Anda di halaman 1dari 19

F1

JUDUL

Penyuluhan Kesehatan Etika Batuk dan Cuci Tangan 6 Langkah Di Ruang Tunggu Pasien

LATAR BELAKANG

Untuk mengurangi tingginya tingkat penyebaran penyakit melalui tangan dan udara Tim Promkes dan
PPI Puskesmas Poasia memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit kepada
seluruh pasien dan keluarga pasien. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang hand hygiene dan etika
batu dengan. Pencegahan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan mencuci tangan, kebersihan
tangan merupakan suatu prosedur yang paling penting dan efektif bila dilakukan dengan baik, ini
merupakan pilar dalam pencegahan dan pengendalian infeksi karena tangan merupakan rantai penyalur
kuman yang harus diputus mata rantainya. Tangan merupakan media tranmisi kuman tersering di
Rumah Sakit dan merupakan perpindahanm mikroorganisme/ kuman dari seseorang ke pasien, dari
permukaan lingkungan pasien.

Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan
tissue atau lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Etika
batuk diperuntukkan bagi Anda yang sedang mengalami batuk atau bersin. Seperti yang kita ketahui
bahwa saat batuk atau bersin maka kita dapat menyebarkan kuman dalam jumlah ribuan hingga jutaan
ke udara dan disaat yang sama orang yang berada disekitar kita menghirup udara yang sudah
mengandung kuman akibat dari batuk maupun bersin. Oleh sebab itu untuk menghindari hal ini, etika
batuk dan bersin merupakan hal yang harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

PERMASALAHAN

Sering kali pada saat batuk kita mengabaikan etika batuk, sehingga menyebabkan virus yang dikeluarkan
saat batuk dapat menyebar dan terhirup oleh orang lain. Berikut beberapa kebiasaan batuk yang salah
dan sering kita lakukan.

• Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum

• Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk dan
bersin

• Membuang ludah atau batuk disembarangan tempat.

• Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarangan tempat.

• Tidak menggunakan masker saat flu atau bersin.

PELAKSANAAN

Tim Promosi Kesehatan dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Puskesmas Poasia
melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien di ruang tunggu (indoor), penyuluhan
dilakukan dengan metode ceramah dan praktik langsung. Materi dan praktik dilakukan oleh dokter
pendamping dan dokter internsip. Kebersihan tangan merupakan suatu tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub
berbasis alkohol. Yang bertujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara
mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.

Waktu untukmembersihkan tangan:

⦁ 5 moments for hand hygiene

⦁ Setelah tiba di RS

⦁ Sebelum makan dan minum

⦁ Setelah mau pulang dari RS

⦁ Setelah dari WC

6 langka cara cuci tangan baik tangan tampak kotor (menggunakan sabun dan air mengalir) maupun
tanggan tak tampak kotor (menggunakan cairan berbasis Alkohol ) yaitu:

1. Ratakan cairan di telapak tanggan

2. Kepunggung tangan dan sela – sela jari

3. Telapak tangan dan sela – sela jari

4. Jari mengunci

5. Jempol (seperti naik motor)

6. dan yg terakhir ujung jari

Seperti hal lainnya, batuk dan bersin juga memiliki etika. Banyak orang yang salah langkah saat
mengalami batuk dan bersin, kebanyakan malah menutup mulut dan hidungnya dengan telapak tangan,
meskipun tujuan nya baik namun hal ini belum tentu benar, karena kuman dapat berpindah ke tangan
dan menyebar tanpa kita sadari melalui sentuhan atau bersalaman. Lalu, bagaimana etika batuk dan
bersin yang benar? Berikut caranya :

- Tutup mulut dan hidung menggunakan tisu atau lengan baju anda bila batuk atau bersin

- Buang tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah

- Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alcohol

- Saat anda flu atau batuk gunakan masker agar orang lain tidak tertular. Tidak meletakkan masker bekas
dipakai pada leher Karena bisa
menyebar kembali virus dan bakteri ketika digunakan kembali.

MONITORING

Dijelaskan dalam etika batu perlu kesadaran dari individu masing – masing, tehnik dari etika batuk yaitu
jika kita ingin bersin atau batuk maka tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan
tisu/saputangan atau lengan dalam baju anda bila tidak ada tisu atau sapu tangan, bila menggunakan
tissue maka Segera buang tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah dan cuci tangan dengan
menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol, dan pergunakanlah masker
dengan benar. Dengan ini kita dapat menghindari penularan penyakit memalalui batuk dan bersin.

F2

JUDUL

Pembinaan Kader Jumantik Sekolah

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue adalah masalah kita bersama, oleh karena itu penting kiranya peran serta
berbagai sektor dalam rangka pengendalian DBD di Indonesia, termasuk peran serta Anak Sekolah.

Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta sebagai kader juru pemantau jentik (Jumantik)
yang melaksanakan pemantauan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara
rutin seminggu sekali, meliputi kegiatan menguras, menutup dan mengubur atau memanfaatkan
kembali barang-barang yang bernilai ekonomis (3M). PSN 3M secara rutin dapat membantu
menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor,
akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD.

Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat berperan strategis,
mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak sekolah
SD, SLTP dan SLTA. Anak sekolah tersebar di semua wilayah Indonesia, baik daerah perkotaan maupun
pedesaan.

Peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dapat digunakan untuk menanamkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada usia dini, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa
yang akan datang. Selain itu, menggerakan anak sekolah lebih mudah dibandingkan dengan orang
dewasa dalam pelaksanaan PSN.

PERMASALAHAN

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan merupakan
kebutuhan mendasar manusia dalam menjalani kehidupannya guna mencapai taraf kehidupan yang
lebih baik. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik endogen yang berkaitan dengan diri
sendiri seperti pola hidup sehat dan bersih, daya tahan tubuh, genetik, dan lain sebagainya, kemudian
faktor eksogen seperti asupan nutrisi, ketersediaan sarana dan prasarana air bersih, tempat tinggal yang
layak sesuai rumah sehat, kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.

Lingkungan memegang peranan penting dalam perjalan penyakit terutama demam berdarah dengue
(DBD). Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat
vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk
dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta
dalam pelaksanaan PSN secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan
kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya
terjadinya penurunan kasus DBD.

PERENCANAAN

Tata kerja/koordinasi Jumantik-PSN Anak Sekolah di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Tata kerja PSN/Jumantik anak sekolah mengacu pada petunjuk teknis PSN-Jumantik Anak
Sekolah dan ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di wilayah setempat.

b. Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS) dalam rangka
menciptakan “Sekolah Bebas Jentik”.

c. Puskesmas berkewajiban melaksanakan pembinaan/ penyuluhan teknis kepada para guru dan
para kader jumantik anak sekolah secara berkala.

d. Kepala sekolah bersama dengan para guru dan petugas puskesmas memantau dan menilai
pelaksanaan PSN di sekolahnya.

e. Kepala sekolah melalui guru penanggungjawab PSN sekolah memberikan laporan rutin perbulan
kepada puskesmas berdasarkan hasil rekap pelaksanaan PSN/Jumantik Anak sekolah setiap minggunya.

PELAKSANAAN

Kegiatan telah dilaksanakan pada Juli 2019 di SD Negeri 3 Poasia yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Poasia mengenai Penyuluhan DBD bagi Jumantik Cilik. Acara pemberian materi tersebut
berlangsung dengan lancar dan interaktif sehingga pada saat acara selesai peserta sudah memahami
atau mengerti mengenai tugas Jumantik Cilik, bahayanya penyakit DBD, cara Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), mengenali tempat persembunyian nyamuk DBD, dan modifikasi lingkungan. Diharapkan
seluruh murid dapat melaksanakan kegiatan tersebut secara mandiri dan baik.

MONITORING

Berdasarkan hasil dari kegiatan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Dari hasil kegiatan Penyuluhan DBD bagi Jumantik Cilik dalam hal pemberantasan sarang
nyamuk ada beberapa pokok penting yang belum diketahui murid-murid, banyak yang belum
memahami bahayanya Penyakit DBD dan cara Penanggulangan Nyamuk Demam Berdarah. Penyuluhan
DBD ini sangat penting dilakukan untuk menambah pengetahuan anak sekolah tentang bahaya penyakit
Demam Berdarah.

b. Penyakit Demam Berdarah dapat menimbulkan kematian dan dapat menimbulkan wabah.
Dengan demikian diharapkan peran serta Jumantik Cilik dalam melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) sehingga kasus DBD dapat menurun dengan signifikan.

F3

JUDUL

Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Di SMPN 20 Kendari

LATAR BELAKANG

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting
karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonesia. Bersamaan dengan
bertambahnya jumlah anak-anak yang bersekolah sebagai akses terhadap pendidikan. Karena itu
lingkungan sekolah paling berperan dalam memberikan suasana belajar dan dorongan belajar yang
positif dibandingkan dengan lingkungan keluarga, khususnya lingkungan masyarakat. Bagaimanapun
juga para siswa selalu berada dalam resiko kesehatan dan status nutrisi yang buruk. Namun hal tersebut
dapat ditangani secara efektif, sederhana dan dengan biaya yang murah melalui program kesehatan
sekolah.

Berdasarkan disebutkan bahwa UU No.23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Berdasarkan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya membina
dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan
dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka
pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan sekolah (Effendi,1998). Sedangkan menurut
departemen kesehatan, Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan
di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. UKS
merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan
derajat kesehatan yang optimal.

Program tentang pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS) di sekolah/satuan
pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi : pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dalam mendukung
pelaksanaan tiga program pokok UKS di sekolah ataupun satuan pendidikan luar sekolah diperlukan
program penduduk yang meliputi : ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana, dan penelitian dan
pengembangan, pembinaan serta pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS) dilaksanakan oleh tim
UKS yang terdiri atas : tim pembina UKS pusat, tim pembina UKS propinsi, tim pembina UKS kabupaten /
kota,tim pembina UKS kecamatan, tim pembina UKS di sekolah

Adapun pembahasan laporan kali ini dititikberatkan pada upaya usaha kesehatan sekolah berupa
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut (Gimul), pemeriksaan kesehatan Telinga, Hidung dan
Tenggorokan (THT), dan kesehatan reproduksi sebagai upaya pemeliharaan dan pengawasan kebersihan
perorangan

PERMASALAHAN

Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya
yang besar ( 30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena
terorganisir dengan baik. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa sebagian anak SD/MI masih
mengalami masalah gizi yang cukup serius, kesehatan gigi dan kesehatan indera penglihatan serta
pendengaran.

Melihat permasalahan diatas, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan
kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain kegiatan penjaringan
kesehatan ( Screening kesehatan ) untuk peserta didik.

Salah satu yang perlu dilakukan adalah kegiatan penjaringan kesehatan anak baik ditingkat dasar
maupun tingkat sekolah lanjutan sebagai bagian dari kegiatan program Usaha Kesehatan Sekolah yang
dimaksudkan sebagai upaya preventif untuk membantu menemulan masalah dari peserta didik
khususnya terkait kesehatannya dalam rangka kesiapan menghadapi proses belajar sehingga diharapkan
akan menunjang prestasi belajar bagi anak.

Dari temuan - temuan masalah kesehatan peserta didik yang ada perlu dilakukan tindak lanjut dari hasil
penjaringan kesehatan dengan mengumpan balikkan ke pihak pengelola pendidikan / guru serta kepada
orang tua murid sehingga bila memang harus dilakukan tindakan / intervensi antara lain pemeriksaan
lanjutan dengan rujukan akan segera dapat ditintaklanjuti.

PERENCANAAN

UKS dilakukan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas. Adapun sasaran dari
kegiatan ini diutamakan siswa kelas 1 SD, siswa kelas 1 SLTP, dan siswa kelas 1 SMA.

Dalam kegiatan ini, dilakukan pemeriksaan fisik umum seperti mengukur berat badan dan tinggi badan
untuk mengetahui tumbuh kembang siswa. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut dan
THT dari masing-masing siswa yang bertujuan untuk screening sehingga bisa diketahui penyakit gigi,
mulut, dan THT secara dini. Untuk siswa SMA juga dilakukan penilaian terhadap kesehatan reproduksi.
Bagi siswa yang tidak ditemukam kelainan kesehatan gigi dan mulut, THT, maupun sistem reproduksi
dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan kebersihan (tindakan preventif). Sedangkan bagi siswa
yang didapati adanya kelainan kesehatan baik pada kesehatan gigi dan mulut, THT, ataupun sistem
reproduksi diberikan rujukan ke Puskesmas Poasia untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
PELAKSANAAN

1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Pengukuran tinggi badan dan berat badan perlu dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan badan serta status gizi agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
Adapun dalam kegiatan ini, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Sedangkan pengukuran berat badan menggunakan timbangan. Hasil dari pengukuran tersebut
kemudian dicatat. Siswa yang telah diukur tinggi badan dan berat badannya kemudian melanjutkan ke
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter.

2. Pemeriksaan fisik

Setelah dilakukan pencatatan tinggi badan dan berat badan, dilakukanlah pemeriksaan fisik secara
umum yang kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik khusus untuk menilai kesehatan gigi, mulut, dan
THT dari masing-masing siswa yang bertujuan untuk screening sehingga bisa diketahui penyakit gigi,
mulut, dan THT secara dini.

a. Pemeriksaan gigi dan mulut

Siswa yang akan diperiksa diminta untuk membuka mulutnya. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat senter/ pen light, senter/penlight diarahkan pada gigi atas, bawah, depan dan
belakang. Pada siswa yang giginya masih bagus dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan gigi sedangkan untuk siswa yang giginya bermasalah dan perlu penanganan
dan tindakan lebih lanjut, diberikan rujukan ke Puskesmas Singgani serta diberitahukan kepada pihak
sekolah.

b. Pemeriksaan THT

Pemeriksaan dilanjutan dengan pemeriksaan tonsil dengan meminta siswa membuka lebar
mulut kemudian menjulurkan lidah keluar agar bagian tonsil dapat terlihat. Tonsil yang membesar dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi pada tonsil dapat mengakibatkan kemerahan dan
pembengkakan pada tonsil serta ditemukannya eksudat / bercak berwarna putih keabuan pada tonsil
sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut serta nyeri
telinga.

Pemeriksaan Telinga untuk mendeteksi / screening adanya sumbatan serumen (cerumen impaction).
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat senter/ pen light, mula- mula lihat keadaan dan
bentuk daun telinga kemudian dengan menarik perlahan daun telinga ke atas dan ke belakang agar
liang telinga menjadi lebih lurus serta mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran
timpani. Senter bagian liang telinga untuk melihat ada tidaknya sumbatan serumen. Pada siswa yang
tidak ada sumbatan serumen dianjurkan untuk terus melakukan pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan telinga sedangkan untuk siswa yang telinganya bermasalah dan perlu penanganan dan
tindakan lebih lanjut, diberikan rujukan ke Puskesmas Singgani serta diberitahukan kepada pihak
sekolah.

Pemeriksaan rongga hidung dilakukan dengan menggunakan alat senter/ pen light, mula-mula lihat
keadaan dan bentuk rongga hidung, rhinorea, bentuk septum, dan keadaan rongga hidung secara
menyeluruh. Jika ditemukan adanya kelainan, maka siswa dirujuk ke Puskesmas Singgani untuk
dilakukan penanganan lanjutan.

c. Pemeriksaan Mata

Pemeriksaan mata berupa tajam penglihatan dan tes buta warna (isihara test). Tes tajam penglihatan
dilakukan menggunakan snallen chart tanpa dilakukan koreksi lensa.

MONITORING

Perlu dilakukannya promosi kesehatan yang berkesinambungan mengenai kesehatan gigi dan
mulut, mata serta THT.

Bahwa tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan melalui kegiatan kuratif namun yang utama
adalah tindakan Promotif, maka tindakan penyuluhan mengenai PHBS perlu dilakukan di sekolah-
sekolah dengan angka kejadian ISPA tinggi.

Perlu adanya peran serta guru dalam hal menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada para
siswa/i, pemeriksaan dan pengawasan kebersihan perorangan dan lingkungan, mengenal tanda penyakit
menular beserta masalah dan tindakan selanjutnya.

Puskesmas Poasia selaku Puskesmas penyelenggara kegiatan pemeriksaan siswa sekolah


memfasilitasi tindakan pemeriksaan lanjut apabila ditemukan siswa yang terindikasi mengidap penyakit
seperti ISPA, Tonsilitis, otitis dan lainnya.

F4

JUDUL

Penimbangan dan Pemantauan Berdasarkan Pertumbuhan Balita Di Posyandu Kampung Baru

LATAR BELAKANG

Posyandu (Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu)merupakan salah satu


bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, gunamemberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakatdalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.Konsep Posyandu berkaitanerat dengan
keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduandalam aspek sasaran, aspek lokasi
kegiatan, aspek petugas penyelenggara,aspek dana dan lain sebagainya.Posyandu merupakan suatu
bentuk upayakesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyataperan serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pengembanganposyandu merupakan strategi tepat
untuk melakukan pembinaan kelangsunganhidup dan perkembangan anak (Depkes RI, 2006).

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehinggapembentukan,


penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran sertaaktif masyarakat dalam bentuk
partisipasi penimbangan balita setiap bulannya,sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan
ini membutuhkanpartisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita
mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuhkembang balita melalui berat
badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan
semata-matatanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada
dimasyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandusangat besar karena
selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepadamasyarakat juga sebagai penggerak
masyarakat untuk datang ke Posyandu danmelaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Adapun kegiatan dari Posyandu tersebut meliputi 5 kegiatan dasar yaitukesehatan ibu dan anak (KIA),
keluarga berencana (KB), gizi (penimbanganbalita), imunisasi dan penanggulangan penyakit menular.
Program imunisasimerupakan salah satu metode yang sangat efektif dalam mencegah terjadinyaPD3I (
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi ) yang secara langsungberhubungan dengan
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan
dukungan yang kuatdari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun fnansial. Selain
itudiperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanyatermasuk kader.
Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik akanmemberikan kontribusi yang besar, dalam
menurunkan angka kematian ibu,bayi, dan anak balita. Berdasarkan uraian mengenai Posyandu di atas,
maka penulis bermaksudmelaporkan hasil kunjungan ke Posyandu Kampung Baru.

PERMASALAHAN

- Masih kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk
ditimbang dan diperiksa.

- Masih rendahnya pengetahuan orang tua mengenai imunisasi danpentingnya imunisasi serta
tentang pemberian asi ekslusif.

- Masih kurangnya pengetahuan orang tua mengenai efek sampingimunisasi dan cara
mengatasinya.

- Masih kurangnya pengetahuanorang tua tentang manfaat asi.

PERENCANAAN

Kegiatan posyandu meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggibadan, pemberian imunisasi
pada bayi serta balita sesuai usia, penjelasantentang manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi dan
penjelasan singkatmengenai efek samping yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.
PELAKSANAAN

Telah dilakukan kegiatan Posyandu

Tempat : Posyandu Kampung Baru

Waktu : Senin, 19 Agustus 2019

Pelaksana : dokter internship, bidan, bagian KIA, bagian P2M, bagian Puskesmas Keliling, dan apoteker
puskesmas Poasia

Kegiatan posyandu meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggibadan, pemberian imunisasi
pada bayi serta balita sesuai usia, penjelasantentang manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi dan
penjelasan singkatmengenai efek samping yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.

MONITORING

Kegiatan posyandu Kampung Baru dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019. Dilakukan imunisasi BCG,
polio dan campak, selebihnya adalah bayi dan balita yang hanya melakukan penimbangan rutin di
posyandu. Dari semua bayi/balita yang berkunjung tidak ditemukan yang gizi buruk. Kepada orang tua
bayi tersebut diberikan edukasi untuk lebih memperhatikan gizi serta tumbuh kembang anak. Terdapat
balita yang berat badannya naik bila dibandingkan dengan bulan lalu. Beberapa balita memiliki berat
badan yang turun, diantaranya memiliki riwayat diare beberapa hari sebelum penimbangan. Terdapat
beberapa balita yang tidak datang bulan lalu, sehingga sulit dilakukan perbandingan BB dan TB, apakah
naik atau turun, dan terdapat bayi baru.

F5

JUDUL

Kegiatan Imunisasi Di Posyandu Akasia Kampung Baru

LATAR BELAKANG

Posyandu (Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu)merupakan salah satu


bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, gunamemberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakatdalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.Konsep Posyandu berkaitanerat dengan
keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduandalam aspek sasaran, aspek lokasi
kegiatan, aspek petugas penyelenggara,aspek dana dan lain sebagainya.Posyandu merupakan suatu
bentuk upayakesehatan yang bersumber daya masyarakat yang merupakan wujud nyataperan serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Pengembanganposyandu merupakan strategi tepat
untuk melakukan pembinaan kelangsunganhidup dan perkembangan anak.

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehinggapembentukan,


penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran sertaaktif masyarakat dalam bentuk
partisipasi penimbangan balita setiap bulannya,sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan
ini membutuhkanpartisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita
mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuhkembang balita melalui berat
badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan
semata-matatanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada
dimasyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandusangat besar karena
selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepadamasyarakat juga sebagai penggerak
masyarakat untuk datang ke Posyandu danmelaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Adapun kegiatan dari Posyandu tersebut meliputi 5 kegiatan dasar yaitukesehatan ibu dan anak (KIA),
keluarga berencana (KB), gizi (penimbanganbalita), imunisasi dan penanggulangan penyakit menular.
Program imunisasimerupakan salah satu metode yang sangat efektif dalam mencegah terjadinyaPD3I (
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi ) yang secara langsungberhubungan dengan
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Keberhasilan pengelolaan Posyandu memerlukan
dukungan yang kuatdari berbagai pihak, baik dukungan moril, materil, maupun fnansial. Selain
itudiperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanyatermasuk kader.
Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik akanmemberikan kontribusi yang besar, dalam
menurunkan angka kematian ibu,bayi, dan anak balita.

PERMASALAHAN

Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat kekebalan terhadap penyakit tertentu
belum tentu kebal terhadap penyakit lain. Imunisasi didapatkan oleh anak melalui pemberian vaksin
secara sengaja. Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC
(Tubercolosis), imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi Polio
untuk mencegah penyakit kelumpuhan, imunisasi Campak untuk mencegah penyakit campak dan
imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis.

Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi yang diberikan
pada waktu kegiatan di posyandu antara lain BCG, DPT I, II, III, Polio I, II, III,IV, Campak pada umur 9
bulan dan Hepatitis B. Pemberian imunisasi lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu kali, DPT tiga
kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan Hepatitis B tiga kali.

Imunisasi awal dilakukan dilakukan di RS bersalin, sedangkan yang dilakukan di posyandu hanyalah
pemberian dosis booster. Pada saat kami melakukan kunjungan, diilakukan kegiatan pemberian
imunisasi dosis booster DPT dan polio.

PERENCANAAN

Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu (1) kali dalam sebulan.Hari dan waktunya sesuai dengan hasil
kesepakatan masyarakat. Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun, salah satu
kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun oleh swadaya
masyarakat. Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.

Kegiatan posyandu meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggibadan, pemberian imunisasi
pada bayi serta balita sesuai usia, penjelasantentang manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi dan
penjelasan singkatmengenai efek samping yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.

PELAKSANAAN

Pada hari H pelaksanaan posyandu, pagi hari para kader kembali mengecek kesiapan pelaksanaan
posyandu misalnya; kelengkapan meja, buku pencatatan, timbangan, persiapan PMT, dll. Posyandu
biasanya dimulai sekitar jam 10 pagi (situasional) setelah sebelumnya dilakukan diskusi singkat oleh tim
posyandu dan tidak lupa dilakukan doa bersama . kader berada pada posisi yang telah dibagi, kader ada
yang bertugas di meja pendaftaran, penimbangan, pencataatan hasil timbangan, dan pemberian PMT.
Sedangkan bidan melakukan imunisasi kemudian mendokumentasikannya di buku KMS dan buku
pelaporan.

