Anda di halaman 1dari 19

F1

Penyuluhan Coronavirus di Pasar Ngipik Banguntapan Bantul

Latar Belakang
Wabah penyakit coronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai wabah COVID-19 disebabkan
oleh coronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. COVID-19 pertama kali dideteksi
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019 setelah beberapa
orang mengalami pneumonia tanpa sebab yang jelas dan prosedur perawatan dan vaksin
yang diberikan ternyata tidak efektif. Kemunculan penyakit diduga berhubungan dengan
pasar grosir makanan laut Huanan yang menjual hewan hidup. Per 5 Maret 2020, minimum
95.425 kasus telah terkonfirmasi, 80.410 di antaranya terjadi di daratan Tiongkok. Jumlah
penderita yang meninggal mencapai 3.286. Kasus kematian terbesar di luar Tiongkok terjadi
di Iran, Italia dan Korea Selatan.
Sedangkan, di Indonesia pada 9 Juni 2020, terdapat 32.033 kasus positif dengan 1.883
dinyatakan meninggal. Dikarenakan penyebaran virus ini terbilang sangat mudah dan di
temukannya kasus positif di salah satu pasar di Yogyakarta baru-baru ini. Maka
diperlukannya penyuluhan yang dilaksanakan di kawasan pasar. Puskesmas sebagai lini
depan upaya kesehatan promotif dan preventif dalam hal ini bertugas untuk melakukan
penyuluhan guna mengurangi kepanikan dan tetap menjaga kewaspadaan terhadap
penyakit.

Permasalahan
1. Ditemukannya kasus positif COVID-19 di salah satu pasar Yogyakarta.
2. Masyarakat belum tahu apa itu corona, penularan bagaimana, apa gejala
klinis yang timbul, dan cara pencegahan serta penanggulangannya.
2 Masih ditemukannya masyarakat yang tidak menggunakan masker saat ke
pasar atau bepergian keluar rumah
3 Masyarakat belum sadar akan pentingnya cuci tangan dengan sabun maupun
handsanitizer dan bagaimana etika batuk yang benar

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


penyuluhan mobile ke pasar dengan memperhatikan protokol kesehatan. penyuluhan
mengenai apa itu COVID-19, gejala yang dapat muncul pada penderita, siapa saja yang
beresiko terkena, transmisi dari virus COVID-19, cara pencegahan, dan
penanggulangannya. pasar dianggap tempat yang tepat oleh karena setiap hari masih
banyak orang berkumpul di pasar tanpa masker.

Pelaksanaan
etelah mendapatkan laporan dari dinkes mengenai ditemukannya kasus positif COVID-19 di
salah satu pasar di Yogyakarta. Puskesmas Banguntapan I segera mengkoordinasi dengan
tim surveillance puskesmas dan perwakilan pengurus pasar untuk melakukan penyuluhan.
Salah satu pasar yang menjadi wilayah pemantauan Puskesmas Banguntapan I adalah Pasar
Ngipik. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Juni 2020, pukul 08.00-8.30 yang
dilaksanakan di Pasar Ngipik, Banguntapan, Bantul. Kegiatan dilakukan bersama tim
surveillance Puskesmas Banguntapan I dan perwakilan dari pengurus Pasar Ngipik. Kegiatan
dilaksanakan dengan metode penyuluhan mengenai COVID-19 yang dilakukan di tengah
pasar menggunakan mic dan speaker. Penyuluhan berisi tentang apa itu COVID-19, gejala
yang dapat muncul pada penderita, siapa saja yang beresiko terkena, transmisi dari virus
COVID-19, cara pencegahan, dan penanggulangannya. Beserta melakukan pemantauan
sekilas terhadap penjual dan pembeli mengenai penggunaan masker atau cuci tangan
dengan handsanitizer atau sabun sebelum dan sesudah bertransaksi.
Hasil kegiatan, penyuluhan berjalan dengan lancar. Masih ditemukan warga yang tidak
menggunakan masker saat berbelanja ke pasar begitu juga dengan penjual masih ditemukan
beberapa penjual yang tidak menggunakan masker. Setelah melakukan transaksi atau
berbelanja masih ditemukan pembeli yang tidak cuci tangan dengan sabun maupun
handsanitizer.

Monitoring dan Evaluasi


ebaiknya kegiatan dilanjutkan dengan pembagian masker kepada warga Pasar Ngipik yang
belum menggunakan masker. Dikarenakan saat berlangsungnya penyuluhan masih
ditemukan penjual maupun pembeli yang tidak menggunakan masker.
F1
Memberikan Penyuluhan Stunting Kepada Kader di Desa Potorno

Latar Belakang
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Stunting merupakan dampak dari balita dengan malnutrisi
energi protein yang terjadi cukup lama atau kronis. Berbagai faktor yang mempengaruhi
stunting berupa: Kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi.
Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia masih tinggi dan belum
menunjukkan perbaikan signifikan. Dari data prevalensi balita stunting WHO, Indonesia
termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara,
dengan rerata prevalensi tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Sementara target
WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.
Di Desa Potorono Banguntapan Bantul ditemukan 6 kasus balita yang mengalami stunting,
maka diperlukannya penyuluhan dan diskusi yang diadakan oleh Puskesmas Banguntapan I
kepada para kader Desa Potorono untuk mengurangi jumlah stunting di Desa Potorono.

Permasalahan
1. Ditemukannya 6 kasus stunting di Desa Potorono.
2. Ditemukannya masyarakat yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya di
RS, bidan, maupun puskesmas.
3. Masyarakat masih belum tahu penyebab, cara penanggulangan, dan dampak
stunting.
4. Mengulang kembali pengetahuan para kader mengenai apa itu stunting,
penyebab, dan pencegahannya.

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


Memberikan edukasi berupa kegiatan penyuluhan yang dilakukan kepada para kader Desa
Potorono guna mengulang dan menambah pengetahuan kader Desa Potorono mengenai
apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian dilanjutkan dengan
membuka diskusi dengan para kader mengenai kegiatan apa yang dibutuhkan untuk
mengurangi kasus stunting di Desa Potorono. Dan juga memberikan motivasi kepada para
kader untuk terus membantu pemantauan dan pendekatan kepada para caten, ibu hamil
khususnya dengan resiko, dan balita di wilayahnya untuk rutin memeriksakan dirinya ke
puskesmas.

Pelaksanaan
Setelah ditemukannya 6 kasus stunting di Desa Potorono. Puskesmas Banguntapan I segera
mengkoordinasi dengan bidan puskesmas dan perwakilan pengurus desa untuk melakukan
penyuluhan dan diskusi dengan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan pada hari
Kamis 9 Juli 2020, pukul 09.00-11.30 yang dilaksanakan di Balai Desa Potorono,
Banguntapan, Bantul. Kegiatan dilakukan bersama bidan puskesmas, perwakilan pengurus
desa, dan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan dengan metode penyuluhan
mengenai stunting yang dilakukan menggunakan laptop dan proyektor. Penyuluhan berisi
tentang apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan jumlah kasus stunting di Desa Potorono yang telah didata oleh
Puskesmas Banguntapan I. Setelah itu, dilakukan sesi diskusi dengan para kader mengenai
saran kegiatan yang akan dilakukan puskesmas dan para kader kedepannya untuk
mengurangi jumlah kasus stunting di Desa Potorono. Beberapa pertanyaan mengenai
asupan makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu hamil dan balita pun dilontarkan oleh para
kader. Kegiatan diakhiri dengan memberikan motivasi kepada para kader untuk terus
bekerjasama mengurangi kasus stunting di Desa Potorono.

Monitoring dan Evaluasi


Diperlukannya kerjasama para kader desa untuk melakukan pemantauan dan pendekatan
kepada caten, ibu hamil, dan balita di wilayahnya. Khususnya pendekatan kepada warga
yang tidak pernah dan tidak bersedia untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas.
F2
Penyelidikan Epidemiologi di Dusun Pelem Desa Batureno Banguntapan Bantul

Latar Belakang
Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat pada 2019 lalu ada 1.378 kasus DBD. Empat
pasien di antaranya meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes
aegypti itu. Dinkes sendiri sudah menyiapkan berbagai upaya untuk menekan angka DBD
melalui peningkatan penyuluhan dan pemantauan angka jentik nyamuk (AJB) di tiap wilayah
serta mengeluarkan surat edaran kewaspadaan dengue ke semua puskesmas agar
diteruskan pada masyarakat.
Dikarenakan ditemukan warga Dusun Pelem Desa Baturetno yang terjangkit dengue, maka
perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi berupa pemantauan angka jentik nyamuk (AJB)
yang dilakukan di kediaman pasien dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya bertambahnya jumlah warga yang terkena dengue khususnya Dusun Pelem Desa
Baturetno dan untuk meningkatkan kewaspadaan warga akan dengue tersebut.

Permasalahan
1. Ditemukan satu warga yang mengalami dengue
2. Masih ditemukan pot atau kaleng yang tidak digunakan diletakkan di halaman
rumah.
3. Banyak pekarangan kosong yang ditumbuhi tanaman yang lebat
4. Sebagian masyarakat masih kurang paham hal-hal tersebut dapat menjadi tempat
bersembunyi dan berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


Dilakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi berupa kunjungan ke rumah warga yang
mengalami dengue dan penyelidikan ke rumah sekitar untuk melakukan pemeriksaan jentik
nyamuk. Selain untuk memantau tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak
nyamuk Aedes aegypti, hal ini juga dilakukan untuk memberikan edukasi singkat kepada
masyarakat mengenai tempat-tempat yang dapat digunakan nyamuk Aedes aegypti untuk
bersembunyi dan berkembang biak, seperti kaleng yang tidak dikubur, pakaian yang
tergantung, dan pekarangan atau halaman dengan tanaman liar yang lebat.
Pelaksanaan
Setelah mendapatkan laporan dari dinkes mengenai ditemukannya satu warga Dusun Pelem
Desa Baturetno yang terkena dengue. Kami segera melakukan koordinasi dengan tim
surveillance Puskesmas Banguntapan I dan pemerintah desa untuk melakukan kunjungan ke
beberapa rumah warga. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selas, 16 Juni 2020, pukul 08.00-
10.00 dilaksanakan di dusun Pelem, Desa Baturetno, bersama tim surveillance puskesmas
dan perwakilan pemerintahan desa. Dikarenakan kami tidak menemukan kediaman warga
yang terkena dengue, maka kegiatan dilakukan dengan memantau sekilas bagian luar
rumah-rumah warga yang kami lewati selama pencarian. Kegiatan berbentuk inspeksi
mendadak kepada rumah-rumah warga, untuk mencari keberadaan jentik nyamuk di
tempat-tempat yang berpotensi (bak mandi, ember, genangan air di wadah-wadah, pot
bunga, dll).
Hasil kegiatan, tidak ditemukan adanya jentik nyamuk pada wadah air disekitar rumah
warga. Tetapi, masih banyaknya pekarangan dengan tanaman yang lebat disekitar rumah
warga dan pot atau kaleng yang terisi air bila hujan. Yang hal ini, dapat menjadi tempat
nyamuk aedes aedypti bersembunyi dan berkembang biak.

Monitoring dan Evaluasi


Tidak dilakukan pemantauan ulang oleh puskesmas. Sebaiknya warga sendiri melakukan
pemantauan secara mandiri.
F3

Penyuluhan Stunting di Balai Desa Potorono Banguntapan Bantul

Latar Belakang
Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Stunting merupakan dampak dari balita dengan malnutrisi
energi protein yang terjadi cukup lama atau kronis. Berbagai faktor yang mempengaruhi
stunting berupa: Kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi.
Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia masih tinggi dan belum
menunjukkan perbaikan signifikan. Dari data prevalensi balita stunting WHO, Indonesia
termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara,
dengan rerata prevalensi tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Sementara target
WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.
Di Desa Potorono Banguntapan Bantul ditemukan 6 kasus balita yang mengalami stunting,
maka diperlukannya penyuluhan dan diskusi yang diadakan oleh Puskesmas Banguntapan I
kepada para kader Desa Potorono untuk mengurangi jumlah stunting di Desa Potorono.

Permasalahan
1. Ditemukannya 6 kasus stunting di Desa Potorono.
2. Ditemukannya masyarakat yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya di RS,
bidan, maupun puskesmas.
3. Masyarakat masih belum tahu penyebab, cara penanggulangan, dan dampak
stunting.
4. Mengulang kembali pengetahuan para kader mengenai apa itu stunting,
penyebab, dan pencegahannya.

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


Memberikan edukasi berupa kegiatan penyuluhan yang dilakukan kepada para kader
Desa Potorono guna mengulang dan menambah pengetahuan kader Desa Potorono
mengenai apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian
dilanjutkan dengan membuka diskusi dengan para kader mengenai kegiatan apa yang
dibutuhkan untuk mengurangi kasus stunting di Desa Potorono. Dan juga memberikan
motivasi kepada para kader untuk terus membantu pemantauan dan pendekatan
kepada para caten, ibu hamil khususnya dengan resiko, dan balita di wilayahnya untuk
rutin memeriksakan dirinya ke puskesmas.

Pelaksanaan
Setelah ditemukannya kasus stunting di Desa Potorono. Puskesmas Banguntapan I segera
mengkoordinasi dengan bidan puskesmas dan perwakilan pengurus desa untuk melakukan
penyuluhan dan diskusi dengan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan pada hari
Kamis 9 Juli 2020, pukul 09.00-11.30 yang dilaksanakan di Balai Desa Potorono,
Banguntapan, Bantul. Kegiatan dilakukan bersama bidan puskesmas, perwakilan pengurus
desa, dan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan dengan metode penyuluhan
mengenai stunting yang dilakukan menggunakan laptop dan proyektor. Penyuluhan berisi
tentang apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan jumlah kasus stunting dan kehamilan beresiko di Desa Potorono yang
telah didata oleh Puskesmas Banguntapan I. setelah itu, dilakukan sesi diskusi dengan para
kader mengenai saran kegiatan yang akan dilakukan puskesmas dan para kader kedepannya
untuk mengurangi jumlah kasus stunting di Desa Potorono. Dan tidak lupa untuk
memberikan motivasi kepada para kader untuk terus bekerjasama mengurangi kasus
stunting di Desa Potorono.

Monev

Diperlukannya kerjasama para kader desa untuk melakukan pemantauan dan pendekatan
kepada caten, ibu hamil, dan balita di wilayahnya. Khususnya pendekatan kepada warga
yang tidak pernah dan tidak bersedia untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas.
F3

Melakukan ANC di Poli Kandungan Puskesmas Banguntapan I

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan


untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, pada tahun 2019 tercatat ada 13 ibu meninggal dunia
karena melahirkan dan sebanyak 115 bayi meninggal setelah dilahirkan. Dimana terjadi
peningkatan dari tahun 2018, yaitu 107 kasus, sedangkan kematian ibu melahirkan selama
2018 sebanyak 14 kasus. Maka dibutuhkan pemeriksaan kehamilan (ANC) pada setiap ibu
hamil di Puskesmas Banguntapan I untuk menurunkan AKI dan AKB di Bantul.

Permasalahan

1. Masih banyak kasus AKI dan AKB di Bantul tahun 2019 yaitu 13 kasus ibu AKI dan 115
AKB.
2. Sejak awal tahun 2020 ini ditemukan 6 kasus kematian ibu hamil di Bantul.
3. Pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC) untuk mengurangi angka AKI dan AKB.

