CLINICAL EXPOSURE IV
KESEHATAN MENTAL DOKTER DAN TENAGA KESEHATAN
DI ERA COVID-19
Disusun oleh :
Joanna Audricia Kosasih (01071170110)
CLINICAL EXPOSURE IV
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
oleh tenaga kesehatan semakin besar dari kondisi normal. Dalam kondisi
pandemik, jumlah pasien yang perlu dirawat meningkat tajam, membuat
adanya peningkatan tekanan terhadap sumber daya kesehatan. Tentunya
hal ini akan membuat dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus bekerja
dalam waktu yang lebih lama, yang tentunya akan meningkatkan stres
tenaga kesehatan. Belum lagi dikarenakan adanya keterbatasan Alat
Pelindung Diri, akan membuat tenaga kesehatan semakin stres dalam
menghadapi kondisi pandemik seperti sekarang ini. Selain itu, faktor lain
juga dapat meningkatkan stres dari tenaga kesehatan. Salah satunya
adalah ketakutan membawa penyakit ke dalam keluarga tenaga kesehatan.
Pada data di tahun 2009 mengenai Swine Flu, 20% dari dokter dan suster
yang bertugas melaporkan bahwa setidaknya terdapat satu anggota
keluarga yang memiliki gejala yang sama dengan Swine Flu. Semua
tekanan stres yang terlalu besar ini dapat memicu adanya trauma dalam
diri tenaga kesehatan. Oleh karena itu diperlukan pemahaman mendalam
mengenai kesehatan mental tenaga kesehatan, khususnya dokter dalam
era pandemi COVID-19 ini.
2
BAB II
MASALAH DAN TANTANGAN
3
tenaga kesehatan mengenai isolasi sosial, serta mengenai stigma infeksi
yang beredar di masyarakat. Sebagai salah satu penyakit baru yang belum
diketahui secara jelas, hal inilah yang memunculkan rasa takut yang
berlebihan yang membuat terbentuknya stigma sosial dan diskriminasi
terhadap etnis dan orang-orang yang berhubungan dengan virus ini. Seperti
pada perawat, penderita, keluarga pendetia, dokter, dan mereka yang
memiliki gejala yang mirip dengan penderita COVID-19. Apabila stigma ini
terus melekat pada masyarakat, hal ini dapat menyebabkan peningkatan
stres bagi para tenaga kesehatan dan ketakutan diskriminasi pada
masyarakat yang sakit sehingga masyarakat enggan untuk berobat ke
rumah sakit.
Selain itu, efek negatif dari kesehatan mental ini juga dapat
dipengaruhi terlepas apakah dokter tersebut menangani pasien yang
terinfeksi COVID-19 secara langsung atau tidak. Pada pandemi COVID-19
ini, tenaga kesehatan dikerahkan semaksimal mungkin yang menyebabkan
banyak tenaga kesehatan yang jatuh sakit dan kelelahan karena jam kerja
yang berlebihan. Namun, penelitian membuktikan bahwa tenaga kesehatan,
seperti dokter dan perawat merasa memiliki kewajiban untuk tetap bersikap
profesional dan untuk terus berjuang untuk menangani pandemi ini tanpa
mempedulikan bahaya yang bisa saja terjadi pada diri tenaga kesehatan itu
sendiri.
Karena efek dari peningkatan stres dan keengganan dari dokter
untuk mencari bantuan profesional inilah yang dapat membuat seorang
dokter jatuh ke dalam kondisi presenteeisme. Presenteeisme adalah
kondisi di mana seseorang yang tetap bekerja walaupun dalam kondisi sakit
yang dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas, kesehatan yang
menurun dan menyebabkan perluasan ke daerah lingkungan kerja.
Dokter yang harus menjaga keseimbangan antara keselamatan
dirinya dengan kebutuhan dari pasien, keluarga dan rekan kerja dapat
menyebabkan adanya moral injury. Moral injury ini dapat terjadi apabila
dokter harus mengambil suatu keputusan yang melanggar ketentuan etis
4
pada pasien tersebut. Moral injury ini pun dapat berdampak pada
kesehatan mental dokter tersebut.
5
BAB III
PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM MENANGANI STRES
PADA PANDEMI COVID-19
6
atau perawat jatuh sakit, terdapat bantuan finansial dalam pengobatan
dokter dan perawat tersebut, serta bantuan finansial untuk keluarga tenaga
kesehatan. Selain itu, adanya keringanan dalam ancaman malpraktik juga
dapat membantu mengurangi stres dokter dan tenaga kesehatan lainnya
dalam era pandemi COVID-19 ini.
Selain itu, adanya pelatihan dan persiapan yang baik juga sangat
membantu meningkatkan kepercayaan diri tenaga kesehatan dalam
menghadapi pandemi COVID-19 ini yang dapat menurunkan tingkat stres
yang dihadapi oleh tenaga kesehatan dalam era pandemi ini. Adanya
gerakan yang menyuarakan anti-stigma juga sangat membantu tenaga
kesehatan untuk mengurangi stres yang mereka hadapi. Untuk mengurangi
stigma yang beredar dalam masyarakat, ada pula hal-hal yang dapat
dilakukan masyarakat untuk membantu mengurangi stres yang diterima
oleh tenaga kesehatan. Cara-cara ini dianjurkan oleh WHO kepada
masyarakat agar tidak panik berlebih yang akhirnya menyebabkan
munculnya stigma-stigma dalam masyarakat. Cara-cara yang dimaksud
adalah mengurangi menonton, membaca atau mendengarkan berita yang
menyebabkan masyarakat cemas atau tertekan, mencari informasi hanya
dari sumber terpercaya untuk mengambil langkah-langkah praktis dalam
mempersiapkan rencana perlindungan diri dari dampak COVID-19, dalam
upaya pencarian informasi terbaru mengenai COVID-19, lakukanlah pada
siang hari dan cukup hanya sekali atau dua kali sehari (mendengarkan atau
membaca laporan yang terus-menerus dapat menyebabkan cemas),
carilah fakta dan bukan rumor atau informasi yang salah (dengan
mengetahui fakta yang benar dan lengkap dapat mengurangi rasa takut
yang berlebihan), kumpulkanlah informasi dari situs yang terpercaya seperti
dari WHO dan Kemenkes RI, dukung upaya memperkuat cerita yang positif
dan penuh harapan, serta citra positif dari orang yang telah mengalami
Covid-19. Misalnya, kisah orang yang telah sembuh atau perjuangan
seseorang yang mendukung orang lain yang terdampak Covid-19. Serta
jangan lupa untuk terus menghargai dan mendukung perjuangan petugas
7
kesehatan sebagai garda kesehatan terdepan dalam menangani pandemi
COVID-19 ini.
Penelitian juga menunjukkan bahwa intervensi psikologis sangat
membantu dalam penanganan stres karena lingkungan kerja pada tenaga
kesehatan. Intervensi psikologis ini dinamakan mindfullness interventions
yang sangat dianjurkan untuk orang-orang yang memiliki tingkatan stres
yang tinggi atau bagi orang-orang yang berada di lingkungan kerja yang
memiliki tekanan stres tinggi. Pada intervensi ini, dikatakan bahwa adanya
kesadaran otomasis terhadap hal-hal negatif dapat meningkatkan stres.
Dengan intervensi ini, tenaga kesehatan diajak untuk menyadari dan
melihat hal-hal negatif tersebut sebagai hal-hal objektif yang mungkin
terjadi pada diri tenaga kesehatan tersebut. Dengan kesadaran ini, tenaga
kesehatan akan mampu untuk melihat dalam perspektif baru yang dapat
mengendalikan emosi dan kelakuan tenaga kesehatan tersebut, yang akan
membantu tenaga kesehatan tersebut untuk menangani stres yang ia
hadapi dalam lingkungan kerja dengan lebih baik.
8
BAB IV
KESIMPULAN
9
Stigma yang muncul di kalangan masyarakat ini muncul karena
kurangnya informasi yang diketahui mengenai virus COVID-19 ini, serta
karena banyaknya berita-berita palsu yang akhirnya hanya menimbulkan
kepanikan, kecemasan dan ketakutan pada masyarakat.
Kesehatan mental yang tidak baik pada tenaga kesehatan dapat
menyebabkan penurunan produktivitas saat bekerja. Tenaga kesehatan
juga dinilai cenderung enggan untuk mencari pertolongan dari tenaga
profesional mengenai masalah mental mereka.
Oleh karena itu, penting dilakukan penanganan terhadap kesehatan
mental tenaga kesehatan dalam era pandemi ini. Salah satunya adalah
dengan mengurangi pemaparan stres tinggi pada tenaga kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa terjaminnya finansial tenaga kesehataan
apabila tenaga kesehatan tersebut jatuh sakit sangat memegang peranan
penting dalam penurunan tingkat stres. Selain itu, kelonggaran dari
malpraktik, dukungan dari keluarga, lingkungan yang positif, rekan kerja
yang positif juga membantu tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkatan
stres. Selain itu, intervensi psikologis juga dapat dilakukan untuk tenaga
kesehatan yang bekerja di lingkungan stres tinggi, salah satunya adalah
dengan mindfullness intervention.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
https://www.unicef.org/documents/social-stigma-associated-
coronavirus- disease-2019
10. Feldman G, Greeson J, Senville J. Differential effects of mindful
breath- ing, progressive muscle relaxation, and loving-kindness
meditation on decentering and negative reactions to repetitive
thoughts. Behav Res Ther 2010; 48: 1002–11.
11. Imai H, Matsuishi K, Ito A, Mouri K, Kitamura N, Akimoto K, et al.
Factors associated with motivation and hesitation to work among
health professionals during a public crisis: a cross sectional study of
hospital workers in Japan during the pandemic (H1N1) 2009. BMC
Public Health 2010; 10: 672.
12