Anda di halaman 1dari 10

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER Selasa, 15 Desember 2020

SEMESTER GANJIL T.A. 2020/2021

Mata Kuliah EPIDEMIOLOGI

Dosen : dr. Windy M. V. Wariki, MSc., PhD

Nama : Ekel Sepherd Zakcri Evel


Kelas : R2
NIM : 20202111008

Pertanyaan :

1. Sejak ditetapkan Covid-19 sebagai pandemic oleh World Health Organization, “Herd
Immunity” banyak dibicarakan dan menjadi kontroversi.
a. Terkait ilmu Epidemiologi, apa yang Anda ketahui tentang Herd Immunity?
b. Bagaimana dampaknya jika diterapkan di Indonesia?
c. Bagaimana kaitannya dengan “Basic Reproductive Number”?
jawaban :
a).Herd immunity adalah perlindungan secara tidak langsung dari suatu penyakit menular
yang terwujud ketika sebuah populasi memiliki kekebalan baik lewat vaksinasi maupun
imunitas yang berkembang dari infeksi sebelumnya.
Skema herd immunity bisa dilihat antara lain di Swedia, negara di Eropa. Meski pandemi
Covid-19 merajalela, di negara itu tidak ada pembatasan secara ketat meski tetap ada
imbauan jaga jarak dan rutin cuci tangan. Pusat belanja, restoran, dan tempat umum lain
masih dibiarkan buka. dampak herd immunity corona di sana tampak dari tingkat
kematian pasien yang sangat tinggi.
Cara kerja herd immunity berjalan dengan membiarkan sebuah populasi terpapar oleh
virus. Menurut sejumlah pakar epidemiologi, setidaknya 50-70 persen dari populasi harus
terjangkit virus ini terlebih dulu untuk mencapai herd immunity. Bahkan ada pula yang
menyebutkan sekurangnya 90 persen populasi yang terpapar untuk mewujudkan herd
immunity.
b) Melihat skema di atas, ada risiko yang tinggi jika prosedur herd immunity diterapkan
di Indonesia. Saat ini belum ditemukan vaksin Covid-19 yang terbaik sehingga dampak
herd immunity corona akan terasa lebih berat lantaran tanpa ada vaksinasi massal. Cara
terbaik untuk menerapkan herd immunity adalah dengan dibarengi imunisasi dan
vaksinasi. Vaksin dimasukkan ke tubuh untuk membantu sistem imun mempelajari virus
dan melawannya tanpa harus sakit. Masalahnya, vaksin virus corona masih dicari.
Menurut WHO, tanpa vaksinasi, dampak herd immunity corona bisa membahayakan
populasi. Bisa terjadi hingga sembilan gelombang infeksi hingga tercapai herd immunity.
Jika vaksin tak tersedia dan infeksi virus menyebar, banyak orang yang akan terpapar
hingga terjangkit penyakit. Dengan demikian, bisa dipastikan dampak herd immunity
corona jika diterapkan di Indonesia antara lain terlihat dari tingginya angka positif dan
kematian. Terlebih di Indonesia masih ada masalah soal sarana medis untuk menangani
corona. Misalnya alat pelindung diri yang mahal dan terbatas serta masalah kapasitas
rumah sakit. Dampak herd immunity corona paling dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Dibutuhkan kedisiplinan dan pengetahuan yang memadai dalam penerapan herd
immunity. Apalagi yang dihadapi adalah Covid-19, penyakit yang baru dan masih diteliti
oleh para ahli. Herd immunity terlalu berisiko jika diterapkan di Indonesia mengingat
masih banyaknya warga yang belum berdisiplin. Misalnya sudah ada imbauan jaga jarak
dan mengenakan masker, tapi masih saja ada yang tidak mematuhinya. Jikapun memakai,
masker sering cuma dicantolkan ke telinga tanpa menutup hidung atau mulut. Tempat
publik pun masih ramai oleh orang-orang yang tak mengenakan masker dan mengabaikan
aturan jaga jarak. Masyarakat seolah-olah belum tahu betapa pentingnya mematuhi
protokol kesehatan di tengah pandemi. Ini pula yang tiap hari disampaikan juru bicara
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto. Dampak herd
immunity corona berupa tingginya angka kasus positif dan kematian ada di depan mata
jika diterapkan di Indonesia.
c) Hubungan dengan Angka Reproduksi Dasar adalah Pendekatan sederhananya, proporsi
yang harus punya kekebalan setidaknya 1- (1/R0). Jadi kalau R0=3, kalau di populasi ada
67 persen orang yang sudah kebal, dikatakan sudah terbentuk herd immunity. Tidak perlu
100 persen anggota populasi memiliki kekebalan tersebut. Cukup sebagian dari populasi
saja. Sistem kekebalan tubuh (antibodi) yang muncul akibat telah terinfeksi memang
umum terjadi dalam kasus virus lainnya.
Akan tetapi, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 belum memiliki bukti klinis bahwa pasien
yang sudah pernah terinfeksi akan kebal dengan infeksi virus serupa berikutnya.

2. Dari berbagai success story negara lain dalam menurunkan jumlah kasus Covid-19,
menurut Anda strategi apa yang bisa diadopsi dengan mempertimbangkan kondisi atau
karakteristik demografis dan epidemiologis Indonesia? Berikan contoh masing-masing

Jawaban :
1. Melakukan Test massal
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli yang ditanya oleh BBC Mundo
sepakat bahwa deteksi cepat merupakan faktor utama dalam menahan penyebaran
pandemic dan di Teryata di Korea Selatan mengetes lebih dari 10.000 orang sehari
yang berarti orang yang mereka tes dalam dua hari lebih banyak daripada orang yang
dites di Amerika dalam sebulan dan korea selatan menjadi suatu negara yang
dikatakan berhasil dalam penanganan covid-19
2. Isolasi mereka yang terinfeksi
Di Korea Selatan dan China telah melakukan kerja luar biasa dalam melacak,
mengetes, dan mengendalikan warga mereka. China sangat waspada dalam
mendeteksi kasus-kasus potensial yang bisa jadi merupakan salah satu penyebab
turun drastisnya infeksi baru yang dilaporkan. Orang demam dikirim ke 'klinik
demam' dan dites untuk flu dan covid-19. Ketika hasilnya positif covid-19, mereka
diisolasi di tempat yang disebut 'hotel karantina' untuk mencegah penularan ke
anggota keluarga.
3. Persiapan dan reaksi cepat
Negara seperti Taiwan dan Singapura memperlihatkan langkah cepat untuk
mendeteksi dan mengisolasi kasus baru. Ini bisa jadi faktor penentu dalam
mengendalikan penyebaran. Dalam artikel yag diterbitkan di Journal of the American
Medical Association, respons di Taiwan memperlihatkan bahwa pengendalian mereka
berasal dari cara yang telah mereka kembangkan untuk peristiwa sejenis. Tahun 2003
mereka membuat komando terpusat untuk mengendalikan epidemi.
4. Jaga jarak
ketika penularan pertama dilaporkan di sebuah komunitas, langkah pencegahan sudah
sulit diterapkan. Maka langkah berikutnya, seperti menjaga jarak (social distancing),
lebih efektif untuk mencegah pihak yang paling rentan terhadap penularan. kecepatan
penerapan instruksi untuk jaga jarak seperti di Hong Kong dan Taiwan adalah kunci
untuk mengurangi penularan.
5. Mempromosikan gaya hidup higienis
Sejak wabah virus corona mulai dilaporkan terjadi di luar China, WHO berkeras
menyarankan untuk jaga jarak, mencuci tangan secara rutin dan gaya hidup higienis
guna mencegah penyebaran virus. Banyak negara di Asia yang belajar dari
pengalaman SARS di tahun 2003. Di sana juga ada kesadaran menjalankan hidup
higienis tak hanya untuk menghindar penyakit, tapi juga agar tak menulari orang lain.
Sangat penting dalam kasus ini. Di Taiwan, Singapura dan Hong Kong, banyak
tersedia cairan anti bakter di jalan. Pemakaian masker juga biasa dilakukan, bahkan
sebelum wabah virus corona. Pemerintah Taiwan mempromosikan cuci tangan lewat
internet sembari memperkuat mekanisme pembersihan jalan dan tempat-tempat
umum. Ini satu faktor yang kadang terlupa di tengah langkah-langkah drastis yang
sedang diambil. Menurut saya langkah-langkah yang dilakukan oleh warga seperti
cuci tangan terbukti merupakan salah satu yang paling efektif.

Melihat dari karakteristik dan demografis ,empat hal diatas yaitu : Melakukan Test
massal, Isolasi mereka yang terinfeksi, Jaga jarak dan mempromosikan gaya hidup
yang higienies sangat bisa digunakan sebagai strategi penanganan covid di
Indonesia,dan di Indonesia sendiri sudah menerapakannya namun memang masih
perlu ada penguatan didalamnya,dalam hal ini misalnya mengenai perilaku
masyarakat yang sudah tidak meperhatikan jarak harus bisa ditaati atupun diberi
sanksi jera kepada masyarakat yang melanggar protocol kesehatan yang sudah di buat
oleh pemerintah.

3) Setelah mempelajari seluruh materi Epidemiologi dan tercapai tujuan


pembelejarannya, Anda layak disebut sebagai seorang “Epidemiologist”. Dalam
fungsi sebagai “Epidemiologist” apa yang telah dan akan Anda lakukan untuk
memutus rantai transmisi Covid-19? (Masing-masing 100 kata)
Jawaban :

Intervensi yang saya telah lakukan adalah memberikan penyuluhan mengenai 3M


(Memakai masker dan mecuci tangan dan menjaga jarak) di kantor saya dan bahkan
di lingkungan dimana tempat tinggal saya berada.
Dan intervensi yang akan lakukakan adalah memperkuat Penyuluhan mengenai 3M
dan juga 3T, Penerapan praktik 3T (Tracing, Testing, Treatment) sama pentingnya
dengan penerapan perilaku 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga
jarak). Kedua hal tersebut adalah upaya untuk memutus mata rantai penularan
COVID-19. Hanya saja, penerapan praktik 3T masih perlu ditingkatkan
pemahamannya di masyarakat, mengingat masyarakat lebih mengenal 3M yang
kampanyenya dilakukan terlebih dahulu dan gencar. 3M banyak membicarakan
tentang peran kita sebagai individu. Sementara 3T berbicara tentang bagaimana kita
memberikan notifikasi atau pemberitahuan pada orang di sekitar kita untuk waspada.
Jadi memang ada satu proses yang tidak hanya melibatkan individu tapi juga orang
yang lebih banyak. 3T terdiri dari tiga kata yakni pemeriksaan dini (testing),
pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).
4) Skrining dilakukan untuk menemukan kasus baru pada beberapa penyakit tertentu,
termasuk Covid-19.
a. Jelaskan apa yang Anda pahami mengenai skrining dalam Ilmu Epidemiologi!
b. Apa tujuan kita melakukan skrining?
c. Berikan contoh penemuan kasus baru dengan pelaksanaan skrining dan
manfaatnya!

Jawaban :
a) Sreening adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui
suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yg dapat dengan cepat memisahkan
antara orang yang mungkin menderita penyakit dengaan orang yang mungkin tidak
menderita.
Dasar pemikiran epidemiologi:
-Bahwa penyakit yang ada dimasyarakat ibarat puncak gunung es, karena hanya
sebagian kecil yang tergambar/ terdata.
-Diagnosa dini dan pengobatan secara tuntas memudah kan kesembuhan.-
-Menghindari terjadinya penyakit pada tahap penyakit lanjut
-Penderita tanpa gejala berpotensi menularkan penyakit.

Penyaringan atau screening Covid-19 adalah langkah penting dalam mencegah


penularan penyakit yang diakibatkan virus corona ini. Screening merupakan tindakan
awal yang dilakukan petugas kesehatan terhadap pasien yang datang ke rumah sakit.
Tindakan ini menentukan langkah selanjutnya, apakah pasien harus segera dirujuk ke
rumah sakit khusus rujukan Covid-19, perlu menjalani tes permulaan, atau bisa
diperiksa secara umum sesuai dengan keluhan. Screening Covid-19 dilakukan oleh
petugas medis yang berkompeten sesuai dengan pedoman protokol penanganan Covid-19 yang
diterbitkan Kementerian Kesehatan. Screening bisa dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama seperti puskesmas hingga rumah sakit. Prosedur ini penting demi keamanan pasien itu
sendiri serta orang lain yang berada di sekitarnya, termasuk petugas medis yang menangani.
Dalam screening, diperlukan kerja sama dari pasien demi mendapatkan hasil yang valid.
Ketidakjujuran dalam pemberian keterangan akan berakibat fatal karena berpotensi
menyebarkan virus corona ke orang-orang yang berinteraksi dengan pasien, khususnya dokter
dan perawat.

b)Tujuan Screening adalah Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak
khas terhadap orang-orang yang tampak sehat,tetapi mungkin menderita penyakit
yaitu orang-orang yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena penyakit. Dan Dengan
ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga
mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan
tidak menjadi sumber penularan hingga epidemi dapat dihindari.

c) Berdasarkan protokol penanganan Covid-19, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan


Kementerian Kesehatan mengatakan ada dua cara screening Covid-19 yang bisa dilakukan di
puskesmas. Cara pertama adalah rapid test untuk memeriksa keberadaan antibodi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah terduga pasien corona. Cara
kedua adalah lewat swab test dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
Pemeriksaan ini dijalankan dengan mengambil sampel cairan dari pangkal hidung atau
tenggorokan pasien. Tapi, sebelum prosedur screening Covid-19 itu dilakukan, pasien akan
diminta menjalani wawancara serta pemeriksaan epidemiologi. Petugas akan menanyakan
sejumlah hal yang berkaitan dengan Covid-19. Misalnya:
-Pernahkah datang ke wilayah yang masuk zona merah terpapar Covid-19 dan apa saja
aktivitasnya di sana
-Apakah pernah berinteraksi dengan terduga pasien Covid-19
-Apakah mengalami gejala yang berhubungan dengan Covid-19
-Apakah pernah mengikuti acara yang dihadiri orang dalam jumlah banyak saat pandemi
corona
Dari jawaban atas pertanyaan di atas serta pertanyaan lain yang berkaitan, petugas akan
menentukan tindakan selanjutnya baik itu rapid test maupun swab test.

Saat ini juga terdapat cara screening Covid-19 online menggunakan aplikasi. Tapi screening
ini hanya berupa penilaian diri sendiri atau self-assesment yang mirip dengan tahap
wawancara dalam screening di fasilitas kesehatan. pasien Covid-19 bergejala ringan bisa
mendapat perawatan mandiri di rumah hingga pulih. Adapun rumah sakit diprioritaskan
bagi pasien dengan gejala dan komplikasi berat. Umumnya, screening Covid-19 dilakukan
pada semua pasien dengan gejala Covid-19 yang datang ke fasilitas kesehatan dari
puskesmas hingga rumah sakit. Sebab, jika tak dilakukan penyaringan dan ternyata pasien
positif Covid-19, semua orang yang berhubungan akan turut terpapar.Namun tes Covid-19
baik rapid test maupun swab test dengan PCR  diprioritaskan hanya bagi beberapa
kelompok, yakni pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), dan
orang tanpa gejala (OTG). Primaya Hospital menjelaskan bahwa PDP dan ODP adalah orang
yang menunjukkan gejala demam serta batuk atau sesak napas dan punya riwayat
bepergian ke zona merah atau berkontak dengan pasien Covid-19.  Sedangkan OTG adalah
orang tak memiliki gejala tapi punya riwayat kontak dengan pasien Covid-19. Menurut
Kementerian Kesehatan, ada tiga kriteria kelompok OTG , yaitu:
-Tenaga medis yang memeriksa, merawat, dan mengantar pasien serta membersihkan ruang
perawatan pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri (APD) standar.
-Orang yang berada di ruangan yang sama dengan pasien Covid-19 sejak dua hari sebelum
gejala pasien muncul hingga 14 hari kemudian.
-Orang yang bepergian bersama pasien Covid-19 sejak dua hari sebelum gejala pasien
muncul hingga 14 hari kemudian.
Screening Covid-19 adalah protokol penanganan virus corona yang wajib dilakukan. Terduga
pasien harus memberikan keterangan yang jujur untuk membantu mencegah penyebaran
corona
5) Hitung dan interpretasikan: sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, negative
predictive value, true negative value. Sebelumnya, lengkapi angka-angka dalam tabel di
bawah ini.

-Test pada penderita dengan Co-Morbid Rapid Test

Baku Emas
Positif Negatif Total
Positif 500 50 550
Alat Negatif 30 420 450
Uji Total 530 470 1.000

 Sensitifitas:
500/530 = 0,94 = 94%
Interpretasi:
Sensitifitas Rapid Test sebesar 94% yang artinya kemampuan Rapid Test untuk
mendapatkan hasil positif diantara subjek studi yang bergejala dan benar-benar
COVID-19 adalah sebesar 94% atau diantara 530 penderita, 500 akan dinyatakan
positif oleh test Rapid Test, sisanya dinyatakan sebagai negatif palsu (false
negative).
 Spesifisitas
420/470 = 0,89 = 89%
Interpretasi:
Spesifisitas Rapid Test sebesar 89% yang artinya kemampuan Rapid Test untuk
mendapatkan hasil negatif diantara subjek studi yang bergejala dan yang tidak
COVID-19 sebesar 89% atau diantara 470 penderita yang tidak COVID-19, 420
akan dinyatakan negatif oleh Rapid Test, sisanya dinyatakan sebagai positif palsu
(false positive).

 PPV
500/550 = 0,90 = 90%
 NPV
420/450 = 0,93 = 93%
Interpretasi:
Hasil nilai prediktif negatif lebih tinggi dari nilai prediktif positif. Hasil ini
menunjukkan hasil Rapid Test positif kurang dapat memprediksi subjek studi
benar-benar terinfeksi COVID-19, sedangkan hasil Rapid Test negatif dapat
benar-benar memprediksi subjek studi bebas dari COVID-19 cukup tinggi,
dengan kata lain banyak kasus positif berdasarkan hasil skrining/penapisan, pada
kenyataannya tidak menderita COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai