Anda di halaman 1dari 2

2.1.

Stress

2.1.1. Definisi

Semenjak ditetapkannya COVID-19 menjadi pandemi oleh WHO, pemerintah

pusat maupun daerah memiliki kewajiban untuk mengatur kebijakan-kebijakan dalam

menanggapi penghentian penyebaran virus korona agar tidak semakin meluas.

Namun dari kebijakan tersebut memiliki dampak yang baik maupun buruk di

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Stres merupakan suatu pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap

orang. Ada tiga teori mendasar yang menjelaskan bagaimana stres itu terjadi pada

manusia, yaitu stres model stimulus, stres model respons, dan stres model

transaksional. Ketiga teori tersebut menjelaskan apa yang dimaksud dengan stres dan

bagaimana sebenarnya stres itu terjadi pada individu. Stres dikatakan sebagai

stimulus ketika ada berbagai rangsangan-rangsangan yang menggangu atau

membahayakan. Stres dikatakan sebagai respons saat tubuh bereaksi terhadap

sumber-sumber stres. Stres dikatakan transaksional saat adanya proses

pengevaluasian darisumber stres yang terjadi (Gaon N T L, 2016).

Stress bisa dialami oleh anggota keluarga yang sakit dan yang meninggal

karena COVID-19. Protokol Kesehatan yang harus ditaati mengakibatkan tekanan

tersendiri bagi penderita dan keluarga yang tidak bisa merawat secara langsung.

Demikian juga dengan keluarga yang meninggal karena terkena virus corona, akan

mendapatkan tekanan tersendiri dari lingkungan sekitar, karena khawatir tertular

(Muslim, 2020).
2.1.2. Etiologi

IASC (2020) menyatakan penyebab tenaga kesehatan mengalami kecemasan

karena tuntutan pekerjaan yang tinggi, termasuk waktu kerja yang lama jumlah pasien

meningkat, semakin sulit mendapatkan dukungan sosial karena adanya stigma

masyarakat terhadap petugas garis depan, alat perlindungan diri yang membatasi

gerak, kurang informasi tentang paparan jangka panjang pada orang-orang yang

terinfeksi, dan rasa takut petugas garis depan akan menularkan COVID-19 pada

teman dan keluarga karena bidang pekerjaannya.

Tingkat keparahan gejala sebagian tergantung pada durasi dan luas karantina,

perasaan kesepian, ketakutan terinfeksi, informasi yang memadai, dan stigma, pada

kelompok yang lebih rentan termasuk gangguan kejiwaan, petugas kesehatan, dan

orang dengan status sosial ekonomi rendah (Brooks et al , 2020).

Kang et al (2020) juga menyatakan ketakutan khususnya pada peningkatan

risiko terpapar, terinfeksi dan kemungkinan menginfeksi orang yang mereka cintai

juga menjadi beban tersendiri. Banyak tenaga kesehatan harus mengisolasi diri dari

keluarga dan orang terdekat meski tidak mengalami COVID-19, hal ini keputusan

sulit dan dapat menyebabkan beban psikologis yang signifikan pada mereka.

Anda mungkin juga menyukai