Anda di halaman 1dari 37

SAMA SAMA GUYS

LAPORAN KEGIATAN UKM

F1.1 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tgl. Mulai 4 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 4 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan tentang Gejala, Cara Penularan, dan Pencegahan COVID-19 di UPT. Puskesmas Tabanan
III

Latar Belakang Coronavirus merupakan kelompok virus yang dapat menimbulkan penyakit mulai dari penyakit
dengan gejala ringan sampai gejala berat. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China
pada bulan Desember 2019.
Di Indonesia, kasus COVID-19 pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2021 sejumlah dua kasus.
Data 31 Maret 2021 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus
kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain adalah demam (suhu tubuh> 380C), batuk, dan
kesulitan bernafas. Pada beberapa pasien, gejala yang mumcul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis
bahkan meninggal.
Penyebaran COVID-19 bisa dikatakan sangat cepat. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 baik mencakup gejala,
cara penularan, dan pencegahannya. Fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas memiliki
peranan sangat penting sebagai garda terdepan dalam melakukan pencegahan dan pengendalian
penularan COVID-19. Oleh sebab itu UPT. Puskesmas Tabanan III melakukan promosi
kesehatan/penyuluhan mengenai COVID-19 kepada masyarakat yang berobat untuk mencegah
penyebaran dari COVID-19 ini.
Permasalahan 1) Semakin tingginya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, khususnya di wilayah Kabupaten
Tabanan.
2) Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gejala. Cara penularan, dan cara pencegahan
COVID-19
Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk mencegah penyebaran dan
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai COVID-19, maka dipilih metode penyuluhan dalam
perencanaan dan pemilihan intervensi. Informasi yang akan diberikan mengenai gejala, cara
penularan, dan cara pencegahan COVID-19. Kegiatan penyuluhan disertai dengan sesi simulasi cara
pencegahan cuci tangan dan penggunaan masker yang baik dan benar, serta sesi tanya jawab, baik
oleh presentator maupun oleh peserta untuk menilai pemahaman masyarakat tentang penyuluhan yang
diberikan.
Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter internship dan salah satu staf UPT. Puskesmas Tabanan III
untuk membantu dalam sesi simulasi. Penyuluhan diadakan di Ruang Tunggu UPT Puskesmas
Tabanan III pada tanggal 4 oktober 2021 pukul 09.00 WITA selama 30 menit. Penyuluhan ini diikuti
oleh kurang-lebih 20 peserta.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan mengenai COVID-19 ini sudah berjalan dengan baik. Namun, penyuluhan ini
Evaluasi perlu dilakukan secara berkala agar lebih banyak masyarakat yang memahami tentang materi
penyuluhan ini. Diharapkan masyarakat dapat memahami gejala, cara penularan, dan cara pencegahan
COVID-19 ini, sehingga dapat mencegah penyebaran dan menekan angka kejadian COVID-19.
F1.2 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tgl. Mulai 13 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 13 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan Cara Mencuci Tangan Pakai Sabun yang Baik dan Benar

Latar Belakang Tangan merupakan salah satu agen utama masuknya kuman/mikroba penyebab penyakit, ke mulut,
hidung dan anggota tubuh lainnya. Banyak masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan
cuci tangan. Mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), dan telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci
tangan tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara maju.

Permasalahan Ditemukan banyak warga di wilayah kerja UPT. Puskesmas Tabanan III yang belum memahami
pentingnya cara mencuci tangan yang baik dan benar dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
akan pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar dalam mencegah terjadinya penyakit, maka
dilakukan intervensi secara aktif, yaitu dengan metode penyuluhan cuci tangan yang baik dan benar,
serta simulasi.

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dan salah satu staf UPT. Puskesmas Tabanan III untuk
membantu dalam sesi simulasi. Penyuluhan diadakan ruang tunggu Poliklinik pada tanggal 13
september 2021 pukul 09.00 WITA selama 30 menit. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang-lebih 15
peserta.

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta juga merespon dengan baik ditandai dengan
tingginya angka pertanyaan dan respon dalam mengikuti gerakan cara mencuci tangan yang baik.
F1.3 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tgl. Mulai 20 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 20 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan tentang Demam Berdarah dan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Latar Belakang Demam berdarah dengue atau biasa disingkat DBD adalah penyakit menular akibat virus yang dibawa
oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Cara
terbaik untuk mengendalikan nyamuk “Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 3M plus yang
meliputi menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, menutup tempat-tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas serta menggunakan abate, menggunakan kelambu,
menggunakan lotion pengusir nyamuk dan sebagianya.

Permasalahan Meningkatnya kasus DBD seiring dengan bertambahnya curah hujan di wilayah kerja puskesmas
Puskesmas Tabanan III dan banyaknya masyarakat yang masih belum paham mengenai PSN.

Perencanaan Pemberian materi mengenai PSN ini dilakukan di ruang tunggu Poliklinik yang diberikan kepada
pasien demam berdarah maupun bukan

Pelaksanaan Pada tanggal 20 september 2021 dilakukan pemberian materi mengenai PSN yang didahului dengan
menjelaskan sedikit mengenai DBD dan bahayanya dengan metode ceramah.

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta merespon dengan baik ditandai dengan tingginya
angka pertanyaan.
F1.4 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tgl. Mulai 27 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 27 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan tentang Etika Batuk yang Benar

Latar Belakang Menyikapi penyebaran virus COVID19 yang sangat masif menular dengan cepat dan telah menyebar
ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara termasuk Indonesia, maka pentingnya memutus rantai
penularan mulai dari diri sendiri merupakan sesuatu yang wajib saat ini. Coronavirus adalah
kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu dan batuk. Penularannya sangat mudah, hingga
saat ini penelitian menyebutkan bahwa virus penyebab COVID-19 ditularkan melalui kontak dengan
tetesan kecil (droplet) dari saluran pernapasan. Cara penularan utama penyakit ini adalah melalui
tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Oleh karena itu
langkah sederhana dengan menjaga etika batuk dan bersin dan benar akan memutus rantai penularan
dari COVID19 ini.
Etika Batuk merupakan tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut
dengan tissue atau lengan baju sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain. Tujuan utama menjaga etika batuk adalah mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas
melalui udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut
dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui udara
pernafasan.
Individu dalam lingkup bermasyarakat bisa berperan dalam penerapan strategi ini, salah satunya
dengan menerapkan etika batuk yang benar

Permasalahan Masih rendahnya pengetahuan masyakarat mengenai etika batuk yang benar dapat mencegah
penularan penyakit.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dilakukan intervensi secara aktif, yaitu
dengan metode penyuluhan etika batuk yang baik dan benar, serta simulasi.

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dan salah satu staf UPT. Puskesmas Tabanan III untuk
membantu dalam sesi simulasi. Penyuluhan diadakan di UPT Puskesmas Tabanan III

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung.
F1.5 Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tgl. Mulai 11 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 11 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan tentang Rabies

Latar Belakang Rabies atau anjing gila adalah penyakit infeksi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.
Sebagian besar penularan rabies di Indonesia, disebabkan oleh gigitan anjing yang terkena rabies
(98%) dan lainnya oleh kera dan kucing. Rabies dapat dicegah dengan penatalaksanaan dan
pengenalan dini tanda-tanda rabies.

Permasalahan Banyak pasien yang belum mengetahui pentingnya pengetahuan mengenai rabies, mengenali tanda
dan gejalanya, serta pertolongan pertama pada luka akibat gigitan hewan terutama anjing.

Perencanaan Rencana akan dilakukan pemberian KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai pentingnya
mengenali rabies, perolongan pertama yang bias diberikan dan hal lainnya mengenai rabies pada
pasien yang mengalami gigitan anjing.

Pelaksanaan KIE diberikan saat perawatan luka gigitan anjing pada pasien yang mengalami gigitan anjing liar
maupun peliharaan. KIE diberikan dengan metode ceramah selama 5 menit.

Monitoring dan Diharapkan pasien mengerti mengenai rabies dan dapat segera mencari pertolongan ke fasilitas
Evaluasi terdekat bila terkena gigitan anjing
F2.1 Upaya Kesehatan Lingkungan

Tgl. Mulai 5 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 5 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Kesehatan Lingkungan pada Pasien dengan Tinea Korporis di UPT. Puskesmas
Tabanan III

Latar Belakang Dermatofitosis adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi di dunia. Distribusi, spesies
penyebab, dan bentuk infeksi yang terjadi bervariasi pada daerah geografis, lingkungan dan budaya
yang berbeda.
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai lesi inflamasi maupun non
inflamasi pada kulit yang tidak berambut (glabrous skin) yaitu seperti pada bagian muka, leher, badan,
lengan, tungkai dan gluteal.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya tinea corporis seperti sosial ekonomi rendah, hygiene
perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang tidak mendukung, pengetahuan,
sikap, kesalahan diagnostik dan perkembangan demografi serta ekologi.
Infeksi dermatofitosis jarang menimbulkan kematian, akan tetapi dapat memberikan efek yang besar
terhadap kualitas hidup. Penderita tinea corporis sering merasa terganggu dengan rasa gatal yang
disebabkan jamur tersebut .Rasa gatal juga dirasakan bertambah saat penderita berkeringat.
Personal higiene menjadi penting karena personal higiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk
(port de entry) mikroorganisme yang ada dimana - mana dan pada akhirnya mencegah seseorang
terkena penyakit. Personal higiene merupakan langkah awal meminimalkan resiko seseorang terhadap
kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan
diri yang buruk. Selain personal higien, kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi hal yang
penting untuk mencegah terjadinya infeksi jamur, khususnya Tinea Korporis.

Permasalahan Kurangnya pemahaman pentingnya kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah terjadinya infeksi
Tinea Korporis.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, untuk meningkatkan pemahaman pentingnya
kebersihan diri dan kesehatan lingkungan sehingga dapat mencegah dan mengurangi tnfeksi jamur,
khususnya Tinea Korporis, maka dilakukan pemberian konseling, informasi, dan edukasi mengenai
cara penularan dan pencegahan Tinea Korporis, salah satunya dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
Kegiatan pemberian KIE ini berlangsung bersamaan dengan pelayanan di Poliklinik UPT. Puskesmas
Tabanan III

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter yang bertugas di Poliklinik umum UPT. Puskesmas Tabanan III.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar. Diharapkan masyarakat dapat memahami betapa pentingnya
Evaluasi kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan lingkungan dalam mencegah suatu penyakit, khususnya
dalam hal ini Tinea Korporis.
F2.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Tgl. Mulai 8 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 8 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Lingkungan Sehat untuk Penderita TB Paru

Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis
yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman
Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk
batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan oleh karena itu disebut
pula sebagai basil tahan asam (BTA).
Penyakit TB paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah penderita TB
paru di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah penderita
sekitar 10% dari total jumlah penderita TB
paru dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000
orang. Insidensi kasus TB paru BTA positif sekitar 110 per 100.0000 penduduk.
Salah satu determinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah dan faktor
lingkungan yaitu ventilasi, kepadatan hunian, tingkat kelembaban, pencahayaan, kondisi jenis
lantai dan dinding rumah, lama kontak dan kosentrasi kuman. Diantara kedua faktor tersebut menurut
HL Blom mengemukakan bahwa faktor lingkungan yang merupakan faktor yang paling dominan
dalam dalam menimbulkan kejadian TB Paru.
Lingkungan adalah salah satu faktor risiko yang dapat menimbulkan kuman Mycobacterium
Tuberculosis berkembang biak dalam terjadinya TB Paru khususnya pada wilayah yang
penduduknya padat. Sebagai dasar pada penelitian ini telah dilakukan penelitian yang
dilaksanakan oleh Hamidah, Kandau, & Posangi, (2015) menyatakan Pasien TB paru yang
menetap di wilayah dengan kepadatan penduduk yang padat mempunyai faktor risiko sebesar 7,75
kali mengalami TB paru dari pada Pasien TB Paru yang menetap di wilayah yang tidak padat
kepadatan huniannya. Selain itu ada juga yang faktor lain yang mempengaruhi adalah ventilasi udara,
Pencahayaan, Kelembaban, serta jenis lantai, jenis dinding, dan faktor kontak serumah dengan
penderita TB Paru pada pasien TB Paru.

Permasalahan Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan dalam pencegahan
TB Paru.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai pentingnya kesehatan lingkungan dalam pencegahan TB Paru, maka dilakukan intervensi
secara aktif, yaitu dengan metode penyuluhan.

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter yang bertugas di Poliklinik UPT. Puskesmas Tabanan III.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar. Diharapkan masyarakat dapat memahami betapa pentingnya
Evaluasi kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan lingkungan dalam mencegah suatu penyakit,
F2.3 Upaya Kesehatan Lingkungan

Tgl. Mulai 12 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 12 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Latar Belakang Demam berdarah dengue atau biasa disingkat DBD adalah penyakit menular akibat virus yang dibawa
oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Cara
terbaik untuk mengendalikan nyamuk “Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui 4M plus yang
meliputi menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, menutup tempat-tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas serta menggunakan abate, menggunakan kelambu,
menggunakan lotion pengusir nyamuk dan sebagianya.

Permasalahan Tingginya kasus Demam Berdarah di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Tabanan III

Perencanaan Upaya kesehatan lingkungan untuk menekan kejadian DBD ini akan dilaksanakan oleh Petugas
Puskesmas.

Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk dilakukan oleh petugas UPT. Puskesmas Tabanan III. Pemberantasan
Sarang Nyamuk ini dilaksanakan pada pagi hari.

Monitoring dan Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk sudah berjalan dengan baik dan lancar.
Evaluasi
F2.4 Upaya Kesehatan Lingkungan

Tgl. Mulai 13 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 13 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan Pentingnya Jamban Sehat

Latar Belakang Penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah
merupakan syarat rumah sehat. Pembuangan kotoran/tinja, yang biasa juga di sebut dengan tempat
Buang Air Besar (BAB) merupakan bagian yang penting dalam sanitasi lingkungan. Pembuangan tinja
manusia yang tidak
memenuhi syarat sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah serta penyediaan air
bersih, dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat, tikus atau serangga lain untuk bersarang,
berkembang biak serta menyebarkan penyakit. Hal tersebut juga tidak jarang dapat menyebabkan
timbulnya bau yang tidak sedap.
Wabah penyakit pada masyarakat akan meluas jika masih terjadi Buang Air Besar Sembarangan
(BABS), misalnya BAB di kebun, sungai dan tempat lain yang kurang memenuhi syarat jamban sehat.

Permasalahan Masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya penggunaan jamban sehat untuk
kesehatan diri dan lingkungan.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk meningkatkan pengetahun asyarakat
mengenai pentingnya penggunaan jamban sehat, maka dilakukan intervensi secara aktif, yaitu dengan
metode penyuluhan mengenai pengertian dan syarat jamban sehat.

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan di Ruang Tunggu Poliklinik UPT.Puskesmas Tabanan III.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar. Diharapkan masyarakat dapat memahami betapa pentingnya
Evaluasi kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan lingkungan dalam mencegah suatu penyakit
F2.5 Upaya Kesehatan Lingkungan

Tgl. Mulai 25 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 25 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan Pengelolaan Sampah

Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan dan jumlah penduduk yang cepat di suatu daerah berakibat pada
peningkatan konsumsi barang. Selain itu berakibat pula pada eksternalitas negatif yaitu berupa
peningkatan sampah yang merupakan akibat dari peningkatan konsumsi barang yang dilakukan oleh
masyarakat. Tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) pada umumnya menggunakan metode open dumping. Menurut Darsono, TPA
dengan metode open dumping adalah menumpuk sampah terus
hingga tinggi tanpa dilapisi dengan lapisan geotekstil dan saluran lindi. Akibatnya adalah terjadi
pencemaran air tanah dan udara di sekitar TPA, sehingga timbullah
resistensi sosial dari masyarakat disebabkan kerusakan atau pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
oleh TPA jenis ini.
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestic
(rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan
sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Muchlisin Riadi, 2015). Secara umum, sampah
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organic
merupakan limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup atau alam seperti manusia, hewan dan
tumbuhan yang mengalami pemlapukan atau pembusukan. Sampah organik termasuk sampah yang
ramah lingkungan karena
dapat diurai oleh bakteri dengan alami dan berlangsung dengan cepat. Sampah anorganik merupakan
limbah yang berasal dari manusia yang sulit diurai oleh bakteri
sehingga memerlukan waktu yang lama bahkan hingga ratusan tahun untuk dapat menguraikannya.
Sampah anorganik biasanya berasal dari limbah perindustrian (Ubay, 2016).
Permasalahan utama pengelolaan sampah di Indonesia terjadi pada saat sampah
diangkut dari rumah tangga ke tempat pengumpulan sampah. Pada tingkat rumah tangga upaya
pemisahan sampah sudah mulai dilakukan, walaupun belum merata di seluruh wilayah Indonesia.

Permasalahan Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah
untuk kesehatan lingkungan.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk meningkatkan pengetahun asyarakat
mengenai pentingnya pemilahan sampah organic dan anorganik, dilakukan intervensi secara aktif,
yaitu dengan metode penyuluhan

Pelaksanaan Penyuluhan ini dilakukan di Ruang Tunggu Poliklinik UPT.Puskesmas Tabanan III.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar. Diharapkan masyarakat dapat memahami betapa pentingnya
Evaluasi kebersihan dan kesehatan diri sendiri dan lingkungan dalam mencegah suatu penyakit,
F3.1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Tgl. Mulai 8 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 8 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Melakukan Pelayanan Antenatal

Latar Belakang Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian
ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.Tujuan ANC adalah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetric bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin, serta
ditangani secara memadai. Berdasarkan anjuran DEPKES RI, antenatal care ini dilakukan minimal 4
kali.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Djaswadi Dasuki, 1997, didapatkan bahawa ibu hail yang tidak
melakukan ANC mempunyai risiko terjadinya persalinan abnormal 1,6 kali lebih tinggi disbanding
dengan ibu yang melakukan ANC. Antenatal care yang baik, merujuk dengan segera kasus-kasus yang
memiliki risiko tinggi, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada periode
perinatal. Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010,
didapatkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kematian perinatal dan
ibu hamil yang melakukan antenatal care kurang dari empat kali selama masa kehamilannya,
berpeluang tiga kali lipat bayinya akan mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu hamil
yang melakukan antenatal care empat kali ataupun lebih.
Oleh karena itu, perawatan kesehatan ibu hamil, melalui ANC yang teratur dan bermutu sangatlah
penting.
Permasalahan Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah
untuk kesehatan lingkungan.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatlah penting untuk dilakukan
penyuluhan ANC rutin. Kepada ibu hamil untuk menghindari hal-hal yang tidak baik bagi ibu dan
janin. Pelayanan ANC dapat dilakukan di puskesmas bidan praktik swasta, dan rumah sakit.

Pelaksanaan Pelayanan ANC dilaksanakan di Poliklinik KIA-KB UPT. Puskesmas Tabanan III pada tanggal 8
september 2021 pukul 08.00-selesai kepada pasien-pasien gravida yang melakukan kunjungan ANC
ke puskesmas.

Monitoring dan Pada pasien dilakukan pemantauan melalui pemeriksaan ANC rutin di Puskesmas ataupun bidan
Evaluasi praktik swasta. Dengan melakukan ANC yang baik dan teratur kemungkinan terjadinya kematian
perinatal dan komplikasi obstetric lainnya dapat dicegah.
F3.2. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Tgl. Mulai 8 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 8 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Mengenalkan Metode Kontrasepsi sebagai Salah Satu Upaya Merencanakan Kehamilan.

Latar Belakang Program Keluarga Berencana )KB+ adalah program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap
keluarga. Program tersebut berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan
kehidupannya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan
kehamilan sebagai hak reproduksi sehingga dapat menghindarik ehamilan pada umur atau jumlah
persalinan yang membawa bahaya tambahan dengan cara menurunkan kesuburan.
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya penting untuk mendukung
percepatan penurunan angka kematian ibu. Data menunjukkan bahwa cakupan kesertaan KB aktif
hanya meningkat 0,5%, angka kehamilan pada remaja 15-19 tahun masih tinggi.
Sebagai petugas kesehatan, dalam memberikan pelayanan KB kepada masyarakat tentu harus
memperkenalkan atau mempromosikan beberapa metode kontrasepsi. Secara psikososial,
pengontrolan kelahiran penting untuk meningkatan kualitas hidup dan memberi efek yang positif
terhadap kebahagiaan keluarga juga lingkungan sekitar.
Permasalahan Penggunaan kontrasepsi di Indonesia sudah di atas rata-rata, namun pengetahuan masyarakat
mengenai berbagai metode kontrasepsi masu rendah. Kebanyakan masyarakat hanya mengetahui
metode kontrasepsi berupa pil dan suntik.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatlah penting untuk dilakukan konseling
tentang berbagai metode kontrasepsi dengan focus menjelaskan tujuan dan fungsi KB, serta contoh
kontrasepsi yang digunakan.

Pelaksanaan Penyuluhan dilaksanakan di Poliklinik KIA-KB UPT. Puskesmas Tabanan III pada tanggal 8
september 2021 pukul 08.00-selesai kepada ibu yang datang ke Poliklinik.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar. Diharapkan ibu dapat memahami berbagai metode
Evaluasi kontrasepsi yang ada.
F3.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Tgl. Mulai 15 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 15 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pemberian dan Penyuluhan Imunisasi pada Balita

Latar Belakang Balita merupakan anak yang berusia dibawah 5 tahun. Pada usia ini semua system dan organ yang ada
dalam tubuh mengalami proses perkembangan dan pematangan, termasuk juga system imun atau
kekebalan tubuh. Oleh karena itu, anak membutuhkan zat kekebalan buatan agar anak terlindungi dari
berbagai penyakit tersebut. Imunisasi adalah suatu upaya untuk meindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu sehingga jika
nantinya terkena infeksi, kematian dan kecacatan dapat dihindari.
Upaya imunisasi ini sudah sejak dulu dilakukan dan imunisasi ini dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang merupakan salah satu
penyebab kematian anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Adapun PD3I mencakup
Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis B. Universal Child
Immunization (UCI). Desa/Kelurahan secara nasional setiap tahunnya selalu tidak mencapai target.
Permasalahan Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi pada bayi dan balita.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatlah penting untuk dilakukan
penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi. Target penyuluhan ini adalah para ibu yang membawa
balita ke puskesmas

Pelaksanaan Penyuluhan dan pemberian imunisasi dasar lengkap dilaksanakan di Poliklinik KIA-KB pada tanggal
15 september 2021. Saat itu dipaparkan mengenai pengertian, tujuan, penyakit yang dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi, jadwal pemberian imunisasi, kapan imunisasi tidak boleh diberikan,
KIPI, serta tempat pelayanan.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan dan pemberian imunisasi dasar pada balita ini berjalan lancar. Diharapkan ibu
Evaluasi dapat memahami betapa pentingnya imunisasi dasar untuk bayi dan balita mereka, sehingga nantinya
akan melaksanakan imunisasi sesuai jadwal.
F3.4. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Tgl. Mulai 19 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 19 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Post Natal Care Masa Nifas

Latar Belakang Strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mencakup pelayanan kesehatan bagi
seluruh kelompok usia mengikuti siklus hidup sejak dari bayi, anak, remaja, kelompok usia produktif,
maternal, dan lansia.
Ibu merupakan seorang yang mempunyai peran penting dalam kelangsungan hidup keluarga. Siklus
menjadi seorang ibu, perempuan harus melewati kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Hal tersebut
sangat mempengaruhi fisik, psikologis, maupun sosial ibu. Saat masa nifas, seorang ibu bukan hanya
mengurus dirinya sendiri, tetapi juga mengurus bayinya. Pengelolaan perawatan nifas yang
adekuat perlu dilakukan untuk menurunkan AKI, disamping upaya pelayanan kesehatan pada masa
kehamilan dan persalinan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayi adalah
pengalaman di masa lalu karena seseorang telah mengalami proses belajar dalam hal cara merawat
diri. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan dilakukan, maka ibu
akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pasca bersalin.
Perawatan yang dibutuhkan ibu selama masa nifas yaitu memantau dan mempertahankan
kesehatannya dengan memberikan informasi kesehatan dan keterampilan yang tepat. Kebutuhan
perawatan masa nifas antara lain pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi,
kebersihan diri, istirahat, seksual, senam nifas, perawatan payudara, teknik menyusui yang benar,
perawatan luka dan pengawasan involusi uteri.
Permasalahan Masih kurangnya tingkat pemahaman ibu mengenai pentingnya Post Natal Care untuk menurunkan
AKI.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatlah penting untuk dilakukan konseling
masa nifas. Target dalam konseling ini adalah ibu dalam masa nifas.

Pelaksanaan Konseling ini dilakukan di ruang VK dan Poliklinik KIA-KB UPT. Puskesmas Tabanan III.

Monitoring dan Kegiatan pkonseling ini berjalan lancar. Diharapkan ibu dapat memahami pentingnya post natal care.
Evaluasi
F3.5. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

Tgl. Mulai 11 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 11 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pemberian dan Penyuluhan Imunisasi pada anak sekolah

Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dari
penyakit menular dan penyakit tidak menular adalah imunisasi. Upaya imunisasi telah
diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977 upaya imunisasi dikembangkan
menjadi progam pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yaitu tuberculosis, difteria, pertussis, campak, polio,
tetanus dan hepatitis B.
World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global
dengan Expanded Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly
(WHA). Trobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan
anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi
polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada
akhir tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan
beberapa negara berkembang lainnya.
Imunisasi yang telah diperoleh dari bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit, sejak anak
mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat
imunisasi ketika bayi, pada usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi dengan lingkungan baru dan
bertemu dengan lebih banyak orang sehingga beresiko tertular atau menularkan penyakit, maka
pemerintah melalui kementerian kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai
melaksanakan program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987 melalui surat
keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama,
dan Menteri Dalam Negeri.
Bulan imunisasi anak sekolah yang selanjutnya disebut BIAS adalah bentuk operasional dari
imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan
sasaran semua anak kelas 1,2 dan 3 di seluruh Indonesia. Pemberian imunisasi atau vaksin kepada
anak sekolah ini merupakan kebijakan pemerintah pusat yang harus dilaksanakan di seluruh Indonesia.
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita
penyakit tersebut. Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Pelaksanaan
kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaksanakan oleh puskesmas dan monitoring
dilakukan oleh dinas kesehatan.
Permasalahan Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi pada anak sekolah

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatlah penting untuk dilakukan imunisasi
di sekolah dasar. Target penyuluhan ini adalah anak anak SD.

Pelaksanaan Pemberian imunisasi dasar lengkap dilaksanakan di Sekolah sekolah dasar di Tabanan dan di
Puskesmas Tabanan III pada tanggal 11 oktober 2021. Acara berjalan dengan lancer.

Monitoring dan Kegiatan penyuluhan dan pemberian imunisasi dasar pada balita ini berjalan lancar. Diharapkan ibu
Evaluasi dapat memahami betapa pentingnya imunisasi dasar untuk bayi dan balita mereka, sehingga nantinya
akan melaksanakan imunisasi sesuai jadwal.

F4.1 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai 7 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 7 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Gizi pada Ibu Hamil

Latar Belakang Status gizi ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil, kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain, kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Sampai saat ini
masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang, seperti KEK.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara
(mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi
oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan
untuk pertumbuhan ibunya. Untuk memperoleh anak yang sehat, ibu hamil perlu memperhatikan
makanan yang dikonsumsi selama kehamilannya. Makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh dan janin yang dikandungnya. Dalam keadaan hamil, makanan yang dikonsumsi
bukan untuk dirinya sendiri tetapi ada individu lain yang ikut mengkonsumsi makanan yang dimakan.
Penambahan kebutuhan gizi selama hamil meliputi: energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin (asam
folat, vitamin A, B, C, D, E, dan K), serta mineral (zat besi, zat seng, kalsium, yodium, fosfor, flour,
dan natrium).
Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi, akan dapat mengalami abortus, BBLR, kelahiran
premature, bahkan IUFD. Sebaliknya, apabila ibu makan berlebih akan mengakibatkan kenaikan berat
badan yang berlebih juga akan berdampak buruk pada bayi. Sehingga diperlukannya gizi yang
seimbang.
Permasalahan Masih kurangnya pemahaman ibu hamil tentang pentingnya gizi seimbang selama kehamilan.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatklah penting untuk dilakukan konseling
mengenai gizi pada ibu hamil. Konseling mengenai gizi pada ibu hamil dapat dilakukan di
Puskesmas.

Pelaksanaan Konseling mengenai gizi pada ibu hamil dilaksanakan di Poliklinik KIA-KB UPT. Puskesmas
Tabanan III pada tanggal 7 september 2021 pukul 08.00-selesai kepada pasien-pasien hamil yang
melakukan kunjungan ANC ke puskesmas.

Monitoring dan Pada pasien dilakukan konseling gizi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC rutin
Evaluasi berjalan dengan lancar. Diharapkan ibu hamil dapat menjalani masa kehamilannya dengan baik,
melahirkan dengan baik, dan ibu serta bayi selamat.
F4.2 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai 14 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 14 september 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan tentang Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif

Latar Belakang World Health Organization menempatkan Indonesia pada posisi dengan kasus gizi buruk tinggi, yaitu
tertinggi kelima di dunia. Pada tahun 2005, sebanyak lima juta balita Indonesia menderita gizi buruk.
Jumlah itu sama dengan 27,5% dari total populasi balita.
Menurut WHO, 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Oleh karena
itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Masalah gizi buruk paling tinggi menyerang
usia bayi. Hal ini disebabkan dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan
dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan
mencapai pertumbuhan atau berat badan dua kali lipat daripada saat dilahirkan.
0ntuk pertumbuhan bayi dengan baik, diperlukan zat-zat gizi seperti protein,kalsium, vitamin D,
vitamin A dan K, zat besi, dan sebagainya. Secara alamiah zat-zat tersebut sebenarnya sudah
terkandung di dalam air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, jika bayi diberikan ASI secara eksklusif,
sudah bisa mencukupi kebutuhan gizinya.
Di Indonesia, penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah menunjukan dengan jelas
adanya kecenderungan semakin meningkatnya jumlah ibu yang tidak menyusui bayinya. Berdasarkan
survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari
pertama.
Dari beberapa penelitian, terdapat penurunan jumlah ASI eksklusif. Hal ini berkaitan erat dengan pola
asuh ibu. Perilaku atau pola asuh ibu dipengaruhi salah satunya oleh tingkat pengetahuan ibu.
Permasalahan Masih rendahnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk meningkatkan pengetahuan ibu akan
pentingnya pemberian ASI eksklusif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka dilakukan
intervensi secara aktif, yaitu dengan metode penyuluhan.

Pelaksanaan Penyuluhan diadakan di Puskesmas Tabanan III pada tanggal 14 september 2021 pukul 09.00 WITA
selama 30 menit. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang-lebih 15 peserta.

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para peserta posyandu juga merespon dengan baik ditandai
dengan tingginya angka pertanyaan dan respon dalam mengikuti gerakan cara mencuci tangan yang
baik.
F4.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai 6 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 25 november 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Gizi Pada Pasien Hipertensi

Latar Belakang Saat ini hipertensi menjadi the silent disease terhadap masyarakat modern. Masalah
hipertensi tidak lepas dari perubahan pola makan seseorang. Pola makan erat kaitannya dengan
frekuensi makan seseorang dan jenis makanan yang dikonsumsi.

Faktor risiko hipetensi ada yang


tidak dapat
dikontrol yaitu umur, ras, riwayat
keluarga dan
ada yang dapat dikontrol di
antaranya: berat
badan berlebih, kurang aktifitas
fisik, merokok,
asupan natrium berlebih, asupan
kalium,
kalsium, magnesium kurang,
konsumsi alkohol
serta stress. Pada masa lalu
manajemen
hipertensi diutamakan dengan
menggunakan
obat anti-hipertensi disertai diet
rendah garam.
Faktor risiko hipertensi ada yang tidak dapat dikontrol yaitu umur, ras, riwayat keluarga, serta ada
yang dapat dikontrol, yaitu berat badan berlebih, kurang aktivitas fisik, merokok, asupan natrium
berlebih, asupan kalium kalsium, magnesium yang kurang, konsumsi alcohol, serta stress.
Manajemen untuk pasien pre hipertensi dimulai dengan terapi non farmakologik yaitu modifikasi gaya
hidup yang sangat erat kaitannya dengan gizi. APabila target tekanan darah belum tercapai akan
ditambahkan terapi farmakologik.
Tujuan utama manajemen hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskular dan ginjal.
Studi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet menunjukkan bahwa diet tinggi sayur,
buah, dan hasil olahan susu rendah lemak yang kadar lemak jenuh dan lemak totalnya rendah serta
tinggi kandungan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menurunkan tekanan darah sistolik 6-11
mmHg dan tekanan darah diastolik 3-6 mmHg. Mengingat keberhasilan perencanaan makan DASH
dalam menurunkan tekanan darah yang cukup tinggi, maka penting untuk dilakukan oleh pasien-
pasien pre hipetensi dan hipertensi.
Permasalahan Masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya mengatur pola makan (gizi)
yang tepat untuk dapat mengontrol tekanan darah.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatklah penting untuk dilakukan konseling
mengenai gizi pada pasien-pasien hipertensi maupun pasien lainnya.

Pelaksanaan Konseling mengenai gizi ini dilakukan di UPT. Puskesmas Tabanan III pada 2 bulan kepada pasien-
pasien yang datang ke Poliklinik umum dan lansia

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung.
F4.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai 6 september 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 25 november 2021
Kegiatan
Judul Laporan Konseling Gizi Pada Pasien DM Tipe 2

Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degeneratif tidak menular yang menjadi
masalah serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia
maupun di dunia. Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah
satunya penyakit DM. Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi jadwal, jumlah,
dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat dratis setelah mengkonsumsi
makanan tertentu karena kecenderungan makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan glukosa yang
tidak terkontrol.
Penyakit DM banyak dikenal orang sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan asupan makanan.
Asupan makanan seperti karbohidrat/ gula, protein, lemak, dan energi yang berlebihan dapat menjadi
faktor resiko awal kejadian DM. Semakin berlebihan asupan makanan maka semakin besar pula
kemungkinan akan menyebabkan DM.
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif yang dapat dikendalikan dengan empat
pilar penatalaksaan. Diet menjadi salah satu hal penting dalam empat pilar penatalaksanaan DM
dikarenakan pasien tidak memperhatikan asupan makanan yang seimbang. Meningkatnya gula darah
pada pasien DM berperan sebagai penyebab dari ketidak seimbangan jumlah insulin, oleh karena itu
diet menjadi salah satu pencegahan agar gula darah tidak meningkat, dengan diet yang tepat dapat
membantu mengontrol gula darah. Pengendalian tingkat gula darah normal memerlukan
penatalaksanaan diet DM yang baik dan benar.
Permasalahan Masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya mengatur pola makan (gizi)
yang tepat untuk dapat mengontrol gula darah.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, sangatklah penting untuk dilakukan konseling
mengenai gizi pada pasien-pasien DM maupun pasien lainnya.

Pelaksanaan Konseling mengenai gizi ini dilakukan di UPT. Puskesmas Tabanan III pada 2 bulan pada saat jam
pelayanan kepada pasien-pasien yang datang ke Poliklinik.

Monitoring dan Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada gangguan teknis yang
Evaluasi terjadi selama penyuluhan berlangsung.
F4.5 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Tgl. Mulai 20 oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 20 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan dan Penilaian Status Gizi

Latar Belakang Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrisi atau zat gizi. Gangguan atau penyakit yang disebabkan. Oleh ketidakseimbangan antara
masukan zat gizi dan kebutuhan tubuh disebut Nutritional Disoreder.
Permasalan gizi pada balita merupakan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi
lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan biasa, serta sering kali tidak
cepat daam penanggulangan. Penyebab masalah pada status gizi anak juga dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain ketesediaan bahan makanan, pola konsumsi dan pola asuh. Aktivitas yang tinggi
pada anak membutuhkan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Penilaian status gizi
yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk mendeteksi kejadian maslaah gizi pada balita lebih
dini dan mengetahui kecenderungan pertumbuhan fisik penduduk guna dapat melakukan tindakan
intervensi dan pencegahan masalah gizi.
Permasalahan Di Indonesia masih banyak balita yang mengalami malnutrisi.

Perencanaan Cara dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah diadakan
skrining (penjaringan) berupa pemeriksaan antropometri untuk mengetahui status gizi pada balita dan
bayi agar dapat dilkukan deteksi dini terhadap ada tidaknya masalah gizi yang dialami. Selanjutnya
diberikan. Intervensi pada masalah gizi kurang maupun gizi lebih.

Pelaksanaan Skrining status gizi balita dna bayi di Puskesmas Tabanan III pada tanggal 20 oktober 2021 pukul
09.00 WITA sampai selesai. Setiap balita dan bayi yang datang enjalani pemeriksaan kesehatan dasar,
pemeriksaan berat badan dan tinggi badan, kemudian hasilnya dicatat untuk selanjutnya diolah dalam
penentuan status gizi menggunakan kurva WHO.

Monitoring dan Kegiatan ini dilakukan oleh dokter dan petugas puskesmas. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan
Evaluasi lancar.
F5.1 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Tgl. Mulai 30 September 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 30 September 2021
Kegiatan
Judul Laporan Kegiatan vaksinasi (Corona Virus Deseasse) COVID- 19

Latar Belakang Coronavirus merupakan kelompok virus yang dapat menimbulkan penyakit mulai dari penyakit
dengan gejala ringan sampai gejala berat. Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China
pada bulan Desember 2019.
Di Indonesia, kasus COVID-19 pertama dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2021 sejumlah dua kasus.
Data 20 Mei 2021 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia berjumlah 1,8 juta
kasus dan 49.107 kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8 %, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain adalah demam (suhu tubuh > 38 oC), batuk, dan
kesulitan bernafas. Pada beberapa pasien, gejala yang mumcul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis
bahkan meninggal.
Penyebaran COVID-19 bisa dikatakan sangat cepat. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya ialah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang COVID-19 baik mencakup gejala,
cara penularan, dan pencegahannya. Fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas memiliki
peranan sangat penting sebagai garda terdepan dalam melakukan pencegahan dan pengendalian
penularan COVID-19. Adapun cara pencegahan dan pengendalian penularan COVID-19 yaitu dengan
melakukan promosi kesehatan/penyuluhan mengenai COVID-19 kepada masyarakat dan melakukan
vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tabanan
III
Permasalahan 1) Semakin tingginya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, khususnya di wilayah Kabupaten
Tabanan
2) Masih kurangnya angka cakupan vaksinasi COVID-19 di wilayah Tabanan
2) Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gejala. Cara penularan, dan cara pencegahan
COVID-19

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, untuk mengurangi penambahan jumlah kasus
baru COVID-19, meningkatkan angka cakupan vaksin COVID-19 serta meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang penyakit COVID-19. Kegiatan vaksinasi COVID-19 pada tanggal 30 September
2021 akan dilaksanakan UPTD Puskesmas Tabanan III.

Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi COVID-19 ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Tabanan III tanggal 30
September 2021 pukul 08.00-13.00 WITA kepada masyarakat umum untuk vaksinasi dosis kedua

Monitoring dan Kegiatan vaksinasi ini berjalan dengan baik. Adapun target vaksinasi berjumlah 120 orang sudah
Evaluasi tercapai. Diharapkan yang belum vaksinasi bisa segera melakukan vaksinasi demi mengurangi
penambahan jumlah kasus baru COVID-19.

F5.2 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Tgl. Mulai 4 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 4 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan Osteoarthritis (Radang Sendi)

Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenaiorang usia
lanjut atau usia dewasa dimana tulang kartilago yang melindungi ujung tulang mulairusak, disertai
perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. Penyakit ini merupakan jenis artritis
yang paling sering terjadi dan menimbulkan rasa sakit serta hilangnya kemampuan gerak.
Angka kejadian OA di dunia dapat dikatakan cukup tinggi. WHO memperkirakan 25%orang berusia
65 tahun di dunia menderita OA. Di Asia Tenggara sendiri jumlah penderita OAmencapai 24 juta
jiwa. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi pasti penderita OA di Indonesia,namun Handono dan
Kusworini melaporkan prevalensi OA di Malang pada usia 49-60 tahuncukup tinggi, yaitu sebesar
21,7%.
Osteoatritis seringkali mengenai sendi penopang badan, seperti panggul, lutut, dan vertebra.
Prevalensi OA lutut di Amerika dan Eropa pada penduduk berusia di atas 45 tahun sebesar 14% pada
lakui-laki dan 22,8% pada wanita.
Penderita OA biasanya mengeluhkan rasa nyeri pada sendi yang tekena saat melakukan aktivitas fisik
yang membebani sendi tersebut, seperti berlutut, jongkok, mengangkat beban berat. Obesitas pada
penderita OA diketahui dapat meningkatkan derajat nyeri dan keparahan OA, terutama yang terkena
adalah sendi lutut.
Osteoatritis dapat menyebabkan gangguan aktivitas penderitanya sehingga dikhawatirkan akan
menyebabkan penurunan kualitas hidup. Dengan lebih memahami megenai OA, masyarakat
diharapkan mampun mencegah dan memperlambat progresivitas OA dengan menjaga pola hidup
sehingga tercapai kualitas hidup yang baik.
Permasalahan Semakin tingginya jumlah kasus OA di tabanan
Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai gejala dan tatalaksana dari OA

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, intervensi yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai OA dilaukan penyuluhan di UPT. Puskesmas
Tabanan III,Pada kegiatan penyuluhan tersebut akan dijelaskan mengenai pengertian, penyebab,
gejala, kelompok beriko terkena OA, pencegahan, dan usaha yang dilakukan jika mengidap OA.

Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan mengenai OA berlangsung di UPT. Puskesmas Tabanan III poliklinik umum
pada tanggal 4 Oktober 2021
Monitoring dan Penyuluhan ini berjalan dengan baik. Diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan
Evaluasi agar mengurangi risiko terjadinya OA.

F5.3 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Tgl. Mulai 9 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 9 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Sosialisasi dan Penyuluhan tentang Diabetes Melitus

Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama kematian di dunia sejak milenium
ketiga. Proposi kematian karena PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56%
tahun 2000. Beberapa penyakit tidak menular yang sering dialami masyarakat diantaranya diabetes
melitus yang termasuk dalam penyakit kronis dan memerlukan terapi terus menerus. Disisi lain faktor
risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara lebih dini. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan
dan informasi serta besarnya masalah PTM sebelum melakukan intervensi perubahan faktor risiko.
Perubahan faktor risiko PTM membutuhkan waktu yang lama, terutama gaya hidup.
Permasalahan Tingginya prevalensi DM, yang sebagian besar adalah tergolong dalam DM tipe II disebabkan oleh
interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan
yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko DM tipe II adalah perubahan gaya hidup
seseorang (kebiasaan makan yang tidak seimbang dan kurangnya aktifitas fisik. Faktor risiko DM,
antara lain obesitas umum sebesar 10.3%, obesitas sentral 18.8%, dislipidemia 10.2%, kebiasaan
merokok 23,7%, konsumsi buah dan sayur yang kurang 93.6%, kebiasaan minum alkohol 4,6% serta
aktivitas fisik seperti olah raga yang kurang 48,2%.

Perencanaan Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus yang dilakukan bersamaan pada saat
melakukan penanganan di poliklinik umum. Adapun target dari sosialisasi dan penyuluhan tentang
diabetes ini adalah masyarakat umum yang memiliki factor resiko

Pelaksanaan Sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit Diabetes Meliltus dilakukan pada tanggal 9 oktober 2021.
Pasien akan diberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit DM secara umum. Setelah
penyuluhan selesai, diberi kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar DM.

Monitoring dan Sosialisasi dan penyuluhan ini berjalan dengan baik dan lancar.
Evaluasi
F5.4 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Tgl. Mulai 16 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 16 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Sosialisasi dan Penyuluhan tentang Hipertensi

Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama kematian di dunia sejak milenium
ketiga. Proposi kematian karena PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56%
tahun 2000. Beberapa penyakit tidak menular yang sering dialami masyarakat diantaranya hipertensi
yang termasuk dalam penyakit kronis dan memerlukan terapi terus menerus. Disisi lain faktor risiko
PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara lebih dini. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan dan
informasi serta besarnya masalah PTM sebelum melakukan intervensi perubahan faktor risiko.
Perubahan faktor risiko PTM membutuhkan waktu yang lama, terutama gaya hidup.
Permasalahan Tingginya prevalensi hipertensi, yang sebagian besar adalah hipertensi primer disebabkan oleh
interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan
yang diperkirakan dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi adalah perubahan gaya hidup seseorang
(kebiasaan makan yang tidak seimbang dan kurangnya aktifitas fisik. Faktor risiko HT, antara lain
obesitas, dislipidemia, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol serta aktivitas fisik seperti olah
raga.

Perencanaan Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang hipertensi yang dilakukan bersamaan pada saat
melakukan penanganan di poliklinik umum. Adapun target dari sosialisasi dan penyuluhan tentang
hipertensi ini adalah masyarakat umum yang memiliki factor resiko

Pelaksanaan Sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dilakukan pada tanggal 16 oktober 2021.
Pasien akan diberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit HT secara umum. Setelah
penyuluhan selesai, diberi kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya seputar HT

Monitoring dan Sosialisasi dan penyuluhan ini berjalan dengan baik dan lancar.
Evaluasi
F5.5 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular

Tgl. Mulai 23 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 23 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Penyuluhan Pencegahan Asma Bronkial

Latar Belakang Asma merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut
timbul sangat bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa
pengobatan).
Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkatterutama di negara maju. Peningkatan terjadi
juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia.
Tanda dan gejala asma berupa batuk, sesak nafas berbunyi (mengi), dan ditemukan riwayat keluarga
dengan asma atau alergi.
Faktor risiko terjadinya asma ada 2: yaitu factor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (riwayat atopi
penderita atau keluarga, hipersensitifnya saluran nafasa, jenis kelamin, ras, atau etnik), dan factor
risiko yang dapat dimodifikasi (lingkungan: debu, tungau, bulu binatang, tepung sari bunga, makanan
tertentu, obat-obatan, asap rokok, infeksi saluran nafas, perubahan cuaca).
Permasalahan Masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan timbulnya asma.

Perencanaan Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, intervensi yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan asma denga menghindari factor pencetus.
Penyuluhan dilakukan di UPT. Puskesmas Tabanan III, serta diadakan sesi tanya jawab.

Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan asma berlangsung di UPT. Puskesmas Tabanan III pada
tanggal 23 oktober 2021

Monitoring dan Penyuluhan ini berjalan dengan baik. Diharapkan masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan
Evaluasi agar mengurangi risiko terjadinya asma.
F6.1 Upaya Pengobatan Dasar

Tgl. Mulai 23 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 23 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pengobatan Dasar Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II

Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis, metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (atau gula darah), yang mengarah dari waktu ke waktu untuk kerusakan serius pada
jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf (World Health Organization, 2016). World Health
Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia
sebagai negara dengan jumlah penderita DM terbanyak.
Peningkatan pada kejadian DM tipe II ini terkait dengan obesitas dan penurunan aktivitas fisik
penderitanya. Faktor individual termasuk faktor genetik yaitu peningkatan resistensi insulin dan
kegagalan sel beta pankreas yang progresif ikut berperan dalam terjadinya DM tipe II ini. Beberapa
studi klinis membuktikan bahwa DM tipe II pada orang yang beresiko tinggi dapat dicegah dengan
pengontrolan kadar glukosa dan adanya intevensi lain yang dapat memperlambat terjadinya
komplikasi diabetes
Permasalahan Pasien datang ke poli umum Puskesmas Tabanan III dengan keluhan sering kencing banyak dan berat
badannya menurun dalam beberapa bulan terakhir. Keluhan sering haus dan lapar juga kadang
dirasakan pasien. Kesemutan tidak ada. Penglihatan buram tidak ada. Pasien belum pernah
memeriksakannya.
Alergi: tidak ada
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : kakak pasien dikatakan menderita kencing manis
Riwayat lingkungan sosial : pasien masih bisa melakukan aktivitas. Merokok (+).

Perencanaan Metode intervensi yang digunakan adalah:


1) anamnesis
2) pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien
3) menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
4) menyampaikan hasil dagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar penyakit,
penegahan, dan pengendalian penyakit.

Pelaksanaan WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tanggal: 23 oktober 2021
Waktu: 09.00 WITA
Tempat: poli umum UPT. Puskesmas Tabanan III

Pasien datang dengan menyampaikan keluhan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
dan status generalis dengan hasil dalam batas normal.
Selanjutnya pasien direncanakan untuk menjalani cek lab, dengan hasil:
GDP: 230
Kolesterol total: 128
Asam urat 5,5

Selanjutnya pasien didiagnosis dengan DM tipe 2 dan diberikan pengobatan berupa:


a. Non Medikamentosa
Kie tentang penyakit dan komplikasi, terapi farmakologi dan non farmakologi, gaya hidup sehat, diet
sehat rendah gula, lemak, dan karbohidrat, olahraga teratur dan perbanyak aktivitas fisik, konsumsi
obat teratur, kontrol 2 minggu lagi untuk evaluasi.
b. Medikamentosa
Metformin 3x500 mg PO
Vit B complex 1x1 tab PO

Monitoring dan Monitoring: memperhatikan respon pasien saat dilakukan anamnesis dan pernjelasan tentang penyakit
Evaluasi DM tipe 2 mengenai terapi, pengelolaan, pencegahan, dan komplikasi.
Evaluasi: edukasi berjalan dengan baik, pasien mengerti dan memahami mengenai penjelasan yang
diberikan.
F6.2 Upaya Pengobatan Dasar

Tgl. Mulai 22 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 22 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pengobatan Dasar pada Pasien dengan Hipertensi

Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan Kesehatan primer kesehatan. Hal itu
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 30,8%, sesuai dengan data
Riskesdas 2018. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang
efektif banyak tersedia. Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun
hamper sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana
gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (factor resiko yang
tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas
fisik, stres, penggunaan estrogen.
Permasalahan Pasien datang diantar keluarga ke poli umum Puskesmas Tabanan III untuk kontrol tekanan darah
rutin. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan rutin mengkonsumsi obat. Saat
ini pasien mengeluh sakit dibagian tengkuk sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan sakit dibagian
tengkuk dirasakan seperti tertindih. Pasien juga mengatakan sering merasa lemas pada badan namun
masih dapat beraktivitas. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan pasien.
Pasien mengaku obat tensi yang dikonsumsi rutin habis sejak 5 hari yang lalu. Keluhan lain seperti
nyeri dada, mual, muntah, sesak, sakit seluruh tubuh, sakit kepala, demam disangkal pasien. BAB dan
BAK pasien masih dalam batas normal.

Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan rutin berobat ke puskesmas
Riwayat penyakit keluarga : ibu pasien memiliki hipertensi
Riwayat Sosial dan lingkungan : pasien saat ini sudah tidak bekerja namun masih bisa beraktivitas.
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal

Perencanaan Metode intervensi yang digunakan adalah:


1) anamnesis
2) pemeriksaan fisik sederhana
3) menyampaikan hasil pemeriksaan fisik
4) menyampaikan hasil dagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar penyakit,
penegahan, dan pengendalian penyakit.

Pelaksanaan WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tanggal: 22 oktober 2021
Waktu: 09.00 WITA
Tempat: Poli Umum UPT. Puskesmas Tabanan III

Pasien datang dengan menyampaikan keluhan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
dengan hasil:
TD: 160/90 ; Nadi: 80 kali/menit; RR 20 kali/menit; Suhu 36,5 C
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Selanjutnya pasien didiagnosis dengan Hipertensi dan diberikan pengobatan berupa:
a. Non Medikamentosa
Kie tentang penyakit dan komplikasi, terapi farmakologi dan non farmakologi, gaya hidup sehat, diet
sehat rendah garam, olahraga teratur dan perbanyak aktivitas fisik, konsumsi obat teratur, kontrol
bulan depan untuk evaluasi.
b. Medikamentosa
Amlodipin 1x10 mg PO
Vit B complex 1x1 tab PO

Monitoring dan Monitoring: memperhatikan respon pasien saat dilakukan anamnesis dan pernjelasan tentang penyakit
Evaluasi Hipertensi mengenai terapi, pengelolaan, pencegahan, dan komplikasi.
Evaluasi: edukasi berjalan dengan baik, pasien mengerti dan memahami mengenai penjelasan yang
diberikan.
F6.3 Upaya Pengobatan Dasar

Tgl. Mulai 25 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 25 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pengobatan Dasar pada Pasien dengan Osteoarthritis

Latar Belakang Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenaiorang usia
lanjut atau usia dewasa dimana tulang kartilago yang melindungi ujung tulang mulairusak, disertai
perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral. Penyakit ini merupakan jenis artritis
yang paling sering terjadi dan menimbulkan rasa sakit serta hilangnya kemampuan gerak.
Angka kejadian OA di dunia dapat dikatakan cukup tinggi. WHO memperkirakan 25%orang berusia
65 tahun di dunia menderita OA. Di Asia Tenggara sendiri jumlah penderita OAmencapai 24 juta
jiwa. Sampai saat ini belum diketahui prevalensi pasti penderita OA di Indonesia,namun Handono dan
Kusworini melaporkan prevalensi OA di Malang pada usia 49-60 tahuncukup tinggi, yaitu sebesar
21,7%.
Osteoatritis seringkali mengenai sendi penopang badan, seperti panggul, lutut, dan vertebra.
Prevalensi OA lutut di Amerika dan Eropa pada penduduk berusia di atas 45 tahun sebesar 14% pada
lakui-laki dan 22,8% pada wanita.
Penderita OA biasanya mengeluhkan rasa nyeri pada sendi yang tekena saat melakukan aktivitas fisik
yang membebani sendi tersebut, seperti berlutut, jongkok, mengangkat beban berat. Obesitas pada
penderita OA diketahui dapat meningkatkan derajat nyeri dan keparahan OA, terutama yang terkena
adalah sendi lutut.
Osteoatritis dapat menyebabkan gangguan aktivitas penderitanya sehingga dikhawatirkan akan
menyebabkan penurunan kualitas hidup. Dengan lebih memahami megenai OA, masyarakat
diharapkan mampun mencegah dan memperlambat progresivitas OA dengan menjaga pola hidup
sehingga tercapai kualitas hidup yang baik.
Permasalahan Pasien datang ke poli umum Puskesmas Tabanan III dengan keluhan nyeri pada kedua lutut yang
sudah dirasakan sejak lama, kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keluhan semakin lama semakin
memberat. Pasien mengatakan jika lututnya ditekuk kemudia diluruskan terdengar suara kretek-kretek.
Riwayat trauma pada lutut disangkal.
Alergi: tidak ada
RPD: tidak ada
RPK: tidak ada
RS: pasien masih bisa melakukan aktivitas. Merokok (-).

Perencanaan Metode intervensi yang digunakan adalah:


1) anamnesis
2) pemeriksaan fisik sederhana
3) menyampaikan hasil pemeriksaan fisik
4) menyampaikan hasil dagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar penyakit,
penegahan, dan pengendalian penyakit.

Pelaksanaan WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tanggal: 25 oktober 2021
Waktu: 09.00 WITA
Tempat: Poli Umum UPT. Puskesmas Tabanan III

Pasien datang dengan menyampaikan keluhan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
dan status generalis dengan hasil dalam batas normal.
BB: 75 kg, TB 160 cm, BMI 29 kg/m2

Dilakukan pemeriksaan pada kedua lutut pasien, didapatkan:


Look: edema (-), deformitas (-)
Feel: hangat, krepitasi (-)
Move: ROM terbatas karena nyeri

Selanjutnya pasien didiagnosis dengan Hipertensi dan diberikan pengobatan berupa:


a. Non Medikamentosa
Kie tentang penyakit, terapi farmakologi dan non farmakologi, gaya hidup sehat, mengurangi berat
badan, olahraga teratur melakukan olahraga seperti bersepeda.
b. Medikamentosa
Na diclofenac 2x50 mg PO
B comp 1x1 PO

Monitoring dan Monitoring: memperhatikan respon pasien saat dilakukan anamnesis dan pernjelasan tentang penyakit
Evaluasi osteoarthritis mengenai terapi, pengelolaan, pencegahan, dan komplikasi.
Evaluasi: edukasi berjalan dengan baik, pasien mengerti dan memahami mengenai penjelasan yang
diberikan.
F6.4 Upaya Pengobatan Dasar

Tgl. Mulai 26 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 26 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pengobatan Dasar pada Pasien dengan Otitis Media

Latar Belakang Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksterna), saluran telinga tengah
(otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu
inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpukan
cairan ditelinga tengah. Otorrhea merupakan discharge telinga yang dapat berasal dari membran
timpani. Otitis media diklasifikasikan berdasarkan gejala klinis, otoskopi, lama sakit dan komplikasi.
Otitis media terjadi karena aerasi telinga tengah yang terganggu, biasanya disebabkan karena fungsi
tuba eustakius yang terganggu. Diagnosis dan tatalaksana yang benar sangatlah penting, karena otitis
media merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat menyebabkan komplikasi penyebaran
infeksi sampai ke intrakranial.
Permasalahan Pasien datang ke poli umum Puskesmas Tabanan III dengan keluhan penurunan pendengaran telinga
kiri dan kelar cairan yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Cairan yang keluar dari telinga berwarna
kekuningan dan tidak berbau. Pasien sebelumnya mengeluh pilek dan batuk sejak 3 hari yang lalu.
Demam tidak ada.
Riwayat mengorek telinga dikatakan tidak ada.
Alergi: tidak ada
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
Riwayat lingkungan sosial : pasien masih bisa melakukan aktivitas. Merokok (-).

Perencanaan Metode intervensi yang digunakan adalah:


1) anamnesis
2) pemeriksaan fisik sederhana
3) menyampaikan hasil pemeriksaan fisik
4) menyampaikan hasil dagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar penyakit,
penegahan, dan pengendalian penyakit

Pelaksanaan WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tanggal: 26 oktober 2021
Waktu: 09.00 WITA
Tempat: Poli Umum UPT. Puskesmas Tabanan III

Pasien datang dengan menyampaikan keluhan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
dan status generalis dengan hasil dalam batas normal.
Dilakukan pemeriksaan pada kedua kedua telinga::
Telinga:
- Daun telinga: normal/normal
- Liang telinga: lapang/lapang
- Discharge: -/+ warna bening
- Membran timfani: intak/perforasi
- Mastoid: normal/normal
Hidung:
- Hidung luar: normal/normal
- Kavum nasi: normal/normal
- Septum: tidak ada deviasi
- Mukosa: hiperemi/hiperemi
- Konka: kongesti/kongesti
- Sinus: tidak dievaluasi
Tenggorok:
- Tonsil: T1/T1, hiperemi (-), mukosa rata
Faring: hiperemi (-)

Selanjutnya pasien didiagnosis dengan Otitis Media akut dan diberikan pengobatan berupa:
a. Non Medikamentosa
Kie tentang penyakit,, terapi farmakologi dan non farmakologi, gaya hidup sehat, KIE jangan
mengorek telinga terlalu dalam dan minum obat sesuai anjuran.
b. Medikamentosa
- Ear toilet
- Cefadroxil 2x500 mg PO
- Ambroxol 3x30 mg PO
Monitoring dan Monitoring: memperhatikan respon pasien saat dilakukan anamnesis dan pernjelasan tentang penyakit
Evaluasi otitis media akut mengenai terapi, pengelolaan, pencegahan, dan komplikasi.
Evaluasi: edukasi berjalan dengan baik, pasien mengerti dan memahami mengenai penjelasan yang
diberikan.
F6.5 Upaya Pengobatan Dasar

Tgl. Mulai 27 Oktober 2021


Kegiatan
Tgl. Akhir 27 oktober 2021
Kegiatan
Judul Laporan Pengobatan Dasar pada Pasien dengan Asma Bronkial

Latar Belakang Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkatsejalan dengan perubahan pola hidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu
penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.Asma merupakan penyakit
inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat
penyumbatansaluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkatterutama di
negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia
Pasifik baru-baru inimenunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebihtinggi
dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah
dirawat di rumah sakit danmelakukan kunjungan kebagian gawat darurat setiap tahunnya. Haltersebut
disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauhdari pedoman yang direkomendasikan
Global Initiative for Asthma(GINA).
Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia. Prevalensi asma
menurut laporan Word HealthOrganization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar 235 juta penduduk
dunia terkena penyakit asma.
Permasalahan Pasien datang ke poli umum Puskesmas Tabanan III dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak
2 hari sebelumnya. Sesak nafas semakin memberat. Pasien mengatakan sesak bertambah berat pada
malam atau dini hari. Saat bernafas, dikatakan terdengar suara ngik-ngik. Keluhan lain, pasien juga
mengalami batuk dan pilek. Demam tidak ada.
Alergi: debu
Riwayat penyakit dahulu : pasien memiliki riwayat asma sejak kecil.
Riwayat penyakit keluarga : ibu pasien dikatakan menderita asma
Riwayat lingkungan sosial : pasien masih bisa melakukan aktivitas. Merokok (-).

Perencanaan Metode intervensi yang digunakan adalah:


1) anamnesis
2) pemeriksaan fisik sederhana
3) menyampaikan hasil pemeriksaan fisik
4) menyampaikan hasil dagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai pengetahuan dasar penyakit,
pencegahan, dan pengendalian penyakit.

Pelaksanaan WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Tanggal: 27 oktober 2021
Waktu: 09.00 WITA
Tempat: Poli Umum UPT. Puskesmas Tabanan III

Pasien datang dengan menyampaikan keluhan yang ada. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital
dan status generalis dengan hasil:
TD: 110/70, N 90. RR 24, S 36,6, SpO2 95%
THT: sianosis (-), NCH (-)
Cor: S1 S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo: veskuler, wh +/+, rh -/-

Selanjutnya pasien didiagnosis dengan Asma Bronkial dan diberikan pengobatan berupa:
a. Non Medikamentosa
Kie tentang penyakit, terapi farmakologi dan non farmakologi, gaya hidup sehat, hindari factor
pencetus seperti debu dan cuaca dingin.
b. Medikamentosa
- Salbutamol 3x4 mg PO
- Metil prednisolone 3x4 mg PO
- Ambroxol 3x30 mg PO
- Cetirizine 1x10 mg PO
Monitoring dan Monitoring: memperhatikan respon pasien saat dilakukan anamnesis dan pernjelasan tentang penyakit
Evaluasi otitis media akut mengenai terapi, pengelolaan, pencegahan, dan komplikasi.
Evaluasi: edukasi berjalan dengan baik, pasien mengerti dan memahami mengenai penjelasan yang
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai