PENDAHULUAN
Menjelang akhir tahun 2019 Virus Corona atau bisa disebut Covid-19 menyerang Wuhan
China. Pada saat yang bersamaan beberapa negara termasuk Indonesia yang menganggap
fenomena tersebut adalah hal yang biasa saja. Akan tetapi, pada awal Tahun 2020, Covid-19
Pandemi Covid-19 merupakan suatu fenomena yang sangat luar biasa, Covid-19 adalah infeksi
virus yang sangat berisiko karena sangat mudah menyebar dan dapat menyebabkan kematian.
Bahkan penyebaran infeksi virus ini masih belum jelas. Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Agung Sugihantoro, M.Kes mendapat kabar
dari Pemerintah China terkait tanda-tanda penularan Virus Corona (Covid-19) dari satu manusia
ke manusia lainnya. Per 21 Januari 2020, 218 warga China terjangkit Virus Corona, dengan 4
orang meninggal. Fenomena Covid-19 seperti infeksi virus yang memicu Sindrom Pernafasan
Akut Parah, atau SARS. Sehingga mulai akhir Januari sampai awal Februari, keberangkatan dari
Covid ini merupakan keluarga besar infeksi virus yang menyebabkan penyakit ringan
hingga berat, misalnya flu biasa atau pilek biasa dan penyakit serius seperti MERS (Middle East
Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Penularannya masih
belum jelas, tetapi diperkirakan dari hewan ke manusia karena kasus yang muncul di Wuhan
semuanya memiliki riwayat yang berhubungan dengan pasar hewan Huanan. Dengan berbagai
kasus yang terkonfirmasi positif terserang virus covid dan setelah diobservasi dapat menularkan
https://lib.mercubuana.ac.id/
melalui droplet atau cipratan air liur saat batuk yang melaui media seperti tangan, udara bahkan
media lainnya.
Fenomena virus Corona ini mulai menyerang Indonesia sejak awal tahun 2020 pada
bulan Februari. Banyaknya kasus positif virus Corona yang melonjak sangat signifikan dari hari
ke hari. Hingga kasus tenaga medis di Indonesia dari dokter, perawat sampai tenaga medis
lainnya di Indonesia yang meninggal karena covid-19 merupakan angka tertinggi di dunia.
Menurut Idhom (2020) tingkat serangan virus corona baru pada per awal mei 2020 mencapai
level tertinggi sejak pasien pertama diumumkan. Secara global kasus terkonfirmasi 36.754.395,
kasus meninggal 1.064.838, dan 2,9% angka kematian. Ada sebanyak 215 negara terjangkit dan
179 negara transmisi lokal. Di Indonesia 2.283.369 kasus dengan Spesimen diperiksa, 1.954.417
kasus negative (85,6% specimen), dan 328.952 kasus terkonfirmasi positif , 11.765 kasus
meninggal akibat covid-19. Namun ada panderita covid-19 yang sembuh sebanyak
251.481(76,4%) kasus sembuh dan 65.706 (20%) kasus aktif, sedangkan masih ada 151.652
2020).
Kondisi ini membuat semua orang khawatir akan kesehatannya, sehingga pemerintah
memberikan strategi seperti Work From Home (WFH) untuk pekerja, Kelas Online untuk pelajar,
Covid. Bahkan pemerintah memberlakukan tata cara 3M atau bisa dikatakan dengan memakai
masker, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan menjaga jarak minimal
1-2 meter.
Bagi pekerja yang bukan dibidang jasa dapat menjalankan tanggung jawabnya atau
pekerjaannya dari rumah sesuai imbauan pemerintah, untuk memutus rantai penyebaran COVID-
https://lib.mercubuana.ac.id/
19. Bagaimanapun, ada banyak kantor atau organisasi yang berpartisipasi dalam administrasi
yang harus tetap bekerja, tidak dapat mengurus pekerjaan dari rumah atau bekerja dari rumah,
Tenaga medis yang bekerja di area bantuan selama pandemi Covid-19 sebagian besar
diliputi kekhawatiran atas kesehatan diri mereka sendiri dan keluarga mereka, dan tidak dapat
dipisahkan dari kewajiban mereka sebagai tenaga medis. Meski kemungkinan tertular bukan
hanya dari lingkungan kerja, penularan Covid bisa dari keadaan di luar pekerjaan bahkan dari
jalan. Penyebaran virus corona terbagi menjadi beberapa kelompok, yang awalnya hanya ada di
sekelompok daerah rekanan. Penyebabnya, komunikasi itu rutin dilakukan mulai dari keluarga
yang harusnya sering berkomunikasi di rumah, kemudian kelompok kantoran yang menjelang
awal pandemi melakukan kegiatan WFH sampai dimulainya lagi work from office yang
menyebabkan semakin luas penyebarannya. Semakin tinggi jumlah pasien positif COVID-19
mempengaruhi fasilitas kesehatan menjadi penuh untuk membantu pengobatan pasien COVID-
19. Penyebarannya juga berdampak pada tenaga medis, sehingga menambah jumlah pasien
Banyaknya tenaga medis yang terserang virus corona mengkhawatirkan tenaga medis
yang tidak terinfeksi virus corona. Setiap individu yang terserang dampak virus corona tentu
bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan rutinitasnya, karena harus menjalani masa isolasi,
infeksi virus ini masih menjadi bahaya bagi individu yang tidak terkena dampak Covid. Banyak
efek yang ditimbulkan pada individu yang terkena dampak COVID-19, misalnya dijauhi dari
lingkungan,ada yang mengucilkan bahkan sampai diusir dari lingkungantempat tinggal. Hingga
kesehatan psikologis korban COVID-19 bisa terganggu, karena minimnya aktifitas dan interaksi
https://lib.mercubuana.ac.id/
yang boleh dilakukan demi menunjang kesehatannya kembali. Dalam keadaan sulit seperti ini,
dukungan sosial sangat dibutuhkan sebagai salah satu alasan agar para korban COVID-19 dan
tenaga medis dapat resiliens dimasa pandemi Covid-19 ini. Dukungan sosial sangat diperlukan
bagi penderita Covid-19 dan tenaga medis, karena apabila penderita Covid -19 memiliki
dukungan sosial yang besar, sehingga pendeita maupun tenaga medis dapat bangkit dan mampu
untuk bertahan meskipun mereka dihadapkan pada titik-titik sulit karena pandemi Covid-19
Tidak hanya individu yang terkena dampak COVID-19 saja yang khawatir, banyak
tenaga medis lainnya juga khawatir akan kesehatan mereka sendiri dan keamanan keluarga
mereka untuk menghindari Covid-19. Secara konsisten, semakin banyak individu yang terkena
dampak COVID-19 dari tenaga medis itu sendiri, seperti menunggu giliran siapa yang akan
diisolasi selanjutnya. Beberapa tekanan yang dialami tenaga medis mulai dari lingkungan sosial,
pekerjaan, dan keluarga. Tekanan dari lingkungan masyarakat tenaga medis dinilai negative,
bahwa tenaga medis bersinggungan dengan virus Covid-19 dan membawa virus tersebut ke
dalam lingkungan mereka. Tekanan dari dalam pekerjaan tenaga medis dituntut untuk berhati-
hati saat bertugas dan tepat dalam menangani kasus. Sedangkan dalam keluarga tenaga medis
dituntut untuk tidak tertular virus Covid-19 maka ketika pulang sesampainya di rumah tidak
menulari keluarganya, hal-haltersebut yang dapat membuat tenaga medis merasakan tekanan dan
stress. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus dan Folkman ( Evanjeli, 2012) yang mengatakan
bahwa tekanan adalah suatu kondisi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu faktor yang
dapat mengurangi tekanan adalah kemampuan bertahan (resiliensi). Demikian pula dengan
pentingnya resiliensi untuk situasi ini seperti yang dikatakan oleh Rutter (Isaacson 2002) yang
menjelaskan bahwa orang yang resiliens adalah orang-orang yang secara efektif dapat
menghadapi kesulitan, mengatasi tekanan dan stres, dan dapat bangkit dari kondisi sulit tersebut.
https://lib.mercubuana.ac.id/
Maka dari itu resiliensi sangat dibutuhkan untuk setiap orang ditengah masa pandemic seperti
ini, khususnya tenaga medis yang berada dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Sebuah asosiasi yang sebagian besar dapat disinggung sebagai sebuah organisasi.
Organisasi atau asosiasi yang merupakan unit sosial yang direncanakan secara sengaja, memiliki
individu dari banyak orang dan bekerja dalam latihan dasar yang cukup gigih untuk mencapai
tujuan bersama. (Robbins dan Hakim, 2008). Pada saat sebuah organisasi atau asosiasi ingin
mencapai tujuannya, asosiasi tersebut sebenarnya membutuhkan komitmen dari individu atau
kualitas Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap asosiasi membutuhkan SDM
yang dapat bekerja secara ideal dan andal untuk mengimbangi dan meningkatkan efisiensi.
Karena hasil apa pun dalam bekerja pada kualitas dan efisiensi umumnya mencakup perwakilan
dalam pembentukan atau asosiasi tersebut, menurut Robbins dan Hakim (2008). Dalam hal ini
organisasi yang dimaksud adalah Rumah Sakit X yang beberapa tenaga medisnya akan menjadi
Akan tetapi dimasa pandemic covid saat ini, tenaga medis yang bekerja di suatu
perusahaan atau organisasi, seperti mendapat ancaman akan kesehatan, perasaan tidak nyaman
dan ketakutan akan terserang virus tersebut pun semakin kuat karena sejak awal pandemic covid-
19 jumlah penderita covid-19 semakin meningkat dari yang mereka tangani. Disisi lain mereka
masih harus bertahan dan bertanggung jawab akan kewajibannya sebagai tenaga medis.
Sesuai dengan Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa resiliensi adalah
kapasitas individu untuk bertahan, menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menekannya, mampu
mengatasi dan melalui, serta mampu untuk pulih kembali dari keterpurukan. Seseorang yang
dapat bertahan dalam setiap tekanan dalam kehidupannya sehari-hari disebut orang yang
memiliki resilien (Ana Setyowati, 2010). Untuk membuat kehidupan yang lebih baik, maka
https://lib.mercubuana.ac.id/
tenaga medis harus mampu untuk mengatasi tekanan psikologis maupun fisik akibat dari
pandemi COVID-19. Dengan resiliensi yang besar tentunya kehidupan seseorang akan lebih
sejahtera, seseorang yang memiliki resiliensi yang baik bisa jadi dipengaruhi oleh keyakinan
yang kuat untuk mencapainya, jika keyakinan seseorang tidak menentu akan dapat membuat
kinerja tidak stabil, sedangkan untuk mencapai resiliensi yang baik dibutuhkan keyakinan yang
Lazarus (2010) Resiliensi dilihat oleh para ahli sebagai kemampuan untuk merespon
secara fleksibel untuk mengubah kebutuhan situasional dan kemampuan untuk bangkit dari
pengalaman emosional yang negatif. Salah satu yang mempengaruhi tumbuhnya resiliens pada
manusia adalah dukungan sosial dari lingkungan sekitar, dimulai dari keluarga dan teman.
Young (2006) mengungkapkan bahwa ada dua jenis dukungan sosial, yaitu dukungan
sosial yang dirasakan atau diterima oleh individu (received support) dan dukungan yang
dipersepsikan (perceived support). Penelitian ini berpusat pada mendapat dukungan dimana
dukungan sosial dilakukan dengan menghitung berdasarkan bentuk atau jumlah dukungan social
yang diberikan orang lain. Dukungan sosial yang diperoleh seseorang dapat muncul dari
keluarga, sahabat, rekan kerja, jaringan atau perkumpulan yang diikutinya (Sarafino, 2008). Jenis
dukungan sosial yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan orang lain dan dikaitkan
dengan lingkungan sosial merupakan elemen penting yang berhubungan dengan tingkat
kemajuan individu dalam mencapai resiliensi (Hendrickson et. al., 2018). Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikatakan bahwa ketika bantuan sosial yang didapat cukup, melalui ikatan
persahabatan yang terjalin dengan orang lain, maka akan mempengaruhi kehidupan individu
Penelitian yang dipimpin oleh Setiawan dan Pratitis (2015) menyatakan bahwa dukungan
https://lib.mercubuana.ac.id/
sosial memiliki hubungan positif dengan resiliensi dimana jika dukungan sosial tinggi, resiliensi
juga secara umum akan tinggi, begitu pula sebaliknya jika dukungan sosial rendah, resiliensi
juga rendah. Terlebih lagi, satu tinjauan lagi yang dipimpin oleh Tampi (2003) menemukan
bahwa dukungan sosial memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat resiliensi
seseorang.
Dukungan sosial diperlukan oleh siapa saja dalam kehidupan bermasyarakat karena
manusia diciptakan sebagai makhluk yang sosial. Pentingnya dukungan sosial di sini mengacu
pada pengakuan, rasa aman, kepedulian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh seseorang
dari orang lain atau kelompok, pernyataannya adalah sebagai berikut: “Social Support is
generally used to refer to the perceived comfort, caring esteem or help a person receives from
Mengingat penelitian Resilience yang ditulis oleh Eva (2014) menjelaskan bahwa, subjek
untuk mencapai resiliensi memerlukan beberapa perspektif dan elemen untuk menumbuhkan
resiliensi, penggunaan efikasi diri dan dukungan dari lingkungan sekitar sangat mempengaruhi
resiliensi dari subjek. Penelitian lainnya mengenai dukungan sosial dan resiliensi yang dilakukan
oleh Alaiya (2017) menyimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan dan
efikasi diri individu yang tinggi, maka resiliensi individu akan semakin kuat, begitu juga
sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti membuat penelitian ini guna ingin
menguji kembali mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi dengan subjek
tenaga medis. Juga berdasarkan dari kasus yang terjadi di RS X, dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti terhadap tenaga medis yang menangani kasus ini 85% tenaga medis
pernah terpapar virus ini, begitupun mereka khawatir keluarganya akan terpapar virus ini, dengan
https://lib.mercubuana.ac.id/
berbagai cara mereka melindungi diri dan keluarganya dari virus ini. Para tenaga medis
mendapatkan dukungan dari RS, salah satunya berupa fasilitas penjaminan kesehatan juga
pemberian vitamin setiap minggunya guna mencegah terpapar dari virus ini. Penelitian yang
dilakukan ini dikhususkan bagi tenaga medis yang berada di ruang lingkup pekerjaan dalam
kondisi pandemic covid-19, yang mana pekerjaannya memiliki resiko lebih besar sebagai garda
terdepan dalam penanganan kasus covid-19 secara psikologis serta beberapa hal yang dialami
oleh tenaga medis bahwa dukungan sosial yang mereka terima sebagai salah satu cara untuk
Berdasarkan pemaparan diatas, maksud dan tujuan penulis dalam penelitian ini ingin
mengetahui “Hubungan Dukungan Sosial dan Resiliensi pada tenaga medis RS X dimasa
pandemi Covid-19” .
Dari penjelasan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu “Apakah ada
hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat resiliensi pada tenaga medis RS X dimasa
pandemi covid-19?”
Dengan melihat rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui
hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada tenaga medis ditengah masa pandemi
A. Manfaat Teoritis
https://lib.mercubuana.ac.id/
Penelitian ini dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai hubungan social
dan resiliensi pada tenaga medis yang masih tetap menjalankan pekerjaannya di tengah
B. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan mampu memberikan evaluasi bagi orang-
orang terdekat tenaga medis terkait dukungan social yang diberikan memliki
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi tenaga medis terkait
pentingnya dukungan social agar tenaga medis dapat mencapai resiliensi dan berguna
bagi tenaga medis dalam mencari dukungan social dari lingkungan terdekatnya agar
https://lib.mercubuana.ac.id/