Anda di halaman 1dari 7

SKILL ASSESSMENT

Diajukan guna memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Epidemilogy

Dosen Pengampu : Ns. Apriana Rahmawati, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ade Ima Novikasari (012121016)


2. Bunga Putri Permata S (012121029)
3. Yakhya Masduki (012121002)
4. Umi Munawaroh (012121028)
5. Tri Winarsih (012121038)
6. Nurmiati Lasmaria S (012121043)
7. Bayu Wijaya (012121039)

UNIVERSITAS BINAWAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS B21
2022
A. Judul Jurnal : Dampak Psikologis Pandemi Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan: A Studi Cross-Sectional di Kota Pontianak
Penulis : Aziz Yogo Hanggoro, Linda Suwarni, Selviana, Mawardi
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi, jkmi@unimus.ac.id Volume 15, Nomor
2, November 2020

1. Article Summary :
Penyebaran Virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia telah
menyebabkan krisis kesehatan masyarakat yang luar biasa. Peningkatan
jumlah kasus yang dikonfirmasi dan jumlah kematian akibat COVID-19
menjadi tantangan yang besar bagi sistem pelayanan kesehatan setempat.
Ketika jumlah pasien dengan COVID-19 bertambah, semakin banyak sumber
daya kesehatan, termasuk petugas, tempat tidur dan fasilitas. Sumber daya
yang terbatas, berdampak pada munculnya tekanan dan kesusahan yang
besar, terutama petugas Kesehatan. Seluruh petugas kesehatan
dibandingkan dengan petugas kesehatan yang menghadapi tekanan yang luar
biasa akibat COVID-19, terutama yang berhubungan dengan dugaan atau
kasus yang dikonfirmasi, karena risiko infeksi yang tinggi, perlindungan yang
tidak memadai, kurangnya pengalaman dalam mengendalikan dan mengeloa
penyakit, waktu kerja yang lebih panjang, adanya umpan balik negative dari
pasien, stigma yang muncul, dan kurangnya dukungan sosial dari lingkungan
sekitar. Pemahaman beban psikologi yang lebih komprehensif pada petugas
kesehatan selama pandemi COVID-19 sangat penting untuk memberikan
dukungan psikologis yang mendukung, meningkatkan dan memperkuat
layanan kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dampak pandemi Covid-19 pada masalah psikologis (gangguan kecemasan,
depresi, dan insomnia) pada tenaga kesehatan di Kota Pontianak.
Penelitian ini bersifat Studi CrossSectional dilakukan pada 29 Juni – 4
Juli 2020 di tengah Pandemi Covid-19. Masalah psikologis diukur dengan
menggunakan the Generalized Anxiety Disorder Scale, Patient Health
Quationnaire-9, dan Insomnia Severity Index. Uji Pearson digunakan untuk
mengetahui korelasi antara masalah psikologis. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian Cross-Sectional dengan menggunakan kuesioner melalui
media sosial dengan platform googleform. Tenaga kesehatan yang
diikutsertakan dalam penelitian ini adalah dokter, perawat, tenaga kesehatan
masyarakat yang diundang menjadi partisipan sukarela dengan mengisi survei
online. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Univariat dan Analisis
Brivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi gejala kecemasan, depresi,
dan insomnia pada tenaga kesehatan selama pandemic Covid-19 di Kota
Pontianak adalah 57,6%; 52,1%; dan 47,9%. Tenaga kesehatan yang bekerja
menangani pasien positif Covid-19 cenderung lebih tinggi mengalami
kecemasasan, depresi, dan insomnia dibandingkan dengan yang tidak.
Persepsi tenaga kesehatan yang merasa berisiko terpapar Covid-19 signifikan
berhubungan dengan masalah psikologis seperti gangguan kecemasan,
depresi, dan insomnia. Kesimpulannya, pandemi Covid-19 berdampak pada
meningkatnya masalah psikologis (gangguan kecemasan, depresi, dan
insomnia) pada tenaga kesehatan.

2. Which of the following health outcomes could be studied using analytic study
design?
Prevalensi gejala kecemasan, depresi, dan insomnia pada tenaga
kesehatan selama pandemic Covid-19 di Kota Pontianak adalah 57,6%;
52,1%; dan 47,9%.
Hasil analisis univariate menunjukkan bahwa 11.2% bekerja di Rumah
Sakit Rujukan Covid-19, 66.1% merasa ada atau mungkin kontak dengan
suspek positif Covid-19, merasa terpapar Covid-19 (75.3%), dan 36.2%
bekerja sebagai garda terdepan penanganan pasien positif Covid-19. Selain
itu, sebagian besar mengalami depresi (ringan-sedang-berat) (52.1%),
kecemasan (ringan-sedang-berat) (57.6%), dan 47.9% mengalami insomnia
(ringan-sedang-berat).

3. Which of the following factors may affect the researchers assessment of


disease prevalence in their study population? chose all that apply?
Gangguan psikologis yang muncul pada tenaga kesehatan baik berupa
kecemasan, depresi maupun insomnia selama pandemic ini meningkat karena
muncunya perasaan cemas terhadap kesehatan pada dirinya dan pada
keluarganya. Didukung dengan tenaga kesehatan yang menjadi responden
dalam penelitian ini, mereka merasa berisiko terpapar Covid19 (75,3%). Hal
ini lah yang menjadi faktor yang meningkatkan rasa kecemasan yang ada.
Selain itu, stigma yang ada juga meningkatkan munculnya gangguan
psikologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu mendapatkan dukungan
yang besar dari berbagai pihak, termasuk pemerintah agar dapat mengurangi
gangguan psikologis yang terjadi.

B. Judul Jurnal : Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Tenaga


Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Covid-19
Penulis : Fadli, Safruddin, Andi Sastria Ahmad, Sumbara, Rohandi Baharuddin
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia DOI 10.17509/jpki.v6i1.24546

1. Article Summary :
Kejadian kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari sehingga
petugas kesehatan sebagai garis depan semakin tertekan karena
meningkatnya beban kerja, mengkhawatirkan kesehatan mereka, dan
keluarga. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas sebagai garda
terdepan penanganan, pencegahan, dan perawatan pasien Covid-19
mengalami kecemasan karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah ketersediaan alat pelindung diri. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi kecemasan petugas
kesehatan dalam pencegahan Covid-19. Penelitian kuantitatif mengunakan
metode obsevasional analitik dengan rancangan cross-sectional ini dilakukan
di tiga Rumah Sakit dan sembilan Layanan Kesehatan pada bulan April 2020.
Penentuan teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random
sampling dengan jumlah sampel 115 reponden. Uji pearson chi-square
dilakukan untuk menilai hubungan antara kecemasan dan usia, jenis kelamin,
status keluarga, kejujuran pasien, ketersediaan peralatan perlindungan
pribadi, dan pengetahuan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kecemasan tenaga kesehatan sebagai variabel dependen dan variabel
independen sebagai faktor penyebab yaitu pengetahuan, status keluarga, dan
ketersediaan alat pelindung diri. Masing-masing variabel independen
dievaluasi menggunakan analisis uji regresi logistik untuk menetukan variabel
yang paling berpengaruh.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh usia (p=0.024);
status keluarga (p=0.022); kejujuran pasien (p=0.034); ketersediaan alat
pelindung diri (0.014); pengetahuan (p=0.030) terhadap kecemasan petugas.
Dari hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel ketersediaan alat pelindung
diri yang paling berpengaruh terhadap kecemasan (r=0.517;CI=1.34-8.06),
yang artinya ketersediaan alat pelindung memilliki pengaruh 51.7% terhadap
kecemasan petugas kesehatan dalam upaya pencegahan Covid-19. Oleh
karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian yang sangat besar
kepada petugas kesehatan yang berada digarda terdepan dalam pencegahan
covid-19 terkait masalah kebutuhan alat pelindung diri sesuai protokol dari
WHO.

2. Which of the following health outcomes could be studied using analytic study
design?
Tingkat kecemasan yang dialami tenaga kesehatan adalah kecemasan
ringan (65,2%), sedangkan yang tidak mengalami kecemasan (20,0%).
Berdasarkan hasil kararteristik usia, hampir semua usia mengalami
kecemasan ringan yaitu usia ≤30 tahun (39,1%) dan usia >30 tahun (26,1%)
Faktor penyebab kecemasan pada tenaga kesehatan dapat dilihat dari
ketersediaan alat pelindung diri yang masih kurang dari kebutuhan, (47,8%)
mengalami kecemasan ringan, cemas sedang (11,3%), cemas berat (1,7%),
dan yang tidak mengalami kecemasan hanya (15,7%).
Sebagian besar tenaga kesehatan sudah memiliki istri dan anak, maka
ini adalah faktor penyebab mereka cemas ringan (46,1%). Lebih dari separuh
tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang baik tentang cara mencegah,
merawat, dan mengobati masalah Covid-19. Tetapi masih banyak yang
mengalami cemas ringan (53,9%), hal ini disebabkan oleh faktor kekhawatiran
terhadap keluarga dan ketersedian alat pelindung diri.

3. Which of the following factors may affect the researchers assessment of


disease prevalence in their study population? chose all that apply?
Tenaga kesehatan yang menjadi responden dalam penelitian ini,
sebagian besar yang sudah berkeluarga 83 orang (72,1%) sedangkan yang
belum berkeluarga 32 orang (27.8%). Inilah yang menjadi salah satu faktor
mereka mengalami kecemasan karena pada saat merawat pasien positif
Covid-19 ataupun melakukan pemeriksaan pada masyarakat yang memiliki
gejala Covid-19. Para tenaga kesehatan khawatir bahwa mereka akan
menularkan virus Covid-19 kepada keluarga.
Sebagain besar dari tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang baik
93 orang (80,9%) terhadap pencegahan penularan virus. Tetapi masih banyak
yang mengalami kecemasan ringan (53,9%). Mereka juga merasa terstigma
karena merasakan sendiri berhubungan dengan pasien yang terinfeksi virus.
Hal ini bisa saja dipengaruhi karena tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi,
termasuk waktu kerja yang lama jumlah pasien yang meningkat dan praktik
terbaik yang terus berubah seiring perkembangan informasi tentang Covid-
19.Maka dari itu, sangat diperlukan dukungan yang besar dari pemerintah
untuk penyediaan alat pelindung diri, pelatihan bagi tenaga kesehatan, serta
tambahan tunjangan kesehatan baik diri sendiri maupun keluarga.
1. Which of the following health outcomes could be studied using analytic study
design

Anggota keluarga penderita TB Paru kontak serumah yang tertular dan


kemudian menderita TB Paru (sakit) yang sedang aktif menjalani program
pengobatan TB Paru di Puskesmas Rangkah, Pacar Keling dan Gading Kota
Surabaya tahun 2015. Populasi kontrol yaitu anggota keluarga penderita TB
Paru kontak serumah yang sedang aktif atau selesai menjalani program
pengobatan TB Paru di Puskesmas Rangkah, Pacar Keling dan Gading Kota
Surabaya tahun 2015 yang tidak tertular atau tidak menderita TB Paru (tidak
sakit).

2. which of the following factors may affect the researchers assessment of disease
prevalence in their study population? chose all that apply?

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi penilaian jurnal ini adalah terdapat


perbedaan tindakan pencegahan pada keluarga yang kontak serumah dengan
penderita TB Paru. Sebagian besar kelompok kasus (anggota keluarga
penderita TB Paru kontak serumah yang tertular dan kemudian menderita TB
Paru) memiliki tindakan pencegahan penularan dengan kondisi kurang,
sebaliknya pada kelompok kontrol (anggota keluarga penderita TB Paru kontak
serumah yang sedang aktif atau selesai menjalani program pengobatan TB
Paru) memiliki tindakan pencegahan penularan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai