Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN REFLEKSI KASUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh:

Dian Rahma Sari

NIM. 202303128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2023
FORM LAPORAN
REFLEKSI KASUS

Nama mahasiswa : Dian Rahma Sari Hari/ Tanggal : Rabu, 7 November 2023
Tempat pelaksanaan : Ruang Barokah Tema : Pencegahan resiko jatuh

Komponen Uraian
1. Latar Belakang Keselamatan pasien menjadi isu global yang sangat penting dan
Kasus prioritas utama untuk diperhatikan oleh setiap rumah sakit. Kejadian
pasien jatuh di rumah sakit sekitar 3-20% dari pasien rawat inap dan
kejadian jatuh setidaknya sekali selama pasien dirawat, dari 30-51%
kejadian jatuh di rumah sakit mengakibatkan cidera, seperti fraktur,
subdural hematoma atau perdarahan yang dapat menyebabkan kematian
(Patricia, 2013).
Pasien jatuh adalah salah satu insiden yang paling sering terjadi
dalam lingkup rumah sakit. Sejak tahun 2009 pusat data The
Commission Sentinel Event telah menerima 465 laporan pasien jatuh
dengan luka yang sebagian besar terjadi di rumah sakit, sedangkan pada
tahun 2014 jumlah pasien jatuh pada golongan umur dewasa-tua
mencapai 29 juta dengan 7 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka.
Perkiraan insiden jatuh pada tahun 2030 akan mencapai angka 74 juta
pasien dengan 12 juta diantaranya jatuh mengakibatkan luka (CDC,
2016).
Perawat memiliki peran penting dalam pelaksanaan keselamatan
pasien khususnya keselamatan pasien dari jatuh, hal tersebut karena
perawat adalah tenaga kesehatan rumah sakit yang paling lama bertemu
dengan pasien dalam sehari. Perawat memiliki banyak peran dalam
pencegahan jatuh, salah satunya dengan melakukan pengkajian risiko
jatuh seperti pengkajian Morse Fall Score (MFS) atau Humpy-Dumty
Fall Scale. Selain itu, perawat hendaknya melakukan edukasi kepada
pasien contohnya dengan memperhatikan masalah eliminasi, syncope,
dan bahkan memperhatikan masalah depresi yang diderita pasien
(Younce et al, 2011).
Setelah masalah terhadap risiko jatuh ditemukan perawat perlu
melakukan tindakan intervensi pencegahan pasien risiko jatuh berdasar
standar operasional yang telah disusun suatu rumah sakit. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dijelaskan terdapat sasaran keselamatan pasien yang terdiri dari:
Ketepatan Identifikasi Pasien; Peningkatan Komunikasi Efektif;
Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High-Alert);
Kepastian TepatLokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi;
Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan; dan
Pengurangan Pasien Risiko Jatuh. Peraturan tersebut adalah dasar bagi
rumah sakit untuk memastikan keselamatan pasien yang dirawat. Untuk
menjalankan peraturan tersebut setiap rumah sakit harus membuat
standar prosedur keselamatan pasien yang didalamnya terdapat standar
prosedur pengurangan dari risiko jatuh.
Akar masalah dari insiden jatuh berasal dari belum optimalnya
perencanaan standar operasional prosedur pasien jatuh di suatu institusi
(Budiono et al, 2014), selain itu kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
standar operasional prosedur tersebut dapat menjadi salah satu factor
risiko dari insiden jatuh. Berdasar beberapa studi tindakan pelaksanaan
standar operasional prosedur pasien jatuh menjelaskan, bahwa tindakan
prosedur pencegahan jatuh tidak dilakukan secara lengkap, hasil
penelitian Suparna (2015), menyebutkan pelaksanaan standar
operasional prosedur dari Pasient Safety tidak 100% terlaksana.
Tindakan dokumentasi dilakukan sebesar 100%, pengkajian risiko jatuh
50% dilakukan, dan 51% dilakukan pemasangan tanda risiko jatuh
penelitian. Hasil penelitian Muhammad Faisal S et al (2014), didapatkan
sistem keselamatan pasien (Patient Safety) belum terlaksana 100% hanya
2 dari 6 sasaran keselamatan pasien yang dilakukan dengan sesuai, bila
