Anda di halaman 1dari 9

 

Research Article

Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pencegahan Risiko Jatuh

Prinandita Syafira1, Herry Setiawan1, Ichsan Rizany1


1
Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Article Info Abstract


Article History: Risiko jatuh merupakan suatu kejadian yang rentan terjadi pada pasien di
rumah sakit yang disebabkan karena faktor ekstrinsik seperti lingkungan
dan faktor instrinsik seperti kondisi fisiologis pasien. Dampak dari jatuh
yaitu cedera yang dialami 30% sampai 51% pada pasien di rumah sakit.
Key words : Risiko Jatuh,
Penerapan pencegahan risiko jatuh dalam situasi klinis didasarkan pada
Pengetahuan Perawat, faktor personal yaitu pengetahuan perawat. Penelitian ini bertujuan untuk
Pencegahan, Rawat Inap mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan pencegahan
risiko jatuh. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik
pengambilan sampel stratified random sampling yang dilakukan pada 77
responden perawat pelaksana di ruang rawat inap. Instrumen yang
digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan p-value =
0,000 dengan batas kemaknaan (α<0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan
pencegahan risiko jatuh. Perlu adanya sosialisasi maupun pelatihan yang
dilakukan untuk perawat di ruang rawat inap terkait dengan keselamatan
pasien khususnya risiko jatuh yang sesuai standar prosedur operasional
rumah sakit agar perawat dapat mengakses informasi terbaru mengenai
keselamatan pasien

Corresponding author : Herry Setiawan


Email : ners_herry@ulm.ac.id

PENDAHULUAN rumah sakit yang disebabkan karena faktor


ekstrinsik seperti
Mengikuti era globalisasi, pelayanan lingkungan dan faktor instrinsik seperti
kesehatan semakin menunjukkan kondisi fisiologis pasien (Deviyana et al.,
kemajuan dari berbagai aspek. Berbagai 2020).
kebijakan dibuat secara bertahap dan
sistematis sesuai dengan standar World Health Organization (WHO)
internasional agar terciptanya layanan melaporkan bahwa dari 11.379 pasien
yang profesional. Selain kepuasan pasien, rawat inap di 58 rumah sakit di beberapa
fokus dari pelayanan kesehatan adalah kota di Amerika, 10% mengalami cedera
keselamatan pasien (Saraswati & akibat jatuh (Budi & Wijaya, 2020).
Kusumawati, 2016). Keselamatan pasien Berdasarkan Kongres XII PERSI 2012,
merupakan tindakan untuk mencegah kejadian jatuh di Indonesia menduduki
cedera karena suatu tindakan (commission) peringkat kedua setelah insiden medicine
ataupun tindakan yang seharusnya tidak error dengan angka kejadian 14%, padahal
dilakukan (ocommission) terkait pemberian untuk menegakkan mutu pelayanan
asuhan yang aman pada pasien dalam keselamatan pasien angka kejadian jatuh
suatu rumah sakit (Salawati, 2020). Salah seharusnya 0% (Nur et al., 2016).
satu risiko keselamatan yang terjadi pada
pasien yaitu risiko jatuh (Budi & Wijaya, Dampak dari jatuh yaitu cedera yang
2020). Risiko jatuh merupakan suatu dialami 30% sampai 51% pada pasien di
kejadian yang rentan terjadi pada pasien di rumah sakit. Cedera yang terjadi yaitu
fraktur, subdural hematoma, serta pengetahuan yang kurang mengenai risiko
perdarahan yang menyebabkan kematian jatuh. Hasil penelitian (Catur et al., 2018) di
(Ardianto et al., 2020). Kejadian jatuh Rumah Sakit Panti Waluya Malang
dapat menimbulkan trauma psikologis, menyatakah bahwa 22% perawat masih
menyebabkan masa perawatan pasien memiliki pengetahuan yang kurang terkait
semakin panjang dan akan meningkatkan dengan risiko jatuh. Penelitian yang
biaya perawatan (Risha Cahya Timur, dilakukan di RSUD. Dr RM Djoelham Binjai
Maria, 2016). Menurut (Trigono & Winner, oleh (Manalu, 2018) menyatakan 42,7%
2018) hanya 14% - 21% pasien jatuh yang perawat masih memiliki pengetahuan yang
dapat melakukan kegiatan sehari-hari kurang mengenai risiko jatuh.
pasca pulih dari kejadian tersebut.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
Pencegahan risiko jatuh yang dilakukan calon peneliti pada 23 Agustus 2021 di RSD
perawat masih belum maksimal terutama Idaman Kota Banjarbaru, berdasarkan
terkait dengan pengecekan lantai kamar wawancara dan data yang diperoleh
mandi, kurangnya orientasi bel, tidak melalui KMKP pada tahun 2019, terdapat 6
memasang stiker risiko jatuh dan tidak laporan insiden terkait pasien jatuh. Hal ini
mengingatkan pada keluarga pasien bahwa disebabkan karena kurangnya pengawasan
pentingnya menaikkan siderail demi perawat di ruang rawat inap serta
keselamatan pasien (Saraswati & kurangnya pemahaman dari keluarga
Kusumawati, 2016). pasien. Kejadian jatuh juga terjadi di bulan
Januari 2021 terhadap seorang pasien di
Perilaku perawat untuk menjaga ruang rawat inap yang disebabkan tidak
keselamatan pasien sangat berperan adanya pengawasan saat pasien ingin ke
penting dalam pencegahan, pengendalian, kamar mandi. Data lain menyatakan bahwa
dan peningkatan keselamatan pasien. indikator pelayanan mutu belum mencapai
Terdapat berbagai macam faktor yang target karena pada Maret 2020 hanya 39%
dapat mempengaruhi perawat dalam yang melakukan assesmen awal risiko
berperilaku salah satunya adalah persepsi jatuh dan 85% perawat yang melakukan
(Hadi, 2017). Persepsi merupakan proses assesmen ulang risiko jatuh pada Januari
kognitif yang dialami seseorang dalam 2020. Berdasarkan uraian tersebut maka
memahami suatu informasi tentang calon peneliti ingin melakukan penelitian
lingkungannya, baik melalui perasaan, tentang apakah ada hubungan
penglihatan, pendengaran, penghayatan, pengetahuan perawat dengan pencegahan
dan penciuman (Sugihartono, Deviyana et risiko jatuh.
al., 2020)
METODE
Faktor yang mempengaruhi persepsi dalam
diri seseorang salah satunya adalah faktor Penelitian ini menggunakan pendekatan
personal (Charles dkk, dikutip dalam desain cross sectional. Populasi yang
Pratiwi et al., 2019). Penerapan digunakan adalah perawat pelaksana yang
pencegahan risiko jatuh dalam situasi aktif bekerja di instalasi rawat inap RSD
klinis didasarkan pada faktor personal Idaman Kota Banjarbaru, minimal
yaitu pengetahuan perawat. Sebanyak berpendidikan DIII Keperawatan, perawat
38,5% perawat di RS X Jakarta memiliki yang bukan orientasi serta perawat yang
pengetahuan yang rendah terkait tidak sedang sakit, mengambil masa cuti,
pencegahan risiko jatuh (Wulandari & atau izin belajar saat dilakukan penelitian.
Sianturi, 2019). Penelitian yang dilakukan Teknik pengambilan sampel menggunakan
(Faridha & Milkhatun, 2020) menyatakan stratified random sampling dengan rumus
bahwa 41,2% perawat di salah satu RSUD turunan lameshow dan didapatkan sampel
Pemerintah Samarinda masih memiliki berjumlah 77 perawat. Pengambilan data
dilakukan menggunakan kuesioner terdiri Tabel 4 menunjukkan hasil analisis bivariat
dari kuesioner data demografi, kuesioner menggunakan uji chi-square dari data yang
pengetahuan perawat tentang risiko jatuh, telah didapatkan pada saat penelitian
dan kuesioner pencegahan risiko jatuh. menunjukkan hasil p-value = 0,000 dengan
Kuesioner yang digunakan telah melalui batas kemaknaan (α < 0,05), sehingga
proses uji validitas dengan hasil uji r hitung dapat disimpulkan bahwa terdapat
memiliki rentang 0,382 – 0,874 > 0,3610 (r hubungan antara pengetahuan perawat
tabel) dan uji reliabilitas diperoleh nilai dengan pencegahan risiko jatuh.
chronbach’s alpha keseluruhan 0,946. Uji
yang digunakan untuk mengolah data
dalam penelitian ini adalah uji chi-square Tabel 1
untuk variabel pengetahuan perawat Distribusi Responden di RSD Idaman Kota
tentang risiko jatuh dan pencegahan risiko Banjarbaru
jatuh. Penelitian ini telah mendapatkan
surat kelayakan etik dari Fakultas Karakteristi Frekuens Persentas
Kedokteran, Universitas Lambung k i (n) i (%)
Mangkurat dengan nomer surat Perawat
No.937/KEPK-FK ULM/EC/XI/2021. Umur
Penelitian ini dilakukan pada bulan 3 3,9
21 – 24 Tahun
Agustus – Desember 2021.
25 – 29 Tahun 38 49,4
HASIL > 30 Tahun 36 46,8
Jenis Kelamin
Tabel 1 menunjukkan hasil penelitian Laki-laki 31 40,3
didapatkan bahwa karakteristik perawat di Perempuan 46 59,7
ruang rawat inap RSD Idaman Kota
Pendidikan
Banjarbaru mayoritas berusia 25 – 29
Terakhir 46 59,7
tahun (49,40%), mayoritas berjenis
kelamin perempuan (59,70%), tingkat DIII Kep 1 1,3
pendidikan perawat mayoritas DIII DIV Kep 30 39
Keperawatan (59,70%), lama kerja 1 – 5 S1 Kep + Ners
tahun (72,70%) dan status Lama Kerja
kepegawaiannya mayoritas BLUD 1 – 5 Tahun 56 72,7
(77,90%).
6 – 10 Tahun 6 7,8
Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian >10 Tahun 15 19,5
pengetahuan yang dimiliki perawat Status
sebagian besar berpengetahuan baik yaitu Kepegawaian 16 20,8
sebanyak 47 responden (61%), dan yang PNS 60 77,9
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 30 BLUD 1 1,3
responden (39%).
PTT
Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian Total 77 100%
perawat yang melakukan pencegahan
risiko jatuh dengan baik sebanyak 40
perawat (51,9%) dan yang kurang dalam Tabel 2
melakukan pencegahan risiko jatuh Distribusi Pengetahuan Perawat Tentang
sebanyak 37 perawat (48,1%). Risiko Jatuh di RSD Idaman Kota
Banjarbaru

Pengetahua Frekuensi Persentasi


n (n) (%)
Baik 47 61,0%
Kurang 30 39,0%
Total 77 100
Tabel 3
Distribusi Pencegahan Risiko Jatuh Perawat di RSD Idaman Kota Banjarbaru

Pencegahan Frekuensi (n) Persentasi (%)


Baik 40 51,9
Kurang 37 48,1
Total 77 100
Tabel 4
Analisis Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pencegahan Risiko Jatuh
di RSD Idaman Kota Banjarbaru

Pencegahan p - value
Pengetahuan Baik Kurang Total
F % F % F %
Baik 36 46,8 11 14,3 47 100
Kurang 4 5,2 26 33,8 30 100 0,000
Total 40 51,9 37 48,1 77 100

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas risiko yang mungkin terjadi. Perempuan


responden berusia 25 – 29 tahun (49,4%) juga lebih menunjukkan sikap perhatian
Menurut asumsi peneliti, usia dewasa awal dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
merupakan usia yang dianggap sebagai sejalan dengan survei yang dilakukan
usia produktif perawat dalam (Yanti, dikutip dalam Prasetyo & Hartanti,
mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada 2017) yang menunjukkan bahwa sifat
usia dewasa awal, perawat dianggap perempuan yang lembut, sabar, dan peduli
memiliki tanggung jawab, kematangan identik dengan pekerjaan seorang perawat
skill, serta tekun dalam melakukan yang dituntut menerapkan caring serta
tindakan sesuai dengan kewenangan. Hal mengupayakan keselamatan terhadap
ini sejalan dengan pendapat (Sureskiarti & semua pasien.
Zulkifli, 2019) yang menyatakan usia
sangat mempengaruhi perawat dalam Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
mengambil keputusan. Perawat akan responden berpendidikan DIII (59,7%).
terlihat bijak ketika menampakan sisi Menurut asumsi peneliti, pendidikan
kedewasaan secara psikologis dan merupakan komponen penting yang harus
pemikiran. ditempuh seorang perawat agar dapat
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mengasah ilmu pengetahuan, serta
responden berjenis kelamin perempuan keterampilan di bidang kesehatan.
(59,7%). Menurut asumsi peneliti, terdapat Pendidikan adalah proses pembelajaran
perbedaan antara karakteristik perempuan perawat untuk menentukan sikap dan tata
dan laki-laki baik dari segi pemikiran laku yang berkaitan dengan kepedulian
maupun tindakan. Seorang perempuan terhadap pasien. Menurut (Budiman &
dalam bekerja lebih mengedepankan Agus, dikutip dalam Manalu, 2018)
prinsip ketelitian serta waspada terhadap perawat yang memiliki pendidikan lebih
tinggi diharapkan juga akan memiliki terhadap kinerja perawat karena berkaitan
pengetahuan yang baik. Namun, perawat dengan karaktersitik pekerjaan itu sendiri.
yang memiliki pendidikan yang rendah
bukan berarti juga akan memiliki tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Risiko
pengetahuan yang rendah. Hal ini Jatuh
dibuktikan dengan (Prasetyo & Hartanti,
2017) yang menyatakan bahwa perawat Hasil penelitian menunjukkan responden
yang memiliki tingkat pendidikan DIII, yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
justru menghasilkan pelayanan mutu dan 47 responden (61%), dan yang memiliki
asuhan keperawatan yang baik pengetahuan kurang sebanyak 30
berdasarkan kemampuan praktik yang responden (39%). Menurut (Kilateng,
dimiliki. dikutip dalam Wulandari & Sianturi, 2019)
pengetahuan merupakan suatu ilmu yang
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas dimiliki orang lain dalam menguasai suatu
responden yang memiliki lama kerja 1 – 5 fakta maupun teori. Pengetahuan
tahun (72,7%). Menurut asumsi peneliti, merupakan hal yang penting dimiliki oleh
lama kerja merupakan tolak ukur perawat perawat sebagai tenaga kesehatan pemberi
dalam melakukan tindakan. Perawat yang asuhan (Anggraini, 2018). Faktor yang
memiliki masa kerja yang lama, akan lebih mempengaruhi pengetahuan menurut
memahami ragam pekerjaan yang ada (Notoatmodjo, dikutp dalam Faridha &
dilingkungannya. Perawat dengan masa Milkhatun, 2020), meliputi pendidikan,
kerja lama juga lebih banyak mendapatkan usia, dan lama kerja. Semakin tinggi
kesempatan belajar melalui kejadian yang pendidikan seorang perawat, maka
dialaminya. Asumsi peneliti sejalan dengan diharapkan semakin tinggi juga
(Sastrohadiworjo, dikutip dalam Pamiarsih, pengetahuan perawat (Dewi, 2018).
2018) yang menyatakan semakin lama Pengetahuan dapat diperoleh melalui
jangka waktu seorang perawat bekerja, pendidikan formal maupun non formal
semakin banyak kasus yang akan ditangani untuk meningkat pengetahuan dan
dan semakin banyak pengalaman yang keterampilan dalam melakukan tindakan
perawat miliki. Sebaliknya, semakin secara teknis sesuai yang diharapkan
pendek jangka waktu perawat bekerja, (Anggraini, 2018)
semakin sedikit kasus yang akan perawat
dapatkan. Menurut (Gunibala, dikutip dalam
Sesrianty et al., 2020) dalam menentukan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas langkah untuk melakukan tindakan,
responden berstatus BLUD (77.9%). pengetahuan dianggap sebagai domain
Menurut asumsi peneliti, seorang perawat kognitif paling penting bagi perawat.
yang memiliki status pegawai kontrak akan Namun, tidak menutup kemungkinan jika
bekerja lebih keras serta menunjukkan pengetahuan tidak dapat menghindarkan
kemampuan yang baik dalam melakukan seseorang dari kejadian yang tidak
pekerjaannya. Hal ini dikarenakan pegawai diinginkan. Menurut (Manalu, 2018)
kontrak memiliki motivasi untuk maju terdapat berbagai faktor yang
dalam pengembangan status kerjanya agar menyebabkan kurangnya pengetahuan dari
mendapatkan penilaian yang baik. Hal ini perawat yaitu kurangnya kesadaran
sejalan dengan (Faridha & Milkhatun, perawat akan keselamatan pasien dan
2020) yang menyatakan bahwa pegawai kurangnya sosialisasi serta pelatihan
honorer cenderung meningkatkan mengenai keselamatan pasien khususnya
kinerjanya guna mendapatkan pencegahan risiko jatuh. Menurut
penghargaan yang baik sebagai aspek (Sesrianty et al., 2020) kurangnya
penilaian untuk menempuh status PNS. kesadaran perawat akan proses belajar
Status kepegawaian sangat berpengaruh mengenai keselamatan pasien dapat
diakibatkan karena sulitnya perawat untuk mutu layanan di rumah sakit dapat
mengakses teori-teori baru mengenai dilakukan dengan mengembangkan
keselamatan pasien terutama pencegahan sumber daya manusia khususnya perawat
risiko jatuh. dengan mengandalkan kemampuan yang
Pencegahan Risiko Jatuh Perawat dimiliki sebagai upaya melaksanakan
program layanan yang bermakna
Hasil penelitian menunjukkan responden khususnya pencegahan jatuh pada pasien
yang melakukan pencegahan dengan baik (Prasetyo & Hartanti, 2017).
sebanyak 40 perawat (51,9%) dan yang
kurang dalam melakukan pencegahan Hubungan Pengetahuan Perawat
risiko jatuh sebanyak 37 perawat (48,1%). dengan Pencegahan Risiko Jatuh
Menurut (Cruz, dikutip dalam Wulandari &
Sianturi, 2019) pencegahan risiko jatuh Hasil analisis pada tabel silang antara
merupakan suatu praktik klinis dengan pengetahuan dengan pencegahan risiko
berbagai alur kegiatan sebagai upaya jatuh pada pasien di ruang rawat inap
mencegah serta mengurangi dampak dengan menggunakan uji statistic chi-
cedera pada pasien dengan risiko jatuh. square didapatkan p-value = 0,000 dengan
batas kemaknaan α < 0,05 sehingga
Cedera, disabilitas, hingga kematian didapatkan hasil terdapat hubungan antara
sebagai komplikasi pasien jatuh pengetahuan perawat dengan pencegahan
diharapkan tidak terjadi dengan adanya risiko jatuh.
pelaksanaan pencegahan risiko jatuh
(Ranti Susanti, 2016) Hal ini sejalan Penelitian ini sejalan dengan (Setyarini &
dengan Keputusan MENKES RI No Herlina, 2016) yang menyatakan bahwa
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar terdapat hubungan antara pengetahuan
pelayanan minimal (SPM) di rumah sakit perawat dengan kepatuhan dalam
bahwa cedera / kecacatan akibat jatuh melaksanakan SPO pencegahan risiko jatuh
diharapkan 100% tidak terjadi lagi. dengan p-value = 0,049. Kemudian terdapat
Menurut (William, dikutip dalam Catur et penelitian (Dewi, 2018) yang menyatakan
al., 2018) untuk menghindari komplikasi bahwa terdapat hubungan antara
pada pasien dengan risiko jatuh, perawat pengetahuan dengan kepatuhan dalam
memiliki tanggung jawab untuk monitoring menerapkan pencegahan risiko jatuh
secara berkala terkait dengan kondisi dengan p-value = 0,000.
pasien. Selain itu, komunikasi antar
perawat juga perlu diperhatikan karena Pengetahuan merupakan suatu aspek yang
sangat berpengaruh terhadap tindakan menimbulkan sikap dan perilaku perawat
pencegahan risiko jatuh (Aristiawan & untuk lebih yakin dan percaya diri dalam
Dirdjo, 2018) melakukan tindakan keperawatan dalam
aspek positif (Sesrianty et al., 2020).
Upaya pencegahan risiko jatuh yang dapat Menurut (Suparna & Kurniawati, 2016),
dilakukan perawat meliputi pengkajian pengetahuan sebagai peranan penting yang
awal dan pengkajian ulang risiko jatuh, membawa pengaruh dalam penerapan
pemasangan tanda risiko jatuh, mengunci pencegahan risiko jatuh. Namun, risiko
tempat tidur pasien, memposisikan tempat terjadi kesalahan dalam melakukan
tidur dengan keadaan rendah, damping tindakan keperawatan tidak dapat
pasien saat ke kamar mandi, dan hindari dihindari, sehingga tidak hanya aspek
lantai licin di ruang perawatan. Perawat pengetahuan yang menjadi patokan
pelaksana di ruangan juga harus perawat dalam bertindak (Yuniati et al.,
memberikan informasi serta edukasi pada 2018)
pasien dan keluarga terkait kondisi pasien
(Setyarini & Herlina, 2016). Peningkatan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh pencegahan risiko jatuh di RSD Idaman
(Pamiarsih, 2018) faktor pengalaman, usia, Kota Banjarbaru dengan p –value = 0,000
serta pengalaman kerja merupakan faktor dengan batas kemaknaan (α<0,05). Perlu
yang dapat mempengaruhi kegiatan adanya sosialisasi maupun pelatihan yang
praktik pencegahan risiko jatuh meskipun dilakukan untuk perawat di ruang rawat
pengetahuan perawat tersebut tergolong inap terkait dengan keselamatan pasien
rendah. Faktor kurangnya sumber khususnya risiko jatuh yang sesuai standar
informasi, seminar, serta workshop prosedur operasional rumah sakit agar
mengenai keselamatan pasien khususnya perawat dapat mengakses informasi
pencegahan risiko jatuh dapat menjadi terbaru mengenai keselamatan pasien.
pemicu kurangnya pengetahuan serta
pencegahan risiko jatuh. Perawat yang UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki pengetahuan kurang cenderung
melakukan tindakan sesuai dengan ilmu Penulis ucapkan terimakasih kepada
yang dimiliki, bukan berdasarkan standar pembimbing dan penguji atas kritik dan
prosedur operasional yang telah berlaku saran yang berikan, Ibu Yuda Ayu Timorita,
(Ahsan et al., 2018). S.Kep., Ns., M.Kep, Ibu Dewi
Mustikaningsih, S.Kep., Ns., M.Kep , dan Ibu
Menurut penelitian yang dilakukan Misrah Panjaitan, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
(Faridha & Milkhatun, 2020) dengan pakar kuesioner, Universitas Lambung
adanya pengetahuan perawat yang baik, Mangkurat, serta kepada pihak RSD
maka perawat tersebut akan patuh Idaman Kota Banjarbaru yang telah
terhadap pelaksanaan pencegahan risiko mendukung dan memfasilitasi dalam
jatuh. Penerapan pencegahan risiko jatuh proses penelitian ini.
berkaitan erat dengan diri sendiri,
lingkungan sosial, maupun dukungan dari REFERENSI
orang sekitar. Oleh karena itu, pentingnya
saling berbagi pengalaman serta bertukar Ahsan, Dima, N., & Ayu, N. L. P. P. (2018). Hubungan
pikiran satu sama lain dalam proses Motivasi Perawat dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional
keperawatan demi kesalamatan pasien. Pencegahan Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap.
J K Mesencephalon, 4(2).
SIMPULAN
Anggraini, A. N. (2018). Pengetahuan Perawat
tentang Penilaian Morse Fall Scale dengan
Karakteristik perawat di ruang rawat inap Kepatuhan Melakukan Assesmen Ulang Risiko
RSD Idaman Kota Banjarbaru mayoritas Jatuh. Indonesian Journal of Hos Pital
berusia 25 – 29 tahun (49,40%), berjenis Administration, 1(2), 97–105.
kelamin perempuan (59,70%), memiliki Ardianto, Kadir, A., & Ratna. (2020). Hubungan
tingkat pendidikan DIII Keperawatan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat
(59,70%), lama kerja 1 – 5 tahun (72,70%) Dalam Melaksanakan Standar Operasional
dan status kepegawaiannya mayoritas Prosedur Pencegahan Risiko Jatuh Di RSUD
BLUD (77,90%). Pengetahuan yang dimiliki Haji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 15(4), 338–342.
perawat sebagian besar berpengetahuan
baik yaitu sebanyak 47 responden (61%), Aristiawan, B., & Dirdjo, M. M. (2018). Hubungan
dan yang memiliki pengetahuan kurang Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety
dan Iklim Organisasi dengan Tindakan
sebanyak 30 responden (39%). Perawat
Pencegahan Resiko Pasien Jatuh di Rumah
yang melakukan pencegahan risiko jatuh Sakit X Samarinda. Universitas
dengan baik sebanyak 40 perawat (51,9%) Muhammadiyah Kalimantan Timur.
dan yang kurang dalam melakukan
Budi, H. S., & Wijaya, L. (2020). Literatur Review :
pencegahan risiko jatuh sebanyak 37 Pengetahuan Perawat Terhadap Pelaksanaan
perawat (44,1%). Terdapat hubungan Program Manajemen Pasien Dengan Resiko
antara pengetahuan perawat dengan Jatuh. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan,
12(2), 11–23. Jurnal, 1–13.
Catur, I. K., Candrawati, E., & Adi, W. R. C. (2018). Risha Cahya Timur, Maria, S. (2016). Hubungan
Hubungan pengetahuan perawat tentang Pengetahuan Dengan Kepatuhan Perawat
keselamatan pasien pada pencegahan risiko Terhadap Penerapan Standar Prosedur
jatuh dengan pelaksanaan SOP pencegahan Operasional Menurunkan Resiko Jatuh Di
risiko jatuh di ruang rawat inap dewasa RS. Ruang Dewasa RS Pantiwilasa Citarum
Panti Waluya Malang. Nursing News, 3, 785– Semarang. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan
790. (JIKK).
Deviyana, S., Safitri, W., Syolihan, D., Putri,. (2020). Salawati, L. (2020). Penerapan Keselamatan Pasien
Hubungan Persepsi Perawat Dengan Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Dan
Kepatuhan Pelaksanaan Pengkajian Risiko Kesehatan Malikussaleh, 6(1), 94.
Jatuh. 64.
Saraswati, S., & Kusumawati, W. (2016). Evaluation
Dewi, J. B. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan on Implementation of Patient Fall Risk
Kepatuhan Perawat dalam Menerapkan Prevention At Inpatient Care Facility.
Pencegahan Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Muhammadiyah Yogyakarta, 1–15.
Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.
Sesrianty, V., Bahari Harahap, H., & Resti DND, D.
Faridha, N. R. D., & Milkhatun. (2020). Hubungan (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Supervisi
Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dengan Penerapan Pengurangan Risiko Pasien
dalam Pelaksanaan Pencegahan Pasien Jatuh Jatuh. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 11(1),
di Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah 51.
Samarinda. Borneo Student Research, 1(3),
1883–1889. Setyarini, E. A., & Herlina, L. L. (2016). Kepatuhan
Perawat Melaksanakan Standar Prosedur
Hadi, I. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien Operasional : Pencegahan Pasien Resiko Jatuh
(Teori & Aplikasi). Penerbit Deepublish. Di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana
Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan
Manalu, D. (2018). Pengetahuan Perawat Tentang Stikes Santo Borromeus, 1(1), 14–39.
Pencegahan Pasien Risiko Jatuh di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. In Suparna, & Kurniawati, T. (2016). Evaluasi
Repositori Universitas Sumatera Utara. Penerapan Patient Safety : Resiko Jatuh Unit
Gawat Darurat di Rumah Sakit Panti Rini
Nur, H. A., Dharmana, E., & Santoso, A. (2016). Kalasan Sleman. Sekolah Tinggi Ilmu
Pelaksanaan Asesmen Risiko Jatuh di Rumah Kesehatan Aisyiyah, 18.
Sakit. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia,
5(2), 123–133. Sureskiarti, E., & Zulkifli. (2019). Hubungan antara
Masa Kerja dengan Kepatuhan Perawat dalam
Pamiarsih, Y. L. (2018). Tingkat Pengetahuan Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Pasien
Perawat Mempengaruhi Praktik Pencegahan Jatuh di Rumah Sakit Umum Daerah
Risiko Jatuh di Rumah Sakit Islam Kendal. Pemerintah Samarinda. Borneo Student
Universitas Muhammadiyah Semarang, 1–16. Research, 189–197.
Prasetyo, B. I. D., & Hartanti, R. D. (2017). Gambaran Trigono, A., & Winner. (2018). Pengaruh Faktor
Upaya Pencegahan Risiko Jatuh Oleh Perawat Intrinsik Dan Ekstrinsik Terhadap Insiden
di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pasien Jatuh Di Rumah Sakit Pgi Cikini. Jurnal
Pekalongan. Stikes Muhammadiyah Bidang Ilmu Kesehatan, 11(1), 806–811.
Pekajangan Pekalongan, 1–12.
Wulandari, R., & Sianturi, S. R. (2019). Hubungan
Pratiwi, A., Sudiro, & Fatmasari, E. Y. (2019). Pengetahuan Sikap dan Praktik Perawat
Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi Terhadap Upaya Pencegahan Pasien Jatuh.
Terhadap Persepsi Perawat dalam Pelaporan Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, 2(2),
Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Rawat 203–213.
Inap Rumah Sakit Mitra Sejati Medan. In
Journal of Chemical Information and Modeling Yuniati, Y., Ns. Maria Fudji Hastuti, M. K., & Ns.
(Vol. 53, Issue 9). Universitas Sumatera Utara. Herman, M. K. (2018). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Perawat Dengan Kemampuan
Ranti Susanti. (2016). Hubungan Pengetahuan Pengkajian Risiko Jatuh Pada Pasien Di Rumah
Dengan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Sakit Universitas Tanjungpura Pontianak.
Standar Prosedur Operasional: Menurunkan
Risiko Cidera Akibat Jatuh Di Ruang
Perawatan Dewasa RSUD Dr. Moewardi. E -

Anda mungkin juga menyukai