Anda di halaman 1dari 17

F1: PROMOSI KESEHATAN SEPUTAR BAHAYA MEROKOK PADA CALON PENGANTIN YANG

MELAKUKAN PEMERIKSAAN CATEN DI WILAYAH PUKSESMAS SLEMAN: SEBAGAI IMPLEMENTASI


INDIKATOR KELUARGA SEHAT INDONESIA

Penggunaan tembakau adalah penyebab global yang utama dari kematian yang dapat dicegah. WHO
memperkirakan hampir 6 juta kematian per tahun disebabkan tembakau. Angka ini diperkirakan
akan meningkat menjadi lebih dari 8 juta kematian di tahun (Global Youth Tobacco Survey, 2014).
Merokok merupakan bentuk utama penggunaan tembakau. Secara global, terjadi peningkatan
konsumsi rokok terutama di negara berkembang. Diperkirakan saat ini jumlah perokok di seluruh
dunia mencapai 1,3 milyar orang (Tobacco Control Support Centre, 2015).

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia, yaitu pada urutan ketiga
setelah China dan India (sehatnegeriku.kemkes.go.id). Konsumsi tembakau di Indonesia meningkat
secara bermakna, karena faktor-faktor meningkatnya pendapatan rumah tangga, pertumbuhan
penduduk, rendahnya harga rokok dan mekanisasi industri kretek (Tobacco Control Support Centre,
2015).

Prevalensi perokok pasif cenderung mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan prevalensi
perokok. Di Indonesia, lebih separuh (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu orang
perokok, dan hampir semua perokok (91,8%) merokok di rumah.

Para ahli setuju bahwa merokok baik itu adalah aktivitas yang perlu dihindari, baik saat hamil atau
tidak. Ini karena rokok mengandung bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Jika ibu tetap
merokok saat hamil, maka ia berisiko lebih tinggi mengalami berbagai masalah termasuk keguguran
dan persalinan prematur, dan dua kali lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok. Nikotin, CO dalam asap rokok terbukti
merusak endotel (dinding pembuluh darah), danmempermudah timbulnya penggumpalan darah,
sehingga menyumbat pembuluh darah termasuk ditali pusat dan diplasenta. Kelangsungan suatu
kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.

Salah satu syarat untuk menikah diperlukan adanya surat layak menikah untuk calon pengantin, yang
didapatkan di Puskesmas. Oleh karena itu, sebagai salah satu usaha meningkatkan promosi
pencegahan penyakit dan meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, dirasa perlu adanya
penekanan tentang edukasi bahaya merokok yang juga merupakan salah satu indikator keluarga
sehat, terutama pada mereka yang sangat beresiko seperti pada ibu hamil.

1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya merokok


2. Masih banyaknya para perokok aktif di dalam rumah
3. Masih tingginya tingkat perokok pasif di Indonesia
4. Tingginya resiko ibu hamil/ yang akan melakukan persiapan kehamilan apabila terpapar asap
rokok

1. Edukasi langsung pada calon suami dan istri tentang bahaya merokok
2. Menyarankan untuk menghentikan merokok sebelum menikah
3. Apabila belum dapat berhenti merokok, minimal tidak merokok di dalam rumah.

1. Pelaksanaan edukasi sesuai rencana intervensi pada calon suami dan istri
Belum dilakukan monitoring dan evaluasi terkait dengan tingkat kesadaran pre dan post intervensi,
kedepan dirasa perlunya melakukan evaluasi tingkat perokok aktif maupun pasif pada calon
pengantin secara kuantitatif dan kualitatif.
F7: PENGGUNAAN VIDEO SEBAGAI MEDIA EDUKASI PHBS

Masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) menjadi permasalahan besar dalam kerangka peningkatan derajad kesehatan masyarakat.
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga
dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran
aktif dalam aktivitas masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas
dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi. Ada berbagai informasi yang dapat
dibagikan seperti materi edukasi guna menambah pengetahuan serta meningkatkan sikap dan
perilaku terkait cara hidup yang bersih dan sehat.

Salah satu indikator PHBS adalah Cuci tangan dengan sabun dan air bersih. Praktek ini merupakan
langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai
jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman. dan seperti yang telah diterangkan
oleh Gugus Tugas COVID-19, memakai masker dan cuci tangan merupakan hal penting untuk
mencegah penularan virus SARS-COV-19.

1. Masih belum tingginya pengetahuan masyarakat tentang cara cucitangan yang benar

2. Masih banyaknya kesalahan penggunaan masker

3. Masih banyaknya masyarakat yang batuk dengan cara sembarangan

1. Pembuatan video edukasi

1. Pelaksanaan pembuatan video edukasi

2. Direncanakan diputar di media informasi puskesmas daring maupun luring

1. Masih belum dilakukannya monev terkait efektivitas intervensi melalui video edukasi
F5: PERSIAPAN PENANGGULANGAN COVID-19 DI TINGKAT KECAMATAN DAN DESA

Setelah kasus pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan, seluruh warga Indonesia menjadi panik.
Masih belum jelasnya protokol penanggulangan COVID-19 ini, belum jelasnya aturan, hingga masih
banyaknya pertanyaan di lapangan.

Kasus semakin bertambah, kepanikan memburuk, pemerintah nasional dan daerah menghimbau
untuk mengurangi aktivitas keramaian dan menghindari pengadaan acara-acara yang melibatkan
banyak orang.

selain itu karena berita untuk diadakannya lock down nasional, ditemukan beberapa orang sengaja
untuk pulang kerumahnya/ mudik, terutama mereka yang berasal dari daerah pusat transmisi
seperti jakarta, jawa barat.

Dirasa perlu diadakannya koordinasi untuk pelaksanaan teknis, sekaligus edukasi kembali seputar
penyakit COVID-19 ini.

1. Masih banyaknya masyarakat yang tidak menghiraukan imbauan tentang menghindari


pelaksanaan kegiatan keramaian, seperti: pesta, keagamaan, kumpul-kumpul dsb

2. Masih belum jelasnya kewenangan untuk pembubaran, dan pelaksanaan dilapangan.

3. adanya beberapa warga yang baru pulang dari luar kota, dan masih membingungkan tentang
protokol karantina mandiri

1. Koordinasi dan penyuluhan kepada kepala dusun se-kecamatan sleman

2. mengusulkan alur koordinasi antara puskesmas - kecamatan - hingga desa

3. mengusulkan pembentukan dan optimalisasi satuan tugas

1. Koordinasi dan penyuluhan kepada kepala dusun se-kecamatan sleman

- saat dilakukan kegiatan ini, ketika kami sudah sampai di kantor kecamatan, kegiatan di bubarkan
oleh camat, untuk menghindari keramaian. tetapi kami sempat mengedukasi dan berdiksusi
langsung dengan beberapa kepala dusun tentang keluhan dan pelaksanaan dilapangan. antara lain:
masih banyaknya orang yang masih berkumpul dikeramaian, seperti upacara kematian. dan belum
jelasnya alur pembubaran dst.

2. mengusulkan alur koordinasi antara puskesmas - kecamatan - hingga desa

- setelah menampung permasalahan kami berdiskusi dengan bagian UKM puskesmas dan Kepala
puskesmas untuk menyusun draft alur koordinasi yang rencana diusulkan kepada camat sleman.

3. mengusulkan pembentukan dan optimalisasi satuan tugas


- Mengerahkan semua pihak, dan menekankan kembali bahwa peran puskesmas adalah pelengkap
dari aspek medis, akan tetapi tentang pelaksanaan ketertiban dilapangan memerlukan kewenangan
dari camat melalui babinsa ataupun kepolisian setempat.

Sudah mulai diperbaiki sistem koordinasi dari satuan tugas dari tingkat kecamatan hingga desa akan
tetapi ketertiban warga masih terus menjadi tantangan.
EDUKASI SEPUTAR DISINFEKSI YANG BENAR DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEHATAN
LINGKUNGAN PADA MASA PANDEMI COVID-19

Pademi COVID-19 telah menginfeksi hampir seluruh pelosok negeri. dari desa hingga perkotaan. Cuci
tangan menggunakan sabun, ataupun handsanitizer, penggunaan masker, rajin untuk disinfeksi
barang-barang yang baru dipakai dari luar rumah juga direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-
19. Pada pelaksanaanya masih banyak masih banyak yang belum memahami dan melaksanakannya
dengan benar. Selain itu penting di pahami bahwa kunci dari disinfeksi juga diperlukan adanya
sanitasi yang baik. Apapun lingkungannya tidak efektif jika sanitasi tidak baik. Pada benda mati yang
tidak terlihat jika menjadi tempat melekat mikroorganisme, saling menempel tangan atau droplet.

Minimnya pengetahuan tentang cara disinfeksi yang benar hingga penggunaan zat disinfektan yang
direkomendasikan untuk proses disiinfeksi menjadi permasalahanan tersendiri di masyarakat. Oleh
karena itu dirasa perlu adanya edukasi seputar cara disiinfeksi di lingkungan sekitar masyarakat.

1. Minimnya pengetahuan tentang cara disinfeksi yang benar hingga penggunaan zat disinfektan
yang direkomendasikan untuk proses disiinfeksi menjadi permasalahanan tersendiri di masyarakat.

2. Penyemprotan langsung disinfektan pada manusia tidak direkomendasikan

3. Pemilihan disinfektan yang tidak tepat dapat membahayakan apabila melekat pada alat-alat
rumah tangga, terlebih lagi makanan, dan memiliki potensi tertelan.

Edukasi secara langsung dan penggunaan video edukasi seputar penggunaan disinfeksi yang benar

Pada saat pembuatan video kami melakukan pengambilan gambar di portal dusun murangan. dan
disana kami melakukan edukasi pada warga yang berada di sekitar portal seputar disinfeksi.

Penggunaan disinfektan semprot diportal dipandang kurang begitu efektif, lebih baik dipotimalkan
untuk menjaga kebersihan dilingkungan rumah dan meningkatkan protokol kesehatan pribadi
masing-masing menggunakan CTPS ataupun Handsanitizer.
EDUKASI PENTINGNYA ANTE NATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DIWILAYAH PUSKESMAS SLEMAN

ANC atau anteatal care merupakan perawatan ibu dan janin selama masa kehamilan. Seberapa
penting dilakukan kunjungan ANC? Sangat penting. Melalui ANC berbagai informasi serta edukasi
terkait kehamilan dan persiapan persalinan bisa diberikan kebada ibu sedini mungkin. Kurangnya
pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan sering terjadi karena kurangnya kunjungan ANC.
Kurangnya kunjungan ANC ini bisa menyebabkan bahaya bagi ibu maupun janin seperti terjadinya
perdarahan saat masa kehamilan karena tidak terdeteksinya tanda bahaya.

Berbagai penelitian terkait ANC menyatakan bahwa keberhasilan ANC lebih berarti dapat
menyelamatkan nyawa atau menurunkan AKI. Melalui ANC, kesempatan untuk menyampaikan
edukasi dan promosi kesehatan pada ibu hamil khususnya bisa dilakukan lebih baik. Fungsi suportif
dan komunikatif dari ANC tidak hanya mampu menurunkan AKI tapi juga meningkatkan kualitas
hidup bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Selain itu, secara tidak langsung kualitas dari pelayanan
kesehatan juga ikut meningkat.

Oleh karena itu, dirasa perlunya memberikan penekanan tentang edukasi pentingnya ANC, terlebih
dimasa pandemi ini.

Masih terdapat beberapa ibu hamil yang belum rutin untuk ANC, serta minim perencanaan dalam
kehamilan

Edukasi seputar pentingnya ANC pada ibu hamil

Edukasi tentang pentingnya ANC pada ibu hamil, untuk melakukan sesuai jadwal, bila ada keluhan
segera melaporkan seperti keluhan infeksi saluran kemih yang cukup sering menyertai ibu hamil.
serta agar terus menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi ini.

Pelaksanaan ANC terpadu pada ibu hamil masih perlu untuk ditingkatkan, masih ada beberapa ibu
hamil yang baru melakukan ANC terpadu pada trimester akhir kehamilan.
EDUKASI SEPUTAR PERBAIKAN GIZI PADA GERIATRI DI DESA TRIHARJO, SLEMAN

Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Secara global, Asia dan
Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) karena
jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7%.
Semakin tua seseorang akan disertai dengan penurunan kesehatan serta kemunculan berbagai
masalah psikis dan ekonomi yang perlu penatalaksanaan baik dan kolaborasi antar profesi.
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif
maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif
dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki
masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan,
penurunan pendapatan / penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan
lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk lansia.

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia
atau sindroma geriatri yaitu kurang bergerak, mudah jatuh, gangguan intelektual / demensia,
infeksi, gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman, depresi, malnutrisi, kemiskinan,
penyakit pengaruh obat-obatan, sulit tidur, penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan
seksual dan gangguan buang air besar dan buang air kecil.

Malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan zat gizi
seseorang atau terdapat kesalahan dalam pemenuhan gizi yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi pada tubuh. Studi di beberapa negara menunjukkan bahwa meningkatnya usia
merupakan salah satu faktor yang memicu permasalahan malnutrisi. Malnutrisi pada lansia bisa
disebabkan karena menurunnya nafsu makan, kesulitan menelan karena berkurangnya air liur,
cara makan yang lambat karena masalah pada gigi, mual karena depresi dan gangguan status
fungsional.

Pada lansia berbeda dengan usia yang lain karena penurunan berbagai fungsi tubuh, adanya
penyakit kronik dan adanya keterbatasan. Pada lansia komposisi tubuh terdiri dari 30 – 40 % zat
padat, 60 – 70 % cairan dan terjadi penurunan metabolisme basal 2 % pertahun dimulai pada
usia 40 tahun. Problem gizi pada lansia yang sering terjadi adalah penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan, perubahan indera pengecap, gangguan mengunyah, gangguan
menelan, konstipasi dan kesulitan akses makanan di samping itu sering terjadi gizi kurang,
kelebihan berat badan dan obesitas.

Oleh karena itu, dalam rangka usaha pemenuhan gizi pada lansia perlu mengetahui status
gizinya, kebutuhan gizinya, mengimplentasikannya dan memberikan edukasi.
Mendapatkan laporan terdapat pasien lansia yang immobilisasi dan tampak mengalami
malnutrisi, pasien tinggal sendiri dan dirawat oleh tetangga sebelah rumah

1. Melakukan survei ke tempat tinggal pasien untuk melakukan pengamatan dan penilaian
status gizi
2. Memberikan edukasi seputar perbaikan gizi pada lansia

Kami melakukan survei kelapangan, bersama perangkat desa, dan bidan desa. Kami melakukan
penilaian status gizi pada pasien. Pasien tampak lemah, kurus, dengan kesimpulan status gizi
kurang. TD 160/100 HR 88

Kami memberikan edukasi kepada pasien, tetangga yang merawat, sekaligus disaksikan oleh
perangkat desa dan bidan desa terkait dengan diet yang harus tetap dijaga pada geriatri. Resiko
infeksi; serta diet rendah garam untuk menurunkan tekanan darah. Teknik pengolahan makanan
juga menjadi kunci nafsu makan pada geriatri.

Apabila memang tidak terdapat orang yang dapat merawat, maka pasien-pasien geriatri dapat di
kirim ke panti jompo ataupun rumah perawatan yang disediakan oleh dinas sosial. Akan tetapi
kepedulian warga tetap diharapkan terkait permasalahan ini.

Monev pada kasus nutrisi pada geriatri adalah masih perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh,
pengaktifan posyandu lansia, akan tetapi memang masih belum dapat dilaksanakan secara
optimal pada masa pandemi ini.

Kedepan, penting akan kerjasama lintas sektoral, terutama perangkat desa, RT/RW, bidan desa,
dan puskesmas untuk peningkatan derajad pemenuhan nutrisi pada geriatri, sebagai pasien
yang sangat rentan akan berbagai penyakit, khususnya COVID-19 ini.
PELAYANAN KURATIF SESUAI KOMPETENSI DIP PUSKESMAS SEBAGAI UPAYA
PENYEMPURNAAN SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INDONESIA

Sistem penguatan kesehatan yang dilakukan oleh kementerian kesehatan adalah memberi
akses yang mudah ditempat-tempat pelayanan kesehatan, mendukung fasilitas kesehatan yang
berkualitas, memberi layananan kesehatan primer kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan
primer yang sudah dilakukan di beberapa negara mampu mengurangi angka kematian sampai
6%. WHO berharap melalui program yang sedang dijalankan ini, dunia dapat mencapai UHC
dalam upaya mewujudkan UN SDG’s nomor tiga mengenai hidup sehat dan kesejahteraan bagi
setiap orang.

Selain upaya promotif dan preventif yang harus diemban oleh puskesmas sebagai salah satu
penyedia layanan primer, makan tatalaksana kuratif sebagai fungsi pengobatan lini awal. Tidak
semua penyakit harus diobati di rumah sakit sebagai pemberi layanan sekunder maupun tersier.
Adanya sistem rujukan dan rujukan balik sudah seharusnya dioptimalkan sebaik mungkin untuk
mendapatkan sistem jaminan kesehatan yang terbaik. Saat ini memang masih belum optimal,
masih harus diperbaiki.

Oleh karena itu diperlukan kerjasama dari layanan primer untuk mampu menyaring dan
mengevaluasi serta melakukan perbaikan pelayanan di tingkat pengobatan dasar hingga sistem
rujukan.

1. Masih belum pahamnya masyarakat tentang sistem rujukan yang baik


2. Masih kurang baiknya paradigma tentang pengobatan di puskesmas yang terbatas

1. Melakukan edukasi seputar sistem rujukan


2. Memberikan pelayanan terbaik pada seluruh pasien di puskesmas sleman

1. Menjelaskan tentang sistem rujukan, serta mengusahakan untuk melakukan terapi awal
sebelum merujuk.
2. Mengupayakan agar angka rujukan kurang dari < 15% dari total kunjungan
3. Melakukan pelayanan terbaik, antara lain:
Poli Usila: jumlah pasien sebelum pandemi sekitar 60-100pasien/hari, setelah pandemi
berkurang setengahnya
Poli Umum: jumlah pasien sebelum pandemi sekitar 80-130pasien/ hari, setelah pandemi
berkurang setengahnya
Poli Tindakan: jumlah pasien sebelum pandemi sekitar 20-40pasien/ hari, setelah pandemi
berkurang setengahnya
Poli Batuk: diadakan khusus ketika pandemi, sekitar 10-30 pasien/hari
Rawat Inap: Pagi: jumlah pasien sebelum pandemi sekitar 20-60pasien/ hari, setelah
pandemi berkurang setengahnya. Siang dan malam melayani pasien kegawatan dan
persalinan.

Monev dari pelayanan pengobatan dasar yang terpenting adalah gedung yang menurut penilaian
kami sudah kurang memenuhi kriteria, selain itu diperlukan adanya sistem komputerisasi untuk
memangkas waktu pelayanan.

Pasien G2P1A0 8mg datang untuk ANC terpadu

KU Cukup, CM

VS stabil

Asam Folat 1x1

Calsium 1x1

Sulfas Ferous 2x1

Edukasi hindari Rokok

Ciprofloxacin 2x1

paracetamol 3x1

Scopamin 2x1

NAC 3x1tab

Paracetamol 3x500mg

Vitamin B plek 2x1 tab

Antasida doen 3x500mg

Amoxicillin 3x500mg

Omeprazole 2x1 tab


Datang keluhan demam sejak 4 hari yll

mual (+) Mual (-)

batuk pilek disangkal

alergi disangkal

BAK BAK dbn

riw perjalanan luar kota disangkal

KU: cukup, CM

TD 110/80 HR 88 RR 16 T 37,5

CA (-/-)

Pulmo: SDV (+/+), RBH (-/-), RBK (-/-)

Cor: BJ 1,2 reguler, bising (-)

Abd: supel, NT (-)

Ekstremitas : Edema (-)

Pasien datang dengan keluhan tangan terkena gerenda, sejak 15 menit yll

KU: cukup, CM

TD 120/80 HR 88 RR 16 T 37,5

Status lokalis:
R. Manus sinistra: Luka robek, +- 6cm, tepi tidak rata, kedalaman 1,5cm dasar otot,

Hecting dalam 3 jahitan, luar 6 jahitan

Inj. ATS

Amoxicillin 3x500mg

Asam Mefenamat 3x500mg

Vitamin C 2x1tab
Asam Tranexamat 3x1tab

Pasien datang kontrol luka di kaki

KU: cukup

VS stabil

Status lokalis:

luka tertutup verban, rembes (-)

Cloramphenicol Tetes Mata 3xIIgtt

Vitamin C 1x1

Cloramphenicol salep mata 3xUe

Pasien datang dibawa ibu keluhan mata kemerahan

KU baik,

VS stabil

OD: tampah hiperemis, edema (-)

Pasien datang dibawa ibu keluhan mata kemerahan, ada benjolan di mata kanan

KU baik,

VS stabil

OD: tampah hiperemis, edema (+), nodul (+), NT (+)

-----

Pasien datang untuk kontrol tensi, perut terasa sebah


KU: cukup, CM

TD 140/80 HR 80 RR 16 T 37,5

Amlodipin 1x10mg

Captopril 3x12,5mg

Vitamin B plek 1x1tab

Ranitidin 2x150mg

edukasi rendah garam

Pasien datang untuk kontrol gula

Jari terasa kebas2

KU: cukup, CM

TD 130/80 HR 80 RR 16 T 36.5

GDP: 140mg/dl

Inj. Novorapid 8-8-8

Metformin 3x500mg

Glimepirid 1x1mg

Vitamin B 12 2x1

Hindari minum manis

Pasien datang dengan keluhan telinga kiri nyeri dan gatal

KU: Cukup, CM

Vital sign: stabil

Auris D: MAE lapang, MT terlihat,

Auris S: MAE terdapat nodul, eritem, tunggal, MT tidak terlihat


Tetes telinga Cloramphencol 4xII

Cetirizin 1x10mg

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yll

At: 123

Hmt: 38

Al: 4000

HR: 114 RR 22 T 38

RBH (-/-)

Widal: Typhi O : 1/320

Paratyphi H: 1/160

Paracetamol syr 3x1 1/2cth

Antasid 3x1cth

Vitamin B plex 1x1

Clorampenicol 4x1cth

Bed rest

Hindari makanan pemicu

Betahistinmestilat 3x4mg

Domperidon 3x1

Paracetamol 3x1

Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari yll, sudah beberapa kali kumat

KU: cukup, CM

TD 110/80 HR 80 RR 16 T 37,5
Abd: supel, NT (+) epigastrium

Pasien datang dengan ujung kaki kiri nyeri sejak 7 hari yll

kaki sering lembab

KU: cukup, CM

TD 120/80 HR 88 RR 16 T 37,5

Status lokalis:

R. Digiti I pedis s: nodul, eritem di tepi kuku

Dx. Paronicia dg tinea unguium

Pasien datang dengan keluhan gatal di selangkangan sejak 1 bulan

KU: cukup, CM

TD 120/80 HR 88 RR 16 T 37,5

Status lokalis:

R. Inguinal: lesi tepi aktif, luas

Griseofulvin 2x500mg

Ketokonazol 2xUE

Cetirizin 1x10mg

jaga kebersihan

Pasien datang dengan keluhan telinga terasa penuh

KU: cukup, CM

TD 120/80 HR 88 RR 16 T 37,5
AD: tampak serumen (+), menutup MT

Forumen 3x1

Kontrol 3 hari

Ekstraksi Serumen

Asam Mefenamat 3x1

Cloram tetes telinga 3x1

Pasien datang dengan keluhan nyeri tangan kanan sejak kemarin terjatuh di depan rumah

KU: cukup, CM

TD 120/80 HR 88 RR 16 T 37,5

Status Lokalis:

R. antebracii: hematome luas, eritem, NT (+), ROM terbatas nyeri

Anda mungkin juga menyukai