Anda di halaman 1dari 41

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU


REMAJA TENTANG MENCUCI TANGAN DI ERA PANDEMI
COVID 19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANUNGGANGAN

Oleh :
dr. Intan Wardani Nur Ali

Pembimbing :
dr. HJ. Yumelda Ismawir
NIP 197503232006042023

PROGRAM DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS


PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG
PERIODE MEI 2021 – MEI 2022
BANTEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
karunia dan Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan mini project yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Remaja Tentang Mencuci
Tangan di Era Pandemi Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan”,
dalam memenuhi tugas Program Internship Dokter Indonesia.
Laporan ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari
keluarga, kolega, teman-teman dan berbagai pihak yang membantu dalam
penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya
bermaksud menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dokter HJ. Yumelda Ismawir sebagai kepala puskesmas sekaligus
pembimbing yang telah mengizinkan penelitian ini untuk dilaksanakan.
2. Drg Faradina siti Zahra, Ibu Mujiati Alifah W, S.kep, NS, Bapak/Ibu guru
dan anggota UKS yang telah memfasilitasi keberlangsungan penelitian ini,
3. dr. Zahra Faras Sukma, dr. Wiwin Rianas dan dr.Zevania Hersahputra
Nivaemania Duha, rekan-rekan internship di Puskesmas Panunggangan,
4. Anggota Posyandu Remaja yang telah berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian mini project.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat beberapa
keterbatasan dikarenakan waktu yang terbatas dalam penelitian. Penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Panunggangan.

Tangerang, Agustus 2021

dr. Intan Wardani Nur Ali

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perwujudan nyata

paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang

berorientasi sehat, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

risiko terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit. Secara konkrit

perilaku sehat tersebut berupa budaya atau kebiasaan untuk berperilaku hidup

bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.1

Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah

salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari

menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih, yang telah terbukti secara

ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, Infeksi

Saluran Pernafasan Atas (ISPA) bahkan disarankan untuk mencegah penularan

influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai

intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh

mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak.3

Namun demikian, pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) ini masih

belum dipahami masyarakat secara luas dan praktiknya pun masih belum banyak

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cuci tangan sangat berguna untuk

membunuh kuman penyakit yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan

mencegah penularan penyakit. Dengan mencuci tangan maka tangan menjadi

1
bersih dan bebas dari kuman.3 Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi

masyarakat, namun memakai sabun bukanlah sesuatu yang jamak. Penggunaan

sabun untuk cuci tangan lebih disebabkan alasan kotor. Kotor itu sendiri

memiliki makna sesuatu yang kasat mata dan bau. Masyarakat memandang

sabun hanya bermanfaat untuk menghilangkan kotor dan bau. Selanjutnya,

hubungan sabun dan cuci tangan menyatu pada kenyamanan emosional seperti

tangan menjadi harum, segar, terasa ringan, bersih dan tidak lembab. Artinya

dorongan kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau

kuman masih lemah di masyarakat.2

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah

penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Tanda dan gejala umum

infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,

batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi

terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-

tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah

demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen

menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke


manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Mencuci Tangan dalam
Pencegahan Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, diketahui rumusan masalahnya yaitu: “Bagaimana
Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Mencuci Tangan dalam
Pencegahan Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Mencuci Tangan di
era pandemi Covid 19 di Wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di wilayah kerja
Puskesmas Panunggangan.
2. Melaksanakan protokol Pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas
Panunggangan.
3. Melaksanakan Langkah-langkah kewaspadaan dan pencegahan penyebaran
infeksi COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
1. Mini project ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang
perilaku Cuci Tangan.
2. Mini project ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
khususnya remaja untuk turut aktif dalam membiasakan perilaku Cuci
Tangan sehari-hari.

1.4.2 Manfaat bagi penulis


1. Sebagai kewajiban dalam memenuhi tugas mini project dokter internship di
Puskesmas Panunggangan.
2. Sebagai penambah wawasan tentang pentingnya perilaku Cuci Tangan dalam
upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat.
3. Mengaplikasikan ilmu kedokteran yang sudah dipelajari ke dalam sebuah mini
project yang bermanfaat bagi masyarakat.

