Anda di halaman 1dari 43

F1

Pemberian Edukasi Pemakaian Masker Saat Pandemi Covid 19

Latar belakang

Penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah pencegahan dan
pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan
tertentu, termasuk COVID-19. Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat
(dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang terinfeksi) atau untuk
mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut).
Namun, penggunaan masker saja tidak cukup memberikan tingkat perlindungan atau pengendalian
sumber yang memadai. Karena itu, langkah-langkah lain di tingkat perorangan dan komunitas perlu
juga diadopsi untuk menekan penyebaran virus-virus saluran pernapasan. Terlepas dari apakah
masker digunakan atau tidak, kepatuhan kebersihan tangan, penjagaan jarak fisik, dan langkah-
langkah pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) lainnya sangat penting untuk mencegah
penularan COVID-19 dari orang ke orang.

Permasalahan

Kebijakan dimulainya vaksinasi bagi nakes mengharuskan para nakes untuk tetap mengedukasi
pasien mengenai pentingnya penggunaan masker meskipun setelah dilakukannya vaksinasi. Tidak
hanya sekedar mengenakan masker saja tetapi mengenai bagaimana penggunaannya yang tepat,
lama durasi pemakaian, cara memegang masker, serta cara membuang masker yang habis
digunakan pun merupakan hal yang patut dipahami oleh masyarakat.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Kegiatan ini ditujukan pada semua warga kelurahan tipo. Dilakukan dengan penyuluhan secara tatap
muka dan tetap menerapkan protokol kesehatan, serta peragaan secara langsung cara
menggunakan masker yang tepat.

Pelaksanaan :

Hari/tgl : senin, 4 januari 2021

Pukul : 09.00 WITA - selesai

Tempat : Ruang Tunggu PKM Tipo

Monitoring dan evaluasi

Dokter internsip bersama dengan tim promosi kesehatan Puskesmas tipo melakukan edukasi dengan
untuk memberikan edukasi mengenai cara mengenakan masker yang tepat serta menegur warga
sekolah yang tidak menggunakan masker dengan benar. Pada akhir sesi didapatkan akhirnya para
warga dapat mengetahui cara pemakaian masker yang tepat.
Penyuluhan bahaya rokok

Latar belakang

Saat ini Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah perokok, prevalensi
perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari 97 juta
penduduk Indonesia terpapar asap rokok. Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat
lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja, Riskesdas 2018 menunjukan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%. Kajian Badan
Litbangkes Tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat
konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat
kanker di Indonesia, Kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar
12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru
berhubungan dengan merokok. Ironisnya budaya merokok saat ini bukan saja terjadi pada kaum laki-
laki, namun juga terjadi di kalangan kaum perempuan. Menurut Data Kemenkes menunjukkan, dari
2000 sampai tahun lalu jumlah perokok juga makin melebar di kalangan perempuan. Empat persen
dari total jumlah perokok Indonesia adalah kalangan hawa. Berdasarkan data dari badan kesehatan
dunia di bawah PBB, WHO, jumlah perokok di Indonesia setiap tahunnya mencapai 400 ribu orang.
Dalam berbagai riset, diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa
dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok.

Permasalahan

Merokok merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup besar di dunia. Rokok juga
merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko
lainnya. Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit jantung
koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan PTM lainnya.
Dengan menghirup asap rokok dapat menyebabkan beberapa gangguan pada fungsi tubuh seperti
tekanan darah serta detak jantung akan meningkat, peningkatan kadar karbon monoksida dalam
tubuh sehingga mengurangi kadar oksigen dalam tubuh, kerusakan rambut-rambut halus pada
saluran pernapasan dan melemahnya sistem imun tubuh. Tetapi pengetahuan pasien terutama yang
mempunyai penyakit kronis mengenai bahaya merokok masih kurang.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Upaya yang dipilih adalah dengan metode penyuluhan kepada beberapa pasien dengan
menggunakan bahasa yang sederhana, yang diikuti oleh tanya jawab sehingga pasien juga dapat
mengutarakan beberapa pertanyaan. Karena keterbatasan pergerakan akibat pandemik, maka dari
itu diputuskan untuk dilakukan di Posyandu Lansia Puskesmas. Prioritas masalahnya adalah untuk
meningkatkan kesadaran pasien perokok aktif dan pasif mengenai bahaya merokok agar terjadi
pengurangan intensitas merokok atau penghentian merokok bagi pasien perokok aktif.

Pelaksanaan

Hari/tgl : selasa, 1 desember 2020

Jam : 09.00 WITA – selesai


Tempat : Posyandu Lansia PKM Tipo

Sasaran : para lansia yag merupakan perokok aktif

Monitoring dan evaluasi

Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga
cukup aktif bertanya dan membuat diskusi mengenai bahaya merokok berjalan dengan lancar.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah semua orang yang merokok dapat terkena kanker paru.
Untuk itu lebih ditekankan bahwa merokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker paru. Tingkat
kanker paru pada perokok pasif juga sangatlah tinggi, jadi diperlukan kesadaran untuk tidak
menyebabkan orang sekitar juga terkena dampak dari merokok ini. Berdasarkan data Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok. Tetapi memang
merokok merupakan penyebab kanker paru yang paling sering.

Penyuluhan pencegahan infeksi virus covid-19 pada pengunjung Puskesmas Tipo

Latar belakang

berdasarkan data Gugus Tugas Tanggal COVID-19 Balikpapan, prevalensi hingga bulan September
2020 di kota Balikpapan terdapat 410 kasus terkonfirmasi positif dengan angka kematian mencapai
16 kasus. Peningkatan angka kejadian COVID-19 terus meningkat setiap hari, baik secara global,
nasional, masupun regional. Pencegahan terbaik dari COVID-19 adalah dengan memutus rantai
penularan. Diperlukannya pemahaman masyarakat terhadap upaya pencegahan dan pengendalian
COVID-19 untuk memutus rantai penularan tersebut, yakni dengan menjalankan Protokol Kesehatan
dan menerapkan Prinsip 4M

permasalahan

1. Semakin tingginya jumlah penderita covid 19 di kota palu, dibuktikan pada meningkatnya
kunjungan pasien ke puskesmas yang menunjukan hasil reaktif pada rapid test.

2. Semakin meningkatnya angka kematian pasien yang disebabkan karena Covid di kota palu.

3. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Covid, terutama mengenai bahaya dan


komplikasinya jika tidak ditatalaksana dengan baik. Serta banyaknya masyarakat yang mempercayai
berita yang tidak benar.

4. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penularan dan faktor resiko penularan Covid 19
yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan kebersihan perseorangan (PHBS).

Perencanaan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai Covid 19, maka kami memilih “METODE
PENYULUHAN DAN PEMBERIAN PAMFLET” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk
di dalamnya informasi tentang penyebab, gejala, penanganan awal yang bisa dilakukan dan upaya
pencegahan covid 19. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Tipo tentang penyakit Covid 19 disertai dengan sesi tanya jawab agar para peserta dapat dengan
mudah memahami materi yang disampaikan.
Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi pada kegiatan Puskesmas Tipo telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal: 15 desember 2021

Waktu: 09.00-11.00

Tempat: Ruang tunggu Puskesmas Tipo

Kegiatan: Penyuluhan dan diskusi mengenai Covid 19 dilakukan oleh dokter internsip

Sasaran : semua pengujung Puskesmas Tipo

Monitoring

Monitoring :

1. Masyarakat dapat mengerti mengenai penyebab ISPA dan yang disebabkan oleh virus covid-19,
gejala ISPA, gejala suspes covid-19, dapat memberikan penatalaksanaan awal jika anak
mengalami ISPA, serta dapat mengerti bahaya dan komplikasinya.

2. masyarakat dan kader dapat menggalakkan pencegahan Covid 19 bagi diri sendiri, keluarga
terutama anak, maupun masyarakat di lingkungan sekitar.

3. Meningkatkan kesadaran warga untuk mencegah penularan virus covid-19.

Evaluasi :

Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,


komplikasi, pencegahan Covid, sehingga masyarakat dapat mencegah penularan virus ini lebih lanjut.
Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan,
terutama mengenai penatalaksanaan covid yang dapat dilakukan di rumah sebelum dibawa ke
tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu
dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang pemahaman para masyarakat mengenai penyakit
covid 19

Edukasi cara cuci tangan dengan benar

Latar belakang

Saat ini, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat. Perilaku yang belum bersih dan sehat menyebabkan munculnya penyakit yang menjadi
permasalahan kesehatan masyarakat. Perilaku cuci tangan yang benar merupakan salah satu aspek
yang menjadi indikator dalam PHBS yang saat ini menjadi perhatian dunia. Hal ini disebabkan tidak
hanya di Negara berkembang, namun juga di Negara maju, masih banyak masyarakat yang lupa
melakukan perilaku cuci tangan yang benar. Hal ini menunjukkan masih kurangnya praktek atau
tindakan mencuci tangan di masyarakat.

Permasalahan

Masyarakat dan warga yang belum paham cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Maka, guna untuk mencegah penyakit infeksi dilakukan penyuluhan dan peragaan serta
mengajarkan lagu mengenai 6 langkah mencuci tangan yang benar.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Kegiatan ini ditujukan pada semua warga pengunjung posyandu puskesmas tipo. Masyarakat di
edukasi serta dicontohkan mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar 6 langkah sesuai
dengan pedoman WHO.

Pelaksanaan :

Hari / Tanggal : Kamis 17 Desember 2020

Pukul : 09.00 - selesai

Tempat : Posyandu Puskesmas Tipo

Monitoring dan evaluasi

Dokter internsip memeragakan serta membuat lagu mengenai cara mencuci tangan yang baik dan
benar diharapkan para orangtua dan anak-anak yang melihat peragaan tersebut mengerti dan
mengaplikasikan langkah-langkah cuci tangan yang ada. Anak-anak yang sudah dicontohkan
mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar dilihat cara praktik mencuci tangan sesuai yang
dicontohkan dan diulang hingga betul-betul sesuai dengan pedoman 6 langkah mencuci tangan yang
baik dan benar sesuai WHO.

P2P hipertensi

Latar belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari
berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar
hipertensi dapat dikendalikan.

Permasalahan

Dengan melihat kondisi, masih banyak masyarakat terutama lansia yang belum mengerti dan
memahami tentang pengertian dari hipertensi, penyebab, gejala, factor resiko, pencegahan dan
penanganan dari penyakit hipertensi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Promosi kesehatan melalui metode penyuluhan dalam bentuk ceramah (pemaparan dan penjelasan
tentang hipertensi) dan pemberian pamphlet dengan isi materi penyuluhan :

- Pengertian hipertensi
- Penyebab hipertensi

- Tanda dan gejala hipertensi

- Factor resiko hipertensi

- Pencegahan hipertensi

- Penatalaksanaan hipertensi

Pelaksanaan :

Hari / Tanggal : Rabu 10 Desember 2020

Pukul : 09.00 - selesai

Tempat : Posyandu lansia Puskesmas Tipo

Monitoring dan evaluasi

Monitoring : monitoring berjalan cukup baik, peserta tertib dan memberikan respon terhadap
penyuluh dan mampu bekerjasama dengan baik.

Evaluasi : evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang materi penyuluhan
yang sudah diberikan pada peserta dan peserta mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
F2

Pentingnya pemberantasan sarang nyamuk

Latar belakang

Pengendalian penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 92 tahun 1994 tentang perubahan atas lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/ MENKES/SK/1992, dimana menitikberatkan pada upaya
pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) selain penatalaksanaan penderita
DBD dengan memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan dan sumber daya, memperkuat surveilans
epidemiologi dan optimalisasi kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
Manajemen pengendalian vektor secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor.

Mengingat obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia, maka cara utama
yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan pengendalian vektor penular (Aedes aegypti).
Pengendalian vektor ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.

Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (menguras, menutup
tempat penampungan air dan mendaur-ulang / memanfaat kembali barang-barang bekas) serta
ditambah (Plus) seperti : menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik,
mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas
sektor terkait melalui wadah Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD)
dan kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Olehkarena itu untuk meningkatkan keberhasilan
pengendalian DBD dan mencegah terjadinya peningkatan kasus atau KLB.

Permasalahan

1. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan, terutama mengenai


penanganan tempat penampungan air yang dapat menjadi sarang nyamuk aedes.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama dalam


menangani botol-botol bekas, atau vas bunga bekas yang dapat menjadi tempat perkembang biakan
nyamuk.

Perencanaan

Melihat berbagai permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya dilakukan penyuluhan kesehatan
tentang upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN)

Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan pada saat pelayanan posyandu. Sasaran dan target adalah ibu hamil da
orangtua yang membawa anaknya imunisasi. Durasi bicara sekitar 10 menit dan diikuti dengan sesi
tanya jawab 10 menit.

Monitoring
Tingkat pengetahuan peserta masih kurang mengenai materi penyuluhan sebelum diadakannya
penyuluhan. Hampir sebagian besar peserta masih belum memiliki kesadaran mengenai pentingnya
upaya PSN di lingkungan rumah. Tetapi setelah dilakukan penyuluhan singkat, peserta mampu
menjelaskan ulang langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam rangka terlaksananya
kegiatan PSN.

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DI LINGKUNGAN KERJA PUSKESMAS TIPO

Latar belakang

WHO memprediksikan penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan
dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal 1 diantaranya meninggal karena disebabkan asap
rokok yang terkandung zat berbahaya yaitu Nikotin dan Tar. Data WHO di tahun 2004 ditemukan
sudah mencapai 5 juta kasus kemtian setiap tahunya serta 70% terjadi di negara berkembang,
termasuk didalamnya di asia dan di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke 5 konsumen rokok
terbesar setelah China, Amerika, Rusia Dan Jepang, dari data hasil riset kesehatan dasar tahun 2010
prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%. Lebih dari separuh perokok (52,3%) 1-10 batang setiap
hari dan 2 dari 5 perokok saat ini merokok rata-rata 11-20 batang setiap hari. 4,7% perokok merokok
21- 30 batang setiap hari dan 2.1% perokok merokok lebih dari 30 batang setiap hari.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kesadaran masyarakat untuk tidak merokok ditempat
yang sudah ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok (KTR). Kesadaran masyarakat
saat ini sangat rendah untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok. Masyarakat cenderung tidak
mengindahkan aturan yang sudah dibuat, masyarakat tetap merokok dilingkungan yang sudah
dinyatakan tidak boleh merokok, padahal berbagai peringatan yang dibuat oleh pemerintah yang
terdapat pada peraturan menteri kesehatan dan menteri dalam negeri No. 188/MENKES/PB/2011
No. 7 Tahun 2011 tentang pedoman kawasan tanpa rokok. Rendahnya kesadaran masyarakat
menjadi alasan sulitnya untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok yang dibuktikan dengan masih
banyaknya masyarakat yang merokok di kawasan tanpa rokok.

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat termasuk tenaga kesehatan tentang bahaya
merokok dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Perencanaan

Pemantauan kawasan bebas asap rokok dilakukan oleh dokter internship di lingkungan dalam dan
luar Puskesmas tipo saat sebelum hingga setelah waktu pelayanan Puskesmas selama 2minggu.

Pelaksanaan

Pemantauan kawasan bebas asap rokok di lingkungan Puskesmas tipo dilakukan pada:

Hari/Tanggal : 01 – 11 desember 2020

Tempat: lingkungan Puskesmas Tipo


Point-point yang perlu diperhatikan dalam pengawasan KTR di Fasyankes adalah: lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan tanpa asap rokok, petugas kesehatan yang tidak merokok menegur perokok
untuk mematuhi ketentuan KTR, perokok merokok di luar KTR, adanya sanksi bagi yang melanggar
KTR.

Monitoring

- Pemantauan kawasan bebas asap rokok di lingkungan puskesmas Tipo dilakukan oleh dokter
internship.
- Didapatkan tanda kawasan bebas asap rokok di Puskesmas dan tidak adanya tenaga
kesehatan dan pasien yang merokok di lingkungan Puskesmas saat sebelum hingga sesudah
waktu pelayana
- Sehingga dapat dikatakan lingkungan Puskesmas tipo memenuhi syarat sebagai kawasan
tanpa asap rokok.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dalam Tatanan Rumah Tangga

Latar belakang

Perilaku yang salah atau menyimpang merupakan salah satu faktor penyebab terbesar dalam
masalah kesehatan. Perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan faktor lingkungan.
Sehingga apabila makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang di bidang kesehatan maka sikap dan
perilaku yang ditunjukkan akan mencerminkan tingkat kesehatannya.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Sepuluh indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, asi eksklusif, menimbang bayi dan balita, ketersediaan air bersih, cuci tangan pakai
sabun, penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik, makan buah dan sayur tiap hari, aktivitas
fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

Permasalahan

Berdasarkan pendataan yang kami amati, masih banyak anak- anak dan orang dewasa yang jarang
berperilaku hidup sehat dimulai dari masih ada ibu-ibu yang tidak membawa anaknya ke posyandu
untuk ditimbang, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, pemberantasan jentik
nyamuk , tidak diwujudkannya makan makanan sehat yang bergizi serta berimbang, masih banyak
anak-anak tidak makan sayur dan masih banyak anak-anak yang tergolong gizi kurang. Akibat dari
perilaku tersebut banyak anak-anak yang tergolong gizi kurang atau kurus, terjangkit demam
berdarah serta diare pada anak maupun orang dewasa.

Oleh karena itu, diperlukan nya kegiatan penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam
tatanan rumah tangga dari definisi hingga cara melaksanakannya

Perencanaan
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah berbagai penyakit
dan memberikan contoh bagaimana cara mewujudkannya di tengah-tengah masyarakat.

Kami memilih para ibu-ibu rumah tangga yang datang ke Posyandu, serta yang sedang menunggu
untuk berobat di Puskesmas sebagai prioritas penyuluhan kami dengan alasan bahwa ajaran untuk
berperilaku hidup sehat harus dimulai pada ibu-ibu rumah tangga pada usia subur untuk menunjang
kesehatan rumah tangga dan masyarakat sekitar.

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di tempat posyandu maupun lingkungan puskesmas tipo kepada sasaran
target dengan durasi umumnya sekitar 10 menit diikuti dengan sesi pemahaman dan tanya jawab.

serta dilakukan pada sesi berbeda-beda untuk memastikan protokol Kesehatan dimasa pandemic ini
dapat terlaksana.

Monitoring

1. Evaluasi Proses

• Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

• Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

• Pasien aktif dalam kegiatan penyuluhan

2. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

• Menjelaskan arti PHBS

• Menyebutkan 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga

Kesehatan Lingkungan Terkait Dengan Ketersediaan Jamban

Latar belakang

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia. Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi
lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin meningkat.” Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “ Upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi
pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat. Kontribusi lingkungan dalam
mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi
terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya
kesehatan lingkungan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat.
Permasalahan

Dengan melihat kondisi, masih ada beberapa masyarakat khususnya warga Salena yang belum
menyadari akan pentingnya kesehatan lingkungan terutama terkait dengan pengadaan jamban sehat
di rumah sehingga hal ini akan mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Perencanaan

Promosi kesehatan melalui metode penyampaian di posyandu Salena.

Pelaksanaan

Hari/tanggal : Kamis, 17 desember 2020

tempat : posyandu salena

monitoring

Berjalan cukup baik, para warga memberikan respon yang baik, memahami dan mampu
bekerjasama.

ETIKA BATUK SEBAGAI PENCEGAHAN PENYAKIT

Latar belakang

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Kondisi lingkungan dan budaya yang ada di Indonesia sangat
mempengaruhi tingginya kejadian infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang paling tinggi kejadiannya
di masyarakat adalah Tuberkulosis. Di Indonesia penyakit Tuberkulosis masih menempati urutan ke 3
di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB
dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia tuberculosis adalah pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakiy jantung
dan pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Penyakit Tuberkulosis ditularkan dari orang ke
orang terutama melalui saluran nafas dengan cara menghisap atau menelan tetes ludah/droplet
yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita.

Permasalahan

Angka kejadian dari penyakit tuberculosis (TB) di Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 800.000-
900.000 kasus, dengan kasus baru mencapai 460.000 per tahunnya. Sepertiga populasi di dunia
terdapat bakteri penyebab TB di dalah tubuhnya. Hanya saja, bakteri TB dalam tubuh mereka
bersifat tidak aktif atau melakukan dormansi. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya penularan
tuberkulosis di masyarakat. Salah satu contohnya adalah perilaku masyarakat itu sendiri. Kekurangan
pengatuhan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai penularan ini menyebabkan kunjungan
penyakit TB ke Puskesmas Bungi tingi. Hal ini diperparah dengan kondisi kepadatan rumah di wilayah
kerja puskesmas dan kurangnya ventilasi yang memadai. Sehingga apabila penderita TB batuk,
dahaknya dapat dengan mudah menyebar ke orang-orang sekitarnya. Maka dari itu, dirasakan perlu
untuk diadakan penyuluhan mengenai etika batuk agar masyarakat dapat lebih peduli terhadap
lingkungan dan orang disekitarnya apabila sedang batuk untuk mencegah penyakit tuberkulosis.

Perencanaan

Oleh karena, permasalahan yang terjadi diatas, maka kami bermaksud mengadakan penyuluhan
kesehatan penyuluhan mengenai etika batuk untuk mengajarkan masyarakat cara batuk yang benar
agar mencegah penyebaran penyakit yang ditimbulkan oleh batuk seperti tuberculosis. Penyuluhan
ini menjelaskan mengenai pengetian, gejala, penularan, pencegahan mencakup etika batuk, dan
pengobatan secara dini terhadap tuberkulosis.

Pelaksanaan

Tanggal : 4 Januari 2021

Waktu : 09.00 WITA

Tempat : Ruang tunggu PKM Tipo

Durasi : 20 menit

Monitoring dan evaluasi

Peserta yang hadir kurang lebih 20 orang yang berasal dari masyarakat di kelurahan tipo. Sebagian
masyarakat yang hadir masih memiliki pengetahuan yang belum memadai berkaitan materi yang
disampaikan. Setelah dilakukan demonstrasi etika batuk, peserta diminta untuk memperagakan
ulang agar dapat diperaktekkan dan membiasakan etika batuk yang benar. Peserta menunjukkan
antusias yang baik. Hal ini membuktikan bahwa pasien sadar akan pentingnya mencegah
penyebaran penyakit tuberculosis melalui batuk.
F3

Mengenalkan Berbagai Metode Kontrasepsi sebagai Salah Satu Upaya

Latar belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi
wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak
kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi. Program keluarga berencana memberikan
kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat
sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat
efektifitas yang berbeda dan hampir sama.

Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu perempuan atau
pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat
pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah
menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh
akseptor

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan, dukungan


suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi semakin
rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan kontrasepsi yang
dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu dijadikan acuan untuk
mengikuti program keluarga berencana (Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi, karena istri yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan
kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang
menggunakan kontrasepsi

Sebagai petugas kesehatan, dalam memberikan pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat
tentu harus memperkenalkan atau mempromosikan beberapa metode kontrasepsi. Komponen
dalam pelayanan KB yang dapat diberikan adalah KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi),
konseling, pelayanan kontrasepsi (PK), pelayanan infertilitas, pendidikan seks, konsultasi pra-
perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes keganasan, adopsi. Secara
pendekatan sosioekonomi pengontrolan kelahiran penting untuk meningkatkan kualitas hidup
dan memberi efek yang positif terhadap kebahagian keluarga juga lingkungan sekitar.

Peserta wanita berumur di bawah 20 tahun dengan alasan menunda kehamilan diutamakan
pemakaian kontrasepsi pil oral, sedangkan penggunaan kondom tidak disarankan karena biasanya
pasangan muda masih tinggi frekuesi bersenggamanya sehingga dapat menyebabkan kegagalan
dalam mencegah kehamilan. Dapat juga digunakan IUD-Mini (Intra Uterine Device Mini)
terutama pada calon peserta yang kontraindikasi terhadap pil oral. Pada peserta umur 20-30
tahun dengan alasan menjarangkan kehamilan maka segera setelah anak pertama lahir
dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Device) sebagai pilihan utama dan kegagalan
kontrasepsi di sini bukanlah suatu kesalahan program. Pada peserta di atas 30 tahun dengan alasan
tidak mau hamil maka pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, pil oral kurang dianjurkan karena
usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan
komplikasi.

Permasalahan

Menurut data di bagian KIA Puskesmas Tipo, angka cakupan pelaksanaan KB di masyarakat sebesar
60%. Pengunaan Kontrasepsi di Indonesia sudah diatas rata-rata penggunaan kontrasepsi di ASEAN
yaitu 61% dan pencapaian utama berasal dari puskesmas sebesar 97,5%. Permasalahan yang
muncul adalah sebagian besar masyarakat hanya mengetahui metode kontrasepsi berupa pil dan
suntik. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi metode kontrasepsi lain, Permasalahan
berikutnya adalah informasi yang beredar mengenai jenis Kontrasepsi dan persepsi setiap individu
terhadap suatu kontrasepsi.

Perencanaan

Metode intervensi yang digunakan adalah dengan melakukan penyuluhan dan diskusi secara
langsung kepada para wanita usia reproduktif yang telah menikah terutama pada wanita yang sudah
memiliki anak lebih dari 1 pada pelaksanaan posyandu ibu hamil. Materi penyuluhan berfokus untuk
menjelaskan tujuan dan fungsi KB serta memberikan contoh pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet dan diskusi. Selama kegiatan penyuluhan juga
digunakan untuk mendata peserta yang pernah menggunakan KB namun selanjutnya tidak
melanjutkan penggunaan (drop-out) dan menanyakan sebab ketidakberlanjutan program. Peserta
yang berminat menggunakan KB atau ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut diarahkan untuk
datang ke puskesmas.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada:

Tanggal: 11 Januari 2020

Jam: 08:30 – 10.00

Tempat: Posyandu Ibu Hamil.

Sasaran: Seluruh Wanita Usia Produktif yang sudah menikah, menggunakan atau belum
menggunakan KB. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan diskusi.

Monitoring

Setelah melakukan penyuluhan tentang pengenalan berbagai metode kontrasepsi, maka didapatkan
penambahan pengetahuan masyarakat mengenai berbagai pilihan metode kontrasepsi sesuai selain
pil dan suntik, serta pemahaman penting dan peran Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana.
Penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil

Latar belakang

Anemia selama kehamilan adalah masalah kesehatan yang cukup besar, sekitar dua perlima wanita
hamil di seluruh dunia mengalami anemia. Banyak infeksi dan penyakit ginekologi yang merupakan
faktor predisposisi untuk anemia selama kehamilan. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama
kematian ibu. WHO memperkirakan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di negara maju
sebesar 14% dan di negara berkembang sebesar 51%. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi yang
disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional
meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang
dan kebutuhan yang berlebihan.

Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi besi dan anemia
megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat besi dalam makanan untuk
memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil, kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan
pendarahan post partum. Jadi, cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500
mg. Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan suplemen zat
besi dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi karenpa kerusakan sintesis DNA yang
disebabkan oleh defisiensi nutrisi asam folat atau vitamin B12. Diet yang ekstrem atau malabsorpsi
menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik. Oleh karena itu, sebagian besar wanita
mengonsumsi suplemen folat sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan
kebanyakan dari suplemen tersebut merupakan kombinasi dari zat besi dan asam folat. Kedua
anemia ini dapat mengakibatkan berkurangnya produksi heme. Jadi, pengobatan yang diberikan
bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah merah.

Permasalahan

Setelah penjabaran yang dilakukan di atas, beberapa permasalahan ditemukan seperti kurangnya
pengetahuan mengenai anemia pada ibu hamil, asupan yang diperlukan serta program pemerintah
untuk menanggulangi masalah ini, maka diadakan penyuluhan dengan materi “Penyuluhan Anemia
Pada Ibu Hamil”.

Perencanaan

Penyuluhan dilaksanakan di posyandu. Peserta merupakan ibu hamil, ibu dan anaknya yang akan
melaksanakan imunisasi, juga ibu yang sedang hamil, merencanakan hamil.

Penyuluhan untuk gizi ibu hamil antara lain:

1. Kebutuhan gizi selama kehamilan

2. Suplementasi Zat besi dan asam folat


Pelaksanaan

Materi dibawakan dengan diskusi langsung dan terkadang dibantu leaflet. Peserta terdiri dari ibu
hamil, ibu dan anaknya yang akan melaksanakan imunisasi, juga ibu yang sedang hamil,
merencanakan hamil.. Materi penyuluhan berupa pemenuhan gizi seimbang dan gizi ibu hamil,
diadakan diskusi interaktif dengan warga.

Monitoring

Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Namun tingkat pengetahuan peserta masih
kurang mengenai materi penyuluhan sebelum diadakannya penyuluhan. Hampir sebagian besar
warga yang hadir kurang mengetahui materi penyuluhan yang akan disampaikan. Namun setelah
penyuluhan, warga cukup antusias untuk berdiskusi terkait materi penyuluhan, berkomitmen untuk
lebih menjaga gizi dan patuh terhadap penggunaan suplementasi yang mendukung.

PENYULUHAN WASPADAI KANKER SERVIKS

Latar belakang

Sepuluh juta orang di dunia terdiagnosis mengidap kanker setiap tahunnya dan diperkirakan angka
ini akan meningkat menjadi 15 juta di tahun 2020. Terkhusus pada wanita, terdapat lima jenis kanker
yang paling banyak ditemukan yaitu kanker payudara, kanker serviks (kanker leher rahim), kanker
ovarium (kanker indung telur), kanker endometrium (kanker badan rahim), dan penyakit trofoblast
ganas.

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian terbanyak di Indonesia,
yaitu sebanyak 34% dengan 15.000 pasien baru tiap tahunnya. Sebanyak 70% didiagnosis pada
stadium lanjut (> stage IIB) akibat cakupan skrining yang rendah < 5% (idealnya ~ 80%) dan sebanyak
8000 diantaranya mengalami kematian (diperkirakan setiap jam ada 1 perempuan Indonesia yang
meninggal karena kanker serviks). Usia rata-rata kejadian kanker serviks adalah 52 tahun dengan
distribusi kasus mencapai puncak sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun.

Kanker serviks sebenarnya dapat dicegah dan diketahui lebih awal karena memiliki masa preinvasif
(sebelum menjadi keganasan) yang lama, pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi dini kanker serviks
sudah tersedia di fasilitas kesehatan tingkat 1, dan terapi lesi preinvasif cukup efektif hasilnya

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat, khususnya wanita, tentang gejala awal kanker serviks.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat, khususnya wanita, tentang pemeriksaan untuk mendeteksi


dini kanker serviks dan ketersedian pemeriksaan tersebut di fasilitas kesehatan terdekat.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya segera setelah ditemukannya


gejala awal kanker serviks pada dirinya.
Perencanaan

Memberikan edukasi kesehatan tentang bahaya kanker serviks, gejala awal kanker serviks, dan
pemeriksaan untuk mendeteksi dini kanker serviks serta ketersediaan pemeriksaan tersebut di
fasilitas kesehatan terdekat.

Pelaksanaan

Waktu dan Tempat :

Hari, tanggal : Selasa, 1 juni 2021

Waktu : 9.30.00

Tempat : poli KIA puskesmas Singgani, dimana dilakukan pada saat pasien sedang memeriksakan
kehamilan

Durasi : 15-30 menit

Monitoring

Peserta yang hadir 10 orang yang berasal dari masyarakat kota palu. Sebagian masyarakat yang hadir
masih memiliki pengetahuan yang belum memadai berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

Peserta mampu:

• Menyebutkan gejala awal kanker serviks dan tindakan yang harus dilakukan ketika ditemukan
tanda awal kanker serviks

• Menyebutkan faktor resiko kanker serviks

PENGENALAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DAN PENCEGAHANNYA


SERTA PENANGANANNYA

Hipertensi ibu hamil dijumpai di negara berkembang maupun di negara maju, dan oleh organisasi
kesehatan dunia (WHO) dalam seventh general programmer of work untuk tahun 2000 sampai 2004
tercatat sebagai masalah ibu hamil di dunia. Di negara maju, hipertensi ibu hamil merupakan
penyebab kematian maternal, tetapi kematian hipertensi adalah 150/100.000 kelahiran.

Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat
hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-
kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam
kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah di saat hamil.

Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) termasuk preeklampsia sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam pelayanan obstetri di Indonesia. Angka morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal akibat penyakit ini masih tinggi. Penyebab terjadinya gangguan preeklampsia
belum diketahui dengan pasti. Sering diduga preeklampsia terjadi karena sistem kekebalan tubuh
yang bermasalah dan akibat terjepitnya pembuluh darah sehingga aliran pembuluh darah pada
plasenta menjadi terganggu.

Berdasarkan data menunjukkan bahwa faktor umur pada ibu hamil yang paling berisiko untuk
menderita hipertensi pada ibu hamil adalah umur <20 dan >35 tahun yaitu 66,3%,dan dari segi umur
kehamilan 7,20 minggu dianggap sebagai risiko tinggi sebanyak 95%, pemeriksaan antenatal care
yang tidak teratur berisiko sebanyak 69,3% dan paritas didapatkan bahwa ibu hamil penderita
hipertensi paling banyak di temukan pada ibu dengan paritas > 3 sebanyak 54,4%.

Permasalahan

Masih tingginya angka hipertensi dalam kehamilan di Indonesia, serta masih kurangnya pengetahuan
dan kepedulian Ibu hamil terhadap kesehatannya selama masa kehamilan menyebabkan Ibu hamil di
wilayah ini masih berada dalam risiko. Giat pemantauan kesehatan Ibu hamil telah dilakukan oleh
para bidan baik di puskesmas pembantu (PUSTU) maupun bidan PKM setempat. Akan tetapi, ada
beberapa pasien yang kurang sadar terhadap kesehatannya sendiri, beberapa perilaku diantaranya
jarang kontrol kehamilan atau bahkan tidak pernah di Puskesmas.

Hal ini tentu akan berpengaruh pada indeks kesehatan Ibu hamil nantinya. Sehingga diperlukan
pemaparan kembali tentang pentingnya melakukan kontrol serta penapisan masalah kesehatan Ibu
selama hamil.

Perencanaan

Kegiatan yang dapat dilakukan guna mencapai pemahaman bagi warga mengenai Hipertensi dalam
kehamilan adalah berupa penyuluhan dan sosialisasi interaktif dua arah. Sasaran dalam penyuluhan
kali ini adalah ibu hamil yang telah masuk dalam salah satu kriteria Kehamilan resiko tinggi di
Puskesmas. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa Ibu hamil yang memiliki risiko dan Ibu hamil pada
umumnya yang datang di poli KIA PKM Tipo di hari tersebut.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi mengenai Hipertensi dalam kehamilan pada kegiatan penyuluhan
ini telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal: 14 januari 2021

Waktu : 09.30 WITA

Tempat : Poli KIA Puskesmas Tipo

Kegiatan : diskusi dua arah mengenai hipertensi dalam kehamilan

Monitoring

Selama dilakukan edukasi, antusiasme pasien terlihat tinggi. Pertanyaan yang ditanyakan terkait
tentang bagaimana cara mencegah terjadinya Hipertensi dalam kehamilan dan apa yang harus
dilakukan untuk menurunkannya. Ada beberapa poin penting yang ditekankan pada peserta terkait
Hipertensi dalam kehamilan, yaitu :

1. Secara teratur memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan

2. Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

3. Olahraga yang ringan/senam bagi ibu hamil

4. Menghindari paparan asap rokok

5. Mengenali tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan

6. Konsultasikan ke dokter bila menemukan tanda-tanda Hipertensi dalam kehamilan

Ibu hamil dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis)

Latar belakang

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih satu faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya.
Menurut Depkes RI (2010) ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas <
23,5 cm merupakan salah satu faktor resikonya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi
Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk
tujuan penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA < 23,5 cm. Deteksi KEK dengan ukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan
kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi.

Dampak Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap ibu diantaranya meningkatkan risiko terjadinya
anemia, pendarahan, dan terkena penyakit infeksi. Dampak Kurang Energi Kronis terhadap proses
persalinan diantaranya akan berisiko terjadinya persalinan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), dan persalinan dengan operasi cederung meningkat. Dampak Kurang Energi Kronis
(KEK) terhadap janin diantaranya berisiko terjadinya proses pertumbuhan janin terhambat,
keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Kualitas bayi lahir sangat tergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang cukup merupakan salah
satu faktor pendukung lahirnya bayi sehat dengan berat badan yang cukup. Manfaat gizi bagi ibu
hamil, yaitu kesehatan ibu saat kehamilan, proses persiapan persalinan, memproduksi ASI, dan
manfaat gizi bagi bayi, yaitu untuk pertumbuhan janin, kesehatan janin dan membentukan sel otak.
Menurut Kemenkes RI (2015) Ibu hamil dan janin yang sehat perlu memperhatikan 2 hal yaitu
asupan makanan dan kenaikan berat badan ibu. Oleh Karena itu sangat penting bagi ibu hamil untuk
mendapatkan asupan zat gizi yang baik dan cukup.

Permasalahan
Dengan melihat kondisi, masih banyak para ibu khususnya ibu hamil yang belum sadar akan
pentingnya asupan gizi yang cukup bagi ibu hamil, belum mengetahui apa itu ibu hamil KEK dan
masalah apa yang dapat di timbulkan dari kondisi ibu hamil KEK.

Perencanaan

Promosi kesehatan melalui metode penyuluhan dalam bentuk ceramah (pemaparan dan penjelasan
tentang ibu hamil KEK) dan bentuk diskusi denga isi materi penyuluhan :

- Pengertian Ibu hamil KEK

- Penyebab Ibu hamil KEK

- Komplikasi dari kondisi Ibu hamil KEK

- Pencegahan Ibu hamil KEK

- Penatalaksaan Ibu hamil KEK

Pelaksanaan

kegiatan dilakukan di posyandu ibu hamil puskesmas tipo pada bulan desember

monitoring

Monitoring : monitoring berjalan cukup baik, peserta tertib dan memberikan respon terhadap
penyuluh dan mampu bekerjasama dengan baik.

Evaluasi : evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang penyuluhan yang
sudah diberikan pada peserta dan peserta mampu menjawab pertanyaan dengan baik
F4

GIZI BURUK

Latar belakang

Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia
meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan
menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan
buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam
kandungan.

Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat
badan balita yang tidak cukup.Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan
petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak
naik 2 kali berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya
naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar.

Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang
komprehensif dari semua pihak.Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari
pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah.Pemuka
masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi
pada masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada
pemberian makanan pada anak

Permasalahan

Status gizi pada anak saat ini kurang menjadi perhatian, padahal gizi merupakan elemen
penting dalam masa tumbuh kembang anak. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan
kematian, gizi juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan
produktivitas.

Kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan berupa
stimulasi, melainkan juga faktor gizi atau nutrisi. Untuk memperoleh anak yang cerdas dan sehat
dibutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang sehat dan seimbang dalam makanan sehari- hari. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat hubungan antara malnutrisi dengan tingkat inteligensi
dan prestasi akademik yang rendah

Perencanaan

Berdasarkan masalah di atas, maka diadakan penyuluhan tentang gizi buruk, pengenalan

makanan yang bersih dan bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan, serta pemberian bubur

kacang hijau bagi balita yang hadir dalam kegiatan penyuluhan

pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan di posyandu tipo pada hari Selasa tanggal 19 Januari 2021 dan dihadiri oleh
warga sekitar..

Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan gizi buruk berupa definisi, penyebab, klasifikasi, gejala klinis,
pengobatan, komplikasi, dan pencegahan terjadinya gizi buruk.

Monitoring

Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya pemberian


gizi yang baik, benar, dan seimbang kepada anggota keluarganya agar terhindar dari gizi buruk.
Diharapkan kedepannya, kader puskesmas yang tinggal disekitar warga dapat lebih aktif mengajak
warga untuk menghadiri kegiatan-kegiatan puskesmas demi peningkatan pengetahuan dan kualitas
hidup serta kesehatan masyarakat Indonesia.

PENYULUHAN MENINGKATAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG GIZI SEIMBANG MELALUI


POLA MAKAN

Latar belakang

Kata Gizi terjemahan dari bahasa inggris "Nutrition" dan “Nutrition science”. Kata Inggris “Nutrition”
dalam bahasa Arab disebut “Ghizai”, dan dalam bahasa Sanksekerta “Svastaharena”. Keduanya
artinya sama, makanan yang menyehatkan. Makanan bergizi adalah makanan yang dimakan secara
beraneka ragam, makanan beragam makin tinggi gizinya, cara menyusun hidangan yaitu dengan
menggunakan pedoman.

Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang terkandung di dalam makanan
maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang harus
makan makanan dan minum minuman yang mengandung tiga zat gizi utama yang cukup jumlahnya,
baik zat tenaga, zat pembangun maupun zat pengatur. Tidak seimbang ataupun kurang asupan gizi
akan dapat mempengaruhi tubuh seseorang.

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.

Dapat disimpulkan bahwa Gizi Seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang
terkandung di dalam makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam kehidupan
sehari-hari, mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan
berat badan (BB) ideal.

Permasalahan

Berdasarkan pengamatan yang kami amati, masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan makanan
yang bergizi,seimbang,dan beragam di kehidupan sehari-hari dan masih banyak sekali ibu-ibu yang
kurang memahami makna gizi seimbang itu sendiri yang merupakan aneka ragam bahan pangan
yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya),
maupun kuantitas (jumlahnya). Perilaku tersebut mengakibatkan tingginya kejadian malnutrisi baik
pada anak-anak maupun orang dewasa.

Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang
peningkatan pemahaman masyarakat tentang gizi seimbang melalui pola makan sehat,
bergizi,beragam,untuk mencegah berbagai penyakit, salah satunya yaitu dengan cara menyajikan
makanan sehat,bergizi,berimbang baik dan benar.

Perencanaan

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang peningkatan pemahaman masyarakat tentang gizi seimbang melalui pola makan
sehat, bergizi,beragam dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah berbagai penyakit dan
memberikan contoh makanan sehat ,bergizi seperti 4 sehat 5 sempurna dan dapat memahami
pedoman umum gizi seimbang (PUGS).

Kami memilih masyarakat terutama bagi ibu rumah tangga sebagai prioritas penyuluhan kami
dengan alasan agar setiap ibu menyajikan makanan sehat, bergizi dan serimabang yang terdiri dari
makanan pokok seperti nasi, lauk pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran.ini penting untuk gizi
keluarga dan anak balita bahwa hidup sehat dengan makan ,makanan bergizi harus diterapkan
dikehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan

a. Topik : Gizi Seimbang melalui pola makan bergizi,berimbang,beragam

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : Peserta posyandu puskesmas tipo

Target : pesera posyandu puskesmas tipo

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

Monitoring

1. Evaluasi Struktur

• Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

• Peserta menghadiri penyuluhan

• Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

• Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

• Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan


• Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

• Peserta menerima dengan senang hati dan menyatakan kesediaannya untuk menjaga
kesehatannya

Penyuluhan Asi Ekslusif

latar belakang

Air Susu Ibu (ASI) dapat diartikan sebagai makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan zat gizi
yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi, sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk
membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan (Pudjiadi, 2000). Pemberian
ASI eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang 2
menimpanya serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran
(Prasetyono, 2009). Upaya peningkatan cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif sesuai
peraturan Bupati Nomor 95 Tahun 2014 tentang pemberian ASI Ekslusif telah dilakukan dengan
berbagai strategi, mulai dari peningkatan kapasitas petugas dan promosi ASI Ekslusif serta
penyusunan kerangka regulasi. Hasil cakupan ASI Eksklusif tahun 2014 hingga 2016 mengalami
peningkatan yaitu: 2014 sebesar 27%, 2015 sebesar 40%, 2016 sebesar 50%, 2017 sebesar 58,7%.
Nilai cakupan ASI Eksklusif mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu sebesar 41,59%. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah ibu yang bekerja di luar rumah, sehingga
tidak dapat memberikan ASI eksklusif, rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat
mengenai pentingnya ASI bagi bayi

Permasalahan

1. Kurangnya pengetahuan ibu akan manfaat ASI Eksklusif yang baik untuk kesehatan dan tumbuh
kembang bayi

2. Pekerjaan menjadi alasan ibu dalam berhenti untuk memberikan ASI dan mengganti dengan susu
formula lainnya

3. Tidak ada wadah tempat konsultasi khusus yang disediakan dalam menangani masalah ibu selama
memberikan ASI Eksklusif

Perencanaan & Pemilihan Intervensi:

Metode yang dipilih adalah dengan melakukan penyuluhan. Penyampaian edukasi menggunakan
bahasa sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pendengar. Target sasaran utama
yang dituju adalah Ibu Hamil, Ibu yang telah melahirkan, Pasangan suami istri dan pasien yang
datang untuk berobat.

Perencanaan

Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian asi eksklusif untuk perkembangan bayi
dan pemasalahan bila bayi tidak diberikan asi eksklusif. Target sasaran penyuluhan adalah ibu
menyusui yang datang untuk melakukan imunisasi ke posyandu puskesmas tipo. Penyuluhan
dilaksanakan menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dipahami oleh Pendengar.

Pelaksanaan

pada tanggal 20 januari 2021 di posyandu pkm tipo . Selanjutnya diadakan sesi tanya jawab dan
meminta beberapa peserta untuk menyampaikan pokok penting dalam penyuluhan

monitoring

Evaluasi program dapat dilihat melalui antusias pendengar ketika menyimak, dan melakukan tanya
jawab baik selama dan sesudah penyuluhan. Salah satu pertanyaan yang dilontarkan pasien adalah,
Apa yang dilakukan jika asi tidak keluar dan bayi menolak untuk minum ASI? Kebanyakan ibu pasti
merasa gagal dalam memberikan ASI dan langsung mengganti dengan susu formula karena takut
akan bayinya yang kelaparan. Hal ini salah dan harus dibenarkan, jika ibu mendapati kondisi tersebut
maka akan di edukasi cara pemberian ASI yang benar dan mengurangi faktor yang menyebabkan ASI
tidak keluar.

Gizi pada Penderita Hipertensi

Latar belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular. Hipertensi adalah kondisi tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi juga sering disebut sebagai “silent killer” karena orang dengan
penyakit hipertensi tidak menampakan tanda dan gejala yang jelas. Hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit
jantung, dan gangguan gagal ginjal. Hipertensi bisa menyerang siapa saja baik laki - laki maupun
perempuan usia 30 - 60 tahun. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat
dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti
obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan dimana keadaan ini tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol dengan pola hidup. Pola makan adalah salah satu faktor resiko yang dapat diubah,
akan tetapi ketidaktahuan menjadi salah satu penyebab seseorang salah dalam memilih makanan.
Pengetahuan tentang hubungan penyakit dengan berbagai kebiasaan hidup dapat digunakan untuk
mencegah penyakit secara efektif. Diantaranya adalah hal umum yang terjadi pada penderita
hipertensi yaitu kurangnya pengetahuan tentang hipertensi maupun konsumsi natrium.

Kepatuhan pada penderita hipertensi sebaiknya dapat menjalankan diet rendah garam sehingga
dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Pada penderita hipertensi dapat membatasi
konsumsi garam setiap harinya. Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah dan kandungan zat gizi lemak dan sodium memiliki
kaitan munculnya hipertensi. Selain itu, penderita hipertensi dapat patuh pada diet rendah garam
dengan mengurangi makanan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang
tinggi serat dan melakukan aktivitas olahragadan adanya dukungan dari petugas kesehatan dan
dukungan keluarga

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengaturan pola hidup serta asupan makanan untuk
penderita hipertensi.

Perencanaan

Penyuluhan yang dilakukan pada lansia yang berobat ke posbindu lansia puskesmas tipo.

Pelaksanaan

Tanggal: 7 desember 2021

Pukul: 09-00-11.00

Tempat: Puskesmas tipo

Jumlah Peserta: setiap lansia yang kontrol hipertensi

Monitoring

Pasien paham akan penyuluhan yang diberikan serta berniat untuk mengubah pola hidup serta
mengontrol asupan makanan yang cocok untuk penderita Hipertensi.

Penyuluhan asupan zat gizi pada Diabetes Melitus

Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor. Faktor
resiko terjadinya DM antara lain faktor genetik, pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola
makan atau diet yang tidak seimbang. Artikel ini membahas penyakit DM dan peran asupan zat gizi
dalam mencegah dan mengatasi Penyakit DM. Vitamin C adalah salah satu zat gizi mikro yang
berperan dalam mengontrol kadar gula darah. Dianjurkan bagi masyarakat untuk mengonsumsi
makanan secara seimbang dan bagi penderita DM disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan
Indeks Glikemik rendah, konsumsi serat yang cukup dan konsumsi buah-buahan serta sayuran yang
banyak mengandung vitamin seperti vitamin C, yang berperan sebagai antioksidan dan mencegah
berkembangnya Penyakit DM.

Terjadinya peningkatan penderita DM di negara-negara berkembang dikarenakan adanya perubahan


pola makan, yaitu dari makanan tradisional yang sehat, tinggi serat, rendah lemak, rendah kalori
dengan meningkatnya konsumsi makanan mengandung kalori seperti karbohidrat sederhana, lemak,
daging merah dan rendah serat. Data menunjukkan adanya peningkatan dalam persediaan makanan
hewani dan asupan asam lemak
jenuh terutama di negara-negara Asia Selatan dan AsiaTenggara.

Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Sumber-sumber gula yang dimurnikan
(refinedsugar) akan diserap lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau
makanan berserat seperti sereal atau buah atau dari jenis karbohidrat kompleks. Namun perlu
diperhatikan efek glikemia yang cukup besar variabilitasnya di antara berbagai makanan yang
komposisinya tampak sama. Makanan berserat akan memberikan serat pangan, vitamin dan mineral
serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi serat dalam jumlah yang
cukup dapat memberikan manfaat metabolik berupa pengendalian gula darah, hiperinsulinemia dan
kadar lipid plasma atau faktor risiko kardiovaskuler

permasalahan

Penyuluhan mengenai Diabetes perlu dilakukan karena :

1. Tingginya angka kejadian Diabetes

2. Ketidakpatuhan penderita Diabetes dalam pengobatan

3. Kurangnya pemahaman penderita mengenai apa yang harus di konsumsi dan risiko
komplikasi yang dapat terjadi akibat Diabetes Melitus

Perencanaan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai Diabetes, maka kami memilih penyuluhan
dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang penyebab,
gejala, asupan, terapi pengobatanyang bisa dilakukan dan upaya pencegahan. Kegiatan dilakukan di
Puskesmas dengan pembatasan peserta dan jarak duduk karena program social distancing sejak
munculnya pandemi virus covid-19.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi pada kegiatan Puskesmas Kariangau telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : 9 Juni 2021

Waktu : 09.00-10.00 WITA

Tempat : Puskesmas Kariangau.

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi mengenai asupan yang dikonsumsi pada penderita
Diabetes Melitus

Sasaran : Masyarakat yang berobat di Poli Umum Puskesmas singgani

Monitoring

Secara keseluruhan acara penyuluhan mengenai penyakit Diabetes Melitus ini berjalan dengan baik
dan lancar. Seluruh peserta mendengarkan edukasi sampai selesai. Respons peserta cukup baik yang
ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Setelah
dilakukannya penyuluhan ini diharapkan angka kejadian penyakit Diabetes dapat menurun, dan
masyarakat memahami risiko komplikasi dan cara pencegahannya, serta meningkatnya kepatuhan
berobat pada penderita diabetes.

F5

Pencegahan Penyakit Menular Diare

latar belakang

Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali atau lebih dalah
24 jam. Berdasarkan WHO pada tahun 2013 diare merupakan salah satu penyebab kematian balita
tertinggi kedua di Indonesia setelah ISPA. Prevalensi diare terbesar ada pada kategori usia 1-4 tahun
(16.7%) pada tahun 2013. Selain itu, hingga saat ini jumlah kasus diare cenderung meningkat setiap
tahunnya.

Permasalahan

Hingga saat ini jumlah kasus diare di Indonesia masih sangat tinggi, dan masih menjadi salah satu
penyebab kematian balita terbanyak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai diare sehingga terjadi keterlambatan dalam penanganan diare terutama pada balita dan
anak. Data dari Subdit Diare Kemenkes RI pada tahun 2010 mendapatkan 17,52% balita dengan
diare tidak dibawa beroba, 6,4% diobati dengan membeli obat dari warung, 1% dibawa ke dukun, 1%
dengan membeli obat di toko obat dan 0,85% dengan membeli obat di apotek. Selain itu, cakupan
pemberian oralit dan larutan gula dan garam pada masyarakat juga masih rendah, hanya 37% yang
mendapatkan oralit dan 7,28% yang diberikan larutan gula dan garam. Hal ini menggambarkan
kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat, khususnya orang tua mengenai pencegahan,
serta penanganan diare yang optimal. Maka dari itu, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar
perlu melakukan promosi kesehatan serta edukasi yang menyeluruh kepada masyarakat untuk
mengurangi jumlah kasus diare dan mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.

Perencanaan

Intervensi dilakukan dengan memberikan konseling, informasi, edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien dengan diare. Metode dilakukan melalui metode diskusi antar dokter dengan pasien. Materi
yang disampaikan mencakup definisi, penularan/penyebaran, tatalaksana, pencegahan, tanda
bahaya diare. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali
atau lebih dalam 24 jam. Faktor risiko yaitu higiene pribadi yang kurang, sanitasi lingkungan yang
kurang memadai, sumber air kurang bersih, konsumsi makanan/minuman terkontaminasi. Tanda
dan gejala diare termasuk BAB cair >3x dalam 24 jam, nyeri perut, dapat disertai mual/muntah,
berat badan turun, tanda kekurangan cairan/dehidrasi, tanda utama dehidrasi: Keadaan umum
lemah, haus, turgor kulit menurun, tanda tambahan: Ubun-ubun cekung, kelopak mata cekung, air
mata cekung, mikosa bibir dan mulut kering. Tanda bahaya diare yaitu diare lebih sering, muntah
berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.
Tatalaksana Diare pada adalah menggunakan konsep LINTAS DIARE:

1. Rehidrasi menggunakan cairan oralit

2. Berikan zinc 10 hari berturut-turut


3. Teruskan pemberian ASI dan makanan

4. Penggunaan antibiotic selektif

5. Berikat nasihat kepada orangtua/pengasuh mengenai pemberian cairan dan obat, serta
tanda bahaya pada anak agar dapat segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Pencegahan diare adalah dengan pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI,
menggunakan air bersih, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan,
menggunakan jamban sehat, pemberian imunisasi campak"

Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : 21 Juni 2021

Waktu : 09.00

Tempat : Poli anak puskesmas singgani

Kegiatan : Edukasi dan diskusi mengenai penyakit Diare.

Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Singgani

Monitoring

KIE berlangsung dengan baik tanpa terkendala, dan pasien serta anggota keluarga pasien
berpartisipasi aktif dalam diskusi dengan ikut bertanya dalam diskusi. Pasien bertanya mengenai
jenis makanan yang dapat diberikan pada anak dengan diare, serta kapan anak harus dibawa ke
rumah sakit. Evaluasi dari pelaksanaan KIE ini adalah keterbatasan waktu dalam melakukan diskusi
karena diskusi dilaksanakan saat jam pelayanan masih berlangsung

PENYULUHAN PENYAKIT DEMAM TIFOID

Latar belakang

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropics
terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan
sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid di
negara berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standar hygiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah. Menurut Pang, selain karena meningkatnya
urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi masalah karena beberapa faktor lain yaitu, adanya
strain yang resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan penatalaksanaan karier,
keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan faktor virulensi yang belum
dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah.

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yang dapat bertahan hidup lama di lingkungan
kering dan beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63ºC. Organisme ini juga
mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering dan pakaian, mampu
bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan serta berkembang biak dalam
susu, daging, telur atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya.
Manusia merupakan satu-satunya sumber penularan alami Salmonella typhi, melalui kontak
langsung maupun tidak langsung dengan seorang penderita demam tifoid atau karier kronis.
Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makanan atau air yang tercemar tinja manusia.
Epidemi demam tifoid yang berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah yang utama.
Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari seorang ibu yang mengalami
bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat di lahirkan oleh seorang ibu yang
merupakan karier tifoid dengan rute fekal oral. Seseorang yang telah terinfeksi Salmonella typhi
dapat menjadi karier kronis dan mengeksresikan mikro organisme selama beberapa tahun.

Permasalahan

Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, maka diadakan kegiatan penyuluhan kesehatan
mengenai demam tifoid untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar kesadaran tentang
penyakit ini bisa menjadi lebih tinggi. Pada penyuluhan dijelaskan mengenai definisi, penyebab,
gejala, cara penyebaran, pencegahan, pengobatan yang tepat, dan komplikasi penyakit yang dapat
muncul akibat demam tifoid. Selain itu juga dalam penyuluhan ini juga dijelaskan mengenai diet
makanan untuk pasien demam tifoid.

Pelaksanaan

Hari, tanggal :8 Juni 2021

Waktu : 09.00 WITA

Tempat : Poli Dewasa Puskesmas Singgani

Durasi : 30 menit

Monitoring

KIE berjalan sebagaimana yang diharapkan. Pasien cukup antusias mengikuti kegiatan dan sebagian
besar peserta aktif dalam kegiatan ini. Pasien yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada
pemateri mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada pemateri.

Penyuluhan Dispepsia

Latar belakang

Dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian
atas. Definisi dispepsia yang lain sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi
adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di
daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan
perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah
dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita selama
beberapa minggu atau bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus menerus.
Permasalahan

Penyuluhan mengenai Dispepsia perlu dilakukan karena :

1. Tingginya angka kejadian Dispepsia di Puskesmas Singgani.

2. Tingginya morbiditas yang terjadi akibat dyspepsia.

3. Kurangnya pemahaman penderita mengenai risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat
Dispepsia

Perencanaan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai dispepsia, maka kami memilih melakukan
penyuluhan dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi tentang
penyebab, gejala, terapi pengobatan yang bisa dilakukan dan upaya pencegahan. Kegiatan dilakukan
di Puskesmas dengan pembatasan pasien dan jarak duduk karena program social distancing sejak
munculnya pandemi virus covid-19.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi pada kegiatan Puskesmas Singgani telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : 21 Juni 2021

Waktu : 09.00-10.00 WITA

Tempat : Poli Dewasa Puskesmas Singgani.

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi mengenai Dispepsia

Sasaran : Masyarakat yang berobat di Poli Umum Puskesmas Singgani

Monitoring

Secara keseluruhan acara penyuluhan mengenai penyakit Dispepsia ini berjalan dengan baik dan
lancar. Seluruh peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai. Respons peserta cukup baik yang
ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Setelah
dilakukannya penyuluhan ini diharapkan angka kejadian penyakit dispepsia dapat menurun, dan
masyarakat memahami risiko komplikasi dan cara pencegahannya, serta meningkatnya kepatuhan
berobat pada penderita dispepsia.

Penyuluhan Hipertensi

Latar belakang

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik
lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan
cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90
mmHg.

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang
dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti
riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak
jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit
jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari
organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.
Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling
berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular).

Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar individu yang mengalami hipertensi. WHO juga
mencatat terdapat kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab utama terjadinya 62 persen
pada kasus cerebrovascular disease dan 49 persen penyebab terjadinya Penyakit jantung iskemik.
Selain itu, hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal ginjal bila
tidak ditangani secara baik. Prevalensi hipertensi pada penderita perempuan lebih tinggi, yaitu 37%,
sedangkan pria 28%. Prevalensi hipertensi di negara-negara maju cukup tinggi, yaitu mencapai 37%.
Sementara di negara-negara berkembang 29,9% (WHO, 2005). Di Indonesia prevalensi hipertensi
tahun 2007 mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Singapura yang mencapai 27,3%, Thailand dengan 22,7% dan Malaysia mencapai 20%.

Permasalahan

Penyuluhan mengenai Hipertensi perlu dilakukan karena :

1. Tingginya angka kejadian Hipertensi

2. Ketidakpatuhan penderita Hipertensi dalam pengobatan

3. Kurangnya pemahaman penderita mengenai risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat
Hipertensi

Perencanaan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai Hipertensi, maka kami memilih “METODE
PENYULUHAN” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi
tentang penyebab, gejala, terapi pengobatan yang bisa dilakukan dan upaya pencegahan. Kegiatan
dilakukan di Puskesmas dengan pembatasan peserta dan jarak duduk karena program social
distancing sejak munculnya pandemi virus covid-19.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan diskusi pada kegiatan Puskesmas Singgani telah dilaksanakan pada:

Hari/ Tanggal : 4 Juni 2021

Waktu : 09.00-10.00 WITA


Tempat : Puskesmas Singgani.

Kegiatan : diskusi mengenai Hipertensi dilakukan oleh dokter

Sasaran : Masyarakat yang berobat di Poli Umum Puskesmas Tipo

Monitoring

Secara keseluruhan acara penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi ini berjalan dengan baik dan
lancar. Seluruh peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai. Respons peserta cukup baik yang
ditunjukkan dengan memperhatikan, memberi tanggapan dan mengajukan pertanyaan. Setelah
dilakukannya penyuluhan ini diharapkan angka kejadian penyakit Hipertensi dapat menurun, dan
masyarakat memahami risiko komplikasi dan cara pencegahannya, serta meningkatnya kepatuhan
berobat pada penderita hipertensi.

Penyuluhan scabies

Latar belakang

Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei var hominis (S.
scabiei) yang membentuk terowongan pada lapisan stratum korneum dan stratum granulosum
pejamu. S. scabiei termasuk parasit obligat pada manusia. Skabies menjadi masalah yang umum di
dunia, mengenai hampir semua golongan usia, ras, dan kelompok sosial ekonomi. Kelompok sosial
ekonomi rendah lebih rentan terkena penyakit ini

Skabies merupakan penyakit kulit yang bersifat global. Prevalensi skabies meningkat dan memberat
pada negara tropis, yaitu sekitar 10 % dan hampir 50 % mengenai anak-anak. Skabies dapat muncul
endemik pada anak usia sekolah, dan kejadiannya sangat sering di daerah pedesaan terutama di
negara berkembang, pasien lanjut usia yang dirawat di rumah, pasien dengan HIV/AIDS, dan pasien 2
yang mengkonsumsi obat imunosupresan akan mengalami faktor risiko yang lebih besar untuk
mengalami scabies. Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak langsung
dengan benda yang terkontaminasi tungau. Skabies dapat mewabah pada daerah padat penduduk
seperti daerah kumuh, penjara, panti asuhan, panti jompo, dan sekolah asrama. Penyebab skabies
antara lain disebabkan oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi,
pemakaian handuk, mengganti pakaian dan melakukan hubungan seksual.

Permasalahan

Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya
rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan berat serta menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Lesi pada skabies menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga
penderita seringkali menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A
Streptococcus dan Staphylococcus aureus. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit
ini, antara lain keadaan social ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik seperti keadaan
penduduk dan ekologi. Keadaan tersebut memudahkan transmisi dan infestasi Sarcoptes scabiei.
Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan
kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi seperti asrama, panti asuhan, dan penjara.
Perencanaan

Oleh karena permasalahan di atas, maka diadakan penyuluhan tentang penyakit skabies pada warga
tipo yang berobat ke Poli Umum Puskesmas, sehingga dapat dilakukan pencegahan penularan dan
penatalaksaan sedini mungkin sehingga masyarakat dapat mengenal gejala dan tanda penyakit
skabies lebih dini. Kegiatan dilakukan di Puskesmas dengan pembatasan peserta dan jarak duduk
karena program social distancing sejak munculnya pandemi virus covid-19.

Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : 25 Januari 2021

Waktu : 09.00 - 10.00 WITA

Tempat : Poli Umum Puskesmas Tipo

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi mengenai penyakit Skabies.

Sasaran : Masyarakat yang berobat di Poliklinik umum Puskesmas Tipo

Monitoring

Kegiatan berjalan dengan baik, warga tipo menyimak materi dengan baik selama kegiatan
berlangsung. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai pentingnya
untuk mengenali gejala-gejala penyakit skabies sehingga dapat dilakukan pencegahan penyebaran
penyakit tersebut, terutama di daerah Tipo di mana merupakan daerah pemukiman yang cukup
padat sehingga memudahkan transmisi penyakit skabies.

Diharapkan kedepannya, setelah diadakannya penyuluhan penyakit skabies ini, pandangan warga
terhadap infeksi parasit pada tubuh, terutama skabies dapat menjadi lebih terbuka.

F6

Diabetes Mellitus

Latar belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai
adanya hiperglikemia yang disebabkan karena defek sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau
keduanya.

Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta lebih


penduduk Indonesia menderita DM. Di masa mendatang, diantara penyakit degeneratif diabetes
adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa
mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun
2025 jumlah tersebut akan membengkak menjadi 300 juta orang.

Dalam jangka waktu 30 tahun, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan naik sebesar 40%
dengan peningkatan jumlah pasien DM yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh
karena :

a) faktor demografi

b) gaya hidup yang kebarat-baratan

c) berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi

d) meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes semakin panjang

Penanganan yang terbaik dari penyakit DM adalah pencegahan. Pencegahan terdiri dari pencegahan
primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya penyakit DM dengan
gaya hidup yang sehat dan aktifitas fisik secara rutin. Pencegahan sekunder adalah suatu upaya
skrining kesehatan sehingga dapat dilakukan penegakan diagnosis sejak dini dan pemberian terapi
yang tepat dan adekuat. Mengingat penyakit DM adalah penyakit yang dapat menyebabkan
komplikasi dan kemungkinan kecacatan yang besar, maka juga perlu dilakukan pencegahan tersier
yaitu berupa pencegahan terjadinya kecacatan dan upaya rehabilitasi guna mengembalikan kondisi
fisik/ medis, mental, dan sosial.

Permasalahan

Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5-2,3% pada


penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM sebesar 14,7%
dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara
maju, sehingga DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Indonesia, penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa,
maka diperkirakan terdapat penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural 5,5
juta. Menurut Pola Penyakit pasien yang berobat ke Puskesmas Singgani, DM tipe 2 termasuk dalam
20 besar penyakit.

Perencanaan

Intervensi melalui tahapan anamnesis, pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, menyampaikan hasil
diagnosa, rencana terapi dan edukasi mengenai pengetahuan dasar mengenai penyakit, pencegahan
dan pengendalian penyakit

Pelaksanaan

Hari/tanggal: 24 Mei 2021

Tempat : Puskesmas Singgani


Monitoring

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up terhadap keluhan pasien,
monitoring tekanan darah, kadar glukosa darah, monitoring efek samping obat yang mengganggu
pasien serta komplikasi Diabetes yang mungkin timbul. Setelah dilakukan evaluasi dan follow up
pasien tidak ada perbaikan maka direncanakan untuk dirujuk ke RSUD Undata atau RS lainnya untuk
penatalaksanaan yang lebih lanjut

 DIARE PADA ANAK

Latar belakang

Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair.Diare adalah penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Diare merupakan
salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus
setiap tahunnya. Manifestasi klinis dari penyakit diare pada bayi dan anak antara lain meliputi:
gelisah, cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah

Permasalahan

Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (12 - 59 bulan) sebesar
(25,2%) , pada bayi (29 hari - 11 bulan) sebesar (31,4%) , dan nomor lima bagi semua umur. Bila
penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian pada penderita diare bila tidak segera
ditangani dengan benar adalah dehidrasi. Tanda dan gejalanya berupa berat badan turun, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, bibir dan mulut, serta kulit tampak
kering.

Perencanaan

Penyuluhan dilakukan di Puskesmas Singgani, pada tanggal 16/06/2020 pukul 8.30.00 di ruang
tunggu pasien yang sedang berobat. Penyuluhan dimulai dengan latar belakang diare, mortalitas dan
morbiditas, faktor resiko, tanda serta gejala, dan komplikasi.

Monitoring

Evaluasi program dapat dinilai melalui sesi tanya jawab. Banyak dari pasien memperhatikan
pembawa materi serta terdapat beberapa pertanyaan dari peserta. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat peduli terhadap materi, menyimak dengan baik, dan ingin mengaplikasikan apa yang
sudah dipelajari pada kehidupan sehari-hari. Saat penyuluhan banyak dari partisipan yang menjadi
sadar dan mengenali tanda bahaya diare sehingga dapat diberikan penanganan secepat mungkin
untuk mencegah komplikasi.
UPAYA PENGOBATAN DASAR TUBERKULOSIS PARU

latar belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama menjadi permasalahan
kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah dideklarasikan sebagai Global Health
Emergency oleh World Health Organization (WHO). Berdasarkan laporan terbaru dari WHO pada
tahun 2009, insiden kasus TB di dunia telah mencapai 8,9–9,9 juta, prevalensi mencapai 9,6–13,3
juta, dan angka kematian mencapai 1,1–1,7 juta pada kasus TB dengan HIV negatif dan 0,45–0,62
juta pada kasus TB dengan HIV positif.

Data yang dilaporkan tiap tahun menunjukkan insiden atau kasus TB baru cenderung meningkat
setiap tahun, sebagai contoh insiden pada tahun 2008 diestimasi sebesar 9,4 juta, dibandingkan
dengan tahun 2007 dan 2006 sebelumnya yang masing-masing sebesar 9,27 juta dan 9,24 juta.
Indonesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban
TB. Konstribusi TB di Indonesia sebesar 5,8 %.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis dan varian
mycobacterium lainnya seperti M. Tuberkulosis, M. africanum, M. bovis, M. canettii, dan M. microti.
Bakteri patogen ini menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya. Mycobacterium Tuberkulosis
umumnya disebarkan melalui udara dalam bentuk droplet nuklei yang menimbulkan respon
granuloma dan inflamasi jaringan. Tanpa penanganan yang baik, kasus akan menjadi fatal dalam 5
tahun.

Menurut Leavell (1953), terdapat lima tahapan dalam pencegahan penyakit menular, yaitu promosi
kesehatan, proteksi khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang cepat, pembatasan disabilitas, dan
rehabilitasi. Berkaitan dengan upaya penurunan angka kasus baru TB di Indonesia, maka tahapan ke-
3 sangat penting guna memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang yang sehat. Selama ini,
upaya yang ditempuh dalam hal pengobatan penderita TB di Indonesia adalah dengan pemberian
obat anti-tuberkulosis (OAT) lini-1. Pada tahun 2006, angka keberhasilan pengobatan mencapai 91%,
tapi keberhasilan pengobatan ulangan hanya mencapai 77%, dan tidak semua kasus TB
mendapatkan pengobatan seperti yang diharapkan sebab angka case detection rate Indonesia hanya
51% pada tahun yang sama. Permasalahan ini diperberat dengan fakta bahwa Indonesia dan dunia
telah dihadapkan pada permasalahan baru dalam pengobatan TB yakni TB dengan multidrug-
resistant (TB-MDR).

Permasalahan

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit tuberkulosis paru di masyarakat,
beberapa laporan menyebutkan bahwa kasus tuberkulosis sangat sering ditemukan pada keadaan
lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi masyarakat yang tergolong rendah, tingkat
pendidikan yang rendah serta kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek, serta
kepatuhan dalam minum obat. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengobatan yang diberikan tidak
adekuat.

Perencanaan
Cara dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah diadakan
kegiatan deteksi tuberkulosis di poliklinik Puskesmas Singgani dan melakukan pencegahan transmisi
langsung dari penderita terinfeksi M. Tuberkulosis dan pada orang yang berisiko tinggi tertular dan
terinfeksi. Dalam kegiatan tersebut dilakukan screening penyakit terhadap pasien-pasien yang
datang berobat di poliklinik, berdasarkan tanda dan gejala yang sesuai dengan penyakit ini. Semua
pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya,
harus di evaluasi untuk Tuberkulosis Paru. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang
mampu mengeluarkan dahak) yang diduga menderita tuberkulosis paru harus diperiksa mikroskopis
spesimen sputum atau dahak 3 kali. Jika hasil laboratorium mendukung, diberikan pengobatan yang
sesuai dan dibekali dengan cara penggunaan obat yang semestinya serta diedukasi dengan
memberikan penyuluhan perorangan kepada pasien serta keluarga pasien mengenai tuberkulosis
paru terutama faktor yang mempengaruhi kerentanan tertularnya M. Tuberkulosis yang dapat
memudahkan penularan penyakit tuberkulosis paru dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
terapi gagal serta kekambuhan penyakit ini. Selama menunggu hasil pemeriksaan dahak pasien
diberikan pengobatan antibiotik spektrum luas. Meskipun dari hasil laboratorium tidak mendukung,
tetapi dari gambaran klinis sangat sesuai dengan tuberkulosis paru, foto thoraks sesuai Tuberkulosis
Paru, riwayat paparan terhadap kasus Tuberkulosis Paru positif, serta kurangnya respon terhadap
terapi antibiotik spektrum luas, tetap dapat di diagnosis Tuberkulosis Paru dan diberikan pengobatan
khusus TB Paru selama enam bulan.

Pelaksanaan

Kegiatan ini diadakan di poliklinik Puskesmas Singgani, pada bulan Mei, kemudian ditemukan pasien
perempuan, 25 tahun datang dengan keluhan batuk yang sudah dialami sejak 2 Minggu lalu. Batuk
disertai dahak kuning kehijauan, batuk darah negatif. Pasien juga merasa badan lemah, nafsu makan
menurun

Monitoring

Selain medikamentosa, pasien juga diberikan penjelasan mengenai tingkat penularan penyakit ini
sangat tinggi terutama melalui udara sehingga sangat dianjurkan kepada pasien agar memakai
masker dan tidak membuang lendir/dahak disembarang tempat. Selain itu, kami memberikan
penyuluhan mengenai pentingnya kebersihan pribadi dan lingkungan serta pentingnya kepatuhan
dalam minum obat selama 6 bulan secara rutin. Pasien dan keluarganya terutama yang tinggal
serumah, kemudian diberi penjelasan dan penyuluhan secara personal mengenai penyakit tersebut,
faktor-faktor risiko yang perlu dihindari, dan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
mencegah kekambuhan, serta bagaimana penggunaan obat yang semestinya. Untuk selanjutnya,
kami meminta keluarga pasien untuk turut menjadi pengawas minum obat pasien yang
bersangkutan serta untuk meneruskan informasi dan pengetahuan tersebut, misalnya kepada
tetangga atau keluarga lainnya.

Infeksi Saluran kemih

Latar belakang
Infeksi saluran kemih atau yang dikenal dengan ISK merupakan infeksi yang terjadi pada saluran
kemih/kencing. Saluran kemih pada manusia terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Penyebab terjadinya infeksi saluran kemih adalah adanya mikroorganisme patogen yang terdapat di
dalam saluran kemih. Mikroorganisme patogen tersering adalah bakteri. Baik pria maupun wanita
bisa beresiko terkena ISK, namun demikian wanita lebih beresiko untuk terkena ISK. Sembilan dari
sepuluh kasus ISK disebabkan oleh bakteri Eschenrichia Coli atau E. Coli yang umumnya hidup di
dalam usus besar dan sekitar anus. Diperkirakan bakteri ini masuk ke dalam uretra seseorang akibat
kurang baik dalam melakukan pembersihan setelah buang air besar maupun kecil. Pada saat itulah
bakteri dapat masuk ke dalam saluran kemihnya. Dalam kasus seperti ini, wanita lebih rentan
terkena ISK karena jarak uretra dengan anus pada tubuh mereka lebih dekat dari pada tubuh pria.
Selain itu, seseorang dengan asupan cairan yang kurang dan orang yang sering menahan keinginan
untuk buang air kecil juga beresiko terkena ISK. Untuk mengenali penyakit ISK bukan hal yang mudah
karena tahap awal yang masih ringan biasanya penyakit ini asimtomatik atau tanpa gejala. Pada
kasus ISK, biasanya akan ditemukan abnormalitas pada hasil pemeriksaan urin seperti adanya
bakteri, leukosit asterase, maupun eritrosit. Beberapa gejala yang ditemukan pada penderita ISK
antara lain rasa ingin selalu buang air kecil namun hanya sedikit kencing yang dikeluarkan (sering
dikenal dengan istilah “anyang-anyangan”), nyeri atau perih saat buang air kecil, nyeri pada bagian
perut, warna urin keruh / merah / disertai nanah, mual muntah, demam dan nyeri di bagian
punggung atau pinggang

Permasalahan

Akibat berbagai aktivitas dan kebiasaan hidup yang tidak baik juga berdampak pada system kemih
seseorang diantara infeksi saluran kemih paling sering ditemukan di balai pengobatan umum
terutama wanita. Apabila kita merasakan gejala infeksi saluran kemih, jangan pernah dibiarkan
hingga berlarut-larut, karena bukan tidak mungkin ISK dapat menimbulkan komplikasi yang
tergolong serius, misalnya gangguan pada ginjal dan infeksi darah (sepsis

Perencanaan

Kegiatan ini ditujukan pada masyarakat yang datang berkunjung ke Puskesmas Singgani untuk dapat
mengetahui keadaan infeksi saluran kemih dan cara pencegahannya.

Pelaksanaan

Hari / Tanggal : Senin, 5 juli 2021

Pukul : 08.30 – 09.00 WITA

Tempat : Poli umum di Puskesmas Kariangau

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi mengenai ISK

Monitoring

1. Dokter internsip mengedukasi keadaan infeksi saluran kemih dan cara pencegahannya.
2. Diharapkan masyarakat dapat memahami kondisi infeksi saluran kemih penyebabnya, cara
pencegahan dan penanggulangannya.

3. Masyarakat dapat memahami tentang infeksi saluran kemih.

Gout Arthritis

latar belakang

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu meningkatnya Umur Harapan
Hidup (UHH) dari 70,7 tahun pada tahun 2008 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025 (Kemenkokesra
RI, 2010). Selain itu meningkatnya status kesehatan masyarakat selain ditunjukkan oleh angka
kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan. Oleh meningkatnya Umur
Harapan Hidup (UHH). Penduduk di Indonesia, sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan
pelayanan kesehatan manusia, UHH semakin tinggi pula. Kondisi ini membuat populasi usia lanjut di
Indonesia semakin tinggi. Sejak tahun 2000, persentase penduduk lansia di Indonesia melebihi 7%
yang berarti Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population).
Adanya struktur ageing populationmerupakan cerminan dari semakin tingginya rata-rata UHH.
Tingginya UHH merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional di
bidang kesehatan. Seperti yang dilaporkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
komposisi penduduk lansia di Indonesia tahun 2012 berjumlah 18.584.905 jiwa dengan proporsi
jumlah lansia perempuan 10.046.073 jiwa (54%) dan lansia laki-laki 8.538.832 jiwa (46%) (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014).

Akibat dari peningkatan UHH berdampak pada masalah kesehatan. Keluhan kesehatan lansia yang
paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis salah satunya adalah gout
arthritis atau yang sering disebut asam urat (Pusdatin Kemenkes RI, 2013).

Salah satu penyakit yang sering di alami oleh kelompokpralansia yaitu penyakit hiperurisemia.
Hiperurisemia merupakan gangguan metabolik yangdi tandai dengan meningkatnya kadar asam
urat.

Penyakit asam urat atau disebut dengan gout arthritis terjadi terutama pada laki-laki, mulai dari usia
pubertas hingga mencapai puncak usia 40-50 tahun,sedangkan pada perempuan, persentase asam
urat mulai didapati setelah memasuki masa menopause. Kejadian tingginya asam urat baik di negara
maju maupun negara berkembang semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Kadar
asam urat pada pria meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang.Seseorang yang
mengalami asam urat (gout arthritis) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
makanan yang dikonsumsi umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang
mengandung purin terlalu tinggi), Purin merupakan satu senyawa di metabolisme di dalam tubuh
dan menghasilkan produk akhir yaitu asam urat.

Permasalahan

Akibat dari peningkatan UHH berdampak pada masalah kesehatan. Hal tersebut tergambar pada
keadaan kesahatan para lanjut usia.
Dalam program pengobatan di poli umum banyak ditemukannya kondisi gout arthritis. Tentunya hal
tersebut akan memperangaruhi kualitas hidup pada usia lanjut

Perencanaan

Kegiatan ini ditujukan pada masyarakat lansia yang datang berkunjung ke Puskesmas Graha indah
untuk dapat mengetahui keadaan gout arthritis dan cara pencegahan serta penanggulangannya.

Pelaksanaan

Hari / Tanggal : senin, 28 juni 2021

Pukul : 09.00 – 09.40 WITA

Tempat : Poli lansia di Puskesmas Kariangau

Kegiatan : Penyuluhan dan diskusi mengenai Gout Artritis

Monitoring

1. Dokter internsip mengedukasi ciri ciri gout arthritis, cara pencegahan dan penanggulangannya

2. Diharapkan para lansia dapat memahami kondisi gout arthritis dan penyebabnya, cara
pencegahan dan penanggulangannya.

3. Para lanjut usia dapat memahami tentang gout arthritis.

F7

Gambaran Kepatuhan Pasien Yang Berkunjung Di Puskesmas Tipo Terhadap Protokol


Kesehatan Di Era New-Normal Pandemi COVID-19 Periode Desember 2020 - Januari 2021

Latar belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO
China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian
tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11
Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Selain itu, akibat
dampaknya yang begitu luas telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) Sebagai Bencana Nasional. Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun
nasional masih dalam risiko sangat tinggi. Oleh karenanya dikeluarkanlah pedoman dalam
upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 dalam bentuk protokol kesehatan yang
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan seperti mencuci tangan yang teratur, menjaga jarak,
memakai masker, etika batuk yang benar dsb. Dalam prakteknya, penambahan kasus setiap
harinya menggambarkan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih belum optimal
dilaksanakan oleh masyarakat.

Permasalahan
Seiring bertambahnya kasus COVID-19 di Indonesia setiap harinya, tentunya
diperlukan tindakan-tindakan pencegahan untuk memutus ataupun mengurangi mata rantai
penularan COVID-19. Tindakan pencegahan ini diterbitkan Kementerian Kesehatan RI dalam
bentuk protokol-protokol kesehatan. Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol
kesehatan tersebut perlu diteliti untuk mengetahui persentase masyarakat yang patuh atau
tidak patuh terhadap protokol kesehatan COVID-19, yang kemungkinan berkontribusi
terhadap tingginya angka penambahan kasus COVID-19.

Perencanaan
Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Tipo Kota Palu dengan cara pemberian kuesioner
pada seluruh pengunjung puskesmas tipo dan sekaligus pemberian edukasi jika pasien tidak
mengerti dengan isi dari kuesioner

Pelaksanaan
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Tipo Kota Palu.
b. Waktu Penelitian
Penelitan dilakukan pada tanggal 27 Desember 2020 - 27 Januari 2021.
c. Populasi dan Sampel
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang berkunjung di Puskesmas.
Populasi terjangkau: Pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tipo tanggal 27 Desember
2020-27 Januari 2021 dengan sampel berjumlah 102 orang.
Evaluasi dan monitoring
• Pasien yang berkunjung di Poli Umum Puskesmas Tipo periode Desember 2020
– Januari 2021 tergolong telah mematuhi dengan baik protokol kesehatan
COVID-19 dengan tingkat kepatuhan berturut-turut baik (78%) dan cukup
(22%).
• Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan faktor apa saja yang
mempengaruhi kepatuhan terhadap protokol kesehatan COVID-19 di daerah
wilayah kerja Puskesmas Tipo Kota Palu.

Anda mungkin juga menyukai