MONITORING

Posyandu yang merupakan bentuk pelayanan dari masyarakat , oleh masyarakat dan untuk masyarakat
ternyata masih memiliki berbagai kendala dalam pelaksanaannya di masyarakat. Kendala – kendala
dalam pelaksanaan posyandu antara lain kurang aktifnya kader – kader posyandu dalam memberikan
informasi pada masyarakat, kurangnya perhatian masyarakat terhadap pentingnya mengikuti kegiatan
posyandu, sarana prasarana yang tidak memadai serta kurangnya pemaantauan dari pemerintah. Oleh
karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam sistem pelaksanaan posyandu di
masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Kegiatan posyandu Akasia Kampung Baru dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2019. Dilakukan imunisasi
BCG, polio , campak, selebihnya adalah bayi dan balita yang hanya melakukan penimbangan rutin di
posyandu. Dari semua bayi/balita yang berkunjung tidak ditemukan yang gizi buruk. Kepada orang tua
bayi tersebut diberikan edukasi untuk lebih memperhatikan gizi serta tumbuh kembang anak. Terdapat
balita yang berat badannya naik bila dibandingkan dengan bulan lalu. Beberapa balita memiliki berat
badan yang turun, diantaranya memiliki riwayat diare beberapa hari sebelum penimbangan. Terdapat
beberapa balita yang tidak datang bulan lalu, sehingga sulit dilakukan perbandingan BB dan TB, apakah
naik atau turun, dan terdapat bayi baru.

Setelah posyandu sebaiknya dilakukan beberapa kegiatan berupa :

a. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, anak yang
kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.

b. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka


meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang
aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
c. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk menyampaikan hasil
kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan baik.

d. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk membahas kegiatan


Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan
berikutnya.

e. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data atau informasi
tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader
untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

F6

JUDUL

Kunjungan Rumah Pasien Post Non Hemorrhagic Stroke Di Kelurahan Lamasa

LATAR BELAKANG

Kedokteran keluarga berkembang secara pesat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer. Pada
Januari 1995, WHO dan WONCA telah merumuskan action plan yang tertulis dalam “Making Medical
Practice and Education Move Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.

Di Indonesia, melalui Permenkes No. 916 Tahun 1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan
menjadi pelayanan dokter keluarga. Bahkan, ilmu kedokteran keluarga yang nantinya bias menghasilkan
dokter-dokter keluarga dimasukkan ke dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) II
tahun 1993, yang merupakan bagian dari ilmu kedokteran komunitas. Dengan adanya prinsip utama
pelayanan dokter keluarga secara holistik tersebut, perlulah diketahui berbagai latar belakang pasien
yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu menjaga kesinambungan pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh pasien tersebut. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran yang seperti ini,
banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan amat
penting adalah melakukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan perawatan pasien di rumah
(home care)terhadap keluarga yang membutuhkan. Karena pengetahuan tentang latar belakang pasien
serta terwujudnya pelayanan kedokteran menyeluruh dinilai merupakan kunci pokok keberhasilan
pelayanan dokter keluarga, maka telah merupakan kewajiban pula bagi setiap dokter untuk dapat
memahami serta terampil melakukan kunjungan dan perawatan pasien di rumah tersebut.

CVA atau stroke merupakan slah satu penyakiy yang membutuhkan pelayanan yang intensif. Namun
terkadang banyak keluhan dari klien maupun keluarga menginggat perawatan di rumah sakit yang
terasa mahal. Home care merupak solusi yang tepat bagi penderita CVA atau stroke untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terjangkau, efisien dan berkesinambungan.

Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan CVA di rumah (Home Care) sangat tepat untuk
diterapkan dalam keluarga. Pelayanan CVA di rumah (home care) sangat membantu klien yang
mempunyai hambatan fisik, mental dan social, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk
hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun
tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan hidup menuju kesembuhan dan kelangsungan hidup
klien.

Selain itu program home care sangat diperlukan dalam mendayagunakan berbagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesejahteraan klien CVA secara utuh. Dalam hal ini Program Home Care
diharapkan dapat membantu klien CVA mendapatkan keberlangsungan hidup menuju kemandirian
secara bertahap.

PERMASALAHAN

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan
kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta
91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai
faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain:
Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.

Home Care dilatarbelakangi, salah satunya, oleh permintaan keluarga penderita yang diharuskan
opname, namun tempat di Rawat Inap penuh, sementara untuk ke RSU merasa keberatan dalam hal
biaya. Adakalanya pelayanan home care bagi penderita kasus terminal, yakni kondisi penyakit yang
dianggap tidak punya harapan lagi (dari sisi medis) dan tidak diterima di RS manapun.

PERENCANAAN

Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau keluarganya, tata cara yang ditempuh adalah
sebagai berikut :

1. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien

Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien yang
memerlukan kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat mendadak tersebut. Jika panggilan
melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat langsung ditanyakan kepada anggota keluarga. Tetapi jika
panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah berbicara langsung dengan pasien yang memerlukan
pertolongan kedokteran di rumah tersebut.

2. Mempersiapkan keperluan kunjungan

Kegiatan kedua yang dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan
pertolongan kedokteran yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan ataupun obat yang
diperlukan. Jangan lupa pula membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.

3. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran


Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Sama halnya dengan kunjungan rumah atas inisiatif dokter,
dalam pertolongan kedokteran yang dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehat atau
penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.

4. Mengisi rekam medis keluarga

Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua hasil temuan serta tindakan kedokteran yang
dilakukan pada rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga tersebut dengan lengkap.

5. Menyusun rencana tindak lanjut

Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang
perlu dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, bicarakanlah dengan
sebaik-baiknya.

PELAKSANAAN

Dilakukan kunjungan rumah pasien post NHS pada tanggal 7 Agustus 2019 di Kelurahan Lamasa berdasar
dari laporan warga sekitar. Kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan
pertolongan kedokteran yang diperkirakan akan dilakukan. Membawa semua alat dan ataupun obat
yang diperlukan. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terkait keluhan pasien serta melakukan
pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien, dalam pertolongan kedokteran yang
dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan yang ada
hubungannya dengan kesehatan pasien.

MONITORING

Apabila kunjungan dan atau perawatan di rumah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan
diperoleh banyak manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain adalah:

1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien

Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti, karena memanglah dengan
dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan memperoleh
banyak keterangan tentang pasien yang dimaksud.

2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter - pasien

Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter - pasien ini adalah juga sebagai hasil
dari dilakukannya kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah.

3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan pasien, dan atau dengan makin
baiknya hubungan dokter - pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter
tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan
berperanan besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien.

4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien

Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, apalagi jika
disertai dengan hubungan dokter - pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam
lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu yang pada akhir - akhir ini telah
disepakati sebagai salah satu tolok ukur yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.

F7 (MIINI PROJEK)

JUDUL

Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pelajar SMA Negeri 2 Kendari Tentang Penyalahgunaan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif)

LATAR BELAKANG

Negara berkembang tidak selamanya membawa dampak positif bagi masyarakat, akan tetapi juga dapat
membawa dampak negatif. Dampak negatif yang timbul dari globalisasi adalah maraknya peredaran dan
penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) secara ilegal dan telah
menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat (Prisma, 2013). Di perkirakan jumlah penyalahguna
narkoba sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,10% sampai 2,25% dari total seluruh
penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba di Tahun 2014 (BNN, 2017).

Secara etimologis, penyalahgunaan itu sendiri dalam bahasa asingnya disebut abuse yaitu memakai hak
miliknya yang bukan pada tempatnya. Dapat juga diartikan salah pakai atau misuse yaitu
mempergunakan sesuatu yang tidak sesuai dengan fungsinya.

Penyalahgunaan narkotika adalah salah satu ancaman bagi kemajuan peradaban bangsa Indonesia. Saat
ini meskipun penyalahgunaan Narkotika belum menjadi fenomena yang umum dikalangan mayoritas
penduduk Indonesia, masalah ini sangat penting untuk dikaji karena mulai mengarah kepada generasi
muda di Indonesia. (Eskasasnanda, 2014)

Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologis
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologis. Yang termasuk dalam NAPZA, yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Narkoba
dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis (Kusmaryani, 2009).

Pada awalnya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia kedokteran namun
belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran.
Morfin dan obat-obatan sejenis yang semula dipergunakan sebagai obat penawar rasa sakit, sejak lama
sudah mulai disalahgunakan. Orang-orang sehat pun tidak sedikit yang mengonsumsi obat-obatan ini.
Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang diakui banyak kalangan
menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa Indonesia, termasuk kota Kendari.

Tanggal 26 Juni diperingati sebagai Hari Anti Narkotika Internasional atau HANI. Hari Anti Narkotika
Internasional atau HANI merupakan bentuk keprihatinan dunia terhadap HANI juga sebagai gerakan
perlawanan terhadap bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang yang berdampak buruk terhadap
kesehatan, perkembangan sosial ekonomi, serta kemanan dan kedamaian dunia.

Dalam memperingati Hari Anti penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Hari Anti Narkotika
Internasional atau Narkoba Internasional, Puskesmas Poasia mengadakan beberapa gerakan berupa
penggalangan komitmen cegah dan lawan narkoba Puskesmas Poasia dengan lintas sektor (Pemerintah
kecamatan Poasia, Polsek Poasia, Koramil Poasia, Sekolah di wilayah Puskesmas Poasia, BNN Kota
Kendari), aksi simpetik turun ke jalan membagikan leaflet dan stiker berisi pesan bahaya narkoba dan
mari bersama lawan narkoba, penyuluhan kepada kelompok masyarakat baik dalam gedung maupun
luar gedung dan sekolah-sekolah dan sosialisasi rehabilitasi narkoba kepada semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian mengenai “Pengetahuan dan Sikap Pelajar
SMA Negeri 2 Kendari tentang Penyalahgunaan NAPZA”

PERMASALAHAN

Berdasarkan survei BNN RI dan Peneliti Kesehatan dari UI mencatat, ada 1,77 persen dari total
penduduk Indonesia terjangkit narkoba. Sedangkan untuk Sultra sekitar 1,58 persen atau 29.012 orang
terkena penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat 65,7
persen dari seluruh kasus penyalahgunaan narkoba di daerah tersebut berstatus pelajar dan mahasiswa.

Data dari programer jiwa dan narkoba Puskesmas Poasia, jumlah penderita gangguan jiwa karena
penggunaan narkoba 4 orang. Tahun 2018, 7 orang dilakukan rehabilitasi karena penggunaan lem fox
dan PCC. Tahun 2019, 2 orang dilakukan rehabilitasi karena penggunaan lem fox dan sabu-sabu. Data
dari Bhabinkamtibmas Polsek Poasia tahun 2019, yang terjaring razia didapatkan 50 anak usia sekolah
menggunakan lem fox.

Remaja menjadi target penyalahgunaan NAPZA karena masa remaja adalah masa pencarian identitas
diri, perasaaan penasaran dan ingin mencoba hal baru yang sangat besar (Eskasasnanda, 2014). Survei
yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013, menyebutkan bahwa 70%
pengguna narkoba adalah anak-anak sekolah atau pelajar (Kompas, 2013).

Survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok
pelajar/mahasiswa di Indonesia tahun 2014 disebutkan bahwa, sebagian besar pelajar/mahasiswa mulai
menyalahgunaan narkoba pertama kali dengan alasan “coba-coba”, untuk bersenang-senang, bujukan
teman, masalah keluarga, dan masalah di sekolah.

Permasalahan inilah yang perlu mendapat perhatian dari pihak pemerintah serta instansi yang
mempunyai tugas khusus dalam menyelesaikan serta memberikan solusi terhadap permasalahan dalam
lingkungan pelajar sekarang ini. Jika pemerintah serta instansi yang berkaitan tidak memberikan
perhatian khusus pada pelajar-pelajar berupa penyuluhan-penyuluhan mengenai dampak yang akan
ditimbulkan jika mengonsumsi obat-obat terlarang, baik secara langsung ataupun melalui media sosial
hal ini yang menjadi penyebab utama pelajar menggunakan istilah “coba-coba” disebabkan karena
minimnya pengetahuan tentang narkoba, termasuk di kota Kendari.

Tahun 2009 hingga tahun 2013 tercatat jumlah tersangka kasus Narkoba pada tingkat pendidikan
sekolah dasar (SD) berjumlah 22.402, sekolah menengah pertama (SMP) 44.878 tersangka, sekolah
menegah atas (SMA) 117.147, dan pada taraf pendidikan Perguruan Tinggi (PT) berjumlah 4.868
tersangka. Total keseluruhan ada 189.294 tersangka. Kasus teratas terdapat pada tingkat pendidikan
SMA yakni 61,9% dari total kasus (Riyadi, 2015).

PERENCANAAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah suatu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif.
Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang. Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan. Penelitian
yang dilakukan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap pelajar SMA Negeri 2 Kendari
tentang penyalahgunaan NAPZA.

PELAKSANAAN

Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan mengenai NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif) pada remaja dan dampak bahayanya bagi tubuh. Penyuluhan ini
menggunakan media presentasi berupa poster tentang materi tersebut. Petugas yang berpartisipasi
dalam penyuluhan mini project ini adalah dokter internship Puskesmas Poasia dan dokter umum
Puskesmas Poasia yang bertanggung jawab terhadap masalah narkoba. Selain penyuluhan mengenai
NAPZA juga dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja, etika batuk, PHBS sekolah
dan kesehatan gigi. Dilakukan pula penjaringan kesehatan kepada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Kendari
berupa pemeriksaan antropometrik, status imunisasi, kebersihan kuku dan rambut, pemeriksaan telinga,
hidung dan tenggorokan, serta tes buta warna dan ketajaman penglihatan oleh tim kesehatan
Puskesmas Poasia Kendari. Selain itu dilakukan pula pembinaan UKS SMA Negeri 2 Kendari berupa basic
life support, manajemen luka dan manajemen epistaksis.

MONITORING

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan dan sikap pelajar SMAN 2 Kendari
tentang penyalahgunaan NAPZA dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar pelajar di SMAN 2 Kendari memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang NAPZA
sebanyak 22 responden (88%) dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (12%).

2. Sebagian besar pelajar di SMAN 2 Kendari memiliki sikap positif tentang penyalahgunaan NAPZA
sebayak 19 responden (76%) dan sikap negatif sebanyak 6 responden (24%).
3. Pelajar di SMAN 2 Kendari dengan tingkat pengetahuan cukup tentang NAPZA memiliki
karakteristik, yaitu usia 14 tahun, jenis kelamin perempuan, status tinggal bersama orang tua dan tidak
memiliki teman pemakai. Sedangkan tingkat pengetahuan kurang memiliki karakteristik, yaitu usia 16
dan 17 tahun, jenis kelamin laki-laki, status tinggal tidak bersama orang tua dan memiliki teman pemakai

4. Pelajar di SMAN 2 Kendari yang bersikap positif terhadap NAPZA memiliki karakteristik, yaitu
usia 16 tahun, jenis kelamin perempuan, status tinggal bersama orang tua dan tidak memiliki teman
pemakai. Sedangkan yang bersikap negatif memiliki karakteristik, yaitu usia 17 tahun, jenis kelamin laki-
laki, status tinggal tidak bersama orang tua dan memiliki teman pemakai.

Anda mungkin juga menyukai