1.4.3 Manfaat bagi puskesmas


Hasil mini project ini dapat dijadikan bahan referensi untuk meningkatkan
kinerja program di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan pada tahun
mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yaitu :indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh malelui mata dan telinga.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan


1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang di terima. Oleh sebab itu ‘tahu’ ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut
dengan benar. Orang yang telah paham suatu objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang telah di pelajari.

3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan Hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lainnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atauobjek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2. Perilaku
2.2.1. Pengetahuan Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung Dan hal ini berarti bahwa
perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan
menghasilakan reaksi perilaku tertentu.4
Robert Kwik dalam Maulana mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati. Perilaku merupakan
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan sebagai hasil
dari proses interaksi terhadap lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Antara perilaku,
pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada pada suatu pola hubungan
yang saling mempengaruhi.4
Menurut Rogers, perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia
baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, diantaranya: 4
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).Interest (merasa
tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
2. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah baik lagi.
3. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
4. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada penelitian selanjutnya Rogers yang dikutip oleh Notoadmojo
menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas
dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut
akan berlangsung lama. Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau
tidak akan berlangsung lama.4 Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,
yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan
sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,
sarana fisik, dan sosial budaya.5
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalaui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori skinner disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respon, yang
dibedakan menjadi dua proses, diantaranya adalah :5
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.
Sebagai contoh, makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita
musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya
dengan mengadakan pesta dan lain sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau
job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksankan tugasnya.

2.2.2. Cara Terbentuknya Perilaku


Perilaku manusia sebagaian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat
dipelajari, berkaitan dengan itu Walgito menerangkan beberapa cara
terbentuknya sebuah perilaku seseorang adalah sebagai berikut:4
1. Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang sering dilakukan,
missal menggosok gigi sebelum tidur, dan bangun pagi sarapan pagi.
2. Pengertian (insight) terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian,
misalnya bila naik motor harus menggunakan hem, agar jika terjadi
sesuatu dijalan, bisa sedikit menyelamatkan anda.
3. Pengguanaan model, pembentukan perilaku melalui ini, contohnya adalah
ada seseorang yang menjadi sebuah panutan untuk seseorang mau
berperilaku seperti yang di lihat saat itu.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo bahwa
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :4
1. Faktor Predisposisi (Predisposition Factor)
Faktor predisposisi merupakan factor yang menjadi dasar melakukan suatu
tindakan. Faktor predisposisi pada seesorang diantaranya pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai-nilai, persepsi, usia, status sosial ekonomi, jenis kelamin yang
menjadi pemicu seseorang melakukan tindakan.

2. Faktor Pemungkin (Enabiling Factor)


Faktor pemungkin merupakan fator yang memungkinkan motivasi atau
keinginan untuk dapat terlaksana. Contoh faktor pemungkin adalah kemampuan,
sumber daya, ketersediaan informasi, dan ketersediaan fasilitas.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)


Faktor penguat merupakan faktor yang muncul setelah tindakan itu dilakukan.
Faktor-faktor ini dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini yang mempengaruhi
perilaku seseorang dari stimulus yang diterimanya. Contoh faktor penguat adalah
adanya manfaat atau ganjaran yang diterima oleh seseorang.

2.2.4. Cara Mengukur Perilaku


Menurut Mantra mengatakan cara tepat untuk mengubah perilaku adalah dengan
cara pendekatan edukatif. Salah satu kegiatan edukatif adalah bernyanyi.
Menurut Green pendidikan kesehatan mempunyai peranan yang penting untuk
mengubah perilaku. Perubahan perilaku dapat dievaluasi dalam waktu tiga
minggu.4
Berbeda dengan penelitian terdahulu, menurut Danuwirahadi untuk
meneliti perubahan perilaku memerlukan waktu sekitar satu sampai dua minggu.
Dalam mengenal dan memahami cara berhitung sederhana dengan metode
penyampaian cara bernyanyi diperlukan waktu dua minggu. Cara pengukuran
perilaku tergantung dari domain perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap
dan tindakan. Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
responden. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Sedangkan pengukuran
tindakan dapat dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi) tindakan
dari responden.4
2.2.5. Jenis-Jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: 4
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk
perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri
dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan
akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam
tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial
budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap pembentukan perilaku manusia.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan
atau aksi terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

2.3. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


2.3.1. Pengertian Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan bagian penting karena kegiatan ini sebagai
implementasi dari paradigma baru dalam pelaksanaan programprogram
kesehatan. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun ini menjadi moment penting untuk
meningkatkan budaya cuci tangan pakai sabun di keluarga Indonesia yang
tergolong masih rendah, sebab Cuci Tangan Pakai Sabun adalah salah satu cara
yang paling efektif untuk mencegah penyebaran kuman penyakit masuk ke
dalam sistem imunitas tubuh.6
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air
mengalir.Tujuan mencuci tangan adalah merupakan salah satu unsur pencegahan
penularan infeksi. Penelitian oleh Burton menunjukkan bahwa mencucui tangan
dengan menggunakan sabun lebih efektif dalam memindahkan kuman
dibandingkan dengan mencuci tangan hanya dengan menggunakan air. Segala
jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi) biasa,
sabun antiseptic ataupun sabun cair.7
Tujuan penggunaan sabun adalah untuk membantu proses pelepasan
kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku.
Hingga kini belum ada penelitian yang dapar membuktikan bahwa sabun
antiseptic atau disinfektan tertentu dapat membuat seseorang rentan pada
organisme umum yang berada di alam.7

2.3.2. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk
mencegah masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit.8 Rabbi dan Dey
mengatakan bahwa kesenjangan antara pengetahuan mencuci tangan dengan
praktik cuci tangan masih berlanjut, sehinnga diperlukan inisiatif jangka panjang
untuk menyadarkan masyarakat terutama pada anak-anak pentingnya Cuci
Tangan Pakai Sabun.9
Pengenalan Cuci Tangan Pakai Sabun sudah dilakukan sejak lama, namun
praktik di masyarakat masih rendah, terutama pada anak-anak cuci tangan pakai
sabun masih sering diabaikan, sehingga kegiatan untuk mempromosikan Cuci
Tangan Pakai Sabun perlu terus dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kesadaran pada masyarakat yang di khususkan pada anak-anak. WHO sebagai
Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan tentang pentingnya
mencuci tangan. WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan untuk
mencuci tangan dengan 6 langkah.
Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:10
1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash).
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. Setelah 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.
Di bawah ini adalah 6 langkah mencuci tangan menurut WHO : 10
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
Gambar 2.1 Langkah pertama cuci tangan menurut WHO

2. Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian

Gambar 2.2 Langkah kedua cuci tangan menurut WHO

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

Gambar 2.3 Langkah ketiga cuci tangan menurut WHO


4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

Gambar 2.4 Langkah keempat cuci tangan menurut WHO

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

Gambar 2.5 Langkah kelima cuci tangan menurut WHO

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Gambar 2.6 Langkah keenam cuci tangan menurut WHO


2.3.3. Waktu Untuk Mencuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai
sabun :10
1. Sebelum makan
Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan di
konsumsi dengan kuman, sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh.

2. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan


Mencuci tangan sebelum menyiapkan bahan makanan bertujuan untuk
membunuh kuman yang ada pada tangan agar tidak berpindah ke bahan
makanan yang akan diolah.

3. Sebelum dan sesudah mengganti popok


Agar menjaga kesterilan kulit bayi sehingga terhindar dari kuman – kuman
berbahaya yang dapat menginfeksi, maka mencuci tangan sebelum mengganti
popok harus dilakukan.

4. Setelah buang air besar dan buang air kecil


Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri akan
mudah menempel pada tangan.

5. Setelah bersin atau batuk


Refleks menutup mulut dan hidung menggunakan tangan saat batuk atau bersin
memungkinkan kuman yang keluar bertepatan dengan batuk atau bersin
menempel pada tanggan.

6. Setelah menyentuh binatang


Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang sangat besar,
sehingga mencuci tangan juga diwajibkan setelah bersentuhan dengan binatang,
terutama yang berbulu tebal.

7. Setelah menyentuh sampah


Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat
berbahaya bagi tubuh, sehingga sangat disarankan untuk mencuci tangan setelah
menyentuh sampah.

8. Sebelum menangani luka


Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap bakteri
dan kuman. Apabila tidak mencuci tangan sebelum menangani luka, maka
kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi semakin
tinggi.

9. Setelah memegang benda umum


Benda – benda umum memiliki kandungan bakteri dan kuman yang sangat tinggi,
sehingga wajib anda bersihkan.

2.3.4. Manfaat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi transmisi
patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif. Kebersihan tangan yang
tidak memenuhi syarat juga berkontribusi menyebabkan penyakit terkait makanan,
seperti Salmonella dan infeksi E. Coli. Mencuci tangan dalam upaya peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan mudah dilakukan.
Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Mencuci tangan
menjadi penting jika ditinjau dari:9
1. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai benda dan lingkungan.
2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan.
3. Kontak mulut dan tangan saat makan / minum.
4. Dapat menimbulkan penyakit saluran cerna.
Secara umum, cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu
dengan cara membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci
tangan, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan
dalam keadaan bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan,
penyakit kulit, Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung.

2.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.4.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan

atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seorang atau keluarga

dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari

yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat, oleh

karena itu perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh anggota setiap rumah tangga.

Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah :11

1. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan

mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta

berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.

2. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga

anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

3. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,

kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku

melalui pendekatan advokasi, bina suasana dan melakukan gerakan pemberdayaan

masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesehatannya.

PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja dan institusi
kesehatan.11
1. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBSserta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
2. PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,
guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
3. PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik dan
pengelola usaha/kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBSserta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
4. PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung
dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
5. PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat,
pengunjung dan petugas agar mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan aktif
mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi
kesehatan.

2.4.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga


PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga
Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :11
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitaan

Penelitiaan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan secara online pada wilayah kerja Puskesmas panunggangan dengan
menghubungi masing-masing kader UKS sekolah.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021.

3.3 Sasaran Penelitian


Anggota Posyandu Remaja puskesmas panunggangan.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan keinginan peneliti
yang sebelumnya disesuaikan dengan prosedur pengambilan sampel. Banyaknya
penarikan sampel tergantung pada : (1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, (2) sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak
sedikitnya data dan (3) besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. 13 Sampel pada
penelitian ini terdiri dari Remaja Posyandu Puskesmas Panunggangan yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan cara pengisian kuesioner.

3.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh
responden mengenai Pengetahuan dan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini adalah format kuesioner penelitian dalam bentuk Google
Form
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Karakteristik Responden

Kuisioner dibagian ke seluruh sekolah Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah

Menengah Atas pada wilayah kerja Puskesmas panunggangan. Data yang diambil dalam

kuisioner berupa data diri singkat, pertanyaan mengenai penmgetahuan mencuci tangan,

dan perilaku mencuci tangan pada remaja di wilayah kerja puskesmas penunggangan. Besar

sample yang di dapatkan sebanyak 254 Responeden.

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari total 254 responden, responden

terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 55,1% dari
total responden. Sedangkan responden Laki-laki sebanyak 44.9%.

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari total 254 responden, responden

terbanyak adalah responden yang tidak pernah terdiagnosa positif covid 19 dari hasil PCR

Antigen maupun rapid test yaitu sebanyak 83,5% dari total responden. Sedangkan

responden yang pernah terdiagnosa positif covid 19 dari hasil PCR Antigen maupun rapid

test yaitu sebanyak 16.5%.


Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari total 254 responden, 76% responden

pernah mendapatkan penyuluhan tentang mencuci tangan dalam pencegahan covid 19.

Sedangkan 24% responden tidak pernah mendapat penyuluhan tentang mencuci tangan

dalam pencegahan covid 19.

4.1.2 Pengetahuan tentang mencuci tangan

Dari grafik diatas didapatkan nilai rata-rata 254 responden 78,56. Responden paling banyak

mendapat nilai 80 adalah 84 responden, nilai kedua terbanyak yaitu nilai 90 adalah

sebanyak 80 responden, nilai 70 adalah sebanyak 47 responden, nilai 100 sebanyak 9

reseponden dan sisanya mendapat nilai 30, 40 dan 50.


4.1.3 Perilaku Mencuci Tangan

Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 85,4%

responden sering melakukan perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan

sabun, sedangkan sebanyak 14.5 responden lainnya kadang-kadang melakukan

perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.

Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 70,9%

responden sering melakukan perilaku 6 langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

menurut WHO, sebanyak 28,7 kadang-kadang melakukan perilaku 6 langkah Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) menurut WHO.


Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 90.6% responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum makan, sedangkan

9,1% kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebelum

makan

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 85,8% responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah makan, 14,2

lainnya kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

setelah makan.
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 75,2 responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah BAK,

sebanyak 21,3% kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS) setelah BAK, sementara 3,5% lainnya tidak pernah melakukan perilaku

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah BAK.

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 92.9% responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah BAB,

sementara 7,1% lainnya kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) setelah BAB.


Dari tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 78% responden sering

melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang binatang

peliharaan, sebanyak 20,1% kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) setelah memegang binatang peliharaan, sementara lainnya tidak pernah

melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang binatang

peliharaan.

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 60,6 responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang
benda benda di sekitar, sebanyak 36.6% kadang- kadang melakukan perilaku Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang benda-benda di sekitar, sementara

2,8% lainnya tidak pernah melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

setelah memegang benda-benda di sekitar.

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 92.9% responden

sering melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang

sampah. 6,3% responden kadang-kadang melakukan perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) setelah memegang sampah.0,8% lainnya tidak pernah melakukan

perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) setelah memegang sampah.

4.2 Pembahasan

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu indikator dalam

upaya tercapainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan rumah

tangga masyarakat. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) terbentuk dari

adanya pengetahuan mengenai perilaku tersebut.

Hasil penelitian didapatkan gambaran perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun


(CTPS) pada Remaja di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan masih belum

maksimal. Hal ini dikarenakan informasi mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun

(CTPS) tersebut 100% terlaksana. Sebagian masyarakat mengatakan tidak pernah

mendapatkan penyuluhan mengenai Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) .

Kurangnya informasi ini mengakibatkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki

masyarakat sehingga ini menjadi salah satu factor yang mempengaruhi perilaku

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada masyarakat. Pengetahuan tentang manfaat

mencuci tangan sangatlah penting, karena pengetahuan yang baik akan menjadi

pendorong timbulnya usaha sadar masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan

kesehatannya. Hal ini sesuai dengan menurut Sunaryo yang menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam dalam menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya jika pengetahuan masyarakat tentang

manfaat mencuci tangan kurang baik, bukan tidak mungkin masyarakat tidak bisa

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cuci tangan merupakan hal yang umum bagi masyarakat, namun memakai

sabun bukanlah sesuatu yang jamak. Penggunaan sabun untuk cuci tangan lebih

disebabkan alasan kotor. Kotor itu sendiri memiliki makna sesuatu yang kasat

mata dan bau. Masyarakat memandang sabun hanya bermanfaat untuk

menghilangkan kotor dan bau. Selanjutnya, hubungan sabun dan cuci tangan

menyatu pada kenyamanan emosional seperti tangan menjadi harum, segar, terasa

ringan, bersih dan tidak lembab. Artinya dorongan kognitif bahwa sabun

bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih lemah di masyaraka


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan sudah

dijabarkan di pada bagian pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Penyuluhan dan promosi mengenai mencuci tangan pada

remaja di wilayah kerja puskesmas panunggangan belum

maksimal dilaksanakan.

2. Pengetahuan Remaja tentang cara, waktu dan manfaat mencuci

tangan sudah cukup baik.

3. Perilaku cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun pada

Remaja di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan

menunjukkan hasil yang belum maksimal, yaitu sebanyak

85,4%.

4. Perilaku CTPS pada Remaja di wilayah kerja Puskesmas

Panunggangan menunjukkan hasil yang belum maksimal, yaitu

hanya sebanyak 70,9% masyarakat melakukan 6 langkah

CTPS menurut WHO.

5. Perilaku CTPS sebelum makan pada masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Panunggangan menunjukkan hasil yang baik,

yaitu sebanyak 90.6% melakukan CTPS sebelum makan.


6. Perilaku CTPS setelah makan pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Panunggangan menunjukkan hasil yang baik, yaitu

sebanyak 85,8% masyarakat sering melakukan CTPS setelah

makan.

7. Perilaku CTPS setelah BAK pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Panunggangan menunjukkan hasil yang cukup baik,

yaitu sebanyak 75,2% masyarakat sering melakukan CTPS setelah

BAK.

8. Perilaku CTPS setelah BAB pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Panunggangan menunjukkan hasil yang baik, yaitu

sebanyak 92.9% masyarakat sering melakukan CTPS setelah

BAB.

9. Perilaku CTPS setelah memegang binatang peliharaan pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Remaja menunjukkan hasil

yang belum maksimal, yaitu sebanyak 78% masyarakat hanya

kadang-kadang melakukan CTPS setelah memegang binatang

peliharaan.

10. Perilaku CTPS setelah memegang benda-benda di sekitar pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Panunggangan

menunjukkan hasil yang belum maksimal, yaitu Hanya sebanyak

60,6 masyarakat melakukan CTPS setelah memegang benda-benda

di sekitar.

11. Perilaku CTPS setelah memegang sampah pada masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Panunggangan menunjukkan hasil yang

sangat baik, yaitu sebanyak 92.9% masyarakat sering melakukan


CTPS setelah memegang sampah.
5.2 Saran

1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan belajar dan masukan

untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya perilaku cuci tangan

dalam kehidupan sehari-hari agar dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan dan orang-orang di sekitarnya dan senantiasa

mengingatkan satu sama lain untuk lebih peduli lagi terhadap hal

kecil tetapi memiliki manfaat yang besar seperti mencuci tangan

pakai sabun.

2 Bagi Peneliti

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara

pengetahuan dan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

dengan Angka kejadian covid 19 pada masyarakat.

3 Bagi Puskesmas

Perlu dilakukan peningkatan promosi kesehatan kepada masyarakat

tentang informasi dan cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),

terutama pada situasi pandemic Covid-19 saat ini


BAB VI

PROFIL PUSKESMAS

Izin Operasional Puskesmas UPT Puskesmas Panunggangan adalah salah satu


Puskesmas Perkotaan non rawat inap di wilayah Kota Tangerang yang berdiri sejak tahun
2003 dan terletak di Kecamatan Pinang. Puskesmas Panunggangan memiliki lima wilayah
kerja yaitu Kelurahan Panunggangan Utara, Kelurahan Panunggangan, Kelurahan
Panunggangan Timur, Kelurahan Pakojan dan Kelurahan Cipete. Mulai tanggal 25 Juli
2018 UPT Puskesmas Panunggangan sudah memiliki izin operasional berdasarkan
Keputusan Walikota Tangerang tentang Izin Operasional UPT Puskesmas Panunggangan
Nomor: 445.9/Kep.34/PKM/DPMPTSP/2018 pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tangerang Nomor: 440/Kep.24-Dinkes/2020


tentang Perubahan atas Keputusan Walikota Nomor 440/Kep.31-Dinkes/2018 tentang
Penetapan Karakteristik Wilayah Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat, UPT Puskesmas
Panunggangan merupakan Puskesmas Non Perawatan karakteristik Perkotaan. Aktifias
penduduknya hampir 100% berada pada sektor agraris dan non agraris, seperti sektor
industri, sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor jasa. Akses menuju UPT
Puskesmas Panunggangan dapat menggunakan dengan angkutan umum, angkutan online
dan kendaraan pribadi.

Lima kelurahan yang ada lima di wilayah kerja Puskesmas

Panunggangan saat ini adalah:

 Kelurahan Panunggangan Utara

 Kelurahan Panunggangan

 Kelurahan Panunggangan Timur

 Kelurahan Pakojan

 Kelurahan Cipete

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Panunggangan yaitu:

 Sebelah Barat : Kelurahan Panunggangan Barat


 Sebelah Timur : Kelurahan Kunciran Indah

 Sebelah Selatan : Kelurahan Paku Alam

 Sebelah Utara : Kelurahan Poris Plawad Indah

Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Panunggangan tahun 2020 adalah 68.033 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 34.077 jiwa dan penduduk perempuan 33.926 jiwa.
Kelurahan Panunggangan Utara memiliki penduduk terbanyak sebesar 29.742 jiwa,
sedangkan Kelurahan Panunggangan Timur memiliki penduduk paling sedikit, sebesar
2.961 jiwa. Jumlah penduduk dan luas wilayah kerja masingmasing kelurahan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Panunggangan.

Gambar 6.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Panunggangan

Dermografi
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Panunggangan tahun 2020 adalah 68.033 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 34.077 jiwa dan penduduk perempuan 33.926 jiwa. Kelurahan
Panunggangan Utara memiliki penduduk terbanyak sebesar 29.742 jiwa, sedangkan Kelurahan
Panunggangan Timur memiliki penduduk paling sedikit, sebesar 2.961 jiwa. Jumlah penduduk
dan luas wilayah kerja masing-masing kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Panunggangan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 6.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kerja Puskesmas Panunggangan
Tahun 2020
Upaya Kesehatan Masyarakat
Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial
 Pelayanan Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
1. Merencanakan penyuluhan lintas program dan membuat jadwal integrasi
2. Pelaksanaan Penyuluhan dalam gedung dan luar gedung
3. Penyuluhan pada keluarga/pasien risiko tinggi berintegrasi
4, Melaksanakan PHBS di Puskesmas dan di Kelurahan Panunggangan Utara,
Panunggangan, Panunggangan Timur, Pakojan dan Cipete (Sekolah, tempat
umum, rumah tangga)
5. Sosialisasi dan pembinaan kepada Jumantik, kader posyandu, TOMA, UKS.
 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Forum Kota Tangerang (FKTS) melakukan pembinaan ke masyarakat bersama
lintas sektor dan puskesmas dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam
bentuk pembinaan Kampung Sehat.
 Penyuluhan dan Konseling Dalam Gedung
Dilaksanakan saat pelayanan konsultasi Sanitasi, MTBS, gizi, remaja, laktasi,
pojok oralit dan di ruang tunggu melalui leaflet, lembar balik, dan film.
1. Bahan penyuluhan dan alat peraga tersedia (leallet, poster, majalah dinding,
lembar balik)
2. Petugas penyuluh adalah para medis yang pada saat tersebut terjadwal.
3. Penyuluhan dengan media poster di dinding/tembok agar mudah dibaca oleh
pengunjung.
 Pelayanan yang Mendukung Promosi Kesehatan di dalam Gedung
Pelayanan tersebut adalah Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
Pelayanan konseling lansia, Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), Pelayanan Gizi, dan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
 Penyuluhan dan Konseling di luar Gedung
Pelayanan tersebut dilakukan di posyandu, sekolah, pertemuan/rapat, adapun
Posyandu adalah suatu pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu
wilayah kerja Puskesmas yang diselenggarakan di balai dusun, balai
kelurahan dan lain sebagainya. Terdapat 37 Posyandu dan 12 Posbindu yang
tersebar di wilayah kerja UPT Puskesmas Panunggangan.

Tabel 6.2 Jumlah Posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas


Panunggangan tahun 2020
DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S. 2006. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Rekacipta, Jakarta.

2. Kementrian Kesehatan, (2010). Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

3. Proverawati, Atikah & Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.

4. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.


Jakarta : Rhineka Cipta

5. Notoadmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rhineka Cipta

6. Desianto dan Djannah. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terhadap
Sikap dan Perilaku Menjaga Kebersihan Pribadi pada Siswa SD
Bukhari Surakarta. Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-ilmu
Kesehatan Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta

7. Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V &
Schmidit, W. (2011). The Effect of Handwashing with Water or
Soap on Bacterial Contamination of Hands. Int. J. Environ. Res.
Public Health. Vol 8. Januari 2011. Pages 97-104.

8. Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

9. Rabbi, E.S & Dey, N.C. (2013). Exploring the gap between
handwashing knowledge and practice in Bangladesh, a cross-
sectional comparative study. BMS Public Health. Vol 13:89.
Pages 2-7.

10. WHO.(2005). Indonesia Report. World Health Organization


Regional Office for South East Asia, Jakarta.

11. Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan
PHBS, Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta, 2007.

12. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta; 2011.

13. Maulana MM. Profil Pemulung Sampah di TPAKopi Luhur Kota


Cirebon. Tersedia pada:
http://repository.upi.edu/s_geo_0807012_chapter3.pdf/. (Diakses
pada 16 Desember 2015).

Anda mungkin juga menyukai