Perencanaan dan Pemilihan intervensi

Melakukan pemeriksaan ibu hamil yang memeriksakan dirinya ke poli kandungan


Puskesmas Banguntapan I. pemeriksaan berupa pengukuran berat badan, tekanan darah,
suhu, nadi, dan nafas. Kemudian ditanyakan apakah ada keluhan saat ini. Lalu dilakukan
pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki. Kemudian dilakukan pemeriksaan kehamilan.
Kemudian ibu diberikan edukasi dan terapi sesuai dengan hasil anamnesia dan pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan.

Pelaksanaan
Melaksanakan pemeriksaan kehamilan (ANC) selama bulan Maret-Juli 2020 di poli
kandungan Puskesmas Banguntapan I. Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan berupa
pengukuran berat badan, tekanan darah, suhu, nadi, dan nafas. Kemudian ditanyakan
apakah ada keluhan saat ini. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kehamilan berupa Leopold 1: menentukan letak bagian
tertinggi rahim, leopold 2: untuk mengetahui bayi menghadap ke kanan atau ke kiri, leopold
3: untuk memastikan bagian tubuh bayi yang berada di bagian bawah rahim, leopold 4:
mengetahui apakah kepala bayi sudah turun sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau
masih di area perut. Kemudian ibu diberikan edukasi dan terapi sesuai dengan hasil
anamnesia dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.

Monitoring dan Evaluasi


Dilakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin kepada ibu hamil sesuai jadwal kontrol.
F4

Penyuluhan Stunting di Balai Desa Potorono Banguntapan Bantul dan Pendampingan


Pertemuan Kader

Labar

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Stunting merupakan dampak dari balita dengan malnutrisi
energi protein yang terjadi cukup lama atau kronis. Berbagai faktor yang mempengaruhi
stunting berupa: Kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi.

Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia masih tinggi dan belum
menunjukkan perbaikan signifikan. Dari data prevalensi balita stunting WHO, Indonesia
termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara,
dengan rerata prevalensi tahun 2005-2017 adalah 36,4%. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Sementara target
WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.

Di Desa Potorono Banguntapan Bantul ditemukan 6 kasus balita yang mengalami stunting,
maka diperlukannya penyuluhan dan diskusi yang diadakan oleh Puskesmas Banguntapan I
kepada para kader Desa Potorono untuk mengurangi jumlah stunting di Desa Potorono.

Permasalahan

1. Ditemukannya 6 kasus stunting di Desa Potorono.

2. Ditemukannya masyarakat yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya di RS,


bidan, maupun puskesmas.

3. Masyarakat masih belum tahu penyebab, cara penanggulangan, dan dampak


stunting.

4. Mengulang kembali pengetahuan para kader mengenai apa itu stunting, penyebab,
dan pencegahannya.
Perencanaan

Memberikan edukasi berupa kegiatan penyuluhan yang dilakukan kepada para kader Desa
Potorono guna mengulang dan menambah pengetahuan kader Desa Potorono mengenai
apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian dilanjutkan dengan
membuka diskusi dengan para kader mengenai kegiatan apa yang dibutuhkan untuk
mengurangi kasus stunting di Desa Potorono. Dan juga memberikan motivasi kepada para
kader untuk terus membantu pemantauan dan pendekatan kepada para caten, ibu hamil
khususnya dengan resiko, dan balita di wilayahnya untuk rutin memeriksakan dirinya ke
puskesmas.

Pelaksanaan

Setelah ditemukannya 6 kasus stunting di Desa Potorono. Puskesmas Banguntapan I segera


mengkoordinasi dengan bidan puskesmas dan perwakilan pengurus desa untuk melakukan
penyuluhan dan diskusi dengan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan pada hari
Kamis 9 Juli 2020, pukul 09.00-11.30 yang dilaksanakan di Balai Desa Potorono,
Banguntapan, Bantul. Kegiatan dilakukan bersama bidan puskesmas, perwakilan pengurus
desa, dan para kader Desa Potorono. Kegiatan dilaksanakan dengan metode penyuluhan
mengenai stunting yang dilakukan menggunakan laptop dan proyektor. Penyuluhan berisi
tentang apa itu stunting, penyebab, pencegahan, dan dampaknya. Kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan jumlah kasus stunting di Desa Potorono yang telah didata oleh
Puskesmas Banguntapan I. Setelah itu, dilakukan sesi diskusi dengan para kader mengenai
saran kegiatan yang akan dilakukan puskesmas dan para kader kedepannya untuk
mengurangi jumlah kasus stunting di Desa Potorono. Beberapa pertanyaan mengenai
asupan makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu hamil dan balita pun dilontarkan oleh para
kader. Diet seimbang ibu hamil: protein 75-100 gram setiap harinya, karbohidrat sebanyak
330-350 gram, kalsium sebanyak 1100-1300 miligram, zat besi sebanyak 35-39 miligram,
dan beragam vitamin. Sedangkan untuk anak usia 0-6 bulan diberikan ASI eksklusif, 6-24
diberikan MPASI, selalu memberikan ASI terlebih dahulu sebelum memberikan makanan
lain, usia 6 bulan bayi diberikan kapsul vutamin A. Selanjutnya, kegiatan diakhiri dengan
memberikan motivasi kepada para kader untuk terus bekerjasama mengurangi kasus
stunting di Desa Potorono.

Monev

Diperlukannya kerjasama para kader desa untuk melakukan pemantauan dan pendekatan
kepada caten, ibu hamil, dan balita di wilayahnya. Khususnya pendekatan kepada warga
yang tidak pernah dan tidak bersedia untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas.
F4

Memberikan Edukasi ASI eksklusif dan MPASI Sebagai Pencegahan Stunting

Latar Belakang
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan dengan disertai pemberian makanan
pendamping ASI selama 2 tahun akan mencegah bayi dan balita menjadi stunting. Stunting
adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia
masih tinggi dan belum menunjukkan perbaikan signifikan. Dari data prevalensi balita
stunting WHO, Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
regional Asia Tenggara, dengan rerata prevalensi tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2019, angka stunting di Indonesia
mencapai 30,8%. Sementara target WHO, angka stunting tidak boleh lebih dari 20%.
Masih banyaknya kasus stunting di Puskesmas Banguntapan I, maka diperlukan pemberian
edukasi kepada ibu hamil dan ibu di masa nifas mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif dan MPASI untuk anak.

Permasalahan
1. Ditemukannya kasus stunting di Puskesmas Banguntapan I
2. Ditemukan ibu yang lebih memilih memberikan susu formula dikarenakan tidak
dapat menyusui dengan benar
3. Ibu yang masih tidak mengerti waktu untuk memberiksan makanan tambahan
pada anak

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


Memberikan edukasi di poli KIA Puskesmas Banguntapan I yang ditujuakn kepada ibu hamil
trimester 3 maupun ibu pada masa nifas mengenai manfaat ASI eksklusif pada bayi,
perbedaan ASI dan susu formula, teknik menyusui dengan benar, cara penyajian, jadwal
pemberian MPASI sesuai usia serta pembagian makanan pada balita.

Pelaksanaan
Setelah ditemukannya kasus stunting di Puskesmas Banguntapan I, selanjutnya diberikan
edukasi kepada setiap ibu hamil trimester 3 dan ibu pada masa nifas yang memeriksakan
dirinya di poli KIA Puskesmas Banguntapan I. Edukasi mengenai ASI eksklusif dan MPASI .
Edukasi yang diberikan berupa manfaat ASI eksklusif pada bayi, perbedaan ASI dan susu
formula, teknik menyusui dengan benar, cara penyajian, jadwal pemberian MPASI sesuai
usia serta pembagian makanan pada balita. Pada akhir edukasi, para ibu diberikan
kesempatan untuk bertanya. Kemudian memberikan motivasi kepada ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi, dan tidak lupa memberikan edukasi untuk terus
memeriksakan anak secara rutin ke pelayanan kesehatan dan tetap memonitor
pertumbuhan dan perkembangan anak dirumah.

