Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fatacha Syifa Muflicha

NPM : 130110200209
Prodi : Pendidikan Dokter
Tugas : Essay ”Masalah kesehatan/kedokteran yang teridentifikasi dalam blok planet, people,
and prosperty”

Strategi Penanganan Covid-19 di Singapura yang Dapat Diterapkan di


Indonesia

Pada tanggal 31 Desember 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendapat


informasi tentang sekelompok kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya, yang
terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada 12 Januari 2020, diumumkan bahwa virus
corona baru telah diidentifikasi dalam sampel yang diperoleh dari kasus dan analisis awal urutan
genetik virus menunjukkan bahwa inilah penyebab wabah. Virus ini disebut sebagai SARS-CoV-
2, dan penyakit terkait sebagai COVID-19. Per 16 Oktober 2020 (10:00 CET), lebih dari 38,5
juta kasus telah didiagnosis secara global dengan lebih dari satu juta kematian. Dalam 14 hari
hingga 16 Oktober, lebih dari 4,5 juta kasus dilaporkan (Pusat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Eropa, pembaruan situasi di seluruh dunia). Dasbor virus korona WHO memiliki
informasi negara demi negara. Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Inggris diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial, dan tersedia di dasbor visual.
Coronavirus adalah keluarga besar virus dengan beberapa penyebab penyakit yang tidak
terlalu parah, seperti flu biasa, dan lainnya menyebabkan penyakit yang lebih parah, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Coronavirus Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Sumber wabah zoonosis belum diidentifikasi, tetapi penyelidikan sedang berlangsung.
SARS-CoV-2 terutama ditularkan di antara orang-orang melalui jalur pernapasan (droplet dan
aerosol) dan kontak. Risiko penularan paling tinggi di tempat orang-orang berada dalam jarak
dekat (dalam jarak 2 meter). Penularan melalui udara dapat terjadi di lingkungan kesehatan dan
perawatan di mana prosedur atau perawatan pendukung yang menghasilkan aerosol dilakukan.
Penularan melalui udara juga dapat terjadi di ruang dalam ruangan yang berventilasi buruk,
terutama jika individu berada di ruangan yang sama bersama-sama untuk waktu yang lama. Saat
ini, penularan dari manusia ke manusia terjadi secara ekstensif. Oleh karena itu, tindakan
pencegahan untuk mencegah penularan dari manusia ke manusia tepat untuk kasus yang
dicurigai dan dikonfirmasi (lihat panduan pencegahan dan pengendalian infeksi). Selain sekresi
pernapasan, SARS-CoV-2 telah terdeteksi dalam darah, feses, dan urin.
Gambaran klinis COVID-19 muncul dengan berbagai gejala dengan tingkat keparahan
yang berbeda-beda. Infeksi asimtomatik juga sering terjadi meskipun frekuensinya tidak
ditentukan. Gejala yang lebih umum adalah demam, batuk baru dan terus menerus, sesak napas,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, anosmia (kehilangan penciuman) dan ageusia (kehilangan
rasa). Gejala nonspesifik termasuk sesak napas, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mialgia,
sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat, diare, mual dan muntah. Gejala atipikal,
seperti mengigau dan berkurangnya mobilitas, dapat muncul pada orang yang lebih tua dan
dengan gangguan kekebalan, seringkali tanpa disertai demam.
Dari orang yang mengalami gejala, data saat ini menunjukkan bahwa 40% memiliki
gejala ringan tanpa hipoksia (masalah dengan kadar oksigen dalam darah) atau pneumonia, 40%
memiliki gejala sedang danpneumonia tidak berat, 15% memiliki penyakit yang signifikan
termasuk pneumonia berat , dan 5% mengalami penyakit kritis dengan komplikasi yang
mengancam jiwa. Penyakit kritis termasuk sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), sepsis,
syok septik, penyakit jantung, kejadian tromboemboli, seperti emboli paru dan kegagalan multi
organ. Ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa individu yang menderita COVID-19
ringan atau berat dapat mengalami gejala yang berkepanjangan atau mengalami komplikasi
jangka panjang. Lihat panduan efek kesehatan jangka panjang untuk informasi lebih lanjut
tentang gejala yang sering dilaporkan dan layanan yang tersedia untuk memulihkan pasien
COVID-19. Risiko penyakit parah dan kematian lebih tinggi pada orang yang lebih tua, pria, dari
daerah tertinggal atau dari etnis non-kulit putih tertentu. Kondisi kesehatan tertentu yang
mendasari, serta obesitas, meningkatkan risiko pada orang dewasa. Bayi dan anak-anak
umumnya tampak mengalami gejala yang lebih ringan daripada orang dewasa dan diperlukan
bukti lebih lanjut tentang hubungan antara kondisi yang mendasari dan risiko penyakit COVID-
19 pada anak-anak.
Akibat pandemi coronavirus ini berdampak di berbagai aspek seperti ekonomi,
pendidikan, kesehatan, dan sosial. Sektor ekonomi mengalami dampak serius akibat pandemi ini.
Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh juga pada perekonomian, seperti mereka mau
makan apa jika mereka terus menerus berdiam diri dirumah dan tidak bekerja. Dalam hal ini,
sebenarnya pemerintah sudah mengambil keputusan yang baik untuk masyarakatnya, namun bisa
dibilang bahwa pemerintah di Indonesia kurang fokus pada penanganan covid-19 ini, kita bisa
lihat di Wuhan yang pertama kali terjangkit, namun pemerintahnnya dapat mengatasi dan
mencegah virus tersebut dengan cepat dan juga masyarakat mereka bisa kembali melakukan
aktivitas sehari-hari dan kehidupan mereka kembali normal. Masyarakat Indonesia yang
bertanya mengapa negara lain bisa menyelesaikan kasus ini sedangkan Indonesia tidak mampu
keluar dari kasus ini. Karena pemerintahan di Indonesia tidak bisa melakukan strategi untuk bisa
keluar dari virus covid-19 seperti yang di lakukan negara lain yaitu berhasil keluar. Maka dari itu
kita harus saling mendukung dari segi pemerintah, tenaga medis, aparat sipil, dan masyarakat
agar cepat terselesaikan kasus ini. Semua kalangan juga harus mematuhi aturan pemerintah agar
pemutusan rantai penularan dapat berhasil yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan seperti 3M
(memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak).
Dampak coronavirus terhadap pendidikan juga sangat serius karena siswa diharuskan
belajar di rumah dan menggunakan metode daring. Tetapi tidak semua siswa mempunyai
ataupun mampu memli gadget, ada juga beberapa yang wilayah tempat tinggalnya sulit untuk
mengakses internet, Dan juga banyak siswa yang mengeluh akibat kouta internet. Bagi siswa
pembelajaran daring ini tidak efektif karena banyak macam masalah yang menghambat
terlaksananya efektivitas
Kemudian dampak terhadap kesehatan adalah kurangnya fasilitas kesehatan seperti
masker, APD, dan sarung tangan. Hal ini juga berdampak atau berpengaruh bagi nyawa dokter
dan perawat yang menangani pasien covid-19 karena fasilitas kesehatan yang mereka gunakan
pada saat pasien covid kurang memadai. Seharusnya pemerintah harus siap dengan
perlengkapan lengkap untuk tim medis agar dapat menjalankan tugas dan merawat pasien yang
terjangkit dengan baik dan juga agar penularan virus Covid-19 tidak mudah menyebar.
Ada beberapa solusi mengenai permasalahan yang terjadi sekarang mulai dari kesehatan,
pendidikan, ekonomi, dan masalah sosial. Apabila dilihat dari aspek kesehatan solusi yang
memungkinkan yaitu mengirimkan dokter muda dan dokter militer ke pelosok untuk menangani
wabah covid, mengapa yang dikirimkan dokter dokter muda karena pada usia segitu sitem
imunnya kuat dan jarang yang memiliki penyakit bawaan. Akibat corona virus juga
menyebabkan terjadinya masalah pendidikan, maka salah satu solusinya yaitu memanajemen
pengelolaan pendidikan lebih tepatnya memberikan bantuan seperti KIP untuk siswa yang
kurang mampu, karena adanya PSBB semua perekonomian menurun, jadi untuk keluarga yang
kurang mampu bisa diberikan bantuan seperti yang saya contohkan, bisa juga dengan pembagian
kuota belajar secara gratis. Selanjutnya solusi masalah ekonomi, masyarakat bisa berbisnis
dengan beradaptasi pada keadaan, dengan melihat peluang usaha dengan menjual produk sesuai
dengan kondisi yang ada serta membuat penjualan secara online anpa harus tatap muka. Ex.
Menjual masker kain, faceshield, gantungan handsanitizer dengan kreativitas untuk menarik daya
beli. Nah membicarakan masalah sosial, menurut saya solusi yang dapat diberikan yaitu
pemerintah belajar menangani wabah dari Negara yang sudah berhasil, bisa direalisasikan
dengan pemerintah melakukan konferensi internasional. Selanjutnya pemerintah melakukan
penyuluhan berantai sebagai pendekatan kemasyarakatan dengan cara pemerintah bisa
menitipkan informasi kepada orang-orang yang lebih dipercayai warga seperti tokoh masyarakat
setempat/pemuka agama. Yang terkahir dan paling penting pemerintah dengan matang mengkaji
status daerah menjadi zona hijau tidak hanya demi memberikan rasa aman palsu, bisa
direalisasikan dengan memberikan informasi yang transparan dan yang sebenarnya dnegan
melakukan tes kesehatan kepada seluruh masyarakat di daerah tersebut untuk menentukan status
keamanan wabah suatu wilayah.

Sebagai contoh lain, Singapura telah melakukan lima strategi ini untuk menghadapi COVID-19
dan bisa dikatakan relatif berhasil:

1. Punya perencanaan dan diterapkan segera


Pada bulan Februari awal, warga singapura melakukan pembelian panik di
supermarket di antaranya mereka membeli mie instan. Tetapi pemerintah Singapura sudah
memiliki kebijakan apa yang harus dilakukan ketika wabah terjadi dan itulah yang paling
penting. Setelah wabah SARS pada tahun 2003 kala itu lalu dikembangkanlah dan setelah
virus corona muncul di Wuhan akhir desember itu langsunglah diterapkan. Pengecekan yang
dilakukan di Singapura bagi pengunjung di gedung-gedung perkantoran adalah berupa cek
suhu tubuh Dan beberapa hari setelah kasus pertama berjalan, seluruh penumpang yang
datang di bandara Changi diukur suhu tubuhnya. Tak lama sesudah itu, dilakukanlah
pengecekan suhu badan di seluruh gedung dan sekolah, yang memiliki suhu tubuh di atas
normal akan disuruh pulang.

2. Pembentukan jaringan klinik kesehatan


Singapura juga melakukan langkah lain yaitu mengaktifkan jaringan klinik kesehatan
yang disebut PHPC (klinik persiapan kesehatan publik). Klinik ini adalah klinik layanan
umum yang diperkuat dengan dokter spesialis penyakit pernapasan, klinik ini dipersiapkan
cepat setelah kasus positif virus corona pertama ditemukan. Klinik PHPC juga menjalankan
lebih dari satu fungsi yaitu melakukan tes bagi yang memiliki gejala ringan dan menentukan
apakah warga memerlukan layanan medis yang serius. Sehingga warga tidak harus ke rumah
sakit dan menghindari sumber penularan bagi yang lain.

3. Merawat mereka yang terkena virus corona


Pasien yang positif terkena virus akan dipindahkan ke rumah sakit khusus untuk
mendapatkan perawatan hingga sembuh.

4. Pelacakan pergerakan pasien sebelumnya


Salah satu cara yang lain yaitu dengan cara pelacakan pergerakan sebelumnya dari
pasien yang terjangkit virus tersebut, karena itu juga sebagai kunci pencegahan penularan.
Dari data yang sudah didapat, petugas akan menelpon orang tersebut yang pernah
berinteraksi dengan pasien yang positif virus tersebut, untuk mengetahui kondisinya. Mereka
yang pernah kontak langsung dengan pasien positif covid harus menjalani karantina mandiri,
misalnya di rumah, jika ia melanggar maka dikenakan sanksi besar, bisa juga sampai ditahan

5. Membuat pesan yang jelas di media social


Pemerintah Singapura membentuk gugus tugas antar kementerian, yang melibatkan
departemen keuangan, kementerian, dan kesehatan lainnya. Gugus tugas ini sifatnya
memberikan informasi kepada publik dengan pesan yang konsisten setiap hari nya.

Ke lima strategi yang sudah saya tuliskan di atas adalah cara pemutusan yang dilaksanakan si
Singapura, dan hasilnya bisa dikatakan relatif berhasil, mungkin apabila Indonesia melaksanakan
beberapa solusi baik dan juga menerapkan sistem seperti itu bisa relatif berhasil juga.
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemi ini cukup efektif
namun apabila lebih ditekankan dan bisa menghasilkan hasil yang lebih efektif kenapa tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Public Health England. (2020, October 16). COVID-19: epidemiology, virology, and clinical features.
Retrieved from GOV.UK: https://www.gov.uk/government/publications/wuhan-novel-
coronavirus-background-information/wuhan-novel-coronavirus-epidemiology-virology-and-
clinical-features

Anda mungkin juga menyukai