Anda di halaman 1dari 36

HIPOGLIKEMIA

dr. Shinta Dian Maharani


RSUD Prambanan
Identitas Pasien

Nama : Ny.SU
Jenis kelamin : Wanita
Usia : 56 tahun
Alamat : Sumberharjo
No. RM : 088622
Keluhan Utama

• 30 menit SMRS pasien tidak sadarkan diri


Anamnesis

• Pasien datang tidak sadarkan diri sejak 30 menit


SMRS. Sebelumnya pasien hanya makan sedikit
dan tetap minum obat rutin.
• RPD: DM, HT (Kontrol rutin dengan pengobatan
glimepirid, metformin, acarbose dan lisinopril).
Pemeriksaan Fisik
• KU : E1V1M2 • Mata : CA (-/-) SI (-/-)
• TD : 90/50 mmHg • Leher : lnn ttb
• HR : 110 x/menit • Thorax : simetris, retraksi(-)
• RR : 22 x/menit • Pulmo : SDV (+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)
• t : 36.3 • Cor : S1 S2 reguler (+), bising (-)

• SpO2 : 93% • Abdomen : supel, BU (+) N


• Ekstremitas : akral hangat, nadi
kuat
27 Agustus 2019 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.7 12.0 - 16.0 g/dl
Lekosit 7.73 4.00 - 11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.58 4.00 - 5.00 10^6/uL
Trombosit 315 150 - 440 10^3/uL
Hematokrit 40.1 35.0 - 47.0 vol%
HITUNG JENIS
Eosinofil 1 2–4 %
Basofil 0.5 0-1 %
Neutrofil 5.65 2-7 %
Limfosit 1.56 0.8 – 4.00 %
Monosit 0.40 0.12 – 1.20 %
Pemeriksaan Penunjang
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 29 70-140 mg/dL

Ureum 39.4 10.0 – 50.0 mg/dL


Creatinin 1.59 0.50 – 0.90 mg/dL
SGOT 17.1 <=35 U/L
SGPT 15.0 <=35 U/L
RO THORAX
EKG
Diagnosis

Hipoglikemia pada DM Tipe II


Terapi
• O2 3lpm
• IVFD D5% 20tpm
• Bolus d40% 2fl (GDS 29)
• Evaluasi GDS 89  Bolus d40% 1fl
• Cek GDS /jam

GDS <80  Bolus d40% 2fl


GDS 80-140  Bolus d40% 1fl
GDS >200  Infus ganti NaCl
Pembahasan
Definisi
• Hipoglikemia : kadar glukosa plasma ≤ 63 mg% (3,5 mmol/L)

• Gangguan fungsi otak sudah dapat terjadi pada kadar glukosa


darah 55 mg% (3 mmol/L)

PAPDI, 2008

• Hipoglikemia : kadar glukosa plasma < 60 mg/dl


Perkeni, 2011
Epidemiologi
Epidemiologi
• Hipoglikemia biasanya ditemukan pada pasien
diabetes melitus. Sekitar 90% dari semua pasien
yang menerima insulin mengalami episode
hipoglikemia.
• Diperkirakan 2-4% dari mortalitas akibat diabetes
melitus dikaitkan dengan hipoglikemia.
• Saat ini Indonesia memiliki estimasi prevalensi
hipoglikemia sebesar 1,2-2,3%

Sutanegara, Dwi. 2000. The epidemiology and management of diabetes mellitus in Indonesia.
Penyebab

PAPDI, 2008
Patofisiologi
• Hipoglikemia  terjd mek. homeostasis tubuh
 menstimulasi lepasnya hormon glukagon 
yg berfungsi menghambat penyerapan,
penyimpanan, & peningkatan glukosa darah 
Glukagon akan membuat glukosa tersedia bagi
tubuh & dpt me↑kan proses glikogen &
glukoneogenesis.
• Selainitu, mekanisme tubuh utk mengkompensasi
dgn me↑kan epinefrin  sehingga prekursor
glukoneogenik dpt dimobilisasi dr sel otot & sel lemak
utk produksi glukosa tambahan.
• Tubuh melakukan pertahanan terhadap turunnya
glukosa darah  dgn me↑kan asupan karbohidrat scr
besar2an  Mekanisme pertahanan ini akan
menimbukan gejala neurogenik spt: palpitasi, termor,
adrenergik, kolinergik, & berkeringat.
Mekanisme Keseimbangan dan
Konterregulasi Glukosa
• Glukosa merupakan bahan bakar utama
metabolisme di otak.
• Otak tidak dapat melakukan sintesis dan
penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen,
sehingga harus selalu bergantung pada asupan
glukosa dari sirkulasi darah arteri.
• Ketika kadar glukosa di darah kurang dari normal,
asupan ke otak akan berkurang. Tubuh akan
melakukan kompensasi pemenuhan kebutan
terhadap glukosa dengan mekanisme konterregulasi
glukosa.
Mekanisme regulasi glukosa

1 2 3

Cryer, Philip E. 2011. Hypoglicemia During Therapy of Diabetes.


Klasifikasi
Klasifikasi klinis Hipoglikemia
Ringan Simptomatik, dapat diatasi sendiri,
tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari
yang nyata
Sedang Simptomatik, dapat diatasi sendiri,
menimbulkan gangguan aktivitas ehari-
hari secara nyata
Berat Sering (tidak selalu) tidak simptomatik,
karena gangguan kognitif pasien tidak
mampu mengatasi sendiri
PAPDI, 2008
ANAMNESIS
• Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik
oral: dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir,
perubahan dosis.
• Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
• Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
• Lama menderita DM, komplikasi DM
• Penyakit penyerta: ginjal, hati, dll
• Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat
adrenergik β, dll.
Gejala dan
tanda
Gejala yang sering dikeluhkan pada pasien diabetes
Otonomik Neuroglikopenik Malaise

Berkeringat Bingung (confusion) Mual


Jantung berdebar Mengantuk Sakit kepala
Tremor/gemetar Sulit berbicara
Lapar Inkoordinasi
Kulit lembab dan Perilaku yang berbeda
pucat Gangguan visual
Penglihatan Parestesi
kabur Kejang-kejang
Koma

PAPDI, 2008

Gejala klinis biasanya muncul pada kadar gula darah <60mg/dl, jika <50 mg/dl,
sudah memberi dampak pada fungsi serebral.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi denyut jantung,
penurunan kesadaran, defisit neurologik fokal transien

Triad Whipple
1. Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah
plasma yang rendah
2. Kadar glukosa plasma yang rendah (<60 mg/dL atau 80
mg/dL atau < 3 mmol/L, hipoglikemia pada diabetes)
3. Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan sesudah kelainan
biokimiawi dikoreksi (setelah diberi pengobatan dan
pemberian glukosa)
Pemeriksaan Penunjang
• Gula darah sewaktu
( dengan menggunakan GD stick)
Penatalaksanaan
• Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan)
atau sirop/permen gula murni bukan pemanis
pengganti gula/ gula diet/gula diabetes) dan
Pasien diabetes makanan yang mengandung karbohidrat
sadar • Hentikan obat hipoglikemik sementara
• Pemeriksaan ulang gula darah setelah 15 menit
pemberian glukosa dan pertahankan gula
darah >200mg/dl

• Glukosa 40% intravena terlebih dahulu


sebagai tindakan darurat, sebelum
Pasien diabetes
dapat dipastikan penyebab
tidak sadar
menurunnya kesadaran.

Perkeni, 2011
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak
sadar dan curiga hipoglikemia)
1. Diberikan larutan Dekstrosa 40 % sebanyak 2 flakon
(: 50 mL) bolus
2. Diberikan cairan Dekstrosa l0 % per infus, 6 jam per
kolf,
3. Periksa gula darah sewaktu
• Bila GDs < 50 mg/dl  bolus Dekstrosa 40 % 50 ml IV
• Bila GDs < 100 mg/dl  bolus Dekstrosa 40 % 25 ml IV
4. Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40 %
• Bila GDs < 50 mg/dl  bolus Dekstrosa 40 % 50 mL IV
• Bila GDs < 100 mg/dl  bolus Dekstrosa 40 % 25 mL lV
• Bila GDs 100 -200 mg/dL  tanpa bolus Dekstrosa 40 %
• Bila GDs > 200 mgl dL  pertimbangkan menurunkan
kecepatan dengan Dekstrosa 10%
5. Bila GDS > I00 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di
atas. Bila GDS > 200 mg/dl  pertimbangkan mengganti
infus dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 %.

6. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,


pemantauan GDS setiap 4 jam, dengan protokol sesuai di
atas. Bila GDs > 200 mg/dL  pertimbangkan mengganti
infus dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 %.
• Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti: adrenalin,
kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg IV /
IM (bila penyebabnya insulin)
• Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dl:
Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
Deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg tiap
6 jam dan Manitol 1,5 -2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam.
• Cari penyebab lain penurunan kesadaran menurun
Komplikasi
• Disfungsi otak
• Koma
• Kematian
• Prognosis hipoglikemia dinilai dari penyebab,
nilai glukosa darah, dan waktu onset. Apabila
bersifat simtomatik dan segera diobati memiliki
prognosis baik (dubia et bonam) dibandingkan
dengan asimtomatik tanpa segera diberikan oral
PROGNOSIS glucose (dubia et malam) (Hamdy, 2013).
• Hipoglikemia pada bukan penderita diabetes
tidak memiliki prognosis yang relevan dapat
bersifat baik maupun buruk untuk jangka
panjang (Manucci et al., 2006).

Hamdy, O. 2013. Hypoglycemia. US: Harvard Medical School.


Manucci et al,. 2006. Incidence and prognostic significance of hypoglycemia in hospitalized non-diabetic elderly
patients. USA: NCBI
Edukasi/Pencegahan

• Memberikan pengertian mengenai penyebab kejadian hipoglikemia,


gejala yang ditimbulkannya dan pengetahuan tentang cara
mengatasi keadaan tersebut kepada mereka yang beresiko.

• Edukasi terhadap penderita diabetes mengenai apa itu diabetes dan


apa efek yang di timbulkan obat-obatan terhadap kadar glukosa
darah.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai