Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Coronavirus Disease (Covid-19) adalah nama yang diberikan oleh
World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Februari 2020. Covid-19
yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-
2 (SARS-CoV2) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina pada akhir
Desember 2019 yang dapat menyerang sistem pernapasan (Susilo et al.,
2020).
Menurut data dari WHO pada bulan Februari tahun 2022 jumlah orang
yang positif terinfeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 413.111.472 orang,
serta terdapat 5.837.827 orang meninggal dunia, 73.052.596 orang positif
aktif atau yang masih dirawat, dan 334.221.049 pasien dinyatakan sudah
sembuh (WHO, 2022). Di Indonesia per 17 maret 2023 terdapat 656.392
kasus yang sudah terkonfirmasi covid-19. Di provinsi Jawa Tengah, data
terupdate tanggal 24 Maret 2023 menunjukan bahwa terdapat 656. 502
kasus terkonfirmasi covid-19. Dari angkat tersebut 467 kasus masih dalam
masa perawatan. Sementara itu, kabupaten Pati dari update terbaru tanggal
24 Maret 2023 masih dalam kategori level 2 dengan kasus terkonfirmasi
sejumlah 14.774.
Munculnya dampak dari penyakit pandemi mempengaruhi kesehatan
mental dan memicu terjadinya kecemasan (Fitria et al., 2020). Hal ini
disinyalir bahwa Penyakit COVID 19 bukan hanya masalah medis, tetapi
juga dianggap sosial dan masalah sosial-ekonomi yang dihadapi keluarga
yang berbeda pertama kali, yang menimbulkan kecemasan bagi keluarga
anggota karena
kurangnya pengetahuan mengenai COVID 19 (Ahmed et al., 2020).
Peningkatan jumlah kasus penderita COVID 19 dapat menyebabkan
kecemasan pada keluarga. Kecemasan dalam menghadapi COVID 19
sebagai respon psikologis yang dialami terhadap pandemi penyakit menular
semakin meningkat karena disebabkan oleh perasaan cemas tentang
kesehatan diri sendiri dan penyebaran keluarga (Wiersinga et al., 2020).
2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan pemberian
aroma terapi peppermint terhadap tingkat kecemasan dalam pemberian
asuhan keperawatan keluarga pasien covid-19 di Desa Tlogosari
Kecamatan Tlogowungu Pati.
5
BAB II
TINJAUN TEORI
A. Tinjauan pustaka
1. Coronavirus
a. Definisi
2. Tingkat kecemasan
10
a. Definisi
Kecemasan adalah masalah dalam perasaan yang ditandai
dengan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan serta
perasaan kesakitan, mengalami gangguan dalam tidak bisa menilai
realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku terganggu, tetapi
masih dalam batas-batas normal (Jaya, 2015).
Sedangkan menurut Sutejo (2017), Kecemasan atau ansietas
adalah suatu perasaan tidak santai yang samar samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang di sertai suatu
respon. Kecemasan juga dapat pula di terjemahkan sebagai suatu
perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh
antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu
untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya.
Kecemasan merupakan penjelmaan dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang
sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketengangan
(stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik
batin). Perasaan ini timbul oleh karena dua sebab, pertama dari
apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
bersalah/berdosa merasa terancam, dan sebagainya. Kedua yang
terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari perasaan
yang tidak menyenangkan. Rasa cemas itu terdapat dalam semua
gangguan dan penyakit jiwa, dan bentuknya pun bermacammacam.
(Hawari,2011).
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan
bahwa kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada
pada sebuah kondisi tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi pada dirinya dan disertai perasaan
menakutkan dan tidak menyenangkan yang memiliki ciriciri
fisiologis dan psikologis.
b. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
1) Predisposisi kecemasan
Menurut Jaya (2015) faktor predisposisi terjadinya kecemasan
dapat dilihat dari:
11
a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas atau kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan
superego. Ego atau aku, berfungsi menengahi dalam
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal
Kecemasan muncul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, perpisahan dan kehilangan serta hal-hal yang
menimbulkan kelemahan fisik.
c) Pandangan perilaku
Kecemasan merupakan perasaan frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
d) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa dalam suatu keluarga
gangguan kecemasan merupakan gangguan yang
biasanya ditemukan. Terdapat tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi
e) Kajian biologis
Menurut Kajian biologis bahwa reseptor khusus untuk
benzodiazepin terdandung dalam otak. Reseptor ini
mungkin memantau dan mengatur kecemasan.
f) Teori kognitif
Kecemasan timbul karena stimulus yang datang tidak
dapat ditanggapi dengan respon yang sesuai.
2) Presipitasi kecemasan
Faktor presipitasi dari kecemasan adalah sebagai berikut
(Jaya, 2015):
a) Ancaman terhadap integritas diri
12
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan
27
BAB III
METODE PENULISAN
3. Confidentialty ( Kerahasiaan)
Hal ini berhubungan pada jaminan kerahasian hasil penelitian baik
dari informasi/respon maupun masalah-masalah yang didapatkan pada
penelitian, hanya kelompok atau data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.