standar operasional yang telah ditetapkan tidak dilaksanankan dengan
baik tentunya dapat meningkatkan risiko pasien jatuh. Oleh karena itu
perawat dan tenaga kesehatan harus memperhatikan pelaksanaan standar
operasi prosedur pasien jatuh dengan melakukan tindakan pengkajian
dan intervensi pencegahan pasien jatuh dengan baik
2. Ringkasan Kasus Pasien Ny. M usia 66 tahun. Hasil pemeriksaan didapatkan data pasien
memiliki riwayat hipertensi dan terkadang pusing. Pasien mengatakan
belum tahu tentang penyakitnya kepada perawat. Hasil pemeriksaan
Tekanan Darah didapatkan hasil 200/90 mmHg. Klien tampak menahan
sakit di kepala dan leher cengeng. Hasil pengkajian nyeri didapatkan
hasil
P: klien mengatakan nyeri saat aktifitas dan berkurang ketika
beristirahat
Q: nyeri seperti di tusuk tusuk-tusuk.
R: nyeri di bagian kepala
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul.
3. Refleksi Kasus Kurang optimalnya kepatuhan perawat terhadap penerapan Standar
prsedur Operasional (SPO)pencegahan risiko pasien jatuh dapat
meningkatkan insiden pasien jatuh saat dirawat. Berdasarkan laporan
dari tim kesehatan rumah sakit menyatakan bahwa perawat melakukan
insiden keselamatan sebesar 4,45% (Heri, 2013). Penelitian Setyorini
Herlina (2013) menyebutkan bahwa dari 50 perawat ada 25% tidak patuh
melaksanakan SPO pencegahan risiko pasien jatuh. Kejadian tidak
diharapkan bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja
perawat yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, kurangnya
motivasi diri, penggunaan sarana kurang tepat dan faktor – faktor yang
lain.
Upaya meminimalisir kejadian medical error atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) terkait dengan aspek keselamatan pasien untuk
mengurangi pasien jatuh di rumah sakit telah banyak dilakukan melalui
berbagai kebijakan pencegahan risiko pasien jatuh, Miake-Lye et all
(2013) merangkum isi materiseperti: menilai pasien dengan risiko jatuh,
pendidikan pada pasien, pemberian tanda berisiko pada tempat tidur
pasien dan pelatihan para staf merupakan intervensi paling efektif untuk
mengurangi kejadian pasien jatuh (Heri, 2013). Peningkatan kinerja
perawat agar professional dan selalu mematuhi SPO dalam memberikan
pelayanan pada pasien dengan risiko jatuh perlu dilakukan secara terus
menerus. Kegiatan pelayanan kesehatan salah satunya dengan refleksi
kasus yang di Indonesia diperkenalkan melalui kegiatan Diskusi Refleksi
Kasus (DRK). Kegiatan keperawatan ini apabila dilakukan secara rutin
dan konsisten oleh kelompok keperawatan, maka masing–masing akan
mondorong perawat untuk lebih memahami hubungan antara standar
dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.(Setyorini,Herlina, 2013)
4. Solusi/ Tindak Upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah
Lanjut sakit, yaitu:
1) Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya.
2) Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat.
3) Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan.
4) Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.
5) Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar
dan lorong.
6) Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika
pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur
yang nyaman ketika pasien tidak tidur.
7) Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal
rumah sakit.
8) Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.
9) Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
10) Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.
11) Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua
tumpahan.
12) Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.
13) Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke
tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.

Gombong, 7 November 2023


Mahasiswa Ners,

(Dian Rahma Sari.)

Anda mungkin juga menyukai