Anda di halaman 1dari 33

PENERAPAN AROMA TERAPI PEPPERMINT TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN


COVID-19 DI DESA TLOGOSARI KECAMATAN
TLOGOWUNGU PATI

Oleh :

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2022
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Coronavirus Disease (Covid-19) adalah nama yang diberikan oleh
World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Februari 2020. Covid-19
yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-
2 (SARS-CoV2) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina pada akhir
Desember 2019 yang dapat menyerang sistem pernapasan (Susilo et al.,
2020).
Menurut data dari WHO pada bulan Februari tahun 2022 jumlah orang
yang positif terinfeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 413.111.472 orang,
serta terdapat 5.837.827 orang meninggal dunia, 73.052.596 orang positif
aktif atau yang masih dirawat, dan 334.221.049 pasien dinyatakan sudah
sembuh (WHO, 2022). Di Indonesia per 17 maret 2023 terdapat 656.392
kasus yang sudah terkonfirmasi covid-19. Di provinsi Jawa Tengah, data
terupdate tanggal 24 Maret 2023 menunjukan bahwa terdapat 656. 502
kasus terkonfirmasi covid-19. Dari angkat tersebut 467 kasus masih dalam
masa perawatan. Sementara itu, kabupaten Pati dari update terbaru tanggal
24 Maret 2023 masih dalam kategori level 2 dengan kasus terkonfirmasi
sejumlah 14.774.
Munculnya dampak dari penyakit pandemi mempengaruhi kesehatan
mental dan memicu terjadinya kecemasan (Fitria et al., 2020). Hal ini
disinyalir bahwa Penyakit COVID 19 bukan hanya masalah medis, tetapi
juga dianggap sosial dan masalah sosial-ekonomi yang dihadapi keluarga
yang berbeda pertama kali, yang menimbulkan kecemasan bagi keluarga
anggota karena
kurangnya pengetahuan mengenai COVID 19 (Ahmed et al., 2020).
Peningkatan jumlah kasus penderita COVID 19 dapat menyebabkan
kecemasan pada keluarga. Kecemasan dalam menghadapi COVID 19
sebagai respon psikologis yang dialami terhadap pandemi penyakit menular
semakin meningkat karena disebabkan oleh perasaan cemas tentang
kesehatan diri sendiri dan penyebaran keluarga (Wiersinga et al., 2020).
2

Keluarga akan terus mengalami perubahan demi perubahan sesuai


dengan persepsi dan hidup keluarga. Perubahan ini dipengaruhi oleh
stimulus dari internal keluarga maupun dari eksternal keluarga. Melalui
internal keluarga munculnya kecemasan yang melibatkan seluruh anggota
keluarga akan membentuk perubahan dari internalnya. Kecemasan yang
dihadapi dan dialami oleh salah satu anggota keluarga mempengaruhi
seluruh keluarga.
Cemas disebabkan oleh karena krisis situasi, tidak terpenuhinya
kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang kontrol pada situasi
kehidupan (Maryam, 2017).
Kecemasan yang disebabkan karena meningkatnya ketakutan akan
virus covid- 19. Faktor kerentanan psikologis potensial lainnya
adalah intoleransi ketidak pastian dalam ketidakmampuan untuk dalam
menghadapi situasi yang disebabkan karena tidak adanya informasi yang
jelas atau cukup dan didukung oleh persepsi terkait ketidakpastian (Mertens
et al., 2020). Kecemasan merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa
umum yang prevalensinya paling tinggi yaitu lebih dari 300.000.000 orang di
seluruh dunia mengalami kecemasan (WHO, 2019). Di Indonesia untuk
prevalensi gangguan mental kecemasan tahun 2018 yang terjadi pada
remaja usia 15 tahun ke atas sebesar 9,8%.
National Institutes of Health menyebutkan bahwa kondisi jiwa yang
stabil dan menghindari stress dapat mengurangi resiko dan tingkat
keparahan infeksi virus. Ini menunjukkan kompetensi kekebalan tubuh dapat
terjaga. Begitu juga apabila mengalami masalah psikologis tentu akan
mempengaruhi sistem imunitas seseorang akan menjadi menurun, sehingga
memudahkan terkenainfeksi virus, (Rossi et al, 2020).
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantungan. Keluarga memiliki
pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas, status kesehatan
dan perasaan harga diri individu. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perawatan kesehatan didalam keluarga dan pemeliharaan kesehatan
keluarga dapat dilihat dari tugas yang dilakukan oleh keluarga (Friedman
2010). Tugas kesehatan pada keluarga meliputi lima hal yaitu: mengenal
3

masalah atau gangguan kesehatan keluarga, mengambil keputusan


tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga dan menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (Mubarak
2010).
Pada tugas keluarga tersebut perlu adanya dukungan yang mendasari
terbentuknya keluarga seperti dukungan penilaian, informasional dan
emosional dapat membentuk pendekatan secara psikologis. Selain mampu
membentuk keluarga yang solid, dukungan keluarga dari segi medis mampu
berperan dalam mengurangi pemikiran dampak negatif terhadap penyakit
yang dialami oleh anggota keluarga yang sakit. Respon psikologis yang
terjadi akibat kecemasan memerlukan dukungan mental dari keluarga guna
meningkatkan semangat hidup pasien (Raharjo 2015). Dukungan keluarga
penting sebagai srategi preventif dalam menurunkan kecemasan. Pada
kasus pasien dengan COVID-19 mendapatkan dukungan penilaian positif
dari keluarga dan orang-orang terdekatnya memiliki peran penting. Jika
pasienn mendapatkan penilaian negatif maka akan berdampak buruk bagi
keberlangsungan pengobatannya. Dukungan informasional dari keluarga
yaitu memberikan solusi dari masalah yang ada, dalam contoh kasusnnya,
keluarga dapat memberikan kalimat-kalimat yang menenangkan pasien agar
pasien tetap fokus dalam masa pengobatannya. Adapun dukungan
emosional yang diberikan pihak keluarga dapat berupa semangat dan
motivasi bagi kesembuhan pasien (Dani 2020).
Pentingnya peran keluarga tersebut apabila tidak di sikapi dengan baik
maka akan dapat menimbulkan kecemasan keluarga dalam menghadapi
anggota keluarga yang terkena covid-19. Dalam menghadapi kecemasan
tersebut, perlu dilakukan asuhan keperawatan untuk menurunkan tingkat
kecemasan yang di alami. Aroma terapi dengan papermint merupakan salah
satu tindakan non farmakologi yang dapat menurunkan tingkat kecemasan
pasien. Hal tersebut di dukung oleh penelitian dari Astuti, meirita dan
Novianty (2020) yang dalam penelitiannya menyebutkan ada pengaruh
aromaterapi peppermint terhadap tingkat kecemasan perawart di masa
pandemic covid- 19.
Proses kerja aroma terapi dalam tubuh dapat berlangsung melalui dua
4

system yaitu sistempensiuman dan sirkulasi tubuh. Pada system sirkulasi,


aroma terapi yang diberikan melalui kompres dapat memberuikan rasa
panas pada kuit dan otot serta memperlebar pembuluh darah sehingga
impuls nyeri dari ujung saraf berkurang yang di hantarkan ke hipotalamus
dan korteks serebri yang mempersepsikan rasa nyeripun berkurang.
Agustina (2019) menyebutkan aroma terapi papermint dapat berfungsi
sebagai anti konvulsi. Papermint mempunyai aktivitas spasmolitik secara in
vitro dan serta dapat mengurangi regangan otot skeletal.
Dari beberapa paparan gambaran di atas yang mendorong peneltii
untuk melakukan pemberian asuhan keperawatan dengan aroma terapi
peppermint dalam menurunkan kecemasan keluarga pasien dengan covid-
19 di Desa Tlogosari Kecamatan Tlogowungu Pati.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan adalah bagaimana
penerapan aroma terapi peppermint terhadap tingkat kecemasan keluarga
pasien dengan covid-19 di Desa Tlogosari Kecamatan Tlogowungu Pati.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan pemberian
aroma terapi peppermint terhadap tingkat kecemasan dalam pemberian
asuhan keperawatan keluarga pasien covid-19 di Desa Tlogosari
Kecamatan Tlogowungu Pati.
5

BAB II
TINJAUN TEORI

A. Tinjauan pustaka
1. Coronavirus
a. Definisi

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan


penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa
hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama
menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari
batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari
dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan
hingga tiga hari atau dalam aerosol selama tiga jam 4 (Doremalen
et al, 2020).
b. Epidemiologi
Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi:
a) Orang dalam pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau
memiliki riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu
seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala juga
dikategorikan sebagai dalam pemantauan.
b) Pasien dalam pengawasan
a) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke
negara yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala-gejala COVID-19 dan seseorang yang
mengalami gejala- gejala, antara lain: demam (>38°C);
batuk, pilek, dan radang tenggorokan, pneumonia ringan
hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran
6

radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem


kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan
tanda menjadi tidak jelas.

b) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat


demam atau ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala, memiliki salah satu dari
paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
COVID- 19, bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan
yang berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19,
memiliki riwayat perjalanan ke wilayah endemik, memiliki
sejarah kontak dengan orang yang memiliki riwayat
perjalanan pada 14 hari terakhir ke wilayah endemik .
c. Mekanisme penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol
penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan
ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan
penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi
aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga
penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).
d. Karakteristik klinis
Menurut Safrizal dkk, (2020) gejala yang dapat muncul meliputi:
1) Penyakit Sederhana (ringan)
Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi
virus saluran pernapasan bagian atas, termasuk demam
ringan, batuk (kering), sakit tenggorokan, hidung tersumbat,
malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau malaise. Tanda dan
gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea, tidak ada.
Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-
pernapasan seperti diare sulit ditemukan.
2) Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau
takipnea pada anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia
berat.
3) Pneumonia Parah
7

Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan


pernapasan, takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia
(SpO2 <90% pada udara kamar). Namun, gejala demam harus
ditafsirkan dengan hati-hati karena bahkan dalam
bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak
ada. Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam definisi ini,
diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis digunakan
untuk mengecualikan komplikasi.
4) Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)
Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi.
Sindrom ini menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal
yang serius atau memburuknya gambaran pernapasan yang
sudah diidentifikasi. Berbagai bentuk ARDS dibedakan
berdasarkan derajat hipoksia
e. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan
penularan COVID-19 meliputi :
1) Sering-Sering Mencuci Tangan
Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari
tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun
dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus,
termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan
tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai
penyakit.

2) Hindari Menyentuh Area Wajah


Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area
segitiga wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga
wajah rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari.
Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan
sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan
orang lain.
3) Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan
Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu
8

mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini


menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah
bisa menjadi media penyebaran virus Corona.
4) Jangan Berbagi Barang Pribadi
Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga
hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan
Handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi
kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.
5) Etika ketika Bersin dan Batuk
Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui
udara. Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar
orang yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur.
Lebih baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung
ketika bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih
menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus
yang tertinggal di tangan.
6) Bersihkan Perabotan di Rumah
Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan
lingkungan tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan
untuk membersih perabotan yang ada di rumah. Bersihkan
permukaan perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti
gagang pintu, meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun,
secara teratur. Bisa membuat cairan disinfektan buatan sendiri
di rumah menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan
perabotan rumah cukup dua kali sehari.
7) Jaga Jarak Sosial
Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona
yang efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah
melakukan kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing.
Dengan menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di
luar ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu
langkah mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan
orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya
berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.
9

8) Hindari Berkumpul dalam Jumlah Banyak


Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian
Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak
melakukan aktivitas keramaian selama pandemik virus Corona.
Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah
raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak
tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah

penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan


melalui makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini,
dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar
pandemik virus Corona cepat berlalu.
9) Mencuci Bahan Makanan
Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga
penting dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-
buah dan sayur-sayuran menggunakan larutan hidrogen
peroksida atau cuka putih yang aman untuk makanan. Simpan
di kulkas atau lemari es agar bahan makanan tetap segar
ketika ingin dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan
yang digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri
yang mampu mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan.
f. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS,
tetapi Yang, dkk (2020) menunjukkan data dari 52 pasien kritis
bahwa komplikasi tidak terbatas ARDS, melainkan juga komplikasi
lain seperti gangguan ginjal akut (29%), jejas kardiak (23%),
disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang
telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular
diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum
(Huang, 2020).

2. Tingkat kecemasan
10

a. Definisi
Kecemasan adalah masalah dalam perasaan yang ditandai
dengan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan serta
perasaan kesakitan, mengalami gangguan dalam tidak bisa menilai
realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku terganggu, tetapi
masih dalam batas-batas normal (Jaya, 2015).
Sedangkan menurut Sutejo (2017), Kecemasan atau ansietas
adalah suatu perasaan tidak santai yang samar samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang di sertai suatu
respon. Kecemasan juga dapat pula di terjemahkan sebagai suatu
perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh
antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu
untuk bersiap mengambil tindakan untuk menghadapi bahaya.
Kecemasan merupakan penjelmaan dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang
sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketengangan
(stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik
batin). Perasaan ini timbul oleh karena dua sebab, pertama dari
apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa
bersalah/berdosa merasa terancam, dan sebagainya. Kedua yang
terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari perasaan
yang tidak menyenangkan. Rasa cemas itu terdapat dalam semua
gangguan dan penyakit jiwa, dan bentuknya pun bermacammacam.
(Hawari,2011).
Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat dijelaskan
bahwa kecemasan adalah sebuah reaksi ketika seseorang berada
pada sebuah kondisi tertentu dengan keyakinan bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi pada dirinya dan disertai perasaan
menakutkan dan tidak menyenangkan yang memiliki ciriciri
fisiologis dan psikologis.
b. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
1) Predisposisi kecemasan
Menurut Jaya (2015) faktor predisposisi terjadinya kecemasan
dapat dilihat dari:
11

a) Pandangan psikoanalitik
Ansietas atau kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan
superego. Ego atau aku, berfungsi menengahi dalam
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan interpersonal
Kecemasan muncul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, perpisahan dan kehilangan serta hal-hal yang
menimbulkan kelemahan fisik.

c) Pandangan perilaku
Kecemasan merupakan perasaan frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
d) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa dalam suatu keluarga
gangguan kecemasan merupakan gangguan yang
biasanya ditemukan. Terdapat tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi
e) Kajian biologis
Menurut Kajian biologis bahwa reseptor khusus untuk
benzodiazepin terdandung dalam otak. Reseptor ini
mungkin memantau dan mengatur kecemasan.
f) Teori kognitif
Kecemasan timbul karena stimulus yang datang tidak
dapat ditanggapi dengan respon yang sesuai.
2) Presipitasi kecemasan
Faktor presipitasi dari kecemasan adalah sebagai berikut
(Jaya, 2015):
a) Ancaman terhadap integritas diri
12

Ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dapat


menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri
Membahayakan fungsi sosial, identitas dan harga diri.
Sedangkan kemampuan individu dalam beradaptasi
terhadap faktor yang berhubungan dengan kecemasan
sangat tergantung pada usia, status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, system pendukung, intensitas
stresor dan tahap perkembangan.
c. Tanda dan gejala
Menurut Donsu (2017), kecemasan memiliki beberapa tanda
baik secara fisik, kognitif, perilaku, maupun emosi.
1) Fisik
Tanda fisik yang muncul adalah nafas sering dan pendek,
peningkatan nadi dan tekanan darah, mulut kering, anoreksia,
diare atau konstipasi, gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur,
dan sakit kepala.
2) Kognitif
Gejala kognitif yang terlihat pada penderita yaitu
mempersepsikan
sesuatu. Persepsinya cenderung menyempit, tidak bisa
menerima rangsang luar. Dan yang seringkali terlihat pada
penderita yaitu kerap berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya saja.
3) Perilaku
Perilaku yang dapat terlihat yaitu tersentak-sentak, dengan
berbicara yang berlebihan dan cepat serta memiliki perasaan
yang tidak aman.
4) Emosi
Respons emosi yang mengalami gangguan biasanya disertai
dengan rasa menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut,
gugup, suka cita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat
secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat,
fokus pada diri sendiri, perasaan tidak kuat, ketakutan, distress
prihatin
d. Tingkat dan Karakteristik kecemasan
Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau
manifestasi yang berbeda satu sama lain. Stuart (2017)
13

menyatakan tingkat kecemasan, yaitu:


1) Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari- hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2) Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang
lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lain, semua
perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. sedangkan
menurut Liza (2014) tingkat kecemasan dapat dibagi
menggunakan skala dari 0-10, dimana 0 menunjukan tidak
cemas, 1-
3 cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat dan 10
menunjukan tingkat panik.
e. Gejala kecemasan
Gejala klinis kecemasan menurut Hawari (2016): Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya
sendiri, mudahtersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsenterasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang,pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar,
sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan,
sakit kepala dan lain sebagainya
f. Mekanisme koping kecemasan
14

Menurut Asmadi (2017) mekanisme koping terhadap


kecemasan dibagi menjadi dua kategori :
1) Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)
Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau
menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan
kemampuan pengamatan secara realistis. Secara ringkas
pemecahan masalah ini menggunakan metode Source, Trial
and Error, Others Play and Patient (STOP).
2) Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism)
Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme
penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari
perasaan tidak adekuat

3. Aroma terapi papermint


a. Pengertian
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial
atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau
menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan
serta menenangkan jiwa dan raga (Astuti, 2015)
Menurut Hutasoit (2012) Aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu
dan memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan
semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.
b. Manfaat aroma terapi
Menurut Muchtaridi & Moelyono (2015) manfaat aromatherapy tidak
hanya sekedar wewangian yang dapat menyembuhkan penyakit
tetapi dapat digunakan digunakan sebagai :
1) Meningkatkan kekebalan tubuh baik secara jasmani maupun
rohani
2) Meringankan pikiran dan mengurangi stress serta kecemasan
3) Membangkitkan semangat
4) Membersihkan racun dalam tubuh
5) Meningkatkan daya ingat
6) Mengurangi rambut rontok
7) Mengurangi eksim ginjal
15

8) Mencegah insomnia Mencegah terjadinya flu dan


kedinginan pada balita
9) Membersihkan udara dan penangkalan kuman
c. Bentuk-bentuk aroma terapi
Bentuk- Bentuk Aromaterapi Menurut Syukrini (2016) bentuk-
bentuk aromaterapi terbagi menjadi 4 yaitu:
1) Minyak essensial aromaterapi
Berbentuk cairan atau minyak. Penggunaanya
bermacammacam, pada umumnya digunakan dengan cara
dipanaskan pada tungku. Namun bisa juga jika dioleskan pada
kain atau pada saluran udara.
2) Dupa Aromaterapi
Awalnya hanya digunakan untuk acara keagamaan tertentu,
namun seiring dengan perkembangan zaman, dupa pun kini
sudah menjadi bagian dari salah satu bentuk aromaterapi.
Bentuknya padat dan berasap jika dibakar, biasanya digunakan
untuk ruangan berukuran bear atau pada ruangan terbuka.
Jenis dupa aromaterapi ini terdiri dari 3 jenis, yaitu dupa
aromaterapi panjang, dupa aromaterapi pendek, dan dupa
aromaterapi berbentuk kerucut.
3) Lilin aromaterapi Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin
digunakan untuk pemanas tungku dan lilin aromaterapi. Lilin
yang digunakan untuk memanaskan tungku aromaterpi tidak
memiliki wewangian, karena hanya berfungsi untuk
memanaskan tungku yang berisi essential oil. Sedangkan lilin
aromaterapi mengeluarkan wangi aromaterapi jika dibakar.
4) Minyak pijat aromaterapi Bentuk ini memiliki wangi yang sama
dengan bentuk aromaterapi lain, cara penggunaanya yang
berbeda, karena ini digunakan dengan cara di pijat
d. Cara kerja aromatherapy
Menurut Kinai (2012) cara kerja aromatherapy dengan molekul
minyak essensial yang masuk ke hidung dan berinteraksi dengan
reseptor pada membran mukosa penciuman dalam hidung.
Reseptor ini yang tugasnya mengidentifikasi bau dan
16

menyampaikan pesan dari penciuman melalui saraf ke sistem


limbik otak. Hal ini menyebabkan reaksi emosional dan fisik untuk
aroma karena ada emosional, seksualitas, kreativitas, dan memori
pusat dalam sistem limbik dari otak. Pesan tersebut akan
diteruskan ke hipotalamus dan hipofisis (juga dalam otak) hasil ini
dalam pelepasan hormon yang akan mengatur fungsi tubuh dengan
demikian minyak essensial memberikan efek secara fisik, fisiologi
dan psikologi.
Minyak essensial juga diserap melalui kulit dan dapat memberi efek
lokal dikulit seperti membantu penyembuhan luka, atau mereka
dapat diserap kedalam sirkulasi untuk efek lain seperti relaksasi.
Menurut Muchtaridi & Moelyono (2015) bahwa mekanisme kerja
bahan aromatherapy adalah melalui sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. Organ penciuman merupakan satu-satunya indra
perasa dengan

berbagai reseptor saraf yang berhubungan langsung dengan dunia


luar dan merupakan saluran langsung ke otak. Terdapat 8 molekul
yang bisa memicu impuls elektrik pada ujung saraf. Bau merupakan
suatu molekul yang mudah menguap dan langsung ke udara.
Apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan, akan
diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman.
Proses penciuman terbagi menjadi beberapa, sebagai berikut :
1) Penerimaan molekul bau oleh saraf olfactory epithelium, yang
merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf.
2) Bau itu akan diterukan sebagai pesan ke pusat penciuman
yang terletak dibagian belakang hidung. Sel neuron
menginterprestasikan bau tersebut dan menghantarkannya ke
sistem limbik yang kemudian akan dikirim ke hypothalamus
untuk diolah. Apabila minyak essensial dihirup, molekul yang
menguap akan membawa unsure aromatic yang terdapat
dalam kandungan minyak tersebut ke puncak hidung.
3) Rambut getar yang terdapat didalam akan berfungsi sebagai
reseptor. Bertugas menghantarkan pesan elektrokimia ke pusat
emosi dan daya ingat seseorang yang selanjutnya yang
17

menghantarkan pesan balik ke seluruh tubuh akan


dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan subtansi
neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau
terangsang. Sehingga dapat disimpulkan cara kerja
aromatherapy melalui saraf penciuman yang akan
mempengaruhi sistem kerja limbik. Sitem limbik merupakan
pusat emosi. Fungsinya akan mepengaruhi hypothalamus dan
mengubah hormon kesenangan yang akan menjadikan relax,
dan sedatif. Salah satu aromatherapy yang dapat memberikan
efek relax dan sedatif yang bisa mengurangi tingkat
kecemasan dan stress adalah aromatherapy ocimum basilicum
(kemangi).
4. Konsep asuhan keperawatan keluarga
a. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses
perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan
keluarga untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh
anggota

Keluarga. Pengertian pengkajian menurut Widagdo & Kholifah


(2016) adalah tindakan pemantauan secara langsung pada
manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud
menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian
merupakan suatu proses berkelanjutan, karena perawat akan
mendapatkan data tentang kondisi atau situasi klien sebelumnya
dan saat ini, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk
menyusun perencanaan pada tahap berikutnya.
Komponen pengkajian keluarga menurut Friedman, dkk (2013),
berpendapat bahwa komponen pengkajian keluarga terdiri atas
kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga
(struktur peran, nilai, komunikasi, kekuatan), fungsi keluarga (fungsi
afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi, reproduksi), dan
koping keluarga.
18

1) Data pengenalan keluarga


Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,
alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar
belakang budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan
rekreasi keluarga. Data ini merupakan data dasar untuk
mengkaji data selanjutnya.
2) Data perkembangan dan sejarah keluarga
Pengkajian kedua yang dapat Anda lakukan adalah mengkaji
tahap perkembangan dan sejarah keluarga. Data yang perlu
dikaji pada komponen pengkajian ini, yaitu tahap
perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak
pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi,
riwayat keluarga inti (data yang dimaksud adalah data
kesehatan seluruh anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak), riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang
tua termasuk riwayat kesehatan.
3) Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik
tetangga dan komunitas. Data Komunitas terdiri atas tipe
penduduk, apakah termasuk penduduk pedesaan atau
perkotaan, tipe hunian rumah, apakah sebagian besar
tetangga, sanitasi jalan, dan pengangkutan sampah.
Karakteristik demografi tetangga dan komunitas meliputi kelas
sosial, etnis, pekerjaan, dan bahasa sehari-hari. Data
selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis
keluarga. Data yang perlu dikaji adalah berapa lama keluarga
tinggal di tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari
mana pindahnya. Kemudian ditanyakan juga perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, penggunaan
pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan keluarga di
komunitas. Data berikutnya adalah sistem pendukung
keluarga. Data yang perlu dikaji adalah siapa yang
memberikan bantuan, dukungan, dan konseling di keluarga,
apakah teman, tetangga, kelompok sosial, pegawai, atau
19

majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan pelayanan


kesehatan dan agensi.
4) Data struktur keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data struktur
keluarga, antara lain pola komunikasi, meliputi penggunaan
komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana anggota
keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan
pendapat, dan perasaannya selama berkomunikasi dan
berinteraksi. Data berikutnya yang dikaji adalah struktur
kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang membuat
keputusan dalam keluarga, seberapa penting keputusan yang
diambil. Selanjutnya, adalah data struktur peran, meliputi data
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi
peran dan posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik
dalam peran, bagaimana perasaan dalam menjalankan
perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel. Data
selanjutnya adalah nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan
yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang
berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan
lingkungan, orientasi masa depan, kegemaran keluarga,
keluarga sebagai pelindung dan kesehatan bagi keluarga,
apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai

Subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai keluarga


secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol
dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai - nilai memengaruhi
kesehatan keluarga.
5) Data fungsi keluarga
Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi
keluarga. Ada lima fungsi keluarga yang perlu Anda pahami
antara lain berikut ini.
a) Fungsi afektif.
Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan
keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga
20

merasakan kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah


anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
bagaimana mereka saling mendukung satu sama lainnya.
b) Fungsi sosialisasi.
Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga
menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi
anggota keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan
perilaku yang sesuai usia.
c) Fungsi perawatan kesehatan.
Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku
keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga
menanamkan nilai kesehatan terhadap anggota keluarga,
konsistensi keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan
keluarga. Pengkajian data pada fungsi perawatan kesehatan
difokuskan pada data tugas keluarga di bidang kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2013) ada 5
(Lima), yaitu:
(1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui
masalah kesehatan yang sedang diderita anggota
keluarga, apakah keluarga mengerti tentang arti dari
tanda dan gejala penyakit yang diderita anggota
keluarga. Bagaimana persepsi keluarga terhadap
masalah kesehatan anggota keluarga, bagaimana
persepsi keluarga terhadap upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan.
(2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat. Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan
keluarga mengambil keputusan apabila ada anggota
keluarga yang sakit, apakah diberikan tindakan sendiri
di rumah atau dibawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Siapa yang mengambil keputusan untuk
melakukan suatu tindakan apabila anggota keluarga
21

sakit, bagaimana proses pengambilan keputusan


dalam keluarga apabila ada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
(3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit. Data yang dikaji adalah bagaimana
keluarga mampu melakukan perawatan untuk anggota
keluarganya yang mengalami masalah kesehatan.
Apakah yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki
status kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga
untuk mencegah terjadinya suatu penyakit, apa yang
dilakukan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap dan nilai-nilai
dari keluarga dalam hubungannya dengan perawatan
di rumah.
(4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang
sehat. Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga
mengatur dan memelihara lingkungan fisik dan
psikologis bagi anggota keluarganya. Lingkungan fisik,
bagaimana keluarga mengatur perabot rumah tangga,
menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan
pencahayaan rumah. Lingkungan psikologis,
bagaimana keluarga menjaga keharmonisan
hubungan antaranggota keluarga, bagaimana
keluarga memenuhi privasi masing-masing anggota
keluarga.

(5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas


pelayanan kesehatan. Data yang dikaji adalah apakah
keluarga sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mudah dijangkau dari tempat
tinggalnya, misalnya Posyandu, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit terdekat
dengan rumahnya. Sumber pembiayaan yang
digunakan oleh keluarga, bagaimana keluarga
membayar pelayanan yang diterima, apakah keluarga
22

masuk asuransi kesehatan, apakah keluarga


mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat
transportasi apa yang digunakan untuk mencapai
pelayanan kesehatan, masalah apa saja yang
ditemukan jika keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan umum.
d) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keempat yang perlu
dikaji. Data yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi yang terdiri atas data jenis pekerjaan, jumlah
penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran, bagaimana
keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota
keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam
keluarga.
e) Fungsi keluarga terakhir yang dikaji adalah fungsi
reproduksi, data yang dikumpulkan adalah berapa jumlah
anak, apakah mengikuti program keluarga berencana
atau tidak, apakah mempunyai masalah pada fungsi
reproduksi.

6) Data Koping Keluarga


Komponen data terakhir adalah data koping keluarga. Data
yang perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga,
meliputi data tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan
dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga dapat
memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah
keluarga dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari.

Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang


objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan stres.
Bagaimana keluarga bereaksi. Situasi yang penuh dengan
stres, strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga,
apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-
beda.
23

Koping internal dan eksternal yang diajarkan, apakah anggota


keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping
internal keluarga, kelompok kepercayaan keluarga,
penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan,
pengontrolan masalah pada keluarga, pemecahan masalah
secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga. Strategi
koping eksternal: mencari informasi, memelihara hubungan
dengan masyarakat, dan mencari dukungan sosial.
Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data.
Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan
masalah keperawatan yang terjadi. Analisis data membutuhkan
kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berpikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan.
Selama melakukan analisis data, diperlukan kemampuan
mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien
dan keluarga. Fungsi analisis data adalah dapat
menginterpretasi data yang diperoleh dari pengkajian
keperawatan yang memiliki makna dan arti dalam menentukan
masalah dan kebutuhan klien, serta sebagai proses
pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan
keperawatan. Penulisan analisis data dalam bentuk tabel terdiri
atas tiga kolom, yaitu pengelompokan data, kemungkinan
penyebab (etiologi), dan masalah keperawatan. Data yang
dikelompokkan berdasarkan data subjektif dan objektif.

b. Perumusan Diagnosis Keperawatan


Keluarga Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu
proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat,
memberikan dasar untuk menetapkan Tindakan-tindakan dimana
24

perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosis


keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga,
baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana perawat
memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan keperawatan bersamasama dengan keluarga,
berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak,
2019). Mubarak merumuskan diagnosis keperawatan keluarga
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen
diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology
atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal
dengan PES.
1) Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul
pada penderita thalasemia.
2) Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose
keperawatan pada asuhan keperawatan keluarga berfokus
pada 5 tugas kesehatan keluarga yang meliputi:
a) Mengenal masalah kesehatan.
b) Mengambil keputusan yang tepat.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Memodifikasi lingkungan.
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Sign atau tanda (S)


Tanda atau gejala yang dapat muncul pada keluarga
dengan covid-19 adalah sebagai berikut :
c. Menentukan Prioritas Masalah
Menurut Mubarak (2012) tipologi dari diagnosis keperawatan yaitu:
1) Diagnosis aktual (terjadi gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan, masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan
cepat.
25

2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data


yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda
tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan.
3) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu
keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. Setelah data dianalisis,
kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.
Oleh karena itu, perawat bersama keluarga dapat menyusun
dan menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga dengan
menggunakan skala perhitungan yang dapat dilihat pada table
berikut
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan
dengan cara berikut ini:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot. Skor x bobot Angka tertinggi
3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah
5, sama dengan seluruh bobot.
d. Perencanaan Intervensi keperawatan
Merupakan gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun
rencana keperawatan menurut (PPNI, 2018). Dalam keperawatan
keluarga diuraikan rencana tindakan keperawatan berdasarkan
tugas kesehatan keluarga (Widagdo, 2016). Rencana tindakan
untuk membantu keluarga dalam rangka menstimulasi kesadaran
dan penerimaan terhadap masalah keperawatan keluarga adalah :
1) Dengan memperluas dasar pengetahuan keluarga, membantu
keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang
ada, menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan
sasaran yang telah ditentukan, dan mengembangkan sikap
positif dalam menghadapi masalah.
2) Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat
menentukan keputusan yang tepat, sehingga dapat
26

menyelesaikan masalahnya, yaitu berdiskusi dengan keluarga


tentang, konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan
tindakan, alternatif tindakan yang mungkin dapat diambil, serta
sumbersumber yang diperlukan dan manfaat dari masing-
masing alternatif tindakan.
3) Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan
kepercayaan diri dalam memberikan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat melakukan
tindakan antara lain dengan mendemonstrasikan tindakan yang
diperlukan, memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada di
rumah, dan menghindari hal-hal yang merintangi keberhasilan
keluarga dalam merujuk klien atau mencari pertolongan pada
petugas kesehatan.
4) Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang menunjang kesehatan, antara lain dengan
membantu keluarga mencari cara untuk menghindari adanya
ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,
membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada,
menghindari ancaman psikologis dengan memperbaiki pola
komunikasi, memperjelas peran masing-masing anggota
keluarga, dan mengembangkan kesanggupan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan psikososial.
5) Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus
mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber
daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya.
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan
khusus), rencana intervensi, dan rencana evaluasi yang memuat 40
kriteria dan standar. Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik,
dapat diukur (measurable), dapat dicapai (achivable), rasional dan
menunjukkan waktu (SMART) (Padila, 2012).

e. Pelaksanaan
Pelaksanaan Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan
27

keperawatan adalah proses dimana perawat mendapatkan kesempatan


untuk menerapkan rencana tindakan yag telah disusun dan
membangkitkan minat dan kemandirian keluarga dalam mengadakan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Namun sebelum melakukan
implementasi, perawat terlebih dahulu membuat kontrak agar keluarga
lebih siap baik fisik maupun psikologis dalam menerima asuhan
keperawatan yang diberikan. Tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :
1) Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah kesehatan dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberi informasi, mengkaji kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan serta memberi motivasi atau dorongan sikap emosi yang
sehat terhadap masalah
2) Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
membicarakan dengan keluarga tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
memanfaatkan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan
mengawasi keluarga dalam melakukan tindakan.
4) Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat,
dengan cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga
dan memodifikasi lingkungan semaksimal mungkin
5) Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada
di lingkungan keluarga, serta membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada (Widagdo, 2016).
f. Evaluasi
Evaluasi Menurut Mubarak (2012) ada dua yaitu evaluasi kuantitatif dan
evaluasi kualitatif. Dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Evaluasi Kuantitatif, dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah
pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan.
28

2) evaluasi Kualitatif, merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan


pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.
1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses
asuhan keperawatan
2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir
asuhan keperawatan (Mubarak, 2012).
Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisa, dan Planning).
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu
pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon
dari keluarga pada tahapan evaluasi.
Proses evaluasi pencapaian tujuan klien menurut (Widagdo, 2016),
1) Kognitif (pengetahuan) Untuk mengukur pemahaman klien dan
keluarga setelah diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode
evaluasi yang dilakukan, misalnya dengan melakukan wawancara
pada klien dan keluarga.
2) Afektif (status emosional) Cenderung kepenilaian subjektif yang
sangat sulit diukur. Metode yang dapat dilakukan adalah observasi
respon verbal dan nonverbal dari klien dan keluarga, serta
mendapatkan masukan dari anggota keluarga lain.
3) Psikomotor (tindakan yang dilakukan) Mengukur kemampuan klien
dan keluarga dalam melakukan suatu tindakan atau terjadinya
perubahan perilaku pada klien dan keluarga.
29

BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan studi kasus


Karya tulis ilmiah ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Rahardjo (2017) menyatakan metode penelitian
studi kasus merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
intensif, terperinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa dan
aktivitas baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau
organisasi untuk memperoleh pengetahuan tentang peristiwa tersebut.
Pada penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan studi
kasus deskriptif dimana studi kasus ini dilakukan untuk mengelola masalah
keperawatan keluarga yang dialami oleh keluarga pasien covid-19 dengan
masalah keperawatan utama yaitu tidak memahami masalah kesehatan
yang diderita dan kesulitan menjalankan perawatan. Pendekatan
penyusunan karya tulis ini menggunakan pendekatan proses asuhan
keperawatan keluarga yakni mulai dari pengkajian, analisis data, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan
tindakan, dan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan (Anita,dkk, 2020).
B. Subjek studi kasus
Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah :
1. Keluarga pasien dengan diagnosis terkonfirmasi covid-19
2. Keluarga pasien yang tinggal satu rumah
C. Fokus studi
Fokus studi pada kasus ini yaitu asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
kecemasan pada pasien terkonfirmasi covid-19.
D. Definisi operasional
Menurut Sugiyono (2015), definisi operasional merupakan unsur penelitian
yang menjelaskan bagaimana cara peneliti menentukan variable, sehingga
definisi operasional merupakan informasi ilmiah yang menentukan peneliti
lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Hal ini dapat menjadi
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan melalui beberapa
30

penjelasan dalam proses penelitian. Berikut beberapa penjelasan mengenai


variabel dalam penelitian :
1. Pengelolaan keperawatan keluarga merupakan suatu metode yang
digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
sesuai dengan prosedur tindakan yang telah ditetapkan untuk
mengatasi suatu masalah keperawatan
2. Tingkat kecemasan
masalah dalam perasaan yang ditandai dengan kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan serta perasaan kesakitan, mengalami
gangguan dalam tidak bisa menilai realitas, kepribadian masih tetap
utuh, perilaku terganggu, tetapi masih dalam batas-batas normal
3. Aroma terapi peppermint
Terapi yang menggunakan minyak essensial atau sari minyak murni
untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan
raga
E. Tempat dan waktu
Studi kasus akan dilakukan di Desa Tlogosari Kecamatan Tlogowungu Pati
pada bulan September 2022.
F. Pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data Dalam melakukan pengumpulan data kasus
penulis menggunakan pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang
dilakukan selama 3 hari. Pengumpulan data menggunakan beberapa
metode yaitu:
a. Wawancara, merupakan metode teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara bertanya kepada pasien dan keluarga
pasien, wawancara dilakukan agar dapat memperoleh data yang
akurat dan benar dengan cara melakukan pertemuan dengan
pasien dan keluarganpasien. Wawancara yang dilakukan berisi
tentang pertanyaan yang membahas masalah kesehatan.
b. Observasi, merupakan pengumpulan data dengan cara
melakukan tindakan pengamatan pada kasus status kesehatan
pasien terutama pada kondisi kesehatan pasien dan keluhan
utama yang dialami pasien. Selain itu metode pengamatan ini
31

bertujuan untuk mendapatkan data yang nyata dan dapat


mempelajari proses keperawatan.

c. Angket kuesioner, merupakan metode pengumpulan data yang


dilakukan secara langsung agar mendapatkan informasi/data
daripasien dan keluarga pasien. Metode ini juga bisa dilakukan
dengan cara wawancara tertulis yang pertanyaannya diajukan
kepada pasien dan diisi sendiri oleh pasien.
d. Studi dokumen, merupakan metode pengumpulan data yang
ditunjukkan pencatatan dan pelaporan yang akurat secara
langsung kepada subjek penelitian seperti perawat agar dapat
melakukan asuhan
keperawatan untuk kepentingan pasien dan keluarga pasien.
2. Instrumen pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat yang meliputi
format asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian,
analisis data, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan
menggunakan alat tulis dan kuesioner tingkat kecemasan HARS.
G. Penyajian data
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dalam bentuk Asuhan
Keperawatan.
H. Etika studi kasus
Etika merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu
kegiatan terutama pada saat penelitian ini, sebab mengingat penelitian
keperawatan ini berhubungan langsung dengan manusia. Menurut Hidayat
(2019) etika penelitian yang harus diperhatikan yakni :
1. Informed consent (Persetujuan)
Informed consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara
peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan
sebelum dilakukannya penelitian terhadap responden. Informed consent
ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan dilakukan suatu
penelitian atau tindakan dan mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (Tidak menyebutkan nama)
Dalam etika penelitian anonymity ini berhubungan dalam
penyebutan nama responden dimana didalamnya tidak diperbolehkan
32

mencantumkan nama responden pada pendokumentasian, cukup


dengan menuliskan kode atau inisial nama pada lembar dokumentasi
penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentialty ( Kerahasiaan)
Hal ini berhubungan pada jaminan kerahasian hasil penelitian baik
dari informasi/respon maupun masalah-masalah yang didapatkan pada
penelitian, hanya kelompok atau data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai