Oleh :
dr. Intan Wardani Nur Ali
Pembimbing :
dr. HJ. Yumelda Ismawir
NIP 197503232006042023
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
karunia dan Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan mini project yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Remaja Tentang Mencuci
Tangan di Era Pandemi Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan”,
dalam memenuhi tugas Program Internship Dokter Indonesia.
Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari
keluarga, kolega, teman-teman dan berbagai pihak yang membantu dalam
penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya
bermaksud menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dokter HJ. Yumelda Ismawir sebagai kepala puskesmas sekaligus
pembimbing yang telah mengizinkan penelitian ini untuk dilaksanakan.
2. Drg Faradina siti Zahra, Ibu Mujiati Alifah W, S.kep, NS, Bapak/Ibu guru
dan anggota UKS yang telah memfasilitasi keberlangsungan penelitian ini,
3. dr. Zahra Faras Sukma, dr. Wiwin Rianas dan dr.Zevania Hersahputra
Nivaemania Duha, rekan-rekan internship di Puskesmas Panunggangan,
4. Anggota Posyandu Remaja yang telah berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian mini project.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat beberapa
keterbatasan dikarenakan waktu yang terbatas dalam penelitian. Penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Panunggangan.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang
perilaku sehat tersebut berupa budaya atau kebiasaan untuk berperilaku hidup
Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah
menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih, yang telah terbukti secara
intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh
Namun demikian, pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) ini masih
belum dipahami masyarakat secara luas dan praktiknya pun masih belum banyak
membunuh kuman penyakit yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan
1
bersih dan bebas dari kuman.3 Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi
sabun untuk cuci tangan lebih disebabkan alasan kotor. Kotor itu sendiri
memiliki makna sesuatu yang kasat mata dan bau. Masyarakat memandang
hubungan sabun dan cuci tangan menyatu pada kenyamanan emosional seperti
tangan menjadi harum, segar, terasa ringan, bersih dan tidak lembab. Artinya
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Tanda dan gejala umum
infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-
tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Mencuci Tangan di
era pandemi Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
1. Mini project ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang
perilaku Cuci Tangan.
2. Mini project ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
khususnya remaja untuk turut aktif dalam membiasakan perilaku Cuci
Tangan sehari-hari.
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yaitu :indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh malelui mata dan telinga.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut
dengan benar. Orang yang telah paham suatu objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang telah di pelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan Hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lainnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atauobjek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2. Perilaku
2.2.1. Pengetahuan Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung Dan hal ini berarti bahwa
perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan
menghasilakan reaksi perilaku tertentu.4
Robert Kwik dalam Maulana mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati. Perilaku merupakan
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan sebagai hasil
dari proses interaksi terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Antara perilaku,
pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada pada suatu pola hubungan
yang saling mempengaruhi.4
Menurut Rogers, perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia
baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, diantaranya: 4
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).Interest (merasa
tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
2. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah baik lagi.
3. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
4. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers yang dikutip oleh Notoadmojo
menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas
dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut
akan berlangsung lama. Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau
tidak akan berlangsung lama.4 Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,
sarana fisik, dan sosial budaya.5
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalaui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori skinner disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respon, yang
dibedakan menjadi dua proses, diantaranya adalah :5
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.
Sebagai contoh, makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita
musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya
dengan mengadakan pesta dan lain sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksankan tugasnya.
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari
yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat, oleh
karena itu perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh anggota setiap rumah tangga.
1. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
2. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
3. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja dan institusi
kesehatan.11
1. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBSserta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
2. PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
3. PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik dan
pengelola usaha/kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBSserta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
4. PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung
dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
5. PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat,
pengunjung dan petugas agar mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan aktif
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi
kesehatan.
Penelitiaan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan cara pengisian kuesioner.
Menengah Atas pada wilayah kerja Puskesmas panunggangan. Data yang diambil dalam
kuisioner berupa data diri singkat, pertanyaan mengenai penmgetahuan mencuci tangan,
dan perilaku mencuci tangan pada remaja di wilayah kerja puskesmas penunggangan. Besar
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari total 254 responden, responden
terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55,1% dari
total responden. Sedangkan responden Laki-laki sebanyak 44.9%.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari total 254 responden, responden
terbanyak adalah responden yang tidak pernah terdiagnosa positif covid 19 dari hasil PCR
Antigen maupun rapid test yaitu sebanyak 83,5% dari total responden. Sedangkan
responden yang pernah terdiagnosa positif covid 19 dari hasil PCR Antigen maupun rapid
pernah mendapatkan penyuluhan tentang mencuci tangan dalam pencegahan covid 19.
Sedangkan 24% responden tidak pernah mendapat penyuluhan tentang mencuci tangan
Dari grafik diatas didapatkan nilai rata-rata 254 responden 78,56. Responden paling banyak
mendapat nilai 80 adalah 84 responden, nilai kedua terbanyak yaitu nilai 90 adalah
Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 85,4%
responden sering melakukan perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan
Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 70,9%
responden sering melakukan perilaku 6 langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum makan, sedangkan
9,1% kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum
makan
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah makan, 14,2
setelah makan.
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 75,2 responden
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah BAK,
(CTPS) setelah BAK, sementara 3,5% lainnya tidak pernah melakukan perilaku
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah BAB,
melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang binatang
Sabun (CTPS) setelah memegang binatang peliharaan, sementara lainnya tidak pernah
melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang binatang
peliharaan.
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang
benda benda di sekitar, sebanyak 36.6% kadang- kadang melakukan perilaku Cuci
2,8% lainnya tidak pernah melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang
4.2 Pembahasan
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu indikator dalam
upaya tercapainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan rumah
tangga masyarakat. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) terbentuk dari
maksimal. Hal ini dikarenakan informasi mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun
masyarakat sehingga ini menjadi salah satu factor yang mempengaruhi perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada masyarakat. Pengetahuan tentang manfaat
mencuci tangan sangatlah penting, karena pengetahuan yang baik akan menjadi
kesehatannya. Hal ini sesuai dengan menurut Sunaryo yang menyatakan bahwa
manfaat mencuci tangan kurang baik, bukan tidak mungkin masyarakat tidak bisa
Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi masyarakat, namun memakai
sabun bukanlah sesuatu yang jamak. Penggunaan sabun untuk cuci tangan lebih
disebabkan alasan kotor. Kotor itu sendiri memiliki makna sesuatu yang kasat
menghilangkan kotor dan bau. Selanjutnya, hubungan sabun dan cuci tangan
menyatu pada kenyamanan emosional seperti tangan menjadi harum, segar, terasa
ringan, bersih dan tidak lembab. Artinya dorongan kognitif bahwa sabun
5.1 Simpulan
berikut :
maksimal dilaksanakan.
85,4%.
makan.
BAK.
BAB.
peliharaan.
di sekitar.
1 Bagi Masyarakat
mengingatkan satu sama lain untuk lebih peduli lagi terhadap hal
pakai sabun.
2 Bagi Peneliti
3 Bagi Puskesmas
PROFIL PUSKESMAS
Kelurahan Panunggangan
Kelurahan Pakojan
Kelurahan Cipete
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Panunggangan tahun 2020 adalah 68.033 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 34.077 jiwa dan penduduk perempuan 33.926 jiwa.
Kelurahan Panunggangan Utara memiliki penduduk terbanyak sebesar 29.742 jiwa,
sedangkan Kelurahan Panunggangan Timur memiliki penduduk paling sedikit, sebesar
2.961 jiwa. Jumlah penduduk dan luas wilayah kerja masingmasing kelurahan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.
Dermografi
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Panunggangan tahun 2020 adalah 68.033 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 34.077 jiwa dan penduduk perempuan 33.926 jiwa. Kelurahan
Panunggangan Utara memiliki penduduk terbanyak sebesar 29.742 jiwa, sedangkan Kelurahan
Panunggangan Timur memiliki penduduk paling sedikit, sebesar 2.961 jiwa. Jumlah penduduk
dan luas wilayah kerja masing-masing kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Panunggangan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 6.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Panunggangan
Tahun 2020
Upaya Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial
Pelayanan Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
1. Merencanakan penyuluhan lintas program dan membuat jadwal integrasi
2. Pelaksanaan Penyuluhan dalam gedung dan luar gedung
3. Penyuluhan pada keluarga/pasien risiko tinggi berintegrasi
4, Melaksanakan PHBS di Puskesmas dan di Kelurahan Panunggangan Utara,
Panunggangan, Panunggangan Timur, Pakojan dan Cipete (Sekolah, tempat
umum, rumah tangga)
5. Sosialisasi dan pembinaan kepada Jumantik, kader posyandu, TOMA, UKS.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Forum Kota Tangerang (FKTS) melakukan pembinaan ke masyarakat bersama
lintas sektor dan puskesmas dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam
bentuk pembinaan Kampung Sehat.
Penyuluhan dan Konseling Dalam Gedung
Dilaksanakan saat pelayanan konsultasi Sanitasi, MTBS, gizi, remaja, laktasi,
pojok oralit dan di ruang tunggu melalui leaflet, lembar balik, dan film.
1. Bahan penyuluhan dan alat peraga tersedia (leallet, poster, majalah dinding,
lembar balik)
2. Petugas penyuluh adalah para medis yang pada saat tersebut terjadwal.
3. Penyuluhan dengan media poster di dinding/tembok agar mudah dibaca oleh
pengunjung.
Pelayanan yang Mendukung Promosi Kesehatan di dalam Gedung
Pelayanan tersebut adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
Pelayanan konseling lansia, Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), Pelayanan Gizi, dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Penyuluhan dan Konseling di luar Gedung
Pelayanan tersebut dilakukan di posyandu, sekolah, pertemuan/rapat, adapun
Posyandu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu
wilayah kerja Puskesmas yang diselenggarakan di balai dusun, balai
kelurahan dan lain sebagainya. Terdapat 37 Posyandu dan 12 Posbindu yang
tersebar di wilayah kerja UPT Puskesmas Panunggangan.
7. Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V &
Schmidit, W. (2011). The Effect of Handwashing with Water or
Soap on Bacterial Contamination of Hands. Int. J. Environ. Res.
Public Health. Vol 8. Januari 2011. Pages 97-104.
9. Rabbi, E.S & Dey, N.C. (2013). Exploring the gap between
handwashing knowledge and practice in Bangladesh, a cross-
sectional comparative study. BMS Public Health. Vol 13:89.
Pages 2-7.
11. Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan
PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta, 2007.