Monitoring dan Evaluasi


Tetap terus dilakukan edukasi berupa ASI eksklusif dan MPASI kepada setiap ibu yang
memeriksakan dirinya atau anak (imunisasi) di Puskesmas Banguntapan I.
F5

Pemberantasan Sarang Nyamuk Dusun Gilang Desa Baturetno

Labar
Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat pada 2019 lalu ada 1.378 kasus DBD. Empat
pasien di antaranya meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes
aegypti itu. Dinkes sendiri sudah menyiapkan berbagai upaya untuk menekan angka DBD
melalui peningkatan penyuluhan dan pemantauan angka jentik nyamuk (AJB) di tiap wilayah
serta mengeluarkan surat edaran kewaspadaan dengue ke semua puskesmas agar
diteruskan pada masyarakat.
Dikarenakan ditemukan dua warga Desa Baturetno yang mengalami dengue, maka perlu
dilakukan pemantauan angka jentik nyamuk (AJB) di Desa Baturetno. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya bertambahnya jumlah warga yang terkena dengue khususnya Desa
Baturetno dan untuk meningkatkan kewaspadaan warga akan dengue tersebut.

Permasalahan
1. Ditemukan dua warga dalam satu rumah yang mengalami dengue, ditambah satu
orang yang mulai mengalami gejala seperti dengue.
2. Dari total 7 rumah yang dilakukan sampling, sebagian dikelilingi oleh pekarangan
dengan tanaman yang lebat.
3. Masih ditemukan pot atau kaleng yang tidak digunakan diletakkan di halaman
rumah.
4. Ditemukan banyak pakaian digantung di balik pintu.
5. Sebagian masyarakat masih kurang paham hal-hal tersebut dapat menjadi tempat
bersembunyi dan berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Intervensi
Kegiatan pemantauan Angka Jentik Nyamuk (AJB)dan edukasi perlu dilakukan di Desa
Baturetno. Selain untuk memantau tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang
biak nyamuk Aedes aegypti, hal ini juga dilakukan untuk memberikan edukasi singkat
kepada masyarakat mengenai tempat-tempat yang dapat digunakan nyamuk Aedes aegypti
untuk bersembunyi dan berkembang biak, seperti kaleng yang tidak dikubur, pakaian yang
tergantung, dan pekarangan atau halaman dengan tanaman liar yang lebat.

Pelaksanaan
etelah mendapatkan laporan dari dinkes mengenai ditemukannya dua warga Desa
Baturetno yang terkena dengue. Kami segera melakukan koordinasi dengan tim surveillance
Puskesmas Banguntapan I dan pemerintah desa untuk melakukan kunjungan ke bebeapa
rumah warga. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2020, pukul 08.00-10.00
dilaksanakan di dusun Gilang, Desa Baturetno, bersama tim surveillance puskesmas dan
perwakilan pemerintahan desa. Kegiatan ini dilakukan pada 7 rumah warga yang berada di
sekitar rumah warga yang mengalami dengue. Kegiatan berbentuk inspeksi mendadak
kepada rumah-rumah warga, untuk mencari keberadaan jentik nyamuk di tempat-tempat
yang berpotensi (bak mandi, ember, genangan air di wadah-wadah, pot bunga, dll).
Hasil kegiatan, tidak ditemukan adanya jentik nyamuk pada bak mandi atau wadah air
disekitar rumah warga. Tetapi, masih banyaknya pekarangan dengan tanaman yang lebat
disekitar rumah warga, baju yang tergantung, dan pot atau kaleng yang terisi air bila hujan.
Yang hal ini, dapat menjadi tempat nyamuk aedes aedypti bersembunyi dan berkembang
biak.

Monev

idak dilakukan pemantauan ulang oleh puskesmas. PSN bersama lintas sektor hanya
dilakukan 2 minggu sekali dan selalu berpindah tempat. Sebaiknya warga sendiri melakukan
pemantauan secara mandiri
F6
Pemberantasan Sarang Nyamuk Dusun Pugeran Desa Jambidan Banguntapan Bantul

Latar Belakang
Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul mencatat pada 2019 lalu ada 1.378 kasus DBD. Empat
pasien di antaranya meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes
aegypti itu. Dinkes sendiri sudah menyiapkan berbagai upaya untuk menekan angka DBD
melalui peningkatan penyuluhan dan pemantauan angka jentik nyamuk (AJB) di tiap wilayah
serta mengeluarkan surat edaran kewaspadaan dengue ke semua puskesmas agar
diteruskan pada masyarakat.
Dikarenakan ditemukan laporan kurangnya kewaspadaan masyarakat Dusun Pugeran akan
dengue, maka perlu dilakukan pemantauan angka jentik nyamuk (AJB) di Dusun Pugeran
Desa Jambidan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya bertambahnya jumlah warga
yang terkena dengue khususnya Dusun Pugeran dan untuk meningkatkan kewaspadaan
warga akan dengue tersebut.

Permasalahan
1. Kurangnya kewaspadaan warga Dusun Pugeran terkait dengue
2. Dari total 31 rumah yang dilakukan sampling, ditemukan 6 rumah yang positif terdapat
jentik nyamuk.
3. Sebagian rumah dikelilingi oleh pekarangan dengan tanaman yang lebat.
4. Ditemukan beberapa bak mandi yang tidak digunakan dan tidak dikuras.
5. Masih ditemukan pot atau kaleng yang tidak digunakan diletakkan di halaman rumah.
6. Ditemukan banyak pakaian digantung di balik pintu.
7. Sebagian masyarakat masih kurang paham hal-hal tersebut dapat menjadi tempat
bersembunyi dan berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Perencanaan dan Pemilihan intervensi


egiatan pemantauan Angka Jentik Nyamuk (AJB)dan edukasi dilakukan di Dusun Pugeran.
Selain untuk memantau tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk
Aedes aegypti, hal ini juga dilakukan untuk memberikan edukasi singkat kepada masyarakat
mengenai tempat-tempat yang dapat digunakan nyamuk Aedes aegypti untuk bersembunyi
dan berkembang biak, seperti kaleng yang tidak dikubur, pakaian yang tergantung, dan
pekarangan atau halaman dengan tanaman liar yang lebat.

Pelaksanaan
Sesuai jadwal rutin kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk, kali ini kegiatan dilakukan di
Dusun Pugeran sesuai dengan laporan para kader yang mengatakan kurangnya
kewaspadaan warga akan dengue. Kami segera melakukan koordinasi dengan tim
surveillance Puskesmas Banguntapan I dan pemerintah desa untuk melakukan kunjungan ke
beberapa rumah warga. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Juli 2020, pukul 08.00-
10.00 dilaksanakan di dusun Pugeran, Desa Jambidan, bersama tim surveillance puskesmas,
perwakilan pemerintahan desa, dan para kader. Kegiatan ini dilakukan pada 31 rumah
warga. Kegiatan berbentuk inspeksi mendadak kepada rumah-rumah warga, untuk mencari
keberadaan jentik nyamuk di tempat-tempat yang berpotensi (bak mandi, ember, genangan
air di wadah-wadah, pot bunga, dll).
Hasil kegiatan, dari 31 rumah yang dilakukan inspeksi mendadak, terdapat 6 rumah yang
ditemukan jentik pada bak mandi. Pemilik rumah mengakui bahwa bak mandi jarang sekali
dikuras. Kemudian masih banyaknya pekarangan dengan tanaman yang lebat disekitar
rumah warga, baju yang tergantung, dan pot atau kaleng yang terisi air bila hujan. Yang hal
ini, dapat menjadi tempat nyamuk aedes aedypti bersembunyi dan berkembang biak.

Monitoring dan Evaluasi


Tidak dilakukan pemantauan ulang oleh puskesmas. PSN bersama lintas sektor hanya
dilakukan 2 minggu sekali dan selalu berpindah tempat. Sebaiknya warga sendiri melakukan
pemantauan secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai