PENDAHULUAN
Virus Corona atau yang biasa disebut COVID-19 ini pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, Cina, pada tanggal 31 Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat
cepat dan telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia dalam
waktu beberapa bulan saja. Dikutip dari CNBC Indonesia, pada hari Rabu tanggal 11
Maret 2020 Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom
Ghereyesus secara resmi telah mengumumkan bahwa Virus Corona (Covid-19) sebagai
pandemi global.
Virus corona jenis baru yang tengah menyerang masyarakat dunia saat ini
dalam istilah kedokteran disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV).
Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention, Virus Corona ini merupakan
jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan,
yang pertama kali terdeteksi muncul di Kota Wuhan, Tiongkok. Tepatnya di sebuah
pasar hewan dan makanan laut di Kota Wuhan. Dikutip dari BBC, koresponden
kesehatan dan sains BBC, Michelle Roberts and James Gallager mengatakan, di pasar
grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar seperti ular, kelelawar, dan
ayam. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari
manusia ke manusia.
Hingga saat ini jumlah kasus virus corona di dunia terus mengalami
peningkatan. Tercatat sebanyak 2.553.435 orang di dunia terinfeksi virus yang
menyerang saluran pernapasan tersebut. Dilansir dari situs data real time virus corona
Worldometers, jumlah pasien yang sembuh tercatat ada 688.639. Sementara jumlah
korban jiwa akibat Covid-19 mencapai 177.293. Sementara itu jumlah kasus Virus
Corona di Indonesia telah menembus angka 7.135 pasien pada hari Rabu, 22 April
2020. Sebanyak 5.677 pasien masih di rawat, 842 sembuh, dan 92 orang lainnya
meninggal dunia.
Penerapan PSBB diajukan oleh kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun
wali kota dan harus mendapat persetujuan dari menteri kesehatan sebelum dijalankan
masing-masing pemerintahan. Selain itu, penerapan PSBB juga bisa berasal dari
permintaan tim gugus tugas. Dalam aturan pedoman PSBB tersebut, pemerintah
membatasi aktivitas sekolah dan tempat kerja, kegiatan keagamaan, kegiatan di tempat
atau fasilitas umum. Kemudian, kegiatan sosial dan budaya serta moda transportasi.
Untuk kendaraan umum dan pribadi diminta membatasi jumlah penumpang, minimal
50 persen dari kapasitas biasanya. (Emitennews.com, 2020)
Dampak dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah salahsatunya membatasi
tempat kerja membuat sejumlah perusahaan mengambil beberapa kebijakan demi
menyelamatkan keberlangsungan perusahaan, seperti contohnya memperkejakan
karyawan di rumah, mengurangi gaji, bahkan sampai memutuskan hubungan kerja
(PHK) kepada karyawannya. Kebijakan itu diambil perusahaan karena menurunnya
produksi karena pandemi Covid-19. Seperti dilansir dari Medcom.id berdasarkan
keterangan yang diberikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita, bahwa
beberapa industri mengalami penurunan kapasitas (produksi) hampir 50%.
Fenomena PHK yang tengah marak pada kalangan industri disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya pelemahan ekonomi terkait turunnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar, naiknya upah minimum buruh yang menyebabkan kontrak buruh tidak
diperpanjang, dampak inflasi yang membuat sebagian besar perusahaan mengalami
kebangkrutan, serta kondisi krisis di beberapa negara. Situasi ini menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian akibat terhambatnya faktor produksi, sehingga
memberi dampak negatif PHK bagi para pekerja (Yustisia, 2015).
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta mencatat
sebanyak 162.416 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan
tanpa menerima upah atau unpaid leave oleh perusahaan selama pandemi Corona. Dari
jumlah itu, Andri menyebutkan, sebanyak 132.279 orang di antaranya dirumahkan
tanpa menerima upah oleh 14.697 perusahaan. Sedangkan 30.137 orang di PHK oleh
3.348 perusahaan. Menurut dia, data tersebut merupakan rekapitulasi laporan para
pekerja yang melapor ke Dinas hingga 4 April 2020. (metro.tempo.co)
Semenjak itu banyak pekerja yang cemas akan keberlangsung hidupnya, dan
jelas sangat mempengaruhi kondisi kesehatan mental. Menurut Looker & Gregson
(2005), sebagian besar individu akan mengalami stres ketika dihadapkan dengan PHK,
karena penghasilan yang didapat akan terhenti, terjadi penurunan kekuatan fisik,
adanya perasaan kesepian, dan berhenti dari berbagai kegiatan yang menyenangkan
dan hal ini mengakibatkan suatu perubahan dalam kehidupan seseorang dan
memerlukan suatu penyesuaian yang baru bagi individu.
1.2.1 Bagaimana gambaran perceived stress pada karyawan yang terkena PHK di
tengah pandemi Covid-19 ?
1.2.2 Bagaimana tingkat stress pada karyawan yang terkena PHK di tengah pandemi
Covid-19 ?
1.3 Pembatasan Masalah
Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan berikut berikut:
Secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stress
2.1.1 Definisi Stress
Perceived stress menurut Cohen dan Williamson (1988, dalam Geovani,
2016) yang menjelaskan bahwa perceived stress merupakan cerminan sejauh mana
seseorang menilai kejadian dalam hidupnya tidak terduga (unpredictable), tidak
terkontrol (uncontrollable) dan melewati batas atau berlebihan (overloading).
Selye (1976) pertama kali memperkenalkan stres sebagai gambaran respons
biologis untuk bertahan dan mengatasi ketidaksesuaian tuntutan yang dihadapi
dengan keadaan yang dialami. Stress merupakan keadaan yang dialami seseorang
ketika merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dan kemampuan
untuk memenuhi atau mengatasinya (Gregson & Looker, 2005).
Lumongga (2009) juga menggambarkan bahwa stress adalah bentuk
interaksi antara individu dengan lingkungan yang dinilai sebagai hal yang
membebani atau melampaui batasan ataupun kemampuan yang dimiliki, serta
mengancam kenyamanan dan kesejahteraan baik secara biologis, psikologis, dan
sosial. Stress merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental
terhadap suatu perubahan dalam lingkungan yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya merasa terancam kesejahteraanya.
Stress dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis
individu dalam mencapai suatu tujuan, dan dimana dalam proses mencapai tujuan
tersebut terdapat penghalang dan batasan (Robbins, 2001). Sedangkan Weinberg
dan Gould (2003) mendefinisikan stress sebagai ketidakseimbangan antara tuntutan
baik itu tuntutan fisik maupun psikis dengan kemampuan individu dalam
memenuhinya atau gagal dalam memenuhi kebutuhan/tuntutan tersebut dan
berdampak krusial.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress merupakan kondisi individu saat
mengalami situasi atau keadaan tertekan yang muncul akibat ketidaksesuaian
antara ekspektasi dan kenyataan sehingga muncul perasaan negatif karena adanya
ancaman terhadap kenyamanan dan kesejahteraan baik secara biologis, psikologis,
dan sosial.
2.2 Karyawan
2.2.1 Definisi Karyawan
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, pengeran Ketenagakerjaan adalah segala hal
yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja. Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah se ap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan
pada Pasal 1 ayat (3) pengeran pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia dan
sanggup, dan golongan ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri,
anggota keluarga yang tidak menerima bayaran serta mereka yang bekerja
untuk menerima bayaran/upah/gaji (Sumitro Djojohadikusumo, 1985:70)
Sedangkan pengertian tenaga kerja atau karyawan menurut Payman
(dalam Suparno, 2017: 372) definisi tenaga kerja penduduk yang berusia
antara 14 sampai 60 tahun adalah variabel dari tenaga kerja itu sedangkan
orang-orang yang berusia dibawah 14 tahun digolongkan bukan sebagai
tenaga kerja.
2.3 Pemutusan Hubungan Kerja
2.3.1 Defisini PHK
Pemutusan hubungan kerja didefinisikan sebagai berhentinya
hubungan kerja secara permanen antara perusahaan dengan karyawannya,
sebagai perpisahan antara perusahaan dan pekerja, perpindahan tenaga
kerja dari dan ke perusahaan lainnya atau berhentinya karyawan dari
perusahaan yang mengupahnya dengan berbagai alasan. Kuncoro
(2009:203).
Pemutusan Hubungan
Perceived Stress
Kerja
METODE PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008). Populasi dalam penelitian ini seluruh karyawan yang terkena Pemutusan
Huabungan Kerja (PHK) di daerah Jakarta.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh peneliti
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
2013). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sejumlah subjek
sebagai sampel dari populasi terntentu dengan karakteristik karyawan yang
terkena PHK di Jakarta
Saraswati, K. D. H. (2017). Perilaku Kerja, Perceived Stress, dan Social Support pada
Mahasiswa Internship. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. 1 (1):
216-222.
Gaol, N. T. L. (2016). Teori Stres: Stimulus, Respons, dan Transaksional. Buletin Psikologi.
24(1): 1-11.
Akbar, M. F. R., Rizki, A., Nur, M. (2018). Perceived Stress Level Among Madrasah
‘Aliyah Students During Examination Week. International Journal of Islamic
Studies and Humanities. 1(2):117-127.
Tan, S., & Yip, A. (2018) Hans Selye (1907-1982): Founder of Stress theory. Singapore
Medical Journal, 59(4), 170-171.
Owusu, G. A. & Tawia, M. A. (2014). Stress Management Among Senior Staff Female
Administrators in the University of Cape Coast. International Journal of
Academic Research in Progressive
Cohen, S.,Kamarok, T. & Mermelstein. R. (1983). Journal of Health and Social Behavior.
Wibowo, Ilham. 2 April 2020. Kapasitas Produksi Industri Manufaktur Indonesia Anjlok
50% https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/eN40OE7N-kapasitas-produksi-
industri-manufaktur-indonesia-anjlok-50
Shalihah, N. F. 2020. Total 1,9 Juta Pekerja Di-PHK dan Dirumahkan akibat Pandemi Virus
Corona. https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/19/081000465/total-19-
juta-pekerja-di-phk-dan-dirumahkan-akibat-pandemi-virus-corona?page=all
Manurung, M. Y. 2020. Ribuan Pekerja di Jakarta Kena PHK Selama Pandemi Corona
https://metro.tempo.co/read/1328262/ribuan-pekerja-di-jakarta-kena-phk-selama-
pandemi-corona/full&view=ok
Alfa, M. Z., Murni, S., & Roring, F. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemutusan
Hubungan Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Rayon Manado Utara. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(1).
Murni, S., Alfa, M. Z., & Roring, F. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemutusan
Hubungan Kerja Karyawan pada PT. Pln (Persero) Rayon Manado Utara. Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(1), 2898.
Azizah, R., & Dwi Hartanti, R. (2016). Hubungan antara tingkat stress dengan kualitas
hidup lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo Pekalongan.