Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belang

Mencuci tangan menggunakan sabun sering kali dipadang sepele. Padahal,

kebiasaan ini jika diterapkan untuk anak-anak secara rutin sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Karena cuci tangan menggunakan sabun dengan benar dan baik, dapat

meminimalisasi resiko adanya penyakit hingga penyebaran virus berbahaya seperti

merebaknya virus corona atau covid-19 belakangan ini.

Untuk menjaga kesehatan anak, diperlukan dukungan lingkungan yang sehat,

mulai dari rumah, sekolah, hingga lingkungan masyarakat yang lebih luas. Sekolah

merupakan salah satu lingkungan di mana anak-anak banyak menghabiskan waktunya

untuk belajar dan berinteraksi. Namun di saat yang bersamaan, resiko tertulanya

covid-19 juga tinggi. Hal ini disebabkan karena paling banyak penyebaran melalui

jaba tangan, sentuhan, dan dari droplet atau benda yang suda terkontaminasi covid1-

19 dari orang yang terinfeksi.

Menjaga kesehatan anak menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi

penyebaran virus corona atau covid-19. Setelah bersalaman atau menyentuh berbagai

benda di sekitar, dianjurkan untuk anak-anak untuk selalu mencuci tangan

menggunakan sabun. Melansir theconversation, anjurkan anak mencuci tangan

menggunakan sabun telah teruji secara saintifik dapat mencegah penyebaran virus dan

bakteri penyebab penyakit.

Membersihkan tangan dengan tepat mampu mencegah terjangkit penyakit

pernapasan dan pencernaan. Hal ini terjadi karena dengan mencuci tangan

menggunakan sabun, bakteri yang ada di tangan tidak masuk ke saluran pernapasan

dan pencernaan. Karena masih banyak anak-anak yang enggan mencuci tangan secara
rutin. Padahal, banyak penyakit yang timbul karena kebiasaan buruk tersebut. Selain

infeksi covid-19, diare dan tuberkulosis turut menjadi ancaman buat orang-orang yang

malas cuci tangan (yudistira imandiar, 2020).

Spesialis paru Rumah Sakita Persahabatan dr. Erlina burhan mengatakan,

mencuci tangan secara bersih dan benar menggunakan sabun bisa di lakukan selama

20 detik untuk membunuh seluruh mikroorganisme yang menempel, termasuk

kontaminasi virus covid-19 (Tuty Ocktaviany, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) menyarankan setiap anak untuk

selalu mencuci tangan demi mencegah penyebaran virus corona COVID-19.

Bersihkan tangan secara teratur dan meneyluruh dengan sabun dan air atau cairan

berbasis allkohol. Mencuci tangan dengan sabun dan aiir atau menggunakan cairan

pembersih berbasis alkohol bisa membunuh virus yang mungkin ada di tangan anak.

Mencuci tangan menggunakan sabun yang diterapkan untuk anak dapat

membuat anak tetap sehat dan mencegah penyebaran infeksi pernapsan dan covid-19

nndari satu orang ke orang lain.

Menurut situs resmi kemenstrian kesehatan virus corona jenis baru yang kini

sudah menjadi pendemi global patut untuk diwaspadai. Virus yang menyebabkan

penyakit covid-19 ini bisa menular melalui kontak langsung seperti, jaba tangan,

sentuhan, dan dari droplet atau benda yang suda terkontaminasi covid1-19 dari orang

yang terinfeksi. Salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan untuk ana-anak

adalah rajin cuci tangan menggunakan sabun, karena cuci tangan pakai air saja hamya

membunuh kuman 10% sedangkan menggunakan sabun bisa membunuh kuman 80%

(kemenkes, 13 maret 2020).

Hasil survey tentang covid-19 yang di peroleh dari internet menunjukan

jumlah penderita covid-19 pada tabel di bawa ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1.1

Jumlah Kasus anak positifcovid-19 di indonesi

Tahun 2019-2020

No Tahun Jumlah %
1 2019 1 3,70

2 2020 26 96,30

Jumlah 27 100
Sumber: INTERNET

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa kasus covid-19 pada 2 tahun

terakhir di indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan.

Samapai saat ini dikota ambon belum ada anak sekolah yang terinfeksi covid-19 tetapi

menjadi penting untuk anak-anak sekolah diajarkan bagaimana mencuci tangan

dirumah.

Alasan saya tertarik melakukan asuhan keperawatan keluarga pada anak x dalam

upaya meningkatkan penegetahuan tentang pentingnya cuci tangan menggnkan sabun

untuk mencegah tertular covid-19 adalah. Karena, sebagian besar anak belum paham

tentang pentingnya cuci tangan dengan benar, untuk mencegah tertulanya covid-19

dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari dan penelitian ini dilakukan di

lingkunga kelurga saya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, diatas maka dapat dirumuskan sebagai

“Asuhan Keperawatan pada anak usia sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan

anak tentang pentingnya cuci tangan menggunakan sabun untuk mencegah tertular covid-

19 dengan metode Edukasih di lingkunga keluarga.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan

dengan sabun untuk mencegah tertular covid-19 di lingkungan keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada ”Asuhan Keperawatan Pada anak udalam upaya

meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan menggunakan sabun

untuk mencegah tertular covid-19 dengan metode Edukasih di lingkungan kelurga

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan dan memprioritaskan masalah pada

”Asuhan Keperawatan Pada anak dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang

pentingnya cuci tangan menggunakan sabun untuk mencegah tertular covid-19

dengan metode Edukasih di lingkungan keluarga.

c. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada ”Asuhan Keperawatan Pada anak

dalam upaya meningkatkan pengetahun tentang pentingnya cuci tangan

menggunakan sabun untuk mencegah tertular covid-19 dengan metode Edukasi di

lingkungan kelurga.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Pemerintah (Dinas Kesehatan)

Membantu dalam upaya meningkatkan perbaikan derajat kesehatan kualitas hidup

masyarakat.

2. Bagi kelurga

Dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya

cuci tangan menggunkan sabun.

3. Bagi Fakultas Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di

bidang Ilmu Keperawatan serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

yang terkait dengan masalah tersebut.

4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang hipertensi serta cara

mengendalikannya secara tepat.

5. Keaslian Penelitian

Usulan Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh penulis sendiri dan bukan merupakan

duplikasi / penjiplakan Karya Tulis Ilmiah yang lainnya. Karena pengetahuan peneliti

belum ada yang angkat judul : Asuhan Keperawatan pada anak usia sekolah dalam

upaya meningkatkan pengetahuan anak tentang pentingnya cuci tangan menggunakan

sabun di kelurga X untuk mencegah tertular covid-19 di lingkungan keluarga

6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam bentuk karya tulis ilmiah, dengan sistematika penulisan

yang terdiri dari bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. 1) Bagian awal terdiri

dari Halaman Judul, Lembaran Persetujuan, Lembaran pengesahan, Kata Pengantar,

Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Lampiran, 2) Bagian utama terdiri dari Lima Bab,

yaitu : a). Bab I Pendahuluan berisi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika penulisan. b). Bab II

Kajian Pustaka berisi: Konsep-konsep Dasar diantaranya Konsep Dasar hipertensi,

Konsep Tujuan brisk walking exercise, Konsep Pengetahuan,Konsep Proses

Keperawatan, Kerangka Konsep Penelitian. c). Bab III Metedologi Penelitian berisi:

Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Variabel Penelitian, Defenisi Operasional, Waktu

dan Tempat Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian. d). 1V

Hasil Penelitian dan Pembahasan, Hasil penelitian: Pengkajian, Riwayat Tahap


Perkembangan, karakteristik Rumah, Struktur Keluarga, Stress Dan Koping

Keluarga, Harapan Keluarga, Pemeriksaan Fisik, Pola Kegiatan Sehari-Hari,

Klasifikasi Data, Analisa Data, Batasan Dan Prioritas Masalah Keperawatan,

Intervensi, Implementasi, Catatan Perkembangan, Pembahasan: Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Perencanan, Implementasi, Evalusai. E). Bab V Penutup:

Kesimpulan, Saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep teori tentang covid-19


1. Pengertian

Covid-19 adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan.

Sebagian virunya dapat mengingfeksi manusia serta menyebabkan berbagai

penyakit, mulai dari penyakit yang umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit

yang lebih fatal, seperti Middle Eas Respiratory Syndrome (MERS) dan Severa

Acute Respiratory Sindrome (SARS) (Luthfia Ayu Azanella 2020).

2. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab dari virus corona, tetapi diketahui virus

ini disebarkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies

lainnya, termasuk manusia. Diketahui virus corona berasal dari kota wuhan di

china dan muncul pada desember 2019 (Luthfia Ayu Azanella 2020).

3. Faktor Resiko

Menurut jufrri dan Soenarto (2020) siapapun dapat dampak covid-19 pada orang

setiap harinya. Lansia dan orang dengan gangguan kesehatan kronis, seperti

diabetes dan penyakit jantung, tampaknya lebih beresiko mengalami gejala-gejala

yang parah. Karena virus ini masi baru, kami masih mempelajari dampak virus ini

pada anak-anak. Kita tahu bahwa semua orang terlepas dari umurnya dapat

terinfeksi virus ini, tetapi sejauh ini laporan kasus covid-19 pada anak-anak relatif

masi sedikit. Virus ini masi baru dan kami perlu mempelajari dampaknya pada

anak-anak lebih lanjut. Virus ini bisa menjadi fatal pada sejumlah kecil kasus, saat

ini lebih cenderung terjadi pada lansia dengan ganggua kesehatan sebelumnya.

4. Cara penyebaran covid-19

Badan kesehatan dunia WHO dalam report of the WHO-China Joint Mission

On Coronavirus Disiase 2019 (COVID-19), seringkali virus ini menyebar antara

manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang terinfeksi
sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penykit fl. Tetes cairan dari

mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal pada mulut dan hidung

orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan diserap ke dalam paru-

paru orang tersebut melalui hidungnya. Untuk itu pencegahan yang paling penting

adalah sering cuci tangan dan menutup mulut serta hidung saat bersin atau batuk.

5. Tanda dan Gejala covid-19

Penyakit coronavirus (covid-19) memiliki ciri-ciri berupa gejala ringan seperti

pilek, sakit tenggorokan, batuk dan demam. Gejala lain yang lebih serius bagi

sebagian orang dan dapat menyebabkan pneumonia atau sesak napas.

Dalam beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Orang-

orang lanjut usia dan yang memiliki resiko tinggi (sepesrti asam, diabetes, atau

penyakit jantung), lebih rentan untuk mengalami gejala yang berat.

Gejala infeksi virus berupa :

1. Pilek

2. Sakit tenggorokan

3. Batuk

4. Demam

5. Sesak napas (pada kasus yang lebih serius).

6. Klasifikasi covid-19

Menurut Vani oktania kamis, 23 april 2020 klasigikasi covid-19 sebagia berikut:

a. 229E (alpha coronavirus)

virus ini pertama kali ditemukan pada sekitar tahun 1960an. Gejala virus ini

hampir sama dengan seperti virus corona yang telah menginfeksi banyak

orang saat ini, yaitu merupakan flu biasa,. Virus HcoV-229E lebih banyak
menyerang anak-anak dan orang berusia lanjut. Namun belum ada laporan

yang timbulkan akibat terinfeksi virus ini.

b. NL63 (alpha Coronavirus)

Menurut jurnal yang diterbitkan pada 25 mei 2010 oleh US National Library

Of Medicinal National Institutes OF Health, virus ini pertama kali ditemukan

pada tahun 2004 pada bayi berusia tujuh bulan di belanda. Virus ini kemudian

menyebar dan diidentifikasi diberbagai negara. HcoV-nl63 telah terbukti lebih

banyak menyerang anak-anak dan orang yang kelainan imun. Gejala biasanya

berupa masalah pernapasan ringan seperti batuk, demam dan rhnorrhoea, atau

yang lebih serius seperti bronchiolitis dan croup, yang diamati terutama pada

anak-anak yang lebih muda.

c. OC43 (beta coronavirus)

Kalsifikasi virus corona yang paling sering menginfeksi manusia yang

selanjutnya adalah HcoV-OC43 (beta coronavirus). HcoV-CO43 adalah salah

satu virus corona yang paling umum menyebabkan infeksi pada manusia.

Virus ini dapat menyebabkan pneomonia pada manusia.

d. HKU1 (beta coronavirus(

Virus corona yang paling sering menginfeksi manusia yang keempat adalah

HcoV- HKU1. Gejalnya hampir sama seperti jenis virus corona lainnya, yaitu

infeksi saluran pernapasan atas. Walupun terkadang pneumonia, bronciolitis

akut, dan asthatic exacerbation juga bisa timbul sebagai akibat dari virus ini.

Durasi demam yang ditimbulkan dari virus ini cenderung lebih singkat, yaitu

hanya sekitar 1,7 hari.

e. MERS-CoV (beta coronavirus)


WHO mengatakan bahwa virus tersebut muncul pertama kali pada september

2012 di arab saudi. MERS-CoV menyebabkan Middle East Respiratory

Sindrome atau MERS. MERS-CoV ditularkan dari unta yang telah terinfeksi

ke manusia. Virus ini juga bisa di tularkan dari manusia ke manusia jika

melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Pada tahun 2012,

sebanyak 27 negara telah melaporkan lebih dari 2.400 kasus MERS.

f. SARS-CoV (beta coronavirus)

SARS-CoV muncul pertama kali di china selatan pada november 2002, virus

ini dapat menyebabkan sindrom pernnapasan akut parah atauu yang dikenal

dengan SARS . SARS-CoV berasal dari kelelawar yang kemudian ditularkan

ke hewan lainnya seblumnya akhirnya menginfeksi anusia. Dan dikabarkan

selama tahun 2002 sampai tahun 2003 suda ada 8.000 orang dari 26 negara

yang terjangkit SARS . 774 di antaranya di kabarkan meninggal dunia.

g. SARS-CoV-2 ATAU COVID-19

SARS- CoV-2 menyebabkan COVID-19. Seperti dikutip dari Healthline, virus

corona baru ini berasar dari wuhan, china dan pertama kali ditemukan pada

bula desember 2019 setelah para petugas kesehatan melihat peningkatan kasus

peneumonia tanpa penyebab yang jelas.

Kasus tersebut kemudian dikaitkan dengan pasar yang menjual maknan laut

dan unggas. Kemungkinan beasar virus tersebut berevolusi dari hewan, namun

sumber pastinya masih belum diketahui. COVID-19 dapat dengan sangat

cepat menyebar melalui kontak dari orang yang terinfeksi ke orang lain.

Hanya dalam beberapa bulan, virus ini suda menyebar ke berbagai negara di

dunia.

7. Penatalaksaan dan Pengobatan covid-19


Organis kesehatan dunia mengatakan tidak ada obat khusus untuk mencegah atau

mengobati penyakit coronavirus (covid-19). Bebrapa orang mungkin memerlukan

perawatan suportif atau paliatif untuk membantu pernapsan mereka.

B. Konsep teori tentang pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penghindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

bermakna luas dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 20017).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2017) pengetahuan yang tercangkup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.Jadi tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok-kelompokan,

dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dari dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-

kriteria yang telah ada.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah dilakukan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, menurut (Notoatmodjo,2007)

terdapat empat cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu:

a. Cara coba salah (Tiral and Error)

Coba salah ini dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berasil, dicoba

kemungkinan lain. Bila kemungkinan kedua ini gagal maka dicoba

kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan. Itulah sebabnya metode ini disebut coba (trial) dan salah

(error) atau metode coba salah.

b. Tradisi atau autoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak kebiasaan atau tradisi

yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukannya itu baik atau buruk. Orang akan menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang lain yang mempunyai autoritas atau kekuasaan

di bidangnya tanpa menguji dulu kebenarannya, karena orang itu

menganggap pendapat itu sudah benar.


c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kalimat tersebut mengandung

maksud bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itumerupakan suatu cara memperoleh pengetahuan, oleh

karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan.

d. Melalui jalan pemikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

Apabila proses pembuatan kesimpulan ini melalui pernyataan-

pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(Budiman, 2013), menjelaskan yang mempengaruhi terbentuknya

pengetahuan adalah:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

b. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai

suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.


c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang dipergunakan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi

ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di

masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

C. Konsep cuci tangan menggunkan sabun

1. Pengertian

cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membrrsihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Potter (2015)
2. Tujuan cuci tangan menggunakan sabun

untuk menghilangkan sejumlah besar virus dan bakteri yang menjadi penyebab

berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare

dan penyakit infeksi saluran nafas akut.

3. Manfaat cuci tangan menggunakan sabun

Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar

dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit. Mencuci tangan dapat

mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, cacingan,

influenza, hepatitis A, dan diare terutama pada bayi dan balita. Anak yang

mencuci tangan tanpa menggunakan sabun beresiko 30 kali lebih besar terkena

penyakit tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau

jarang mencuci tangan menggunakan sabun, maka akan beresiko mengalami

penyakit tipoid 4 kali lebih parah daripada yang terbiasa mencuci tangan

menggunakan sabun. Selain itu, manfaat positif lain dari mencuci tangan adalah

tangan menjadi bersih dan wangi (KemenKes, 2016).

4. Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah :

Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang,berkebun,dll)

a. setelah BAB (buang air besar),

b. sebelum memegang makanan,

c. setelah bersin, batuk, membuang ingus,

d. setelah pulang dari bepergian, setelah bermain.

Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah

beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan

memakai sabun menurut Jody (2016):


1. Sebelum dan sesudah makan. Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita

konsumsi dengan kuman,sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam

tubuh kita.

2. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan. Bukankah kuman akan

mati ketika bahan makanan dimasak? Memang benar. Masalahnya bukan

terletak pada bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel

pada tangan anda ketika mengolah bahan mentah.

3. Setelah buang air besar dan buang air kecil. Ketika melakukan buang air

besar dan buang air kecil kuman dan bakteri akan mudah menempel pada

tangan anda, dan harus dibersihkan.

4. Setelah bersin atau batuk. Sama seperti buang air kecil dan buang air besar,

ketika bersin atau batuk, itu artinya anda sedang menyemburkan bakteri dan

kuman dari mulut dan hidung. Refleks kita pastinya menutup mulut dan

hidung dengan tangan, yang artinya, kuman akan menempel pada tangan

kita.

5. Setelah menyentuh binatang. Bulu binatang merupakan penyumbang

bakteri dan kuman yang sangat besar, sehingga anda wajib mencuci tangan

anda setelah bersentuhan dengan binatang, terutama yang berbulu tebal.

6. Setelah menyentuh sampah. Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri

dan kuman yang sangat berbahaya bagi tubuh. Wajib hukumnya bagi anda

untuk mencuci tangan setelah menyentuh sampah.

Sebelum menangani Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat

sensitive terhadap bakteri dan kuman. Apabila anda tidak mencuci tangan
sebelum menangani luka, maka kemungkinan terjadinya infeksi karena

bakteri dan kuman akan menjadi semakin tinggi.

1. Peralatan dan perlengkapan mencuci tangan pakai sabun

Menurut Dahlan dan Umrah (2013), peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan

untuk mencuci tangan adalah:

a. Sabun biasa atau antiseptic

b. Handuk bersih

c. Wastafel atau air mengalir.

2. Teknik mencuci tangan

Menurut Dahlan dan Umrah (2013), teknik mencuci tangan, yaitu:

a. Menggosokkan telapak tangan

b. Menggosok punggung tangan

c. Menggosokkan sela-sela tangan

d. Mengkaitkan mengunci tangan

e. Memutar ibu jari

f. Menggosokkan kuku ke telapak tangan

g. Menggosok pergelangan tangan


Gambar 2.1

3. Macam-macam cuci tangan

Kegiatan mencuci tangan dibagi menjadi tiga yaitu: cuci tangan bersih, cuci

tangan aseptik, dan cuci tangan steril (Potter, 2015).

a. Cuci Tangan Bersih

Mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air

bersih yang mengalir atau yang disiramkan. Waktu yang penting cuci tangan bersih

dengan sabun adalah sebelum makan dan sesudah makan, setelah dari toilet

(setelah buang air kecil dan buang air besar), sebelum mengobati luka, sebelum

melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam mulut dan mata,

setelah bermain dan olahraga, setelah mengusap hidung atau bersin ditangan,

setelah buang sampah, setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan

peliharaan (Potter, 2015).

WHO (2009) mengeluarkan regulasi tentang peraturan mencuci tangan baik

pada kalangan medis maupun kalangan umum (perseorangan). Prosedur dalam

melakukan kegiatan mencuci tangan bersih juga telah diatur jelas. Prosedur cuci

tangan bersih dengan sabun adalah sebagai berikut: Basahi kedua tangan dengan

air mengalir, gunakan sabun cair/batangan pada seluruh permukaan tangan, gosok

kedua telapak tangan hingga timbul busa pada seluruh permukaan tangan, telapak

tangan kanan di atas punggung kiri dengan jari menyilang dan sebaliknya, gosok

telapak tangan kanan dan kiri dengan jari menyilang, dengan jari saling bertautan,

putar/gosok kedua telapak tangan, gosok jempol kiri dengan arah memutar (rotasi)

dengan tangan kanan menggenggam jempol tangan kiri dan sebaliknya, gosok

dengan arah memutar, jari-jari tangan kanan menggenggam di telapak tangan kiri
dan sebaliknya, bilas dengan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan

handuk/tisu sekali pakai, dan tutup kran air.

Gambar 2.2

b. Cuci Tangan Aseptik

Mencuci tangan aseptik adalah mencuci tangan yang dilakukan sebelum

tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan larutan antiseptik. Mencuci

tangan dengan larutan antiseptik, khususnya bagi petugas yang berhubungan

dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan

tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan

aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci

tangan bersih, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan

setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.

c. Cuci Tangan Steril

Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama),

khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang

dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan

dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (tidak iritatif,

spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik,

masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub
dan pelindung mata, penutup sepatu (Kozier, et al, 2009). Prosedur mencuci tangan

steril berbeda dengan mencuci tangan bersih dan aseptik. Perbedaannya terletak

pada frekuensi cuci tangan dan peralatan sikat untuk menggosok kuku. Mencuci

tangan steril dilakukan sebanyak dua kali cuci tangan baru kemudian dikeringkan

oleh handuk sekali pakai.

4. Jenis sabun cuci tangan

Sabun adalah produk berbasis diterjen yang mengandung diesterifikasi asam

lemak dan natrium atau kalium hidroksida. Bahan tersebut terdapat dalam berbagai

bentuk termasuk sabun batangan maupun dalam sediaan cair. Bahanbahan tersebut

juga efektif dalam membersihkan sisa lemak dan kotoran, tanah, dan berbagai zat

organik dari tangan.Jenis sabun cuci tangan yang paling sering digunakan oleh tenaga

medis di rumah sakit sebelum melakukan prosedur pembedahan adalah Chlorhexidine

dan produk berbahan dasar iodin. Pilihan selain Chlorhexidine dan produk berbahan

dasar iodin adalah Chloroxylenol dan Hexachlorophene serta

Triklosin.Hexachlorophene dan triklosin jarang digunakan, tetapi masih merupakan

alternatif yang baik jika ada anggota timmedis menunjukkan reaksi alergi terhadap

klorheksidin dan produk berbahan dasar iodin (WHO, 2009).

5. Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun

Kebiasaan mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk melindungi

seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Terlebih bila mencuci

tangan tidak di bawah air mengalir. Mencuci tangan pakai sabun terbukti efektif

dalam membunuh kuman yang menempel ditangan. Tujuan utama dari cuci tangan

secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi patogen-patogen kuman dengan

cepat dan secara efektif (Carl, 2008).


6. Bahaya Jika tidak Mencuci Tangan dengan Sabun

Jika tidak mencuci tangan menggunakan sabun, kita dapat menginfeksi diri sendiri

terhadap kuman dengan menyentuh mata, hidung atau mulut. Dan kita juga dapat

menyebarkan kuman ke orang lain dengan menyentuh permukaan yang mereka sentuh

juga seperti handel pintu. Penyakit infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan

ke tangan termasuk demam biasa, flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti

diare. Kebersihan tangan yang kurang juga dapat menyebabkan penyakit terkait

makanan seperti infeksi Salmonella dan E. Coli. Beberapa mengalami gejala yang

mengganggu seperti mual, muntah, dan diare (Lestari, 2015).

7. Penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan sabun

Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun

diantaranya :

a. Diare

Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih

sering (biasanya lebih dari tiga kali) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Sedangkan menurut (Alif, 2014), diare merupakan gejala yang terjadi karena

kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare

disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang yang abnormal dalam usus.

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk

anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita

diare hingga separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan keadaan air,

namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran

manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab
diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat

manusia sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh

tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang

tidak dicuci terlebih dahulu atau terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor

(Alif, 2014).

Menurut Syafirah (2013), tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun

dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi

pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (45%), penggunaan air olahan

(39%),sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%), sumber

air yang diolah (11%).

b. Kecacingan

Definisi kecacingan menurut World Health Organization (WHO) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Cacing umumnya tidak

menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan walaupun sesungguhnya

memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi berat atau keadaan

yang luar biasa, kecacingan cenderung memberikan analisa yang keliru kearah

penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal. Kebanyakan penyakit cacingan

ditularkan melalui tangan yang kotor. Kebersihan tangan sangat penting karena tidak

ada bagian tubuh lainnya yang paling sering kontak dengan mikroorganisme selain

tangan (Sihotang, 2017).

Cacingan adalah salah satu jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh adanya

cacing di dalam usus manusia. Penyakit ini mudah menular dari satu orang ke orang

lain.Walaupun banyak dijumpai pada anak-anak, cacingan juga menginfeksi orang

dewasa, terutama yang tidak begitu mempedulikan kebersihan (Mufidah, 2012).


Infeksi kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh beberapa jenis cacing

kelas nematoda usus khususnya yang penularannya melalui tanah, diantaranya cacing

gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing

tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus).

D. Konsep Anak Usia Sekolah

1. Pengertian Anak

Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang

tua. Anak usia sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang

bervariasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi

pemebentukan karakteristik dan kepribadian anak. Periode usia sekolah ini menjadi

pengalaman inti anak yang dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya

sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan lannya. Selain itu usia

sekolah merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan dalam

menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa dan

memperoleh keterampilan tertentu (Diyantini, et al. 2015).

2. Perkembangan Anak

Perkembangan jika dalam bahasa inggris disebut development. Menurut Santrock

development is the pattern of change that begins at conception and continues

through the life span, yang artinya perkembangan adalah perubahan pola yang

dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Perkembangan


berorientasi pada proses mental sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada

peningkatan ukuran dan struktur. Jika perkembangan berkatan dengan hal yang

bersifat fungsional, sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya, jika dalam

perkembangan mengalami perubahan pasang surut mulai lahir sampai mati. Tetapi

jika pertumbuhan contohya seperti, pertumbuhan tinggi badan dimula sejak lahir

dan berhenti pada usia 18 tahun (Desmita, 2015). Beberapa komponen yang

termasuk dalam perkembangan yaitu :

3. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang

berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang

berkaitan dengan bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan

lingkungannya. Perkembangan kognitif juga digunakan dalam psikolog untuk

menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,

ingatan, dan penglohan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh

pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua

proses psikologis yang berkaitan dengan individu. Selain berkaitan dengan

individu juga mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,

memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2015).

Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada

masa kanak-kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung

kira-kira usia 7-11 tahun (tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, pemikiran

logis menggantikan pemikiran intuitif. Anak sudah mampu berpikir rasional dan

melakukan aktivitas logis tertentu, walaupun masih terbatas pada objek konkret

dan dalam situasi konkret. Anak telah mampu mampu memperlihatkan


keterampilan konversi, klasifikasi, penjumlahan, pengurangan, dan beberapa

kemampuan lain yang sangat dibutuhkan anak dalam mempelajari pengetahuan

dasar sekolah. Cara berpikirnya sudah kurang egosentris yang ditandai dengan

desentrasi yang besar, yaitu sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi

dan juga menghubungkan satu dengan yang lainnya (Soetjiningsih, 2012). Pada

tahap operasional konkret, anak-ank dapat memahami :

a. Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu

zat/objek/benda tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami

perubahan dalam penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti

konservasi jumlah, panjang, berat, dan volume.

b. Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan

/mengklasifikasikan benda dan memahmi hubungan antarbenda tersebut.

c. Seriaton, yaitu kemampuan anak mengurutkan sesuai dimensi kuantitatifnya.

Misalnya sesuai panjang,besar dan beratnya.

d. Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis.

Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, da nada relasi antara objek

kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.

4. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, perkembangan moral terjadi melalui tiga tingkatan dan terdiri

dari enam stadium, dan masing-masing stasium akan dilalui oleh setiap anak

walaupun tidak pada usia yang sama namum perkembangan selalui melalui urutan

ini (Soetjiningsih, 2012), yaitu :


a. Tingkatan I : Penalaran moral yang pra conventional

Merupakan tingkatan terendah dari penalaran moral. Pada tingkatan ini baik

dan burk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment

(hukuman)

Stadium 1 : moralitas heteronom

Penalaran moral terkait dengan hukuman (punishment), anak bepikir bahwa

mereka harus patuh karena takut hukuman (tingkah laku dinilai benar bila

tidak dihukum, dan sebaliknya).

Stadium 2 : individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran

Pada tahap ini penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri

adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu,

menurut anak apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang

setara. Mereka berpikir jika mereka akan baik terhadap dirinya.

b. Tingkatan II : Penalaran moral yang conventional

Individu memberlakukan standart tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh

orang lain, misalnya orang tua sekolah.

Stadium 3 : Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang

lain, dan konformitas interpersonal.

Pada tahap ini, anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan

terhadap orang lain sebagai dasar dari penilain moral. Anak mengadopsi

standar moral orang tua agar dianggap oleh orang tua sebagai anak yang bak.
Dengan kata lain, mereka merupakan tahap orientasi anak atau person yang

baik.

Stadium 4 : Moralitas sistem sosial

Penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di

masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Sebagai contoh, anak berpikir

supaya komunitas dapat bekerja dengan efektif perlu dilindungi oleh hukum

yang diberlakukan terhadap anggotanya. Dengan kata lain, merupakan tahap

orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial (aturan sosial yang ada harus

dijaga).

c. Tingkatan III : Penalaran moral yang post-conventional

Individu menyadari adanya jalur moral alternative , mengeksplorasi pilihan ini,

laly memutuskan berdasarkan kode moral personal.

Stadium 5 : kontrak atau utilitas sosial dan hak individu

Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih

utama atau lebih luas darpada hukum. Individu mengevaluasi validitas hukum

yang ada, dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia. Dengan kata lain,

merupakan orientasi control legalitas (untuk kehidupan bersama yang teratur).

Stadium 6 : Prinsip etis universal

Individu mengembangjan standar moral berdasarkan hak asasi manusia

universal. Ketika dihadapkan dengan pertentangan antara hukum dan hat

nurani, individu menalar bahwa harus diikuti adalah hati nurani, meskipun

keputusan ini dapat memberikan resiko. Dengan kata lain merupakan orientasi
atas dasar prinsip dan konsiensia sendiri (ukuran penilaian adalah konsiensia

sendiri) (Soetjiningsih,

Pada masa kanak-kanak akhir usia 6-12 tahun, penalaran moral anak

ada pada angkatan II, yaitu pada moral yang conventional (tahapan

selengkapnya dapat dilihat pada uraian sebelumnya tentang masa anak awal).

Pada tingkat conventional ini individu memberlakukan satndar tertentu, tetapi

standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah

(Soetjiningsih, 2012). Perkembangan moral pada masa kanak-kanak akhir,

sebagai berikut:

1. Anak berbuat baik bukan untuk mendapatkan kepuasan fisik, tetapi untuk

mendapatkan kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan

sosial.

2. Lingkungan merupkan ruang lingkup yang lebih luas, kaidah moral

sebagian besar lebih ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam

kelompoknya.

3. Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, seperti

kejujuran, keadilan, dan kehormatan.

4. Perbuatan baik buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut.

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Anak

Selain adanya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada anak, terdapat

juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak diantaranya, yakni:

a. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam pengaruh

pembentukan perilaku siswa. Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung

pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidkan, dan

kedisiplinan dalam sekolah. Selan dari terciptanya kedisiplinan ,yakni juga dari

kebiasaan belajar, dan pengendalian diri dari siswa (Tim Penulis Poltekkes Depkes

Jakarta, 2010)

b. Keluarga

Keluarga adalah sebagai lingkungan pertama dan yang utama bagi perkembangan

anak. Anak usia 4-5 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri

menurut jenis kelamin, sehingga peran ibu dan ayah atau orang tua pengganti

(seperti nenek, kakek, dan orang dewasa, dan lainnya) sangat besar. Apabila proses

identifikasi ini tidak berjalan dengan lancer, maka dapat timbul proses identifikasi

yang salah (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta, 2010).

c. Media Massa

Abad ini adalah abad informasi, yang ditandai oleh kemajuan yang pesat di bidang

tekonologi informasi. Selain membawa kegembiraan yang menyenangkan serta

wawasan luas. Kemajuan media elektronik yang sedang melanda saat ini membuat

anak atau remaja dipenuhi dengan tayangan dan berita yang kurang mendidik.

Dikhawatirkan akan muncul nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan

yang ada. Selan itu juga nila yang diserap akan mempengaruhi perilaku dan gaya

hidupnya sehari-hari (Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta, 2010).

E. Konsep dasar Edukasih

1. Pengertian
Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan (Notoadmojo, 2018). Edukasi merupakan proses belajar dari tidak tahu

tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2017). Pendidikan merupakan

kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sudah semestinya usaha

dalam menumbuh kembangkan pendidikan secara sistematis dan berkualitas perlu

terus di upayakan, sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai secara

optimal. Pendidikan memiliki arti penting bagi individu, pendidikan lebih jauh

memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa.

Dalam konteks relasi sosial, khususnya dalam relasi antara masyarakat yang

membutuhkan pendidikan pada tingkat dan jenjang tertentu melalui pendidikan

formal dan pemerintah sebagai penyedia kebutuhan itu terdapat semacam muatan

yang menjadi pengikat dalam relasi itu. Hubungan antara masyarakat dan

pemerintah dengan salah satu muatannya adalah kebutuhan atas pendidikan

dipahami dalam konteks organisasi, keberadaannya dapat dilihat dari sudut

pandang muatan dalam jaringan sosial dalam suatu organisasi sosial (Agusyanto,

2018).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan terkait pentingnya

edukasi atau pendidikan itu sendiri dalam penelitian ini dalam merencanakan,

memantau, mengaplikasikan metode, mendeskripdsikan, dan mengevaluasi hasil

terhadap pengetahuan akan teknik dan metode apa saja yang diketahui oleh para
responden penelitian yakni khususnya para pengunjung lembaga penyedia layanan

kesehatan.

Pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai pemberian informasi, instruksi,

atau peningkatan pemahaman terkait kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat

meliputi jenis pendidikan terkait potensial kesehatan dan bagaimana potensial

kesehatan dapat tercapai atau terkait bagaimana menghindari masalah penyakit

tertentu (Carr et al, 2014).

b. Tujuan Edukasi Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

tahun 1992 maupun WHO yakni: “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya

sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan

disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi

lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan

lainnya. Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk meningkatkan derajat

kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

melakukan upaya kesehatan itu sendiri.

c. Sasaran Edukasi Kesehatan

Mubarak et al tahun 2009 mengemukakan bahwa sasaran pendidikan kesehatan

dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu:


1) Sasaran primer (Primary Target), sasaran langsung pada masyarakat segala

upaya pendidikan atau promosi kesehatan.

2) Sasaran sekunder (Secondary Target), sasaran para tokoh masyarakat adat,

diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memberikan pendidikan

kesehatan pada masyarakat disekitarnya.

3) Sasaran Tersier (Tersiery Target), sasaran pada pembuat keputusan atau

penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, diharapkan

dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku

kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer.

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Defenisi

Menurut Depkes (2018) dalam Ali (2019), keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakatyang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Bailon dan maglaya (2018), dikutip oleh Mubarak (2018), mendefenisikan

keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga,

melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masiing-masing.

Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (2017), dikutip oleh

Mubarak (2012), yaitu :

a. Diikat dalam suatu tali perkawinan

b. Ada hubungan darah

c. Ada ikata batin

d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota

e. Ada pengambilan keputusan


f. Kerjasama diantara anggota keluarga

g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

h. Tinggal dalam satu rumah

2. Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan garis keturunan

1) Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudarah

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disususn

melalui jalur garis ibu.

b. Berdasarkan jenis perkawinan

1) Monogamy adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan

seorang istri

2) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih

dari satu istri.

c. Berdasarkan pemukiman

1) Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat

dengan keluaraga sedarah suami

2) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat

dengan keluarga satu istri.

3) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami

maupun istri.

d. Berdasarkan jenis anggota keluarga


1) Keluarga inti (Nuclear Family),adalah keluarga yang dibentuk karena

ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan

anak-anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.

2) Keluarga besar (extended family)adalah keluarga inti ditambah

keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek,

bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua

tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis

(guy/lesbian families)

3) Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

4) Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terbentuk

karena penceraian dan/ kematian pasangan yang dicintai.

5) Keluaraga berkomposisi (composite) adalah keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

6) Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah dua orang menjadi satu

keluaraga tanpa pernikahan, tetapi membentuk suatu keluarg

e. Berdasarkan kekuasaan

1) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan

adalah dipihak ayah

2) Matriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan

adalah pihak ibu.

3) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah

dan ibu.
f. Keluarga Tradisional dan Nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan

keluarga nontradisional tidak diikat oleh pernikahan. Contoh keluarga

tradisional adalah ayah –ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi,

sedangkan nontradisional adalah sekelompok orang yang tinggal disebuah

asrama.

3. Struktur dan Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal

misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari

nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.

struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi , kemampuan

keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota

keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah.

Menurut Friedman (1999), yang dikutip dari Setiawati & Dermawan (2008)

lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :

a. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta

saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu

keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan

dilingkungan social

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.


e. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawata

anggota keluaraga yang mengalami masalah kesehatan.

4. Peranan Keluarga

a. Peranan ayah, pencari nafkah, pendidik, pelindung, rasa aman, sebagai

kepala keluarga.

b. Peranan ibu, mengurus rumah tangga, pengasuh/pendidik anak, pencari

nafkah tambahan.

c. Peran anak, peran psikososial sesuai tumbuh kembang. Baik mental, fisik,

sosial dan spiritual.

5. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari

delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada

tiap tahap perkembangan yaitu :

a. Tahap 1 : pasangan baru menikah (keluarga baru), tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling

memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat,

dan merencanakan keluarga ( termasuk jumlah anak yang diinginkan).

b. Tahap 2 : menanti kelahiran (child bearingfamily) atau anak tertua adalah

bayi berusia kurang dari satu bulan. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah menyiapakan anggota keluarga baru (bayi dalam

Keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.

c. Tahap 3 : keluarga dengan anak prasekolah , tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota

keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan,


mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang

berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.

d. Tahap 4 : keluarga dengan anak sekolah. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak- anak termasuk membantu

anak-anak mencapai prestasi yang baik disekaloh, membantu anak-anak

membina hubungan denagan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan

masing-masing anggota keluarga.

e. Tahap 5 : keluarga denagan remaja, tugas perkembangan pada tahap ini

adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang

sejalan dengan maturasi remaja, menfokuskan kembali hubungan

perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka antara orang tua

dengan anak remaja.

f. Tahap 6 : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan), tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga yang baru

melalui pernikahan anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan

perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya

masalah-masalah kesehatan.

g. Tahap 7 : keluarga usia pertengahan, tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak cucu, memperkuat

hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.

h. Tahap 8 : keluarga usia lanjut, tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan

kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan


hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan

kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.

6. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut suprajitno (2004) sesuai fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan

meliputi :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan, segala

sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah terkadang seluruh

kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis sehingga orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami

anggota keluarga

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga

diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan

teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan

kepada orang di lingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh

bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali

keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Dengan

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu


memperoleh tindakan lanjut atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan

atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.


F. Kerangka Konsep

Asuhan Keperawatan
pada anak
Meningkatkan
pengetahuan tentang
pentingnya cuci tangan Pencehagan
menggunakan sabun tertular
covid19

Keterangan :

: Indenpenden

: Dependen

Keterangan Gambar 2.3 Kerangka konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada usulan penelitian ini adalah deskriptif dengan

menggunakan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalah metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat gambaran tentang suatu

keadaan secara objektif. Sedangkan studi kasus adalah cara meneliti suatu permasalahan

melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2015).

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam usulan penelitian ini adalah untuk anak dalam upaya

meningkatkan pengetauan tentang pentingnya cuci tangan menggunakan sabun untuk

mencegah tertular covid-19 dengan metode Edukasi di lingkungan keluarga.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang nilainya

mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2015). Adapun yang termasuk dalam

variabel ini adalah proses keperawatan yang mencakup lima tahap antara lain :

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya terpengaruh

oleh variabel lain. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam usulan penelitian

ini adalah dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan

menggunkan sabun untuk mencegah tertular covid-19 dengan metode Edukasi.


D. Defenisi Operasional

1. Asuhan keperawatan adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat

berdasarkan pada ilmu dan konsep keperawatan kepada pasien dalam upaya

mencapai derajat kesehatan seoptimal mungkin yang meliputi lima tahapan antara

lain : penakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Pengkajian adalah proses awal dalam mengumpulkan data dan status pengetahuan

anak dengan metode Edukasi.

3. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tertulis yang tegas dan jelas tentang

masalah pengetahuan anak, penyebab dan faktor yang menunjang.

4. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan peneliti dalam merencanakan tindakan

untuk mengurangi, mengatasi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan

5. Implementasi/pelaksanaan adalah tindakan yang akan dilakukan berdasarkan pada

perencanaan tindakan sehingga lebih terarah, efektif dan efisien.

6. Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan dimana peneliti menilai

berhasil atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai

E. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi atau tempat penelitian adalah lingkungan kelurga X

F. Teknik Pengumpulan Dan Sumber Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ada beberapa teknik pengumpulan data yang dipergunakan antara

lain :

a. Wawancara/Anamnesa
Yaitu peneliti akan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pasien guna

mendapatkan data yang akurat.

b. Observasi

Peneliti akan mengadakan pengamatan langsung pada anak guna mengetahui

pengetahuan anak.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

2. Sumber Data

Yang menjadi sumber data dalam penulisan ini adalah anak , keluarga dan dokumen

serta catatan lain yang dapat dijadikan sumber data

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dapat dipakai dalam penilitian adalah

1. Brosur

2. Bolpoin

3. Sabun atau cairan antiseptik

4. Lembar kuesioner ini bertujuan untuk melihat pengetahuan siswa terhadap

pentingnya cuci tangan menggunakn sabun

5. SOP brisk walking exercise :

G. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung

dengan manusia, yang memiliki empat prinsip utama yang perlu dipahami yaitu
menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati privasi dan kerahasian

subjek penelitian, keadilan dan inkluitas dan memperhitungkan manfaat dan kerugian

yang ditimbulkan. Penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada masalah etik

yang meliputi :

1. Informed consen (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada klien dengan memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan serta dampak dari penelitian.

2. Anonimity

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, namun

hanya kode untuk setiap responden, hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasian

responden.

3. Condifidentiality

Informasi dari responden akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti hanya pada

kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan terutama dilaporkan pada hasil

riset.

Anda mungkin juga menyukai