Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DAMPAK PANDEMI TERHADAP PEREKONOMIAN DAN


BISNIS.
Kata pengantar
Puji dan syukur Tuhan yang Maha Esa atas selesainya makalah yang bertema
“Pengantar Bisnis”. Banyak kesulitan dan hambatan yang menulis hadapi yang
membuat tugas ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan
dari berbagai pihak sehingga mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik,

oleh karena itu penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis maupun materi, oleh karena itu, dengan kerendahan
hati saran dan kritik dari semua pihak yang membangun dan perbaikan makalah
ini, penulis mengaharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………………………..3

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………………….5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………………….6

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………………………….7

2.1 Penjabaran eksistensi pandemic yang mulai berkembang dan meluas di Indonesia……………….8

2.2 Aspek-aspek pandemi yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi…………………………………9

2.3 Dampak Positif Pandemi Bagi Indonesia……………………………………………………………………………….10

2.4 Dampak Negatif pandemi bagi Perekonomian dan Bisnis di Indonesia…………………………………11

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………….12

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………..13

3.2 Penutup………………………………………………………………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………………………….15
BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang

Coronavirus disease 2019 atau yang disebut juga dengan COVID-19 sebuah penyakit
mematikan yang awal kemunculannya sangat menggemparkan dunia. Berawal dari kota Wuhan
yang berada di Tiongkok lalu menyebar ke seluruh penjuru belahan dunia. Virus ini tidak hanya
memakan 1 atau 2 korban tapi beribu ribu korban dari berbagai dunia yang sudah terpapar virus
ini . Tentunya, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh dan dibiarkan begitu saja.

Wabah global virus yang telah menyebar ke berbagai benua dengan waktu singkat dan memakan
banyak korban ini bukan hanya merugikan masyarakat tetapi juga merugikan dunia. World
Health Organization (WHO) pun juga sudah menetapkan pandemi COVID-19 sejak 11 Maret
2020 yang lalu.

Pandemi sendiri itu apa sebenarnya?

Pandemi sendiri merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara,
umumnya menyerang banyak orang. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan
tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya saja.
Demi mencegah penularan virus berkelanjutan sampai diberlakukan lockdown di beberapa
negara, termasuk negara kita Indonesia.

Tak hanya merugikan dari sisi kesehatan saja, pandemi ini juga menjadi ancaman luar biasa bagi
perekonomian dunia dan negara-negara terdampak, bukan hanya bagi negara maju, Indonesia
pun turut terkena imbas. Dugaan dan ancaman resesi sudah didepan mata. Hal ini pula yg
menyebabkan pendapatan semakin menipis di tengah masyarakat karena kesulitan dalam hal
bekerja dan beraktivitas di luar rumah.

Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa virus corona sangat berdampak pada
perekonomian di Indonesia. Bukan hanya produksi barang saja yang terganggu, tetapi investasi
pun juga terhambat.

Beberapa contoh singkat dampak pandemi bagi perekonomian :

 Banyak barang menjadi mahal dan langka untuk dijumpai/ditemukan.


 Kunjungan para wisatawan mancanegara di Indonesia menurun karena adanya lockdown
 Rusaknya tatanan ekonomi di Indonesia, dan dampak-dampak lain yang akan dipaparkan
lebih lanjut di bab selanjutnya.
Rumusan Masalah

World Bank telah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan


melambat signifikan hingga 0 persen, jauh merosot di bawah realisasi pertumbuhan ekonomi di
tahun sebelum pandemi. Begitupun dengan pihak IMF yg juga memprediksi pandemi Covid
dapat memicu resesi ekonomi global. Hal ini pula yg menyebabkan begitu banyak dampak yg
terjadi pada perekonomian dan bisnis di negara terdampak, salah satunya di Indonesia.

Maka dari itu yg perlu diketahui dan ditelaah adalah:

1. Bagaimana awal pandemi dapat menyebar sangat cepat dan meluas?


2. Apa saja dampak buruk pandemi ini bagi perekonomian dan bisnis di Indonesia?
3. Apakah terjadinya pandemi ini juga terdapat dampak positif di dalamnya?
4. Seberapa besar aspek pandemi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?

BAB II
Pembahasan

2.1 Penjabaran Eksistensi Pandemi yang Mulai Berkembang dan Meluas di Indonesia

Dikutip dari BBC, koresponden kesehatan dan sains BBC, Michelle Roberts and James Gallager
mengatakan, di pasar grosir hewan dan makanan laut tersebut dijual hewan liar seperti ular,
kelelawar, dan ayam. Mereka menduga virus corona baru ini hampir dapat dipastikan berasal
dari ular. Diduga pula virus ini menyebar dari hewan ke manusia, dan kemudian dari manusia ke
manusia.

Sehingga penyebaran pun menjadi cepat dikarenakan akses warga asing dan lokal yang
berpindah-pindah negara ataupun sedang berada di negara tetangga menjadi cepat terjangkit
dikarenakan aktivitas satu sama lain, yang mengakibatkan salah satu warga Indonesia terinfeksi
dan sangat kecil kemungkinan untuk tidak menyebar di khalayak masyarakat Indonesia lainnya.

Dari pihak negara, pemerintahan dan warga Indonesia sendiri pun kesulitan mencegah hal ini
terjadi sehingga hal itulah yang menyebabkan eksistensi covid cepat menyebar di seluruh
pelosok Indonesia.

Cara penularan virus ini dari manusia ke manusia lain yaitu :

1. Transmisi dari cairan: air dapat membawa virus dari pasien ke orang lain yang berada
dalam jarak sekitar satu meter. Air yang dimaksud biasanya berupa cairan tubuh yang
keluar saat berbicara, batuk, dan bersin.
2. Transmisi dari udara: virus corona bisa menyebar dalam jarak jauh melalui udara. Cara
ini sama dengan cara virus flu, SARS, variola, dan norovirus menular dari satu orang ke
orang lainnya.
3. Transmisi kontak: virus dapat menular melalui kontak langsung dengan kulit atau selaput
lendir (seperti mata, lidah, luka terbuka, dan lain-lain). Transmisi juga bisa berlangsung
melalui darah yang masuk ke tubuh atau mengenai selaput lendir.
4. Transmisi dari hewan: orang yang mengolah, menjual, dan mendistribusikan hewan liar
yang membawa virus corona dapat tertular melalui kontak tersebut.
5. Kontak dekat dengan pasien: keluarga, orang yang tinggal serumah, petugas medis, atau
bahkan orang yang sempat berada dekat dengan pasien rentan untuk tertular.2.2 Aspek-
aspek Pandemi yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu hal yang menjadi faktor penting dalam menentukan
kemiskinan dan keberhasilan suatu negara beserta penduduknya, juga yang menghasilkan
sumber daya yg diperlukan bagi manusia dan lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat terlihat dari PDB dan pendapatan per kapita nya.
Namun, pertumbuhan ekonomi saja tidak menjamin pembangunan terhadap kehidupan manusia.
Terdapat faktor-faktor pendukung lain seperti tersedianya akses pendidikan, layanan kesehatan,
dan lain sebagainya. Tetapi dengan berkembangnya pandemi ini, beberapa faktor tadi menjadi
terhambat, seperti layanan kesehatan menjadi tidak terkendali karena meledaknya pasien covid,
banyak warga sakit …

2.2 Aspek-aspek Pandemi yang Berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi adalah suatu hal yang menjadi faktor penting dalam menentukan
kemiskinan dan keberhasilan suatu negara beserta penduduknya, juga yang menghasilkan
sumber daya yg diperlukan bagi manusia dan lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat terlihat dari PDB dan pendapatan per kapita nya.
Namun, pertumbuhan ekonomi saja tidak menjamin pembangunan terhadap kehidupan manusia.
Terdapat faktor-faktor pendukung lain seperti tersedianya akses pendidikan, layanan kesehatan,
dan lain sebagainya. Tetapi dengan berkembangnya pandemi ini, beberapa faktor tadi menjadi
terhambat, seperti layanan kesehatan menjadi tidak terkendali karena meledaknya pasien covid,
banyak warga sakit biasa menjadi tidak berani datang ke rumah sakit, produktivitas manusia
menjadi berkurang, banyak pekerjaan menjadi tidak terkontrol karena akses produksi dan
distribusi terbatasi.

Perekonomian akan mengalami ekspansi bila pertumbuhan ekonomi nya positif. Sebaliknya,
perekonomian mengalami kontraksi bila pertumbuhannya negatif.

Seperti yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Dari sisi produksi,
kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
sebesar 15,04 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi,
Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70
persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi
sebesar 14,71 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 mengalami kontraksi


pertumbuhan sebesar 2,19 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan
Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 13,42 persen. Dari sisi
pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam
sebesar 7,21 persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang
terkontraksi sebesar 13,52 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi


pertumbuhan sebesar 0,42 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam
terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 20,15 persen. Dari
sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 27,15 persen.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2020 didominasi oleh kelompok provinsi di
Pulau Jawa sebesar 58,75 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 2,51 persen. Dari data inilah dapat terlihat bahwa banyak aspek dari
pandemi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2.3 Dampak Positif Pandemi Bagi Indonesia

Pandemi covid 19, bagi orang awam yang mendengarnya pasti identik dengan hal-hal buruk dan
mengerikan yang terjadi. Memang benar pandemi banyak memberikan dampak buruk bagi
manusia, negara, dan kehidupan. Namun dibalik itu, pandemi juga memiliki beberapa dampak
positif. Masyarakat mungkin secara tidak sadar telah melaksanakan beberapa kebiasaan baru
yang justru malah baik dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain. Contohnya seperti saat
adanya covid, pemerintah mewajibkan 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga
jarak). Kemudian terdapat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), secara tidak langsung
akan mengurangi aktivitas diluar ruangan yang membebankan alam, seperti berkurang nya
penggunaan transportasi,…
2.4 Dampak Negatif Pandemi bagi Perekonomian dan Bisnis di Indonesia

1. KRISIS EKONOMI

Krisis ekonomi adalah keadaan dimana perekonomian di suatu negara mengalami penurunan
drastis, seperti terjadinya penurunan Produk Domestik Bruto serta naik turunnya harga karena
inflasi.

Dampak pandemi yg menyebabkan krisis ekonomi ini juga menyerang kondisi makro di
Indonesia, bisa dilihat dari beberapa kejadian yaitu :

1. Sektor pelayanan udara kehilangan pendapatan sekitar Rp. 207 miliyar dimana sekitar
Rp. 48 miliyar pendapatan yang hilang berasal dari penerbangan china
2. Jumlah wisatawan menurun sebanyak 6.800 per hari , khususnya wisatawan dari china
3. Menurut perhimpunan hotel dan restoran indonesia bahwa terjadi punurunan tingkat
okupansi hotel di indonesia sebanyak 50% sehingga terjadi penurunan jumlah devisa
pariwisata lebih dari setengah dibanding tahun lalu .

Berikut beberapa gejala yg terjadi saat Krisis Ekonomi muncul yaitu:

1. Jumlah pengangguran yang lebih tinggi dari jumlah tenaga kerja

Dalam data 2020, pandemi covid-19 telah membuat pengangguran bertambah sebanyak
7,07% atau 2,67 juta orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
pengangguran terbuka Indonesia sudah mencapai 9,77 juta orang pada kuartal III 2020.

2. Kenaikan harga pokok yang semakin meroket


Harga beberapa bahan pokok pada April 2020 menurun dibandingkan dengan harga pada
Februari 2020. Penurunana paling signifikan terjadi pada 25 Maret hampir disemua bahan
pokok seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang puitih, beras, gula, dan
telur. Sementara, harga tertinggi cabai rawit yakni Rp58,7 ribu per kg.

3. Penurunan nilai tukar yang tidak terkontrol

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tertekan pada perdagangan di tahun
2020. Menurut Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia
mematok nilai tengah rupiah pada tanggal 12 Oktober, yang berada di level Rp14.746.
Melemah dari level akhir pekan lalu Rp14.737. Sementara itu, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau yakni pada posisi 5.093,1. Penutupan
perdagangan ini menguat 39,43 poin atau 0,78 persen dibandingkan persentase yang lalu.

4. Melemahnya Konsumsi atau Daya Beli Masyarakat

Hingga saat ini, masyarakat mengalami penurunan daya beli yang sangat signifikan.
PPKM yang terus berlanjut dengan berbagai aturan pengetatan menghambat masyarakat
untuk aktivitas ekonomi.

Regulasi pengetatan diberbagai sektor dari aturan PPKM memberikan pengaruh terhadap
naik turunnya sektor ekonomi , penurunan pendapatan masyarakat di indonesia yang
berakibat pada kurangnya daya konsumsi di masyarakat luas .

salah satunya yaitu terjadinya inflasi ,

ketika terjadi inflasi atau kenaikan harga banyak masyarakat yang mengalami kesulitan di
karenakan pemasukan / penghasilan yang di peroleh masyarakat tidak relevan sehingga
menyebabkan turunnya permintaan konsumen akan barang dan jasa yang berimbas juga
terhadap produsen.
indikator pendapatan masyarakat menurun itu antara lain penurunan perdagangan industri
ritel, penurunan produksi usaha, penurunan nilai tukar petan, dan penurunan pendapatan
pekerja.

penurunan daya beli masyarakat itu sejalan dengan laju inflasi saat ini yang rendah
bahkan terkontraksi 0,1 persen pada Juli 2020, kontraksi alias deflasi 0,05 persen pada
Agustus dan September 2020.

Begitu juga pertumbuhan ekonomi menurun,bahkan mengalami kontraksi 5,32 persen


pada kuartal II 2020 dan diproyeksikan kembali kontraksi meski membaik mencapai 2
persen pada kuartal III 2020.

Permintaan jauh lebih kecil dari suplai, akibatnya harga turun karena permintaan turun.
Akibat dari penurunan daya beli itu direfleksikan di mana konsumsi dan investasi
mengalami kontraksi.

Dari jumlah itu, data yang sudah disaring melalui BPJS Ketenagakerjaan mencapai 2,14
juta pekerja terdampak dengan rincian pekerja formal dirumahkan mencapai 1,13 juta,
pekerja .

2. Melemahnya Konsumsi atau Daya Beli Masyarakat

Hingga saat ini, masyarakat mengalami penurunan daya beli yang sangat signifikan. PPKM
yang terus berlanjut dengan berbagai aturan pengetatan menghambat masyarakat untuk aktivitas
ekonomi.

Regulasi pengetatan diberbagai sektor dari aturan PPKM memberikan pengaruh terhadap naik
turunnya sektor ekonomi , penurunan pendapatan masyarakat di indonesia yang berakibat pada
kurangnya daya konsumsi di masyarakat luas .

salah satunya yaitu terjadinya inflasi ,

ketika terjadi inflasi atau kenaikan harga banyak masyarakat yang mengalami kesulitan di
karenakan pemasukan / penghasilan yang di peroleh masyarakat tidak relevan sehingga
menyebabkan turunnya permintaan konsumen akan barang dan jasa yang berimbas juga terhadap
produsen.
indikator pendapatan masyarakat menurun itu antara lain penurunan perdagangan industri ritel,
penurunan produksi usaha, penurunan nilai tukar petan, dan penurunan pendapatan pekerja.

penurunan daya beli masyarakat itu sejalan dengan laju inflasi saat ini yang rendah bahkan
terkontraksi 0,1 persen pada Juli 2020, kontraksi alias deflasi 0,05 persen pada Agustus dan
September 2020.

Begitu juga pertumbuhan ekonomi menurun,bahkan mengalami kontraksi 5,32 persen pada
kuartal II 2020 dan diproyeksikan kembali kontraksi meski membaik mencapai 2 persen pada
kuartal III 2020.

Meski diproyeksi terjadi perbaikan pada kuartal ketiga 2020, pertumbuhan ekonomi yang negatif
dalam dua kuartal berturut-turut merupakan resesi ekonomi.

Permintaan jauh lebih kecil dari suplai, akibatnya harga turun karena permintaan turun. Akibat
dari penurunan daya beli itu direfleksikan di mana konsumsi dan investasi mengalami kontraksi.

Sebelumnya, Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja


formal maupun informal yang terdampak Covid-19 mencapai lebih dari 3,5 juta.

Dari jumlah itu, data yang sudah disaring melalui BPJS Ketenagakerjaan mencapai 2,14 juta
pekerja terdampak dengan rincian pekerja formal dirumahkan mencapai 1,13 juta, pekerja formal
di-PHK 383 ribu dan pekerja informal terdampak mencapai 630 ribu orang. Saat ini kestabilan
harga bukan lagi menjadi satu-satunya yang menentukan keterjangkauan masyarakat terhadap
pangan. Pemerintah perlu memperhatikan daya beli yang menurun akibat pandemi Covid-19.

3.Perusahaan-perusahaan Banyak Mengalami Perubahan Sejak Pandemi

Pergerakan pasar modal yang berupa investasi akan sangat dipengaruhi oleh perusahaan. Ketika
PSBB terjadi banyak perusahaan-perusahaan kolaps. Jika dilihat pada masa pandemi,
perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal dan yang berperan di bidang pariwisata
semuanya negatif. Sehingga bila ditelaah, tidak hanya aspek finansial perusahaan yang terpukul
karena pandemi, namun juga aspek riil dan fundamental juga ikut terkena imbasnya. Jadi wajar
saja harga saham sempat jatuh atau bahkan sekarang harga saham performance nya tidak sebaik
sebelum terjadinya pandemi.

Meskipun banyak perusahaan-perusahaan yang tidak mampu bertahan di kondisi pandemi ini,
namun tidak menutup kemungkinan banyak perusahaan di bidang lain yang justru kinerjanya
membaik pada masa pandemi ini. Seperti perusahaan Telkomsel, XL, Indosat memiliki laba yang
luar biasa karena pemakaian internet selama Work From Home dan belajar dari rumah yang
semakin tinggi.

4. PERGESERAN POLA BISNIS DAN PENERAPAN POLA BISNIS YANG TIDAK BIASA
Pola transaksi antara pedagang dan pembeli terus mengalami perubahan, apalagi sejak
berkembangnya covid 19, terjadi pergeseran yang begitu cepat baik di sisi pembeli maupun
pedagang, oleh karena itu pelaku usaha harus menyesuaikan diri dengan cepat.

Pergeseran pola transaksi ini telah menjadi perhatian negara di berbagai belahan dunia, dalam
berbagai pertemuan antarnegara, mereka menyoroti pembukaan akses yang luas bagi pelaku
usaha kecil mikro dan menengah (umkm).

Model bisnis bukan hanya sebuah rencana bisnis yang mencatat visi-misi saja , model bisnis juga
membantu menciptakan cara mendapatkan profit.

Secara internal, model bisnis menentukan bagaimana organisasi bisnis akan dibangun agar usaha
yang dijalankan mampu terus tumbuh dengan baik.

secara eksternal, model bisnis membantu menentukan value apa yang ditawarkan kepada
konsumen dan bagaimana cara memperoleh laba dari usaha yang dijalankan.

Dengan menentukan model yang tepat, bisnis yang dibangun akan memiliki tujuan yang jelas ,
kita bisa tahu siapa saja konsumen yang menjadi target pasar kita dan bagaimana business
process harus dilakukan.

Maka dari itu, di era pergeseran ini model bisnis pun harus diatasi dengan cara yang berbeda.

Bagaimana supaya bisnis tetap berjalan walaupun dengan model bisnis yang berbeda?

Yaitu dengan memanfaatkan media digital sekitar, seperti:

1. Mempromosikan produk/jasa di media sosial seperti Instagram, tiktok, shopee dengan


menarik.

2. Membuat website official sebagai media informasi konsumen, untuk masukan, saran dan kritik
juga supaya pebisnis dapat menentukan dan tahu apa saja yang perlu diperbaiki dengan menurut
selera konsumen saat ini.

BAB III
PENUTUP
Tujuan

1. Makalah ini di buat untuk menginformasikan dampak pandemic yang terjadi di


dunia

2. Mengajak pembaca untuk berpikir secara kritis bahwa covid-19 bukan


penyakit/virus yang bisa di anggap remeh , karena selain mematikan virus ini juga
membawa dampak yang sangat berpengaruh bagi perekonomian dunia dan negara
serta bisnis / usaha di masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai