MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN
KRITIS
PENYUSUN:
Ifa Hafifah, Ns, M. Kep.
Eka Santi, Ns, M. Kep.
Devi Rahmayanti, Ns., M. Imun.
Fatma S. Ruffaida, Ns., MNS.
Tina Handayani N., Ns., M.Kep.
EDITOR
Ifa Hafifah, Ns, M. Kep.
FOTO 3x4
NAMA MAHASISWA :
NIM :
SEMESTER :
(………………………………….)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan pada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
Keperawatan Kritis telah selesai dibuat. Buku panduan praktikum ini disusun dengan
keperawatan pada klien kritis. Buku panduan ini berisi tentang informasi umum,
proses dan peraturan pelaksanaan, tujuan, dan kompetensi dari praktikum, panduan
praktik, evaluasi dan daftar acuan yang dapat digunakan. Semoga buku ini dapat
digunakan dalam proses pencapaian kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan
Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
2. KEGIATAN PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan materi praktikum oleh dosen pembimbing praktikum
2. Praktik mandiri masing-masing kelompok praktikan dengan pendampingan
dosen pembimbing praktikum
3. Demonstrasi representatif dari masing masing kelompok praktikan
4. Evaluasi oleh dosen pembimbing praktikum
4. PENILAIAN PRAKTIKUM
NO KRITERIA PENILAIAN PERSENTASE
1. Sikap (kedisiplinan, tanggung jawab, 10%
kejujuran, dan kerja tim)
2. Pretest 20%
3. Laporan praktikum 30%
4. Ujian praktikum 40%
5. MEKANISME UJIAN PRAKTIKUM
Mahasiswa yang bisa mengikuti ujian adalah mahasiswa yang telah
mengumpulkan semua laporan praktikum, kehadiran praktikum 100%, dan
mempunyai sikap yang baik. Ujian praktikum dilakukan sebanyak satu kali kegiatan
dan dilaksanakan setelah semua pertemuan praktikum selesai.
6. JADWAL PRAKTIKUM
Senin, 10.00-13.00 wita
Dosen
Tanggal
No. Materi Praktikum Pembimbing
Praktikum
1. Penghitungan dosis dan Tina Handayani
16/8/21 N., Ns., M.Kep.
pemberian obat high alert
dengan infuse pump dan
syringe pump
2. 23/8/21 Pengkajian Biologis, Ifa Hafifah, Ns.,
M.Kep.
Psikologis, Sosial, Spiritual,
dan Budaya pada pasien kritis
3. 30/8/21 Gastric Feeding dan Gastric Tina Handayani
N., Ns., M.Kep.
Lavage
4. 6/9/21 Penatalaksanaan closed suction Ifa Hafifah, Ns.,
M.Kep.
5. 13/9/21 Interpretasi EKG abnormal Nofrianti, Ns.,
M.Kep.
6. 20/9/21 Penatalaksanaan EKG Nofrianti, Ns.,
M.Kep.
abnormal
7. 27/9/21 Setting Ventilator Lukmanul
Hakim, Ns.,
M.Kep
8. 4/10/21 Perawatan Pasien dengan Lukmanul
Hakim, Ns.,
Ventilator (bundle VAP)
M.Kep
9. 11/10/21 Pendidikan Kesehatan pada Ifa Hafifah, Ns.,
M.Kep.
pasien atau keluarga pasien
kritis
10. 18/10/21 Ujian Praktikum Kelompok 1-4 Ifa Hafifah, Ns.,
M.Kep.
Tina Handayani
N., Ns., M.Kep.
11. 25/10/21 Ujian Praktikum Kelompok 5-8 Ifa Hafifah, Ns.,
M.Kep.
Tina Handayani
N., Ns., M.Kep.
SRI ERNA KRISTANTI FARAH AULIA SAFITRI SELIZA NEVA USNUL DEWIPA
KELOMPOK 7 KELOMPOK 8
NUARITA DEWI LESTARI ANTUNG JAHRA FAUZIAH
Asisten Dosen:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
8. DAFTAR HADIR KEGIATAN PRAKTIKUM
Paraf
Hari/ Tanggal Materi Praktikum Dosen
pembimbing
BAB III MATERI PRAKTIKUM
Catatan:
1. Skor 0 : tidak nyeri
2. Skor 1-2 : nyeri ringan
3. Skor 3-4 : nyeri sedang
4. Skor 5-6 : nyeri berat
5. Skor 7-8 : nyeri sangat berat
b. BPS
BPS atau Behavioural Pain Scale adalah sebuah tehnik yang dapat digunakan
untuk penilaian nyeri pada pasien penurunan kesadaran dengan ventilator
dimana penilaian tersebut berdasarkan tiga ekspresi perilaku, yaitu ekspresi
wajah, pergerakan ekstremitas atas, dan kompensasi terhadap ventilator.
2. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
Menurut kamus besar Indonesia Psikologis diartikan berkenaan dengan psikologi;
bersifat kejiwaan: kegugupan yang disebabkan oleh faktor-faktor. Sehingga
pengkajian psikologis menggali perasaan dan suasana hati pasien dan keluarganya.
Pada pasien kritis, keluarga dapat dikaji terkait point-point berikut:
a) Cara pengambilan keputusan
b) Stresor dalam 1 tahun terakhir
c) Koping yang biasa digunakan
d) Pengobatan untuk mengatasi stress
e) Kecemasan
f) Sistem pendukung
g) Perilaku yang ditunjukkan
3. PENGKAJIAN SOSIAL
Pada aspek sosial yang perlu di kaji pada pasien kritis adalah:
a) Peran dalam keluarga
b) Hubungan dengan orang terdekat
c) Interaksi dengan klien lain
d) Cara berkomunikasi
e) Efek perubahan peran
f) Perilaku selama dirawat
g) Bahasa yang digunakan sehari-hari
4. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi: dimensi VERTIKAL adalah hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi HORIZONTAL adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Point-point yang dapat digali adalah:
a) Persepsi klien tentang agama
b) Kegiatan keagamaan
c) Sikap terhadap nilai
d) Bantuan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Priambodo, Ayu Prawesti, Kusman Ibrahim, & Nursiswati. (2016). Pengkajian Nyeri
pada Pasien Kritis dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool (CPOT)
di Intensive Care Unit (ICU). Jurnal Keperawatan Padjadjaran 4(2), 162-169.
Herdman, T.H. 2017. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2017-2019. Edisi 10. Jakarta: EGC
Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc
Catatan:
Selama pemakaian Ventilator, FiO2 diusahakan kurang dari 50 % PEEP dapat
dinaikkan secara bertahap 2,5 mmHg, sampai batas maximal 15 mmHg.
d. Pengaturan Alarm:
Oksigen =
batas terendah: 10 % di bawah yang diset
batas tertinggi: 10 % di atas yang diset
Expired M.V = kira-kira 20 % dari M.V yang diset
“Air Way Pressure” = batas tertinggi 10 cm di atas yang diset
7. Pemantauan
a. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting, analisa gas
darah diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar:
PCO2 = 35 – 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 – 97 %
PaO2 = 80 – 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
b. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT dan
komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
c. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien: denyut jantung, tekanan darah,
sianosis, temperatur.
d. Auskultasi paru untuk mengetahui :
1) letak tube
2) perkembangan paru-paru yang simetris
3) panjang tube
e. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
f. Periksa elektrolit setiap hari
g. “Air Way Pressure” tidak boleh lebih dari 40 mmHg
h. “Expired Minute Volume” diperiksa tiap 2 jam
i. Usahakan selang nasogastrik tetap berfungsi.
j. Perhatikan ada tidaknya “tension pneumothorax” dengan melihat tanda-tanda
sebagai berikut:
1) gelisah, kesadaran menurun
2) sianosis
3) distensi vena leher
4) trachea terdorong menjauh lokasi “tension pneumothorax”
5) salah satu dinding torak jadi mengembang
6) pada perkusi terdapat timpani.
8. Perawatan
a. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada
keluarganya bagi pasien yang tidak sadar.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, untuk mencegah
infeksi.
c. “Breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar
pengembunan air yang terjadi tidak masuk ke paru pasien.
d. Perhatikan permukaan air di “humidifier”, jaga jangan sampai habis, air
diganti tiap 24 jam.
e. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah.
Tulis ukuran dan panjang tube pada “flow sheet”
f. Cegah terjadinya kerusakan trachea dengan cara :
Tempatkan tubing yang dihubungkan ke ETT sedemikian rupa sehingga
posisinya berada diatas pasien. Tubing harus cukup panjang untuk
memungkinkan pasien dapat menggerakkan kepala.
g. Memberikan posisi yang menyenangkan bagi pasien, dengan merubah
posisi tiap 2 jam. Selain itu perubahan posisi berguna untuk mencegah
terjadinya dekubitus.
h. Memberi rasa aman dengan tidak meninggalkan pasien sendirian.
i. Teknik mengembangkan “cuff”:
1) kembangkan “cuff” dengan udara sampai tidak terdengar suara bocor.
2) “cuff” dibuka tiap 2 jam selama 15 menit.
Daftar Pustaka
Alspach, J. G. (2006). AACN Core Curriculum for Critical Care Nursing, 6th Ed.
Bench, S & Brown, K. (2011). Critical Care Nursing: Learning from Practice.
Iowa: Blackwell Publishing
Burns, S. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing, Third Edition (Chulay,
AACN Essentials of Critical Care Nursing). Mc Graw Hill
Comer. S. (2005). Delmar’s Critical Care Nursing Care Plans. 2nd ed. Clifton Park:
Thomson Delmar Learning
Elliott, D., Aitken, L. & Chaboyer, C. (2012). ACCCN’s Critical Care Nursing, 2nd
ed. Chatswood: Elsevier
Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook. Sudburry: Jones and Bartlett
Publishers
Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009). Saunders Nursing Survival Guide:
Critical Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders
Urden, L.D., Stacy, K. M. & Lough, M. E. (2014). Critical care Nursing: diagnosis
and Management. 7th ed. St Louis: Mosby
Tugas Mahasiswa
1. Lihat video yang ditayangkan oleh dosen
2. Jelaskan tentang langkah-langkah setting ventilator
3. Jelaskan langkah-langkah perawatan pasien terpasang ventilator
3.3 Penghitungan dosis dan pemberian obat high alert dengan infuse pump
dan syringe pump
1. Pengertian
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-
obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien
jika tidak digunakan secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing
significant patient harm when they are used in error (ISMP - Institute for Safe
Medication Practices)).
Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang
persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obat yang tampak mirip
(Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM, atau Look-Alike Sound-
Alike/LASA), termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat
menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam
penggunaan.
Infuse pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah cairan / obat yang
masukkan ke dalam sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena.
2) Takikardi
3) Fibrilasi ventrikel
4) Tirotoksikosis
5) Adenoma prostat
- Efek samping:
1) Denyut jantung ektopik
2) Takikardi
3) Angina
4) Palpitasi
5) Vasokonstriksi
6) Hipotensi
7) Dispneu
8) Gangguan gastrointestinal
9) Sakit kepala
- Rumus Dopamin
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ×𝐵𝐵 (𝑘𝑔)×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Rumus Dopamin =
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
b. Dobutamin
- Indikasi:
Terapi decompensatio cordis ataupun operasi jantung (terapi inotropic
penunjang untuk jangka pendek)
- Dosis: 2-20 mg/kg/menit per infus
- Mempunyai efek inotropik melalui stimulasi 1 yang kuat, efek 2 ringan,
dan 1 sangat minimal.
- Seperti dopamine, dobutamin juga meningkatkan konsumsi oksigen miokard,
namun dobutamin mampu menyeimbangkan dengan cara meningkatkan
aliran darah miokard. Dari beberapa penelitian, dobutamin terbukti lebih baik
daripada dopamine.
- Dobutamin juga mengurangi left ventricle wall stress melalui penurunan
preload dan afterload. Perubahan ini dapat memperbaiki keseimbangan
oksigen miokard, sehingga selanjutnya akan memperbaiki fungsi miokard.
- Kontraindikasi dobutamin:
1) Stenosis subaorta
2) Hipertrofi idiopatik
3) Hipoksemia yang disertai hypovolemia
- Rumus Dobutamin
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ×𝐵𝐵 (𝑘𝑔)×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Rumus Dobutamin =
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
c. Morfin
- Indikasi morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan
atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik
non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin
sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai:
1) Infark miokard
2) Neoplasma
3) Kolik renal atau kolik empedu
4) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau coroner
5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan
6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
7) Rasa sakit hebat yang terkait dengan laba-laba janda hitam
envenomation, ular berbisa envenomation, atau gigitan atau sengatan
lainnya.
8) Sakit yang disebabkan oleh cedera korosif pada mata, kulit, atau saluran
pencernaan.
9) Edema paru akibat gagal jantung kongestif. Kimia-diinduksi edema paru
noncardiogenic bukan merupakan indikasi untuk terapi morfin.
- Kontraindikasi
1) Diketahui hipersensitif terhadap morfin.
2) Pernapasan atau depresi sistem saraf pusat dengan kegagalan
pernapasan yang akan datang, kecuali pasien diintubasi atau peralatan
dan personil terlatih berdiri untuk intervensi jika diperlukan.
3) Dugaan cedera kepala. Morfin dapat mengaburkan atau menyebabkan
depresi sistem saraf pusat berlebihan.
- Dosis toksik sangat bervariasi tergantung pada senyawa spesifik rute dan
tingkat administrasi, dan toleransi terhadap efek obat sebagai akibat dari
penggunaan kronis. Beberapa turunan fentanil lebih baru memiliki potensi
sampai dengan 2000 kali dari morfin. Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam
tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur
dalam tiap 4 jam. Dosis awal 5-10 mg biasa adalah mg IV atau SC atau IM,
dengan pemeliharaan dosis analgesik 5-20 mg setiap 4 jam Dosis anjuran
untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang atau untuk dosis
pediatrik adalah 0,1-0,2 mg/kgbb setiap 4 jam. Untuk nyeri hebat pada dewasa
1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan. Morfin diabsorbsi
dengan baik setelah pemberian subkutan (dibawah kulit), intra muskuler,
intravena, tetapi tidak diabsorbsi dengan baik di saluran pencernaan. Oleh
sebab itu morfin tidak pernah tersedia dalam bentuk obat minum. Rute oral
dan rektal menghasilkan penyerapan tidak menentu dan tidak
direkomendasikan untuk digunakan pada pasien akut. Morfin diberikan secara
parenteral dengan injeksi subkutan, intravena, maupun epidural. Saat
diinjeksikan, terutama intravena, morfin menimbulkan suatu sensasi kontraksi
yang intensif pada otot.
3. Prosedur
a. Bawa alat-alat ke dekat klien
b. Siapkan cairan infus dan infuse set dan gantungkan di tiang penyangga infus
pump
c. Pasangkan bagian selang pada infus set pada infus pump, pastikan tidak ada
udara pada selang
d. Pasang drip sensor (jika ada) sesuai jenis infus pump pada tempat tetesan infus
set
e. Nyalakan infus pump
f. Atur infus set pada infuse pump sesuai infuse set yang digunakan dan jenis
infus pump yang digunakan
g. Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien tiap jam dan total cairan
keseluruhan yang akan dimasukan
h. Tekan start untuk memulai pemberian cairan
i. Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara
dan lampu yang menyala merah pada tulisan air, occlusion, flow err, empty,
door, completion
j. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.
Daftar Pustaka
Alspach, J. G. (2006). AACN Core Curriculum for Critical Care Nursing, 6th
Ed. Bench, S & Brown, K. (2011). Critical Care Nursing: Learning from
Practice. Iowa: Blackwell Publishing
Burns, S. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing, Third Edition
(Chulay, AACN Essentials of Critical Care Nursing). Mc Graw Hill
Comer. S. (2005). Delmar’s Critical Care Nursing Care Plans. 2nd ed. Clifton
Park: Thomson Delmar Learning
Elliott, D., Aitken, L. & Chaboyer, C. (2012). ACCCN’s Critical Care Nursing,
2nd ed. Chatswood: Elsevier
Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook. Sudburry: Jones and
Bartlett Publishers
Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009). Saunders Nursing Survival Guide:
Critical Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders
Urden, L.D., Stacy, K. M. & Lough, M. E. (2014). Critical care Nursing:
diagnosis and Management. 7th ed. St Louis: Mosby
3.4 Penatalaksanaan closed suction
Pendahuluan
Tracheal Suction (Penghisapan trakea) melalui jalan napas buatan (tabung
endotrakeal, trakeostomi dan nasotrakeal) memintas mekanisme perlindungan normal
seperti refleks pada pada saluran pernapasan atas. Jalan napas buatan mengacu pada
tabung plastik yang dimasukkan melalui hidung, mulut atau trakea dan lokasi berada
pada trakea pasien. Pasien kritis seringkali mengalami peningkatan produksi mucus
dan tidak mampu dalam membersihkan sekret. Jika sekresi tidak dibersihkan secara
efektif, maka pasien akan mudah mengalami infeksi, atelektasis dan kolaps alveolar.
Manajemen jalan napas buatan pada pasien dapat meminimalkan risiko komplikasi
seperti VAP (ventilator-associated pneumonia), lama rawat di ruang intensif,
penggunaan ventilator mekanik, angka kesakitan dan kematian. Penghisapan pada
trakea direkomendasikan untuk menjaga kepatenan jalan napas dan membantu
mencegah terjadinya hipoksia, infeksi dan atelectasis karena adanya retensi sputum.
Komplikasi seperti hipoksia, disritmia kardiak dan kerusakan mukosa dapat
dihubungkan dengan penghisapan trakea.
Definisi
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri
(Ignativicius, 1999).
Closed Suction System (CSS) atau Sistem Penghisapan Tertutup adalah
penggabungan sistem isap ke dalam ventilator mekanis yang memungkinkan
penyedotan jalan nafas tanpa memutuskan pasien dari ventilator. Penyedotan tertutup
mencegah kehilangan PEEP dan kehilangan volume alveolar, dan mengurangi
kontaminasi jalan napas atau sirkuit ventilator oleh gas, kuman, cairan, atau fomites
di unit perawatan intensif (Farlex and Partners, 2009). Penghisapan sistem tertutup
menggunakan kateter penghisap tertutup dengan penutup plastic tanpa perlu
pemutusan ventilasi mekanik. Penghisapan sistem tertutup seharusnya digunakan pada
pasien dengan ETT, NTT atau trakeostomi. Penggantian dan cara membersihkan
kateter sistem tertutup sesuai dengan instruksi dari produsen.
Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya sekret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan:
1. Terdengar adanya suara pada jalan nafas
2. Hasil auskultasi: ditemukan suara crackels atau ronkhi basah
3. Kelelahan
4. Nadi dan laju pernafasan meningkat
5. Ditemukannya mukus pada alat bantu nafas
6. Permintaan dari klien sendiri untuk di suction
7. Meningkatnya peak airway pressure pada mesin ventilator
8. Pada neonates yang terpasang ETT : desaturase, takikardi, bradikardi, tidak
ada atau penurunan pergerakan dada, terlihat sekresi pada ETT, peningkatan
ETT CO2 atau O2 transkutan, irritable, penurunan atau perubahan suara
napas, peningkatan kinerja napas, fluktuasi tekanan darah, riwayat
peningkatan sekresi.
Suction jangan dilakukan bila kita akan melakukan pemeriksaan analisa gas darah 15
menit -20 menit sebelumnya dan hindarkan bila hemodinamik tidak stabil.
Pengkajian
1. Inspeksi, palpasi dan auskultasi tanda adanya sekret
2. Respirasi: desaturasi, peningkatan peak inspiratory pressure (selama volume-
controlled mechanicall ventilation/modes), penurunan tidal volume (selama
pressure-controlled mechanicall ventilation/modes), peningkatan frekuensi
napas, peningkatan kerja napas atau suara napas kasar saat auskultasi
3. Kardiovaskular: peningkatan heart rate dan tekanan darah
4. Lainnya: gelisah/agitasi atau pasien berkeringat
5. Pada grafik ventilator terlihat pola gigi gergaji pada flow volume loop atau
gelombang expiratory flow time
6. Kecemasan pada pasien
7. Evaluasi sebelum, selama dan setelah tindakan antara lain: monitor denyut
jantung dan ritme, tekanan darah, pulse oximetry, reaktivitas jalan napas, tidal
volume, peak airway pressure, tekanan intracranial
Kateter Penghisap
Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda idealnya kateter suction yang baik adalah
efektif menghisap sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal. Diameter kateter
suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter bagian dalam lumen
tube diameter kateter yang lebih besar akan menimbulkan atelektasis sedangkan
kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap sekret yang kental. Yang
penting diingat adalah setiap kita melakukan suction, bukan sekretnya saja yang
dihisap tapi Oksigen di paru juga dihisap dan alveoli juga bisa kolaps. Ukuran kateter
suction biasanya dalam French Units (F).
Cara menentukan kateter penghisap
Dewasa
Anak:
Teknik
Setiap melakukan suction melalui artificial airway harus steril untuk mencegah
kontaminasi kuman dan dianjurkan memakai sarung tangan yang steril. Karakter
suction harus digunakan satu kali proses suction misalnya setelah selesai suction ETT
dapat dipakai sekalian untuk suction nasofaring dan orofaring dan sesudah itu harus
dibuang atau disterilkan kembali. Ingat “Jangan sekali-kali memakai kateter suction
untuk beberapa pasien”. Peralatan lain yang perlu disediakan cairan antiseptik, vacum
suction, spuit 5-10 ml untuk spooling (lavage sollution) dan ambu bag (hand
resuscitator) untuk oksigen 100%. Vacum Suction harus dicek dan diatur jangan
terlalu tinggi karena dapat menyebabkan trauma jaringan dan jangan terlalu rendah
==> penghisapan tidak efektif.
o Cairan antiseptik untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah suction untuk
mengurangi kontaminasi kuman.
o Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi)
sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan.
Pada pasien-pasien yang oksigennya sudah kurang. Pre oksigen isi dapat
menghindari hipoksemia yang berat dengan segala akibatnya, sebab proses
suction dapat menimbulkan hiposemia. Pre oksigen dapat diberikan dengan
ambu bag dengan O2 100 % (2-10 liter) atau dengan memakai alat ventilator
mekanik dengan O2 100%.
o Setelah pre oksigensi yang cukup, masukan kateter suction ke dalam airway
sampai ujungnya menotok tanpa hisap, kemudian tarik kateter suction sedikit,
lakukan penghisapan dan pemutaran berlahan dan sambil menarik keluar untuk
mencegah kerusakan jaringan dan memudahkan penghisapan secret. Proses
suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses
suction jangan melebihi 20 detik. Bila hendak mengulangi suction harus
diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya
sampai jalan nafas bersih.
o Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor, sebelum melanjutkan suction, bila
terjadi dysritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan suction sementara
waktu. Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita
dengan orde paru yang berat dengan memakai respirator dan peep, tidak
dianjurkan melakukan suction untuk sementara waktu sampai oedem parunya
teratasi. Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dispooling dengan
cairan NaCl 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam lumen artificial
airway sebelum di-suction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja. Dianjurkan
setiap memakai artificial airway harus menggunakan humidifier dengan
kelembaban I 100% pada temperatur tubuh untllk mengencerkan dan
memudahkan pengeluaran sputum.
Daftar Pustaka
Lynn, LeBon. 2011. Skills Checklist for Taylor`s Clinical Nursing Skills: A Nursing
Process Approach. Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Medical Dictionary, © 2009 Farlex and Partners
Endotracheal tube suction of ventilated neonates. Royal Children`s Hospital
Melbourne.
Chaseling, et all. 2014. Suctioning an Adult ICU Patient with an Artificial Airway: A
Clinical Practice Guidline. Agency for Clinical Innovation. Australia.
Tugas Mahasiswa
Melakukan tugas secara ber kelompok melaksanakan prosedur sesuai kasus yang
diberikan dosen atau asisten praktikum. Tugas individu adalah melakukan telaah
prosedur dan berikan komentar terhadap prosedur closed suctioning berdasarkan
pustaka yang berkaitan dan legal.
3.5 Interpretasi EKG abnormal
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan interpretasi EKG abnormal pada
pasien kritis antara lain LVH, RVH, LBBB, RBBB.
Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
Kondisi di mana sisi kiri dinding otot jantung (ventrikel) mengalami penebalan
atau disebut dengan hypertrophy.
Right Ventricular Hypertrophy (RVH)
Merupakan penebalan atau penambahan massa otot atau miokardium dari
ventrikel kanan sebuah jantung.
Left Bundle Branch Block (LBBB)
Salah satu abnormalitas konduksi jantung yang terlihat pada elektrokardiogram
(EKG). Pada kondisi ini, aktivasi ventrikel kiri mengalami penundaan yang kemudian
menyebabkan ventrikel kiri berkontraksi lebih lambat dari ventrikel kanan.
Right Bundle Branch Block (RBBB)
Pada saat terjadi blok cabang berkas kanan, ventrikel kanan tidak teraktivasi
secara langsung oleh impuls yang berjalan melalui cabang berkas kanan.
Gambaran EKG
Interpretasi berdasarkan rate dan ritme
Rate
Merupakan metode terbaik untuk mengukur rate atau denyut per menit (x/menit)
pada EKG 12 lead karena dasarnya adalah 3 detik. Metode lain yang lebih mudah
untuk mengukur rate adalah pada strip ritme. Lihat pada kertas EKG dan ukur dari
1 gelombang R ke gelombang R berikutnya.
- Garis hitam tebal pertama ke garis hitam berikutnya (1/300 menit) =300
denyut/menit
- Kemudian = 150 denyut/menit (2 garis tebal = 2/300 atau 1/150)
- Kemudian = 100 denyut/menit (3 garis tebal = 3/300 atau 1/100)
- Kemudian = 75 denyut/menit (4 garis tebal) = 4/300 atau 1/75)
- Kemudian = 60 denyut/menit (5 garis tebal) = 5/300 atau 1/60)
- Kemudian = 50 denyut/menit (6 garis tebal) = 6/300 atau 1/50)
Pada strip 6 detik, hitung siklus dari gelombang R dan kalikan dengan 10 (jumlah
interval 6 detik dalam 1 menit = siklus/menit)
- Bradikardi (slow) --- kurang dari 60 siklus/menit
- Takikardi (fast) --- lebih dari 100 siklus/menit
Ritme
Pola fenomena konduksi listrik jantung ketika arus listrik melewati dari SA node ke
AV node kemudian bundle of His, bundle branches dan serat purkinje. Reguler
adalah jarak antara gelombang R selalu sama (normal ritme sinus 60-100
denyut/menit).
Ireguler adalah jarak antara gelombang R tidak selalu sama:
- Derajat pertama AV block adalah interval P-R lebih dari 0,2 detik pada setiap
siklus
- Derajat kedua AV block Wenckebach (tipe I) adalah interval P-R yang makin
progresif lebih lama sampai 1 interval P-R pada akhirnya turun/drop (tidak
mengancam jiwa)
- Derajat kedua Mobitz II (tipe II) adalah kompleks QRS turun/drop tanpa adanya
pemanjangan interval P-R (dapat menyebabkan penyumbatan jantung
total/complete heart block)
- Derajat 3 AV block (complete heart block) adalah tidak adanya interval P-R yang
berhubungan langsung dengan kompleks QRS
- Rate dapat menunjukkan fokus dari mana asalnya
- Fokus ventrikel adalah pada rate 20 – 40 denyut/menit
- Fokus fungsional (a junctional focus) adalah pada rate 40-60 denyut/menit
Daftar Pustaka
Colyar, M.R. 2015. Advanced Practice Nursing Procedurs. F.A. Davis Company.
Philadelphia.
Tugas Mahasiswa :
3. Kom
4. Selang NGT disesuaikan dengan ukuran pasien (dewasa, anak, atau bayi)
5. Dua buah kom
6. Perlak dan handuk sebagai pengalas
8. Bengkok
9. Stetoskop
Implementasi
1. Verifikasi order dokter atau SOP RS tentang frekuensi irigasi, jenis cairan, dan jumlah
cairan irigasi.
2. Cek waktu kadaluarsa pada cairan dan set irigasi yang akan digunakan
3. Tarik tirai kamar untuk menjaga privasi pasien.
4. Cuci tangan dan pakai APD (skort dan sarung tangan)
5. Beri salam dan identifikasi pasien kembali dengan bertanya nama dan mencocokkan
dengan gelang tangan.
6. Jelaskan prosedur secara singkat ke pasien dan jelaskan alasan intervensi ini
dilakukan ke pasien. Jawab semua pertanyaan pasien dan keluarga terlebih dahulu
setelah itu lakukan pemeriksaan abdomen apabila diperlukan
7. Pasang pengalas di samping kepala sampai ke atas bahu pasien dekat dengan area
insersi NGT.
8. Dekatkan bengkok di samping pasien.
9. Tuangkan cairan NaCl 0,9% ke dalam kom
10. Pakai apron dan sarung tangan
11. Pasang NGT apabila belum terpasang.
12. Cek ketepatan letak/posisi selang NGT dengan aspirasi isi lambung pasien.
Identifikasi warna dan karakteristiknya.
13. Hisap 10-30mL larutan normal saline dari dalam kom (atau jumlah yang
diindikasikan pada order dokter) ke dalam barrel syringe.
14. Klem selang NGT lalu sambungkan tip syringe ke selang NGT.
15. Lepas plunger dari syringe.
16. Buka klem dan alirkan cairan dengan posisi syringe di atas area insersi NGT
(prinsip gravitasi).
17. Klem sebelum cairan habis untuk mencegah udara masuk
18. Ulangi kembali tindakan no 13-17.
19. Setelah cairan masuk 100cc, masukkan ujung selang ke bengkok dan biarkan cairan
keluar mengalir ke bengkok.
20. Tidak mengaspirasi cairan karena penarikan cairan yang dipaksa dapat merusak
mukosa lambung)
21. Apabila mengalami kesulitan dalam mengalirkan cairan, masukkan 20mL udara dan
aspirasi kembali, dan/atau reposisi klien atau NGT (pemberian udara dan reposisi
dapat memindahkan ujung selang dari dinding lambung. Apabila masih kesulitan,
sambungkan selang ke suction intermiten dan beritahukan perawat primernya.
22. Observasi sampai jumlah cairan tercapai atau cairan lambung yang keluar bersih.
23. Jika air yang keluar sudah jernih, selang NGT dicabut pelan-pelan. Apabila masih
digunakan selang NGT dapat dibiarkan terpasang.
24. Sambungkan kembali konektor NGT untuk mengunci selang NGT
25. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur sudah selesai dan rapikan pasien
26. Rapikan alat dan Cuci tangan
27. Dokumentasikan: waktu irigasi dilakukan, warna dan konsistensi drainase,
ketepatan letak selang, jumlah cairan.
Nutrisi enteral adalah pemberian cairan nutrisi melalui saluran pencernaan bagian atas
lewat selang bersifat sebagai tambahan atau dapat juga mengambil alih pemberian
nutrisi keseluruhan pada pasien. Nutrisi enteral ini dipilih sebagai metode yang
efektif bagi pasien dengan masalah nutrisi tetapi saluran pencernaan yang masih
berfungsi dengan baik. Sebagai contoh pasien dengan kebutuhan metabolism yang
tinggi, pasien yang mengalami trauma, luka bakar, atau malnutrisi berat, gangguan
saraf dengan masalah menelan, anoreksia nervosa, premature, tidak bisa menelan, atau
masalah khusus pada bowel). Terapi nutrisi enteral ini dapat berlangsung singkat/
lama.
Nutrisi enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena dapat mempertahankan
peristaltic dan memiliki risiko infeksi lebih rendah. Meskipun begitu risiko yang
dihadapi dengan pemberian nutrisi enteral adalah cairan makanan dapat masuk ke
paru-paru yang dapat memicu infeksi, pneumonia, abses, ARDS, dan kematian. Isi
nutrisi yang mengandung tinggi glukosa merupakan media yang disukai untuk
pertumbuhan bakteri. Komplikasi lainnya adalah diare, mual dan muntah, trauma
nasofaring, masalah absorbsi obat dan metabolism, dan beberapa gangguan metabolic
lainnya.
Be ALERT
Untuk mengurangi kesalahan dan membantu memastikan nutrisi enteral yang
aman, be ALERT (perhatikan hal di bawah ini)
A Aseptic Technique Saat mempersiapkan dan memberikan formula
enteral, cuci tangan, gunakan sarung tangan saat
mmegang selang, hindari kontaminasi pada tutup
formula makanan
L Label enteral Tulis nama pasien, nomor kamar, nama formula dan
equipment kecepatan pemberian formula (rate), tanggal dan
waktu pemberian, dan inisial perawat
E Elevate head of the bed Naikkan 30o-450 saat memberikan makan sesuai
indikasi sehingga dapat mengantisipasi risiko
refluks dan aspirasi isi lambung.
R Right Patient, Cocokkan formula dengan order klinis, verifikasi
Right kembali selang enteral tersambung dengan tabung
Formula, Right Tube formula.
T Trace all lines and Hindari miskoneksi—cek kembali selang-selang
tubing back to patient yang tersambung ke pasien, pastikan koneksi hanya
selang enteral ke enteral, bukan enteral ke intravena.
5. Air
6. Stetoskop
7. Tiang infus
Persiapan pasien
1. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian makanan (TTV dapat bervariasi
diakibatkan oleh adanya nyeri, atau dehidrasi)
2. Auskultasi suara usus sebelum pemberian makan atau setiap 4-8 jam untuk
continous feeding. Juga cek adanya distensi, mual, muntah, dan diare
(tanda-tanda tersebut merupakan intolerasi terhadap selang NGT. Apabila
motilitas usus terganggu, makanan terakumulasi dalam lambung bercampur
dengan sekresi lambung menyebabkan refluks dan aspirasi. Obat seperti opioid
juga dapat memperlambat pengosongan lambung)
3. Cek riwayat pasien terhadap alergi makanan (membantu mencegah reaksi
alergi yang ada pada formula makanan)
4. Libatkan keluarga dalam pemberian makanan ke pasien
5. Perkenalkan diri dan jelaskan prosedur pada klien dan keluarga, alasan
dilakukan, sejauhmana partisipasi klien dan keluarga.
6. Informasikan bahwa pemberian makan tidak akan membahayakan hanya akan
membuat perasaan penuh di lambung atau kenyang. Berikan waktu untuk
bertanya
7. Pertahankan privasi
Implementasi
1. Cuci tangan
2. Cek kembali order medis untuk tipe formula, rate, rute, dan frekuensi
pemberian makanan
3. Dekatkan alat ke pasien
4. Cek penempatan selang NGT sebelum pemberian makan dilakukan
5. Cek residu lambung dengan cara aspirasi isi lambung dan ukur jumlahnya
sebelum pemberian makan (digunakan untuk mengevaluasi absorbsi dari
pemberian makan terakhir kali yang dilakukan).
Apabila residu >250mL dan tidak ada nyeri atau distensi abdomen, lanjutkan
pemberian makanan. Cek kembali 1 jam kemudian. Apabila residu >250mL
hentikan pemberian makan selama 4 jam dan cek kembali. apabila tetap
>250mL hubungi dokter. Ini merupakan tanda adanya masalah pada
pengosongan lambung. Apabila residu lambung <250mL, mulai pemberian
makan dengan 50% kecepatan yang dianjurkan dan terus dimonitor.
6. Naikkan kepala bed 300-450 sebelum, selama pemberian makan sesuai
indikasi.
7. Pakai sarung tangan
Penggunaan feeding bag (Open & Close system)
8. Pasang label pada feeding bag yang berisikan tanggal, waktu mulai pemberian
makan, dan inisial perawat. Gantung feeding bag 30 cm di atas area insersi
selang NGT (jarak ini aman untuk formula masuk ke dalam lambung)
9. Klem selang feeding bag dengan menggunakan roller clamp
10. Masukkan formula makanan pada feeding bag terlebih dahulu jika dengan
open system.
16. Klem atau lipat ujung proksimal selang NGT sebelum memulai pemberian
makan (mencegah udara masuk ke selang NGT).
17. Sambungkan syringe ke ujung proksimal selang NGT
18. Isi syringe dengan formula sesuai dengan jumlah yang diresepkan
19. Buka klem selang NGT dan naikkan posisi syringe. Jangan naikkan syringe lebih
dari 45cm di atas area insersi (gravitasi memungkinkan formula makanan
mengalir melalui selang NGT. Kecepatan aliran ditentukan oleh tinggi
syringe. Pemberian makanan yang perlahan mencegah distensi perut
sementara pemberian makanan yang cepat dapat mengakibatkan diare, keram,
mual, dan muntah).
20. Ketika syringe hampir kosong, isi kembali syringe sampai jumlah yang
seharusnya diberikan habis (apabila syringe dibiarkan kosong, udara dapat
masuk ke lambung dan menyebabkan rasa tidak nyaman akibat gas)
21. Saat volume makanan dimasukkan dan hampir habis, klem atau lipat ujung
selang NGT.
22. Catat respons klien saat pemberian makan. Kaji adanya mual, muntah, nyeri.
23. Lepaskan syringe dari selang NGT
24. Bilas selang NGT dengan jumlah air yang dianjurkan (biasanya 50-100mL).
25. Tutup ujung proksimal selang makan (mencegah keluarnya isi lambung dan
masuknya udara ke dalam lambung)
26. Tetap biarkan kepala bed elevasi 300-450 selama 1 jam setelah pemberian
makan.
27. Berikan oral hygiene secara rutin dan anjurkan untuk berkumur (oral care
dapat mencegah ketidaknyamanan orofaring dari adanya selang)
28. Dokumentasi : jenis selang NGT, rate, volume, jumlah volume residu
lambung (apabila ada), dan respon pasien selama prosedur, cairan bilas
juga dicatat sebagai jumlah intake.
Referensi
Berman, A., Snyder, S., Frandsen, G. 2016. Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice. Tenth Editioncx. Pearson: New
Jersey
Taylor, CR., Lilis, C., LeMone, P., Lynn, P., Lebon, M. 2011. Skill Checklists
for Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Seventh
Edition. P. 137. Lippincott Williams & Wilkins : USA
Wilkinson, J., Treas, LS., Barnett, K., Smith, MH. 2016. Fundamentals of
Nursing. Volume 1. Third Edition. FA Davis Company: USA
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………