukaran informasi.
27
E. Value Framework
36. Dokumentasi pasien secara kronologis mulai dari saat berkunjung ke RS pengobatan dan follow
up lebih sesuai dengan system nilai pelayanan pasien :
A. Value chain
B. Value shop
C. Value network
D. Value added
E. Value framework
28
D. Tidak semuanya bisa dijelaskan dengan klinisi
E. Tergantung pengalaman klinisi untuk mendeteksinya
29