Mata Kuliah
ANGGOTA KELOMPOK 3:
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
PAPUA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Kuasa , yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita
semua, sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan Makalah kelompok Mata Kuliah
Epidemiologi Perencanaan Kesehatan yang membahas tentang Pelayanan Rumah Sakit dan
Surveilans Rumah Sakit.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata
kuliah Epidemiologi Perencanaan Kesehatan Bapak Muhammad Akbar Nurdin, SKM,M.Kes
yang telah memberikan tugas terhadap kami sehingga kami dapat mengetahui banyak hal tentang
pelayanan rumah sakit dan surveilans rumah sakit . Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan laporam ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang berfungsi melayani kesehatan
masyarakat. Kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia masih dirasakan kurang
memuaskan. Beberapa keluhan yang muncul disebabkan adanya perbedaan persepsi
mengenai pelayanan yang dirasakan oleh pasien rawat inap di kelas 3 dengan VIP.
Keluhan terjadi bukan hanya pada aspek infrastruktur, namun juga pelayanan dari sumber
Daya Manusianya. Waktu tunggu pasien untuk dilayani sering kali sangat terlambat dan
tidak sesuai dengan jadwal praktik yang sudah ditetapkan (Jonirasmanto, 2009;
Supratman dan Prasetyo, 2010).
Kriteria kualitas pelayanan rumah sakit dapat berubah sesuai dengan preferensi
pasien. Oleh karena itu penting bagi rumah sakit untuk terus memantau preferensi pasien
sehingga tidak salah dalam memersepsikan kriteria kualitas pelayanan yang
diharapkannya. Pentingnya mengukur kualitas pelayanan karena kepuasan pasien
ditentukan oleh kualitas pelayanan yang dirasakannya (Duggirala Et al., 2008; Thai,
2008). Kualitas pelayanan rumah sakit yang rendah dapat membahayakan bagi pasien
misalnya dengan meningkatnya risiko malpraktik. Bagi pasien, kualitas pelayanan yang
diberikan oleh personal rumah sakit semakin mempercepat kesembuhannya.
Sementara itu, pasien yang masuk ke rumah sakit terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Dimulai dari penyakit tidak menular hingga menular setiap hari
berdasarkan Surveilans Epidemiologi. Sistem Surveilans epidemiologi mempunyai peran
sangat penting sebagai intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan
informasi epidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan
dan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut untuk
dapat mandiri dan mampu melaksanakan Surveilans epidemiologi secara profesional.
B. Rumusan Masalah
Mencari tahu mengenai:
1. Apa itu Pelayanan Rumah sakit
2. Apa itu Surveilans Rumah sakit
C. Tujuan
Diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang:
1. Pelayanan Rumah sakit
2. Surveilans Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN
Ukuran efisiensi dengan menggunakan beberapa indikator yaitu Bed Occupancy Rate
(BOR), Average Length Of Stay (AvLOS), Turn Over Interval (TOI) dan Bed Turn
Over (BTO) (Soejadi, 2010). BOR dan BTO adalah indikator yang digunakan untuk
menilai cakupan pelayanan unit rawat inap, sedangkan LOS dan TOI adalah indikator
yang di gunakan untuk menilai efisiensi pelayanan unit rekam medis. Bed Occupancy
Rate (BOR) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran mengenai tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
dari tempat tidur rumah sakit. AvLOS yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.
Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut). BTO yaitu frekuensi
pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya 1
tahun) tempat tidur rumah sakit dipakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi dari pada pemakaian tempat tidur dan TOI yaitu rata-rata hari, tempat tidur
tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan
gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur (Indriani & Sugiarti, 2014).
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah angka penggunaan tempat tidur. Bed
Occupancy Rate (BOR) digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Angka Bed Occupancy Rate (BOR) yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka
Bed Occupancy Rate (BOR) yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit
atau penambahan tempat tidur.
Bed Turn Over (BTO) adalah angka perputaran tempat tidur atau frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai
dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
Turn Over Interval (TOI) adalah tenggang perputaran atau rata-rata hari yakni
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi hingga saat terisi berikutnya. Indikator
ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan di rumah sakit menurut
(Rikomah, 2017) di antaranya yaitu:
2. Tujuan surveilans
Tujuan umum : Mengetahui gambaran morbiditas dan mortalitas penyakit di rumah
sakit
Tujuan Khusus : Untuk Memonitoring tren penyakit seperti melakukan :
investigasi dan penanggulangan wabah sedini mungkin
identifikasi populasi berisiko
penentuan prioritas penyakit dan penanggulangannya
evaluasi program kesehatan
3. Jenis Surveilans Rumah Sakit
a. Surveilans Individu
mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan
penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.
b. Surveilans Penyakit
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan
insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi
terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya.
Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
c. Surveilans Sindromik
melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)
penyakit, bukan masing-masing penyakit.
e. Surveilans Terpadu
menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kriteria kualitas pelayanan rumah sakit dapat berubah sesuai dengan preferensi
pasien. Oleh karena itu penting bagi rumah sakit untuk terus memantau preferensi pasien
sehingga tidak salah dalam memersepsikan kriteria kualitas pelayanan yang
diharapkannya. Sementara itu, pasien yang masuk ke rumah sakit terus bertambah seiring
berjalannya waktu. Dimulai dari penyakit tidak menular hingga menular setiap hari
berdasarkan Surveilans Epidemiologi. Sistem Surveilans epidemiologi mempunyai peran
sangat penting sebagai inteligen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan
informasi epidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan
dan penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa (SKD-KLB).
B. Saran
Agar tercapainya keberhasilan dalam aktivitas pelayanan jasa kesehatan di Rumah Sakit dan
Surveilans Rumah sakit yg baik maka penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat
menjadi masukan positif bagi Rumah sakit sebagai berikut :
6. pihak rumah sakit memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pasien
menengah kebawah seperti pada pasien, karena bagaimana pun pasien BPJS tetap
membayar meski melalui tangan pemerintah.
b. Surveilans Rumah Sakit
1. Disarankan agar pemegang program surveilans dipegang oleh tenaga dengan jabatan
fungsional epidemilog dengan latar belakang pendidikan kesehatan masyarakat.
2. kepada Rumah sakit agar memberikan inovasi dalam pelaksanaan program surveilans.
3. Disarankan agar menjalin kerjasama yang lebih kuat dengan bidan praktek swasta,
klinik maupun Rumah sakit dalam pengumpulan data surveilans.
4. Menjadikan hasil analisa data surveilans dalam perencanaan jangka panjang dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. Disarankan Kepada Rumah sakit agar melakukan advokasi dengan instansi terkait
agar mendapatkan hasil uji laboratorium baik hasilnya positif maupun negatif
sehingga pelaksanaan surveilans dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan di rumah sakit menurut (Rikomah, 2017)
https://helvetia.ac.id/elearning/pluginfile.php/7/mod_forum/post/3829/Pertemuan%208%20%20
Surveilans%20Epidemiology%20update%201.ppt
https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/K.1_SURVEILANS_KESEHATAN_MASYARAKAT_.
ppt
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/PERMENKES_45_2014_Penyelenggaraan_Sur
veilans_Kesehatan.pdf
https://rsbm.baliprov.go.id/jenis-pelayanan/
https://media.neliti.com/media/publications/8258-ID-mengembangkan-evidence-based-public-
health-ebph-hiv-dan-aids-berbasis-surveilans.pdf