Anda di halaman 1dari 9

PERAN HUKUM DALAM MENCEGAH

PENULARAN COVID 19
PENGANTAR HUKUM INDONESIA

DOSEN PENGAMPUH:

FADLI YASSER ARAFAT DJUANDA

Disusun oleh:

YUSRIL I0121528
AGUSFRIN PRATAMA I0121529
MAIKA MALIKA IRFAN I0121530
RIFKA RUMEMBA I0121531
SALSABIL KARINA KAHARUDDIN I0121533
LINDA SARI I0121543
MUH ALRI I0121551

ILMU HUKUM A 2021

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan
sumbangan pikiran, baik berupa kritik maupun saran.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami selaku penyusun, merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

Majene, 06 Oktober 2021

Penyusun:

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. 2


DAFTAR ISI ........................................................................................ 3
BAB 1 ................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 4
C. TUJUAN MAKALAH ....................................................................... 4
BAB II................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................... 5
1. Corona virus (Covid-19) ................................................................. 5
2. Kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19...................... 6
3. Hukum sebagai rekayasa social .................................................... 8
4. Kedudukan surat edaran .............................................................. 8
BAB III................................................................................................ 9
PENUTUP ........................................................................................... 9
KESIMPULAN ..................................................................................... 9
SARAN................................................................................................ 9
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit virus corona (COVID 19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV-2. Sebagian orang yang tertular COVID-19 akan mengalamai gejalah
ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa penanganan khusus. Namun sebagian orang
akan mengalami sakit parah dan memerlukan penganan medis.
Virus corona atau Savere Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV-2) adalah
virus yang menyerang pernapasan. Virus Corona bisa menyebabkan ganguan ringan
padan system pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) pertama kalinya
ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan
sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua Negara, termasuk Indonesia hanya
dalam beberapa bulan. Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran
pernapasan, misalnya ketika berada diruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara
yang kurang baik, atau kontak langsung dengan droplet.

Hal tersebut membuat beberapa Negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan


lockdown dalam rangka mencegah penularan virus Corona. Di Indonesia sendiri,
pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Mengidentifikasi apakah kebijakan pemerintah selama pandemic ada


ketidakadilan didalamya?
b. Aturan selama pandemic yang menerapkan fungsi hukum social tools of
engineering!
c. Menjelaskan kedudukan surat edaran sebagai sumber hukum!

C. TUJUAN MAKALAH

a. Melatih penulis agar mampu meyususn tulisan ilmiah yang benar

b. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya

c. Memberi sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoiritis maupun praktis


BAB II

PEMBAHASAN

1. Corona virus (Covid-19)

Corona Virus (COVID 19)


Penyakit coronavirus (COVID 19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2. .Ada dugaan, virus corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Tapi
kemudian diketahui bahwa corona juga menular dari menusia ke manusia.
Infeksi COVID-19 pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China, akhir Desember 2019.
Kemudian virus ini menyebar hampir kesebagian besar Negara yang ada didunia,
termasuk Indonesia. Virus COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja. Efeknya akan sangat
berbahaya bahkan sangat fatal, jika terjadi pada lanjut usia, ibu hamil, orany yang
memiliki penyakit tertentu (komorbid), perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya
lemah.

a. Gejala Corona Virus


Gejala Coronavirus bervariasis, mulai dari flu biasa, hingga gangguan pernapasan berat
menyerupai pneumonia. Gejala Corona yang umum dialami mereka yang mengalami
infeksi coronavirus adalah:
• Demam tinggi disertai menggigil
• Batuk kering
• Pilek
• Hidung berair dan bersin-bersin
• Nyeri tenggorokan
• Sesak napas
Gejala virus corona tersebut dapat bertambah parah secara cepat den menyebabkan
gagal nafas hingga kematian. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala
infeksi virus 2019-nCoV dapat muncul mulai dua hari hingga 14 hari setelah terpapar
virus tersebut.

b. Penularan Corona Virus


Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada
saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda disekitarnya.
Kemudian jika orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi droplet tersebut,
lalu orang itu meneyentuh area wajah, seperti mata, hidung atau mulut maka orang
tersebut dapat terinfeksi COVID-19.
Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan
sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya.
2. Kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19

Virus corona tipe baru menjadi pandemic yang menyebar dengan cepat keberbagai
Negara. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia melakukan upaya dan mengambil
kebijakan penanganan virus corona.
a) Kesiap siagaan
Memasuki tahunm 2020, dunia diguncang oleh wabah yang menyebar dengan sangat
cepat keseluruh dunia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan
upaya dan mengambil kebijakan di penanganan corona virus. Salah satu tindakan
awal yang dilakukan oleh Presiden saat itu adalah dengan memerintahkan kedutaan
Indonesia di China untuk memberikan perhatian khusus terhadap WNI yang terisolasi
di Wuhan.
Selain tingkat pusat langkah siaga juga dilakukan pemerintah daerah dengan
menyiagakan 100 rumah sakit. Kesiagaan juga dilakukan di 135 bandara dan
pelabuhan internasional dangan memasang alat pendeteksi suhu tubuh.
Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan pengawasan ketat dijalur masuk ke
Indonesia dari Negara lain meliputi bandara, pelabuhan dan pos pintas batas darat.
Deteksi dini sebagai bentuk pengawasan dilakukan terutama untuk 19 area yang
memiliki akses langsung ke China, yakni Jakarta, Padang, Tarakan, Bandung, Jambi,
Palembang, Denpasar, Serabaya, Batam, dan Manado.
b) Jaga pertumbuhan ekonomi antisipasi pandemic
Dalam bidang ekonomi, pemerintah berusaha untuk menjaga pertumbuhan ekonomi
tahun 2020 tetap mencapai 5,3%. Kajian kementerian coordinator perekonomian
meninjukkan kemungkinan ekonomi bisa berkurang 0,1-0,3% dalam 6 bulan.
Berkaitan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi ini, sector pariwisata
merupakan bidang yang terdampak secara langsung akibat wabah corona. Untuk itu,
pemerintah menyiapkan insentif fiscal demi mendongkrak industry pariwisata yang
lesu akibat wabah corona. Insentif ini diharapkan akan mendorong maskapai
penerbangan, industry perhotelan, dan agenda perjalanan untuk memiliki tariff 30-
40% selama tiga bulan.
c) Babak baru penanganan Covid-19
Indonesia memasuki babak baru dalam pencegahan corona virus karena Presiden
Jokowi mengumumkan ada dua warga terjangkit virus corona dan sedang dirawat di
Rumsh Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. Dua kasus ini merupakan yang
pertama dilaporkan terjadi di Indonesia.
Akan tetapi, fakta lapangan menunjukkan bahwa penularan corona virus terjadi
sangat cepat. Dalam 11 hari setelah kasus pertama, jumlah kasus positif corona
mencapai 69 orang, 4 orang diantaranya meninggal dan 5 kasus sembuh. Penanganan
cepat diusahakan pemerintah dengan membentuk tim satuan tugas penanggulangan
covid-19 yang dipimpin langsung Presiden.
Berkaitan dengan langkah ini, pada tanggal 13 Maret 2020 Presiden menandatangani
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-29. Langkah stategis ini terutama dalam bidang kesehatan.
d) Pembatasan Sosial Berskala Besar
Untuk melindungi warga dari resiko penularan, Presiden Jokowi menetapkan
peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar melalui Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
mulai berlaku sejak 1 April 2020. Pemerintah daerah yang ingin memberlakukan PSBB
di daerahnya harus melalui persetujuan pemerintah pusat.
Dengan lonjakan penularan covid-19 yang semakin meninggi, pemerintah terpaksa
meliburkan sekolah, menutup tempat-tempat ibadah, dan tempat- wisata.
Tetapi, dengan adanya kebijakan tersebut mendapat banyak kritikan dari
masyarakat, karena dianggap tidak adil bagi masyrakat kecil, karena menjadi
penghalang masyarakat untuk mencari nafkah. Meskipun maksud dan tujuan
pemerintah demi kebaikan bersama.
e) Larangan mudik
Memasuki bulan Mei, penanganan Covid-19 mendapat tantangan besar. Pasalnya,
tanggal 24-25 Mei 2020 merupakan Hari Raya Idul Fitri. Sudah menjadi adat
kebiasaan masyarakat untuk melakukan mudi pada kesempatan itu. Padahal,
pemberlakuan PSBB di bebrapa daerah belum bisa dicabut sebab kasus positif Covid-
19 belum menunjukkan penurunan.
Untuk menantisipasi lonjakan pemudik yang memperbesar resiko penularan,
Presiden Jokowi segara melakukan rapat terbatas tentang pelarangan mudik.
Hasilnya, melalui saluran Sekretariat Presiden, imbauan untuk tidak melakukan
mudik diserukan oleh Jokowi. Semantara ASN, Presiden tidak hanya mengimbau
namun memberlakukan larangan mudik.
Selain larangan mudik, sejumlah daerah yang belum menrapkan kebijakan PSBB
mulai melakukan kebijakan itu. Hingga akhir Mei, Gugus Tgas Percebatan
Penanganan Covid-19 melaporkan sudah ada 29 wilayah yang menerapkan PSBB
yang terdiri atas 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota.
f) Normal baru
Tidak bisa dipungkiri dengan adanya pembatasan aktivitas masyarakat, maka
pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung mandeg. Demi mencegah situasi
ekonomi Indonesia semakin tidak kondusif, pemerintah mulai melakukan relaksasi
pembatasan social.
Untuk mengatur mobilitas warga dengan protocol aman, beberapa Dirjen dibawah
Kementerian Perhubungan segera mengeluarkan surat edaran yang mengatur
tranportasi darat, perkeretaapian, dan udara berdasarakan pada surat edaran No.7
Tahun 2020 Tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam masa adaptasi
kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman covid-19 yang dikelurakan
oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tanggal 6 juni 2020
Kebijakan pemerintah untuk menerapkan menerapkan normal baru ini diharapkan
berbarengan dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga protocol kesehatan
secara ketat sebab covid-19 belum sepenuhnya sirna.

3. Hukum sebagai rekayasa social

terjadi perubahan perilaku Perubahan perilaku bukan sekedar penerapan protocol


kesehatan seperti menjaga jarak dan memakai masker. Lebih dari itu, bagaimana
masyarakat membangun rekayasa social sehingga.

4. Kedudukan surat edaran

“Surat edaran dapat di uji jika kita merajuk pada Undang-Undang nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah Pasal 87 Huruf A yaitu “Penetapan
Tertulis yang Juga Mencakup Tindakan Faktual” dan Huruf E yaitu ‘ Keputusan
Yang Berpotensi Menimbulkan Akibat Hukum”
“Surat edaran dalam penanganan covid-19 tidak begitu efektif karena
masyarakat daerah harus memerlukan sosialisasi terkait adanya surat edaran
yang sudah dikeluarkan, lalu pilihannya harus berdamai atau bersama melawan
covid-19”
Terdapat beberapa catatan, salah satunya yaitu tidak sesuai bentuk formil
(Perbedaan penomoran, lambang Negara dan tanggal surat) sesuai dengan
peraturan kepala arsip dan peraturan terdapat 120 Surat Edaran. Bisa ditarik
garis kesimpulan bahwa surat edaran yang tersebar diberbagai kementerian
lembaga tak jarang pertentangan baik antara surat edaran.maupun aturan
atasnya itu masih ada, surat edaran dinilai menjadi aspek pengharapan yang
layak karena terangkat dari fakta dan bersifat bottom up. Kedepannya perlu
diatur parlemen menteri surat edaran, karena masih banyak surat edaran yang
memiliki materi muatan peraturan perundang-undangan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pandemic covid-19 bukanlah penghalang untuk menegakkan hukun yang tegas dan adil. Covid-
19 mestinya dapat menjadi momen untuk menyadari kelemahan dalam suatu bidag hukum,
walaupun salah satu tantangan terberatnya ialah kultur pelayanan yang belum merata oleh
semua aparat penegak hukum. Kita sebagai mahasiswa harus mampu membangun sejak dini
jiwa kadilan dalam diri kita.

SARAN

Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan upaya
peningkatan diskusi terhadap pemuda sebagai salah satu cara memaksimalkan potensi generasi
dalam membentengi dirinya dari radikalisme yang berkembang.

Anda mungkin juga menyukai